A1G117032
Kelas 4A
KENDARI
2019
Konsep 42.5
Dari trakea, terdapat dua cabang yang disebut bronkus (bronchus, jamak bronki
[bronchi]), masing-masing mengarah ke salah satu paru-paru. Di dalam paru-paru bronkus
bercang-cabang lagi menjadi saluran-saluran yang semakin halus, disebut bronkiolus
(bronchiole). Keseluruhan sistem saluran udara memiliki penampilan yang mirip pohoon
terbalik, dengan trakea sebagai batangnya. Epitelium yang melapisi cabang-cabang utama
pohon respirasi ini ditutupi oleh silia dan selapis mukus yang tipis. Mukus memerangkap
debu, polen dan kontaminan-kontaminan mungil yang lain, dan silia yang berdenyut
menggerakkan mukus ke atas menuju ke faring, tempat mukus tersebut ditelan ke dalam
esofagus. Proses ini, terkadang disebut ‘eskalator mukus’, memainkan peran yang penting
dalam mebersihkan sistem respirasi.
Karena tidak memiliki silia atau aliran-aliran udara yang cukup untuk menyingkirkan
partikel-partikel dari permukaannya, alveoli sangat rentan terhadap kontaminasi. Sel-sel
darah putih mengawasi alveoli dengan menelan partike-partikel asing. Akan tetapi, jika
terlalu banyak partikel kecil yang mencapai alveoli, pertahanan tubuh dapat runtuh, sehingga
menimbulkan penyakit-penyakit yang mengurangi efisiensi pertukaran gas. Para penambang
batu bara dan pekerja-pekerja lain yang terpapar oleh debu dari bebatuan dalam jumblah yang
sangat banyak akan rentan terhadap silikosis, penyakit paru-paru yang dapat melemahkan
penderita, tidak dapat disembuhkan, dan terkadang mematikan. Asap roko juga membawa
partike-partikel merusak ke dalam alveoli.
Konsep 41.3
Dengan menggunakan sistem pencernaan manusia sebagai model, marilah kita mengikuti
makanan melalui kanal alimentaris. Saat melakukannya, kita akan mengkaji secara detail apa
yang terjadi pada makanan dalam masing-masing kompartemen pencernaan.
Ingesti dan tahap-tahap awal digesti terjadi di dalam rongga mulut (oral cavity). Digesti
mekanis dimulai saat gigi dari berbagai bentuk memotong, meremukkan dan menggilig
makanan, sehingga makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan area
permukaannya.sementara itu, keberadaan makanan merangsang refleks saraf yang
menyebabkan kelenjar ludah (salivary gland) mengeluarkan ludah melalui saluran ke
dalam rongga mulut. Ludah juga bisa dikeluarkan sebelum makanan memasuki mulut, dipicu
oleh asosiasi yang dipelajari antara makan dan waktu dalam sehari, aroma masakan, atau
rangsangan yang lain.
Bagaikan penjaga pintu yang memeriksa dan membantu orang-orang yang memasuki
suatu gedung, lidah membantu proses pencernaan dengan mengevaluasi material yang
diingesti dan memungkinkan material tersebut lewat. Ketika makanan tiba di rongga mulut,
lidah memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan makanan mana yang harus
diolah lebih lanjut. Setelah makanan dianggap bisa diterima dan pengunyahan berlanjut,
pergerakan lidah memanipulasi makanan, membantu membentuk makanan tersebut menjadi
bola yang disebut bolus. Selama menelan, lidah memberikan bantuan lebih lanjut,
mendorong bolus ke bagian belakang dari rongga mulut dan ke dalam faring.
Faring (pharynx), atau wilayah kerongkongan, membuka ke dua saluran: esofagus dan
trakea (tenggerokan). Esofagus (esophagus) menghubungkan faring dengan lambung,
sementara trakea mengarah ke paru-paru. Oleh karena itu, menelan harus dilakukan secara
hati-hati agar makanan tidak masuk dan menyumbat saluran napas, ketika anda menelan,
kelepak kartilago yang disebut epiglotis (epiglottis) mencegah makanan memasuki trakea
dengan menutupi glotis (glottis)-pita-pita suara dan bukaan di antara pita-pita tersebut.
Dengan dipandu oleh pergerakan laring (larynx), bagian atas saluran pernapasan, mekanisme
penelanan ini mengarahkan setiap bolus ke dalam lubang masuk esofagus. Jika refleks
menelan gagal, makanan atau cairan dapat mencapai tenggerokan dan menyebabkan tersedak,
yaitu penyumbatan trakea. Akibat kekurangan aliran udara ke paru-paru dapat menjadi fatal
jika material tidak segera dikeluarkan melalui batuk-batuk hebat atau dorongan diafragma ke
atas secara paksa (manuver Heimlich).
Esofagus mengandung otot lurik maupun otot polos. Otot lurik terletak di bagian atas
esofagus dan aktif selama penelanan makanan. Di sepanjang bagian esofagus yang lain, otot
polos berfungsi dalam peristalsis. Siklus kontraksi ritmis menggerakkan setiap bolus ke
lambung. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Ketika seseorang sedang tidak menelan, otot sfingter esofagus terkontraksi, epiglotis naik,
dan glotis membuka, sehingga udara mengalir melalui trakea menuju ke paru-paru.
2. Refleks menelan terpicu ketika bolus makanan mencapai faring
3. Laring bagian atas saluran pernapasan, bergerak naik dan epiglotis miring menutupi
glotis, mencegah makanan masuk ke trakea.
4. Sfingter esofagus berelaksasi, sehingga memungkinkan bolus memasuki esofagus.
5. Setelah makanan memasuki esofagus laring bergerak turun dan membuka saluran
pernapasan
6. Gelombang kontraksi otot (peristalsis) menggerakkan bolus menuruni esofagus menuju
ke lambung.
Seperti bagian-bagian lain dari sistem pencernaan, bentuk esofagus sesuai dengan fungsinya
dan bervariasi menurut spesies. Misalnya, ikan tidak memiliki paru-paru untuk dipirau
(bypass) sehingga memiliki esofagus yang pendek.
Daftar Pustaka
Campbell Neil A. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid . Jakarta: Erlangga