Anda di halaman 1dari 13

Kompone mastikasi

1. TMJ
Sendi temporomandibula adalah suatu persendian yang sangat kompleks di dalam
tubuh manusia. Selain gerakan membuka dan menutup mulut, sendi
temporomandibula juga bergerak meluncur pada suatu permukaan
(ginglimoathrodial). Selama proses pengunyahan sendi temporomandibula menopang
tekanan yang cukup besar, oleh karena itu, sendi temporomandibula mempunyai
diskus artikularis untuk menjaga agar kranium dan mandibula tidak bergesekan
(Snell, 1997). Struktur dari persendian temporomandibula melibatkan beberapa
komponen temporal yang meliputi antara lain fosa glenoidalis, eminensia artikularis,
kondilus dan diskus artikularis (Okeson,2003). Sendi temporomandibula merupakan
salah satu sendi yang sangat aktif dan paling sering digunakan, yaitu pada waktu
berfungsi untuk bicara, mengunyah, menggigit, menguap dan lain lainnya. Sendi
temporomandibula juga memungkinkan terjadinya tiga gerakan fungsi utama yaitu:
membuka dan menutup, memajukan dan mengundurkan,serta gerakan kesamping.
Dua tipe gerakan dasar yang menghasilkan ketiga gerakan fungsional tersebut yaitu
gerakan rotasi dan translasi. Gerakan membuka rahang melibatkan dua komponen
aktif. Komponen pertama,gerakan rotasi pada bagian bawah. Komponen kedua,
gerakan meluncur kedepan dari kondilus, terjadi pada bagian atas (Schwartz, 1960;
Ogus danToller,1990). Penyebab terjadi gangguan sendi temporomandibula sangat
kompleks dan multifaktor yaitu meliputi perubahan morfologi atau fungsi permukaan
artikulasi sendi rahang dan perubahan fungsi sistem neuromuskular. Gangguan
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai gangguan intrinsik apabila menampilkan
perubahan patologis, atau gangguan ekstrinsik, apabila menunjukkan gangguan sistem
neuromuskular. Etiologi gangguan intrinsik adalah internal
derangements, rheumatoid arthritis, kelainan pertumbuhan, ankilosis sendi rahang
dan lain
3 sebagainya. Sedangkan gangguan ekstrinsik biasanya disebabkan oleh penggunaan
otot yang berlebihan (Okeson, 2008).

Sendi temporomandibular (TMJ)

Temporomandibular Joint (TMJ) merupakan sendi sinovial yang menghubungkan


mandibula dengan tulang temporal pada posisi yang tepat. Pada posisi normal kondilus
mandibula berada tepat pada fossa glenoidea tulang temporal. Tulang kartilago (articilar disc)
merupakan bantalan yang berada diantara kondilus dan fossa glenoidea yang memungkinkan
mandibula bergerak tanpa menimbulkan rasa sakit. TMJ didukung oleh beberapa struktur,
antara lain struktur tulang, ligamen, muskulus, dan saraf.

TMJ menghubungkan tulang mandibula dan tulang temporal.


1. Penampang artikular tulang temporal
Terdiri dari sebuah bagian cekung pada posterior (glenoid/ fossa mandibula) dan bagian
cembung pada anterior (articular eminensia atau tonjolan artikular).
2. Condylus mandibula
Fungsi : penghubung dari kapsul dan lempeng artikular.
3. Capsule of the joint (kapsula artikularis)
4. Articular disc/ meniscus
Merupakan serat kolagen tebal (seperti bantalan), jaringan ikat dan fibroblast.
5. Join cavities (kavitas penghubung)
6. Ligamen-ligamen pendukung
o Ligamentum temporomandibulare lateral
Fungsi : membatasi gerakan mandibula kea rah posterior, mencegah condylus bergerak
terlalu jauh ke arah inferior dank e arah posterior serta menyediakan pertahanan untuk
mencegah kesalahan dalam penempatan yang terlalu lateral.
o Ligamentum sphenomandibulare
o Ligamentum stylomandubulare

Temporomandibular Joint

· Artikulasi ini adalah jenis engsel dimodifikasi sendi sinovial.


· Permukaan artikular adalah:

(1) kepala atau Kondilus dari inferior mandibula dan

(2) tuberkulum artikular dari fosa mandibula bagian skuamosa tulang temporal.
 Sebuah cakram oval artikular fibrokartilaginosa membagi rongga sendi menjadi
kompartemen superior dan inferior. Disk menyatu dengan kapsul artikular sekitar sendi.
 Disk artikular lebih tegas terikat pada mandibula daripada tulang temporal.
Jadi, ketika kepala slide anterior rahang bawah pada tuberkulum artikular seperti mulut
dibuka, disc artikular slide anterior terhadap permukaan posterior tuberkulum artikular.

b) Otot-otot Pengunyahan

A. Otot masseter
o Saraf : nervus trigerminus divisi mandibulae (N. V3)
o Fungsi : mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi sewaktu mengunyah.
o Ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus dan proses koronoideus
mandibula.
o Origo: batas inferior dan permukaan medial arkus zygomatic.
o Insersi: permukaan lateral ramus mandibula dan proses koronoideus nya.
o Persarafan: saraf melalui saraf mandibula masseteric yang memasuki permukaan yang
mendalam.
o Ini mengangkat dan menjorok mandibula, menutup rahang dan serat dalam retrude itu.

B. Otot temporal
o Saraf : nervi teempirales profundi (N. V3) saraf mandibula
o Fungsi : elevasi dan retrusi mandibula
o Ini adalah otot berbentuk kipas yang luas yang mencakup wilayah temporal.
o Ini adalah otot pengunyahan yang kuat yang dengan mudah dapat dilihat dan dirasakan selama
penutupan rahang bawah.
o Origo : lantai fosa temporal dan permukaan dalam fasia temporal.
o Insersi: tip dan permukaan medial dari proses koronoideus dan batas anterior ramus
mandibula.
 Para temporalis mengangkat mandibula, menutup rahang, dan serat posterior mandibula
retrude setelah tonjolan

. Otot pterigoid medial


o Saraf : nervus trigerminus divisi mandibularis.
o Fungsi : untuk membantu mengangkat mandibula, elevasi mandibula dan menutup mulut.
o Ini adalah otot tebal, segiempat yang juga memiliki dua kepala atau asal.
o Ini mencakup kepala lebih rendah dari otot pterygoideus lateral.
o Hal ini terletak jauh ke ramus mandibula.
o Origo: dalam kepala-medial permukaan plat pterygoideus lateral dan proses piramida tulang
palatine, kepala tuberositas-dangkal rahang.
o Insersi: permukaan medial ramus mandibula, lebih rendah foramen mandibula.
o Persarafan: N. mandibula melalui saraf pterygoideus medial.
o Ini membantu untuk mengangkat rahang bawah dan menutup rahang.
o Bertindak bersama-sama, mereka membantu untuk menonjol mandibula.
o Bertindak saja, menonjol sisi rahang.
 Bertindak secara bergantian, mereka menghasilkan gerak gerinda.

Otot pterigoid lateral


o Saraf : divisi anterior dari n. trigerminus divisi mandibularis.
o Fungsi : untuk menuntun pergerakan posterior disc dan condylus seperti kembali ke posisi
sentrik.
o Ini adalah otot, pendek tebal yang memiliki dua kepala atau asal.
o Ini adalah otot berbentuk kerucut dengan puncaknya menunjuk posterior.
o Origo : unggul kepala infratemporal permukaan dan puncak infratemporal sayap yang lebih
besar dari tulang sphenoid, kepala rendah-lateral permukaan plat pterygoideus lateral.
o Insersi: leher mandibula, disk artikular, dan kapsul sendi temporomandibular.
o Persarafan: saraf melalui saraf mandibula pterygoideus lateral dari batang anterior, yang
masuk itu permukaan dalam.
o Bertindak bersama-sama, otot-otot menonjol mandibula dan menekan dagu.
o Bertindak sendirian dan secara bergantian, mereka menghasilkan sisi ke sisi gerakan
mandibula.

Fungsi otot-otot pengunyahan secara umum:

a) Untuk pergerakan dari rahang dan laring


b) Protusi mandibular
c) Retrusi mandibular
d) Penyimpangan lateral dari mandibula
e) Depresi mandibula
f) Pergerakan laryngeal

E. Otot digastrikus

Otot digastrikus memiliki dua belly yang dihubungkan oleh tendon yang melekat pada
tulang hioideus yaitu:
· Posterior belly, berasaldari insura mastoideus pada prosesus mastoideus
medialis tulang temporalis.
· Anterior belly, berasal dari fosa digastrikus bagian bawah dalam mandibula.
Tendon diantara kedua belly. Karena hal tersebut, otot ini memiliki banyak
kegunaan tergantung pada tulang yang difiksasi, yaitu
§ Ketika mandibula dalam keadaan stabil. Oto digastrikus menaikkan tulang hioideus
§ Ketika tulang hioideus di fiksasi, otot digastrikus membuka mulut dengan menurunkan
mandibula.

3. Pengaturan Syaraf Otot Mastikasi

Kegiatan pengunyahan tidak hanya kegiatan pusat pengunyahan yang terletak di


formasio retikularis batang otak. Pusat pengunyahan dapat dipengaruhi oleh aferen dari
perifer bagian lain, termasuk wajah dan mulut, dan dipengaruhi juga oleh bagian otak lain,
misalnya emosi, stress, dan kehendak. Pengunyahan dapat terjadi tanpa rangsang dari perifer,
sekali dimulai dapat terus berlangsung tanpa dipengaruhi kemauan. Tetapi kemauan berperan
dalam memulai atau menghentikan pengunyahan, yang pengaturannya terletak dalam korteks
serebri.

Mekainsme penghantaran impuls berserta jalur persarafan yang secara umum terjadi
dimana stimulus yang diterima oleh tubuh akan dihantarkan ke SSP, namun stimulus yang
berasal dari wajah dan struktur di dalam rongga mulut tidak dihantarkan ke korda spinalis
melalui jalur-jalur spinal. Sebagai gantinya, implus akan dibawa oleh saraf aferen dari sistem
trigeminal. Badan sel saraf aferen trigeminal terletak di ganglion gasserian. Impuls yang
dibawa oleh saraf aferen akan dihantarkan ke dalam batang otak (kompleks nukleus sensorik
trigeminal) untuk bersinapsis dengan antarneuron pada daerahtrigeminal spinal tract
nucleus. Daerah ini memiliki kesamaan dengan tanduk dorsal dari korda spinalis.

Kompleks nekleus sensorik trigeminal terdiri dari main sensory nucleus (neukleus
sensori utama), yang menerima masukan dari neuron aferen yang mempersarafi jaringan
pulpa serta periodontal dan trigeminal spinal tract nucleus. Spinal tract nucleus dibagi
menjadi 3 bagian yaitu subnukleus oralis, subnukleus interpolaris dan subnukleus
kaudalis. Subnukleus kaudalis merupakan daerah di batang otak yang menerima dan
mengintegrasikan masukan nosiseptif (nyeri) yang dibawa oleh saraf aferen trigeminal.
Proses penelanan

1. FASE VOLUNTER

• Mkn-an ditelan scr sadar

• Ditekan atau didorong ke bag. Bklg mulut oleh tek. Lidah ke atas dan blkg thd
palatum shg lidah memaksa bolus msk ke orofaring.

Peranan saraf kranial fase oral

2. FASE FARINGEAL

merangsang daerah reseptor menelan(sekitar orofaring) dan impuls berjalan ke batang


otak untuk mulai kontraksi otot faring :

• Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior.

• Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling mendekati
shg membentuk celah sagital sbg jalan masuk mknan ke post.faring

• Pita suara larings mjd berdekatan, epiglotis terdorong ke blkg ke atas pintu suprior
larings. Mencegah masuknya mkn-an ke dlm trakea.

• Seluruh larings ditarik ke bwh dan ke dpn oleh otot yg melekat pada os. Hyoideus.
Meregangkan pintu esopaghus.
• Bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas) berelaksasi shg memungkinkan mkn-
an berjalan dari post. Faring ke dlm esophagus bag.atas. Pada saat menelan sfingter
tetap berkontraksi scr tonik dgn kuat untuk mencegah udara masuk ke dlm esophagus
saat bernafas.

• Pada saat larings terangkat dan sfingter esophagus atas relaksasi. M.konstriktor
farings superior berkontraksi shg timbul gel. Peristaltis cepat ke bwh dan masuk ke
esophagus dan mendorong mkn-an ke esophagus bag. Bwh.

• Berlangsung selama 1-2 detik.

• Impuls saraf sensoris melalui N.Trigeminus dan N. glosofaringeus menuju formasio


retikularis medulla oblongata dan pons (sbg pusat penelanan)

• Impuls motoris dari pusat menelan ke faring dan bag.atas esophagus mell. N.V, IX, X
dan XII.

3. FASE ESOFAGUS

• Fungsi utama esofagus : menghantarkan mkn-an dari faring ke lambung.

• Sfingter esofagus bwh berelaksasi stlh melakukan gel.peristalstis dan mkn-an


terdorong ke dlm lambung.

• Sfingter kmd kontraksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambug ke dlm
esofagus.

• Gel. Peristaltis esofagus dikontrol oleh reflek Vagus.

• Refleks dihantarkan mell serat aferen vagus dari esofagus ke med.oblongata dan
kembali ke esofagus mell serat eferen vagus.

• Gel. Berjalan dari esofagus ke lambung 5-10 detik.

Proses penelanan adalah aktivitas terkoordinasi yang melibatkan beberapa macam


otot-otot dalam mulut, otot palatum lunak, otot faring dan otot laring. Aktivitas otot
penelanan dimulai sebagai kerja volunter dan kemudian berubah menjadi refleks
involunter (Andriyani, 2001).
Hollinshead, Longmore (1985) menyatakan bahwa peristiwa menelan adalah
peristiwa yang terjadi setelah proses pengunyahan selesai didalam mulut, kemudian
mulut tertutup, lidah bagian ventral bergerak ke palatum sehingga mendorong bolus
ke arah isthmus faucium menuju faring untuk selanjutnya di teruskan ke
esophagus (Andriyani, 2001)
.
2.3.1 Aktivitas Otot
Berkovitz (1995) dan William (1995) menyatakan bahwa otot-otot yang berperan
dalam proses penelanan adalah otot-otot didalam kavum oris proprium yang bekerja
secara volunteer, otot-otot faring dan laring bekerja secara involunter. Kavum oris
terbagi menjadi dua bagian yaitu vestibulum oris dan kavum oris proprium.
Vestibulum oris adalah ruang antara gigi-geligi dan batas mukosa bagian dalam dari
pipi dan labium oris. Sedangkan kavum oris proprium merupakan ruang antara arkus
dentalis superior dan inferior. Batas anterior dan lateral kavum oris proprium adalah
permukaan lingual gigi geligi dan prosesus alveolaris (Andriyani, 2001).

2.3.1.1 Otot di dalam kavum oris proprium


Otot yang termasuk didalam kelompok ini adalah otot – otot lidah dan otot – otot
palatum lunak. Otot- otot lidah terdiri dari otot- otot instrinsik dan ekstrinsik. Otot-
otot intrinsic lidah merupakan otot yang membentuk lidah itu sendiri yaitu muskulus
longitudinalis lingua superfisialis, muskulus longitudinalis lingua provunda, muskulus
transfersus lingua dan muskulus vertikalis lingua. Otot ekstrinsik lidah merupakan
otot yang berada di bawah lidah yaitu muskulus genioglossus untuk mengerakan
bagian tengah lidah ke belakang dan muskulus styloglossus yang menarik lidah keatas
dan kebawah. Sedangan otot- otot palatum lunak yaitu muskulus tensor dan muskulus
levator veli palatini untuk mengangkat faring dan muskulus palatoglossus yang
menyebabkan terangkatnya uvula (Evelyn, 1992).

2.3.1.2 Otot – otot faring


Terbagi menjadi 2 golongan yaitu otot- otot yang jalannya melingkar dan otot- otot
yang menbujur faring. Otot- otot melingkar terdiri atas muskulus konstriktor faringis
superior, muskulus konstriktror faringis media dan muskulus konstriktor faringis
inferior (Evelyn, 1992). Sedangkan otot- otot membujur faring yaitu muskulus
stilofaringeus. Faring tertarik kearah medial untuk saling mendekat. Setelah itu
lipatan- lipatan faring membentuk celah sagital yang akan di lewati makanan menuju
kedalam faring posterior cel;ah ini melakukan kerja selektif sehingga makanan yang
telah di kunyah dapat lewat dengan mudah (Evelyn, 1992)
.
2.3.1.3 Otot laring.
Terbagi dua yaitu otot laring instrinsik dan otot laring ekstrinsik. Otot laring
ekstrinsik yaitu muskulus krikotiroideus, sedangan otot- otot laring intrinsic yaitu
muskulus tireoepiglottikus dan muskulus aritenoideus pada laring terdapat dua
sfingter yaitu aditus laringis dan rima glottidis. Aditus laringis berfungsi hanya pada
saat menelan. Ketika bolus makanan di pindahkan kebelakang diantara lidah dan
palatum lunak laring tertarik keatas. Aditus laringis di persempit oleh kerja muskulus
arytinoideus obliqus dan muskulus oroepiglottikus. Bolus makanan atau cairan, kini
masuk ke esophagus dengan mengelincir di atas epiglottis atau turun lewat alur pada
sisi aditus laringis rima glottidis berfungsi sebagai sfingter pada saat batuk atau bersin
tetapi yang terpenting adalah epiglottis membantu mencegah makanan agar sejauh
mungkin dari pita suara, dimana akan mempengaruhi tegangan pita suara pada waktu
bicara (Evelyn, 1992).
2.3.2 Tahap-Tahap Mekanisme Penelanan Makanan
Penelanan makanan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap volunteer atau tahap
oral/bukal, tahap faringeal atau involunter dan tahap esophageal. Setiap tahap ini
umumnya melakukan gerak yang berkesinambungan dan berlangsung dengan
cepat (Andriyani, 2001).

a. Tahap Bukal atau Tahap Volunter


Setelah makanan dikunyah dan berbentuk bolus,pergerakan vertical lidah akan
mendorong bolus kea rah isthmus faucium. Isthmus faucium merupakan daerah paling
dorsal kavum oris yang dibatasi oleh palatum bagian superior dan bagian inferior oleh
radiks lidah. Pada waktu makanan melewati isthmus faucium muskulus palatoglossus
berkontraksi menyempitkan isthmus faucium sehingga mencegah kembalinya
makanan ke dalam rongga mulut. Setelah makanan sampai pada orofaring dengan
diikuti oleh kontraksi muskulus levator dan muskulus tensor veli palatini dibantu oleh
muskulus palatofaringeus sehinggga menutup hubungan antara nasofaring dan
orofaring. Keadaan ini terjadi agar makanan tidak masuk ke dalam nasofaring menuju
hidung akan tetapi makanan akan terdorong ke dalam orofaring (Andriyani, 2001).

b. Tahap Faringeal atau Tahap Involunter


Pada tahap ini faring mulai berperan, yaitu muskulus stylofaringeus dan muskulus
palatofaringeus berkontraksi sehingga menarik faring kea rah cranial yang
memungkinkan makanan terdororng kea rah laringofaring(Andriyani, 2001).
Pada saat bersamaan otot-otot laring yaitu muskulus aritenoideus obliqus dan
muskulus transversus serta muskulus krikoariteniodeus lateral berkontraksi yang
menyebabkan penyempitan aditus laringis. Kedua kartilago aritenoidea pada saat ini
berkontraksi, kemudian tertarik dan saling mendekati sampai bertemu dengan
epiglotis, rima glotidis tertutup sehingga makanan tidak masuk kedalam laring tetapi
berada dalam laringofaring (Andriyani, 2001).

c. Tahap Esofageal
Pada tahap ini muskulus konstriktor faring berkontraksi bergantian dari atske bawah
mendorong bolus makanan ke bawah melewati laring. Dengan terangkatnya laring
dan relaksasi sfingter faringoesofageal, seluruh otot-otot dinding faring berkontraksi.
Makanan yang telah memasuki esophagus akan dialirkan ke lambung melalui gerak
peristaltic. Gerak peristaltic esophagus ada dua tipe, yaitu: peristaltic primer dan
peristaltic sekunder. Gerak peristaltic primer merupakan gelombang peristaltik yang
mendorong makanan di faring menuju esophagus selama tahap faringeal. Jika
gelombang peristaltic primer gagal mendorong semua makanan yang ada di
esophagus ke lambung maka gelombang peristaltic sekunder yang dihasilkan dari
peregangan esophagus oleh makanan yang tertahan akan mendorong sisa makanan ke
lambung (Andriyani, 2001).

2.3.4 Persyarafan
Pada tahap menelan, daerah posterior mulut dan faring merupakan daerah taktil yang
paling sensitif. Pada faring terdapat suatu cincin yang mengelilingi pembukaan faring
dan mempunyai sensitivitas terbesar pada tiang – tiang tonsil. Impuls dijalarkan dari
daerah ini melalui bagian sensoris syaraf trigeminal dan syaraf glossofaringeal ke
daerah medulla oblongata yang berhubungan erat dengan traktus solitaries yang
terutama menerima semua impuls sensoris dadri mulut (Andriyani, 2001).
Secara otomatis proses menelan diatur oleh daerah – daerah neuron di batang otak
yang didistribusikan ke seluruh substansia retikularis medula dan bagian bawah pons.
Daerah medulla dan ponsbagian bawah mengatur penelanan secara keseluruhan
disebut pusat menelan atau deglutisi (Andriyani, 2001).
Impuls motorik dari pusat menelan ke faring dan esophagus bagian atas menyebabkan
menelan dijalarkan oleh syaraf cranial, yaitu syaraf trigeminal, syaraf glossofaringeal,
syaraf vagus dan syaraf hypoglossal (Andriyani, 2001).

2.3 Aktifitas Otot

Gerakan mandibula selama proses pengunyahan dimulai dari gerakan membuka


mandibula yang dilakukan oleh kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Pada saat
bersamaan muskulus temporalis, muskulus masseter dan muskulus pterygoideus medialis
tidak mengalami aktifitas atau mengalami relaksasi. Makanan akan masuk kerongga mulut
dan disertai dengan proses menutupnya mandibula. Gerakan menutup mandibula disebabkan
oleh kontraksi muskulus temporalis, muskulus masseter dan muskulus pterygoideus medialis,
sedangkan muskulus pterygoideus lateralis mengalami relaksasi. Pada saat mandibula
menutup perlahan, muskulus temporalis dan muskulus masseter juga berkontraksi membantu
gigi geligi agar berkontak pada oklusi yang normal
Organ lain yang juga termasuk dalam fungsional otot pengunyahan adalah lidah.
Lidah berperan penting selama proses pengunyahan dalam mengontrol pergerakan makanan
dan membentuk bolus (bentuk makanan yang didapatkan dari pengunyahan). Lidah
membawa dan mempertahankan makanan diantara permukaan oklusal gigi geligi, membuang
benda asing, bagian makanan yang tidak enak rasanya dan membawa bolus ke palatum
sebelum akhirnya ditelan. Selain itu lidah juga berfungsi dalam mempertahankan kebersihan
mulut dengan menghilangkan debris makanan pada gingival, vestibulum dan dasar mulut.

2.4 Sendi Temporomandibula (Temporomandibular Joint/ TMJ)


TMJ merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang pada saat
pengunyahan. TMJ merupakan salah satu sendi yang paling kompleks pada tubuh dan
merupakan tempat dimana mandibula berartikulasi dengan kranium .Artikulasi tersebut
memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang disebut sendi ginglimoid dan pada saat
bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial7.
TMJ terbentuk dari kondilus mandibular yang terletak pada fosa mandibula tulang temporal.
Kedua tulang dipisahkan dari artikulasi langsung oleh lempeng sendi. TMJ diklasifikasikan
sebagai sendi kompound.
Ada dua gerakan utama pada sendi TMJ ( Gambar 2 ) , yaitu :
a. Gerak rotasi Rotasi adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan
superior kondilus dengan permukaan inferior diskus artikularis. Berdasarkan porosnya dibagi
atas : ( 1) horisontal, (2) frontal/ vertikal, dan (3) sagital.
b. Gerak meluncur atau translasi Translasi adalah suatu gerakan di mana setiap titik dari
obyek bergerak secara serempak dengan kecepatan dan arah yang sama. Di dalam sistim
pengunyahan, tranlasi terjadi ketika rahang (bawah) bergerak maju, lebih menonjol sehingga
gigi, kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama

2.5 Kontak Gigi Geligi


Kontak gigi merupakan oklusi dari gigi geligi yang disebabkan oleh kontrol
neuromuscular terhadap sistem pengunyahan. Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi
dalam rahang atas dan bawah. Secara fungsional, oklusi gigi seseorang yang normal
tergantung dari fungsi dan dampaknya terhadap jaringan periodonsium, otot dan TMJ.
Susunan gigi yang lengkap pada oklusi sangat penting karena akan menghasilkan
proses pencernaan makanan yang baik. Pemecahan makanan pada proses pengunyahan
sebelum penelanan akan membantu pemeliharaan kesehatan gigi yang baik.
Cusp (tonjol) gigi pada lengkung maksila dan mandibula yang terletak pada posisi
normal dengan gigi antagonisnya akan menghasilkan kontak yang maksimal antara cusp dan
fossa. Oklusi gigi dapat bervariasi dari satu individu dengan individu lainnya. Oklusi ideal
merupakan oklusi dimana terdapat hubungan yang tepat dari gigi pada bidang sagital. Selama
proses pengunyahan gigi geligi cenderung berada pada posisi istirahat, dimana pada posisi ini
semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan istirahat. Pada posisi ini
terdapat celah antara gigi atas dan bawah yang disebut free way space. Pada kondisi ini gigi
akan memberikan efek mekanis yang maksimal terhadap makanan.
Pada saat makanan yang berkonsistensi keras digigit, posisi gigi insisiv adalah insisal
insisiv rahang atas kontak dengan insisal insisiv rahang bawah. Selanjutnya mandibula
bergerak ke depan sampai makanan berkontak dengan gigi, sebagai tanda dimulainya proses
pemotongan makanan, setelah itu mandibula akan mengalami retrusi. Retrusi mandibula
berhenti ketika terdapat resistensi terhadap makanan. Pada saat gigi geligi rahang bawah
menekan makanan, tegangan otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam
bentuk gerakan beraturan yang terus menerus. Makanan yang telah dipotong oleh gigi insisiv
kemudian dihancurkan dan digiling oleh gigi posterior kemudian dihancurkan dan dibawa ke
daerah palatum dibagian posterior.

2.6 Regulasi Pengunyahan


Pergerakan rahang merupakan pergerakan yang unik dan kompleks. Pergerakan
mandibula dicetuskan oleh beberapa reseptor sensori yang disampaikan ke sistem saraf pusat
melalui serabut saraf afferen. Aktifitas sistem syaraf ini akan menyebabkan kontraksi dan
relaksasi dari otot-otot pengunyahan. Koordinasi dan ritmisitas dari pengunyahan berkaitan
dengan aktivasi dua refleks batang otak yaitu gerakan menutup dan membuka mandibula.
Refleks pembukaan rahang diaktifkan oleh stimulasi mekanis yaitu tekanan pada ligamen
periodontal dan mekanoreseptor mukosa yang menyebabkan. Eksitasi pada otot pembuka
rahang akan menghambat kontraksi dari otot–otot penutup rahang.
Persyarafan yang mengatur pergerakan rahang adalah N. Trigeminus (V), merupakan
N. Cranialis terbesar dan hubungan perifernya mirip dengan N. Spinalis, yaitu keluar berupa
radiks motorial dan sensorial yang terpisah dan radix sensorial mempunyai ganglion yang
besar. Serabut sensoriknya berhubungan dengan ujung saraf yang berfungsi sebagai sensasi
umum pada wajah, bagian depan kepala, mata, cavum nasi, sinus paranasal, sebagian telinga
luar dan membrane tymphani, membran mukosa cavum oris termasuk bagian anterior lingua,
gigi geligi dan struktur pendukungnya serta dura meter dari fosa cranii anterior. Saraf ini juga
mengandung serabut sensorik yang berasal dari ujung propioseptik pada otot rahang dan
kapsula serta bagian posterior discus articulation temporomandibularis. Radiks motoria
mempersarafi otot pengunyahan, otot palatum molle ( M. tensor veli palatine ), otot telinga
tengah.
Skenario 4
Fungsi nutrisi, hormon, vitamin dan mineral untuk jaringan
mulut
Seorang pasien perempuan, usia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pada gigi dan
gusinya serta gusi sering berdarah terutama saat menyikat gigi . Pasien sedang hamil 3 bulan
dan sering mual dan muntah saat pagi hari (morning sicknes). Hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan adanya kegoyangan ringan pada beberapa gigi, ada karang gigi, kondisi
rongga mulut yang buruk, gingiva kemerahan, probing ringan terjadi perdarahan. Dokter
gigi melakukan perawatan pembersihan karang gigi. Setelah perawatan selesai, dokter gigi
memberi resep yang berisi multivitamin dan mineral serta memberikan edukasi tentang
pentingnya nutrisi ensensial yang bermanfaat bagi diri dan bayi dalam kandungannnya.
Selain itu memberikan penjelasan kepada pasien bahwa kehamilan merupakan proses
hormonal yang bermanifestasi terhadap berbagai perubahan secara klinis, termasuk di
rongga mulut.

Step 1

- Morning sicknes : kondisi mual dan muntah yang dialami oleh beberapa wanita hamil
pada trimester awal kehamilan
- Kegoyangan gigi : manifestasi klinik kelainan jaringan periodontal, khususnya dengan
pembentukan poket periodontal yang dapat menyebabkan kegoyangan gigi.
- probing : suatu prosedur pengukuran kedalaman poket periodontal menggunakan
sebuah instrumen khusus.
- Multivitamin : substansi natural yang dibutuhkan tubuh untuk bertumbuh,
berkembang dan berfungsi normal. Multivitamin berisi Vitamin A, Vitamin B-
complex mencakup thiamine, riboflavin, niacin, vitamin B6, folate, vitamin B12,
pantothenic acid, dan biotin, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Calcium,
Magnesium, Zinc, Iodine, Selenium, Copper, Manganese, Chromium, Molybdenum.
- Nutrisi ensensial : nutrisi yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, sehingga harus
dipenuhi oleh sumber makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, berbagai vitamin
dan mineral.
- Bermanifestasi : menjadikan (jadi bermanifestasi bisa jadi objek atau bisa jadi
predikat)
Step 2 dan 3

1. Apa hubungan perubahan klinis ibu hamil dengan jaringan mulut?


Peningkatan resiko terjadinya penyakit mulut pada wanita hamil dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti refleks muntah (gagging), mual dan muntah yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya karies gigi, rasa takut menggosok gigi karena keadaan
gingiva yang dapat meradang pada masa kehamilan, bahkan perubahan perilaku atau
kebiasaan seperti mengabaikan kebersihan rongga mulut yang dapat meningkatkan
frekuensi karies dan penyakit periodontal.
masa kehamilan dapat menimbulkan perubahan pada rongga mulut berupa
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah gingiva sehingga menjadi sangat peka
terhadap iritasi lokal seperti plak, kalkulus dan karies.

Anda mungkin juga menyukai