Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA SD

“Penjelasan tentang Faring”

ANGGI USTIKA DEWI

A1G117032

Kelas 4A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
Konsep 42.5

Pertukaran gas terjadi melintasi permukaan respirasi yang terspesialisasi


Sistem Resiprasi Mamalia:

Pada mamalia, sistem saluran yang bercabang-cabang mengantarkan udara ke paru-paru,


yang terletak di dalam rongga dada. Uudara masuk melalui lubang hidung dan kemudian
disaring oleh rambut-rambut hidung, dihangatkan, dilembapkan, dan disampel untu aroma-
aroma yang masuk saat mengalir melalui ruang-ruang labirin di dalam rongga hidnu. Rongga
hidung mengarah ke faring, persilangan tempat jalur udara dan makanan bertemu. Ketika
makanan ditelan, laring (larynx, bagian atas saluran respirasi) bergerak ke atas dan
mendorong epiglotis sehingga menutupi glotis (bukan trakea [trachea] atau tenggorakan).
Ini memungkinkan makanan menuruni esofafus menuju ke lambung. Pada saat-saat yang
lain, glotis terbuka, sehingga memungkinkan pernapasan.

Dari laring, udara mengalir ke dalam trakea. Kartilago memperkokoh dinding-dinding


laring dan trakea sehingga bagian saluran udara ini terbuka. pada sebagian besar mamalia,
laring juga berfungsi sebagai kotak suara. Udara yang diembuskan akan mengalir cepat
melalui pita suara (voal cords), sepasang pita-pita otot elastis didalam suara menegang,
merentangkan pita-pita suara sehingga mereka bervibrasi. Suara-suara tinggi dihasilkan dari
pita-pita yang terentang erat dan bervibrasi sangat cepat; suara-suara rendah berasal dari pita-
pita yang tidak begitu tegang dan bervibrasi secara lambat.

Dari trakea, terdapat dua cabang yang disebut bronkus (bronchus, jamak bronki
[bronchi]), masing-masing mengarah ke salah satu paru-paru. Di dalam paru-paru bronkus
bercang-cabang lagi menjadi saluran-saluran yang semakin halus, disebut bronkiolus
(bronchiole). Keseluruhan sistem saluran udara memiliki penampilan yang mirip pohoon
terbalik, dengan trakea sebagai batangnya. Epitelium yang melapisi cabang-cabang utama
pohon respirasi ini ditutupi oleh silia dan selapis mukus yang tipis. Mukus memerangkap
debu, polen dan kontaminan-kontaminan mungil yang lain, dan silia yang berdenyut
menggerakkan mukus ke atas menuju ke faring, tempat mukus tersebut ditelan ke dalam
esofagus. Proses ini, terkadang disebut ‘eskalator mukus’, memainkan peran yang penting
dalam mebersihkan sistem respirasi.

Pertukaran gas terjadi di alveoli (tunggal, alveolus), kantong-kantong udara yang


menggugus di ujung bronkiolus paling kecil. Paru-paru manusia mengandung jutaan alveoli,
yang secara bersamaan memiliki area permukaan sekitar 100 m2, lima puluh kali lebih luas
daripada kulit. Oksigen diudara yang memasuki alveoli terlarut didalam selaput lembap yang
melaisi permukaan dalam dan berdifusi dengan cepat melintasi epitelium ke dalam jejaring
kapiler yang mengelilingi setiap alveoli. Karbon dioksida berdifusi dalam arah yang
berlawanan, dari kapiler melintasi epitelium alveoli dan menuju ke dalam rongga udara.

Alveoli sedemikian kecil sehingga sekresi terspesialisasi diperlukan untuk


memulihkan tegangan permukaan di dalam cairan yang melapisi permukaannya. Sekresi-
sekresi ini, disebut surfaktan (surfactant), mengandung campuran fosfolipid dan protein.
Tanpa surfaktan, alveoli akan kempes, sehingga menghalangi masuknya udara. Kekuarangan
surfaktan paru-paru merupakan masalah utama bagi bayi manusia yang terlahir sangat
prematur. Surfaktan biasanya muncul di paru-paru setelah 33 minggu perkembanga
embrionik. Diantara bayi-bayi yang terlahir sebelum minggu ke-28, setengahnya menderita
masalah respirasi serius. Surfaktan buatan kini digunakan secara rutin untuk menangani bayi-
bayi prematur semacam ini.

Karena tidak memiliki silia atau aliran-aliran udara yang cukup untuk menyingkirkan
partikel-partikel dari permukaannya, alveoli sangat rentan terhadap kontaminasi. Sel-sel
darah putih mengawasi alveoli dengan menelan partike-partikel asing. Akan tetapi, jika
terlalu banyak partikel kecil yang mencapai alveoli, pertahanan tubuh dapat runtuh, sehingga
menimbulkan penyakit-penyakit yang mengurangi efisiensi pertukaran gas. Para penambang
batu bara dan pekerja-pekerja lain yang terpapar oleh debu dari bebatuan dalam jumblah yang
sangat banyak akan rentan terhadap silikosis, penyakit paru-paru yang dapat melemahkan
penderita, tidak dapat disembuhkan, dan terkadang mematikan. Asap roko juga membawa
partike-partikel merusak ke dalam alveoli.

Konsep 41.3

Organ-organ yang terspesialisasi untuk tahap-tahap yang berturutan dari


pengolahan makanan menyusun sistem pencernaan mamalia
Karena sebagian besar hewan, termasuk mamalia memiliki kanal alimentaris, kita akan
menggunakan sistem pencernaan mamalia sebagai contoh yang representatif dari prinsip-
prinsip umum pengolahan makanan. Pada mamalia, sistem pencernaan terdiri dari kanal
alimentaris dan berbagai kelenjar-kelenjar aksesoris yang menyekresikan getah-getah
pencernaan melaui saluran ke dalam kanal. Kelenjar-kelenjar aksesoris dari sistem
pencernaan mamalia ada tiga pasang kelenjar ludah, pankreas, hari dan kandung empedu.

Makanan didorong di sepanjang kanal alimentaris oleh peristalsis, gelombang-


gelombang kontraksi dan relaksasi yang silih berganti di dalam otot-otot polos yang melapisi
kanal alimentaris. Peristalsis-lah yang memungkinkan kita mengolah dan mencerna makanan
bahkan sambil berbaring. Pada beberapa sambungan diantara kompartemen-kompartemen
yang terspesialisasi, lapisan otot membentuk katup serupa-cincin yang disebut sfingter
(sphincter).

Dengan menggunakan sistem pencernaan manusia sebagai model, marilah kita mengikuti
makanan melalui kanal alimentaris. Saat melakukannya, kita akan mengkaji secara detail apa
yang terjadi pada makanan dalam masing-masing kompartemen pencernaan.

Rongga, Mulut, Faring, dan Esofagus:

Ingesti dan tahap-tahap awal digesti terjadi di dalam rongga mulut (oral cavity). Digesti
mekanis dimulai saat gigi dari berbagai bentuk memotong, meremukkan dan menggilig
makanan, sehingga makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan area
permukaannya.sementara itu, keberadaan makanan merangsang refleks saraf yang
menyebabkan kelenjar ludah (salivary gland) mengeluarkan ludah melalui saluran ke
dalam rongga mulut. Ludah juga bisa dikeluarkan sebelum makanan memasuki mulut, dipicu
oleh asosiasi yang dipelajari antara makan dan waktu dalam sehari, aroma masakan, atau
rangsangan yang lain.

Ludah mengawali digesti kimiawi sekaligus melindungi rongga mulut. Amilase


(amylase), enzim di dalam ludah, menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan) dan
glikogen (polimer glukosa dari hewan) menjadi polisakarida yang lebih kecil dan disakarida
maltosa. Musin (mucin), glikoprotein licin (kompleks karbohidrat-ptotein) dalam ludah,
melindungi lapisan mulut dari abrasi. Musin juga melumasi makanan agar lebih mudah
ditelan. Komponen-komponen tambahan ludah mencakup bufer, yang membantu mencegah
kerusakan gigi dengan menetralisir asam, dan agen-agen antibakteri (seperti lisozim), yang
melindungi dari mikroorganisme yang memasuki mulut bersama makanan.

Bagaikan penjaga pintu yang memeriksa dan membantu orang-orang yang memasuki
suatu gedung, lidah membantu proses pencernaan dengan mengevaluasi material yang
diingesti dan memungkinkan material tersebut lewat. Ketika makanan tiba di rongga mulut,
lidah memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan makanan mana yang harus
diolah lebih lanjut. Setelah makanan dianggap bisa diterima dan pengunyahan berlanjut,
pergerakan lidah memanipulasi makanan, membantu membentuk makanan tersebut menjadi
bola yang disebut bolus. Selama menelan, lidah memberikan bantuan lebih lanjut,
mendorong bolus ke bagian belakang dari rongga mulut dan ke dalam faring.

Faring (pharynx), atau wilayah kerongkongan, membuka ke dua saluran: esofagus dan
trakea (tenggerokan). Esofagus (esophagus) menghubungkan faring dengan lambung,
sementara trakea mengarah ke paru-paru. Oleh karena itu, menelan harus dilakukan secara
hati-hati agar makanan tidak masuk dan menyumbat saluran napas, ketika anda menelan,
kelepak kartilago yang disebut epiglotis (epiglottis) mencegah makanan memasuki trakea
dengan menutupi glotis (glottis)-pita-pita suara dan bukaan di antara pita-pita tersebut.
Dengan dipandu oleh pergerakan laring (larynx), bagian atas saluran pernapasan, mekanisme
penelanan ini mengarahkan setiap bolus ke dalam lubang masuk esofagus. Jika refleks
menelan gagal, makanan atau cairan dapat mencapai tenggerokan dan menyebabkan tersedak,
yaitu penyumbatan trakea. Akibat kekurangan aliran udara ke paru-paru dapat menjadi fatal
jika material tidak segera dikeluarkan melalui batuk-batuk hebat atau dorongan diafragma ke
atas secara paksa (manuver Heimlich).

Esofagus mengandung otot lurik maupun otot polos. Otot lurik terletak di bagian atas
esofagus dan aktif selama penelanan makanan. Di sepanjang bagian esofagus yang lain, otot
polos berfungsi dalam peristalsis. Siklus kontraksi ritmis menggerakkan setiap bolus ke
lambung. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Ketika seseorang sedang tidak menelan, otot sfingter esofagus terkontraksi, epiglotis naik,
dan glotis membuka, sehingga udara mengalir melalui trakea menuju ke paru-paru.
2. Refleks menelan terpicu ketika bolus makanan mencapai faring
3. Laring bagian atas saluran pernapasan, bergerak naik dan epiglotis miring menutupi
glotis, mencegah makanan masuk ke trakea.
4. Sfingter esofagus berelaksasi, sehingga memungkinkan bolus memasuki esofagus.
5. Setelah makanan memasuki esofagus laring bergerak turun dan membuka saluran
pernapasan
6. Gelombang kontraksi otot (peristalsis) menggerakkan bolus menuruni esofagus menuju
ke lambung.

Seperti bagian-bagian lain dari sistem pencernaan, bentuk esofagus sesuai dengan fungsinya
dan bervariasi menurut spesies. Misalnya, ikan tidak memiliki paru-paru untuk dipirau
(bypass) sehingga memiliki esofagus yang pendek.

Daftar Pustaka
Campbell Neil A. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid . Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai