Anda di halaman 1dari 18

Tugas Kelompok!

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Penerapan, Rambu-rambu, dan Ruang Lingkup

Pembelajaran IPA yang Efektif di SD

Oleh Kelompok 10:

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Penerapan, Rambu-rambu, dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA yang Efektif di SD” ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat minim. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kendari, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Penerapan Pembelajaran IPA yang Efektif................................................................3
B. Rambu-rambu dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD...................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................................13
B. Penutup.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berubahnya KTSP menjadi Kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan
pelaksanaan sistem  pendidikan di Indonesia yang memiliki tujuan yaitu membentuk pribadi
bangsa yang  produktif, kreatif, inovatif dan afektif sebagai modal untuk membangun sebuah 
bangsa yang beradab. Hal tersebut mengisyaratkan adanya sebuah sistem yang kontinuitas
dan sejalan dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan pengetahuan, teknologi, dan
seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di
masa depan. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama
- Pertama , standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. 
- Kedua , standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti
yang  bebas mata pelajaran.
- Ketiga , semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap  pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan siswa.
- Keempat , mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
- Kelima , semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti.
- Keenam , keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses  pembelajaran, dan
penilaian.
Prinsip-prinsip utama tersebut diimplementasikan  bentuk sistem pembelajaran.
Pendidik perlu menciptakan lingkungan yang mampu merangsang siswa kreatif dengan
menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya, esensi
pengetahuan adalah kegiatan sehingga sesuai dengan teori belajar yang diungkapkan oleh
Piaget (Wina Sanjaya, 2011: 105) bahwa aktivitas yang dilakukan oleh siswa akan
memberikan suatu pengalaman belajar yang mampu menumbuh kembangkan struktur
kognitif siswa secara optimal. Proses pembelajaran dengan menjadikan siswa sebagai pusat
kegiatan sesuai dengan karakteristik IPA dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang ideal
didalamnya mencakup pendekatan, strategi, metode serta teknik.
Dalam  pedoman rencana pelaksanaan pembelajaran yang termuat dalam Permendikbud 
No.65 th.2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa metode digunakan oleh  pendidik
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang

1
disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai. Sementara itu,
pembelajaran ideal, berupa proses pembelajaran yang ideal untuk menyampaikan materi
pelajaran efektif. Metode dan media pembelajaran merupakan komponen penting pada
proses pembelajaran guna mewujudkan suasana belajar efektif dan efisien sehingga siswa
dapat kreatif dan mengembangkan kompetensi yang diharapkan secara optimal. Dalam
memilih metode dan menentukan media pembelajaran, pendidik perlu melakukan
perencanaan yang tertuang dalam RPP sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud
(2007), yang menuntut pendidik mampu menyusun rancangan  pembelajaran yang lengkap,
baik untk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. Namun dalam
kenyataannya, terkadang IPA menjadi pembelajaran yang membosankan dan hafalan karena
ketidaksesuaian metode yang digunakan dengan materi yang diajarkan. Materi dengan
cakupan luas yang tidak sesuai jam belajar, fasilitas media pembelajaran yang kurang
memadai, kemampuan professional  pendidik melakukan  pembelajaran kurang sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada rendahnya
ketercapaian hasil belajar siswa baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.
Berdasarkan uraian di atas, maka pelu adanya alternatif solusi guna mengatasi 
permasalahan terkait dengan pembelajaran IPA ideal efektif yang membuat siswa kreatif.
Dengan adanya alternatif solusi tersebut, diharapkan mampu meminimalisir kesenjangan
antara tuntutan kurikulum 2013 dengan kenyataan di lapangan sehingga mampu
mewujudkan tujuan untuk membangun bangsa yang cerdas dan beradab.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, adapun rumusan masalah yang
diangkat adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan pembelajaran IPA di SD ?
2. Apakah rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini ialah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana penerapan pembelajaran IPA di SD
2. Mahasiswa dapat memahami rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penerapan Pembelajaran IPA Yang Efektif di SD
1. Pengertian Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). Pembelajaran adalah kegiatan
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Dalam pembelajaran terjadi
komunikasi yang intensif antara guru dan siswa dalam belajar sehingga terjadi kegiatan
secara psikis dan fisik yang dilakukan siswa dalam belajar dan guru dalam memfasilitasi
siswanya agar belajar dengan baik. Pembelajaran dimaknai sebuah kegiatan psikis dan
fisik dalam interaksi belajar-mengajar dengan menggunakan berbagai alat dan sumber
pembelajaran dalam rangka mencapai perubahan perilaku yang bersifat permanen baik
kognitif, afektif maupun psikomotor yang bersifat permanen.
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu pertama, proses pembelajaran
melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya mendengar, mencatat dan
melihat namun terjadi aktivitas berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun
suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus. Dalam pembelajaran terdapat
faktor penentu yang saling berhubungan yang secara sistemik menyangkut kemampuan
guru dalam penguasaan materi, keterampilan dalam menggunakan berbagai pendekatan,
dan proses pemberian kesempatan siswa untuk belajar secara individu maupun kelompok
(UU sisdiknas No. 20 tahun 2003).
Sedangkan Pembelajaran yang efektif menurut Muslim (2001: 22) dapat dilihat dari
dua dimensi, yaitu guru dan siswa. Pertama, dari dimensi guru, dalam proses belajar
mengajar guru aktif dalam memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik,
mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa, guru harus
kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu atau media
pembelajaran, pembelajaran efektif jika guru dapat mencapai tujuan pembelajaran, agar
pembelajaran menyenangkan guru harus bisa mengemas materi agar lebih mudah
dipahami siswa, menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang

3
sesuai dengan materi untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Kedua, dari dimensi siswa: siswa harus aktif dalam bertanya, mengemukakan
gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya, siswa kreatif dalam
menulis atau merangkum, merancang atau membuat sesuatu dan menemukan sesuatu
yang baru bagi diri siswa, keefektifan siswa bisa dilihat dari penguasaan ketrampilan
yang dibutuhkan oleh siswa, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa
berani mencoba atau berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan, berani
mempertanyakan gagasan orang lain. Dengan kata lain apa yang dimaksud dengan
pembelajaran yang efektif adalah proses membelajarkan siswa yang dapat memberi
manfaat (efek) terhadap apa yang sedang dipelajari.
Daalam konteks pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus dipertimbanhkan
untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif yaitu harus memperhatikan
kesiapan psikis siswa dengan memperhatikan kemampuan individu siswa, mendorong
dan meningkatkan kemampuannya, merangsang agar siswa tertantang untuk belajar serta
dengan memanfaatkan sumber dan media belajar yang mendukung.
2. Konsep IPA
IPA secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini M Iskandar, 1996/1997). IPA
adalah “kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan itu”. Artinya, sebenarnya IPA merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan, “Real Science is both product and process in separably joint”, sebagai
proses, IPA merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam (Suyudi, 2003:
10). Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan.
Pendapat lain juga datang dari Samatowa (2006: 16) yang menyatakan bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis,
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen. Sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya
merupakan satu kesatuan yang utuh, sedang berlaku umum maksudnya pengetahuan itu

4
tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi
yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah bangunan
pengetahuan yang dibentuk melalui proses pengamatan terhadap gejala-gejala alam dan
kebendaan yang secara terus-menerus, sistematis, tersusun secara teratur, rasional dan
obyektif yang berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi, klasifikasi,
hubungan waktu, menggunakan hitungan, pengukuran, komunikasi, hipotesis, control
variable, interprestasi data dan eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah yang
hasilnya berupa fakta, prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep maupun
faktor-faktor yang kesemuanya ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai gejala
alam.
Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang lebih menekankan aspek proses
bagaimana siswa belajar dan efek dari proses belajar tersebut bagi perkembangan siswa
itu sendiri. Pembelajaran IPA melibatkan keaktifan siswa, baik aktivitas fisik maupun
aktivitas mental, dan berfokus pada siswa, yang berdasar pada pengalaman keseharian
siswa dan minat siswa. Pembelajaran IPA di SD mempunyai tiga tujuan utama :
mengembangkan keterampilan ilmiah, memahami konsep IPA, dan mengembangkan
sikap yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajarannya.
Belajar merupakan proses aktif (Rodriguez, 2001). Anak belajar dengan cara
mengonstruksi hal yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan yang diketahuinya, bukan
menerima suatu hal dengan pasif. Pengertian ini berakar dari perspektif konstruktivisme.
Konstruktivisme sendiri banyak dijumpai di berbagai bidang antara lain psikologi,
filosofi, sosiologi, dan pendidikan, serta menimbulkan implikasi yang berarti dalam
pembelajaran IPA. Hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa bagaimana cara membuat
siswa belajar aktif? Dan pertanyaan ini sangat menentukan cara mengajar dan
pembelajaran IPA di SD, bahwa pembelajaran IPA tidak hanya penentuan dan
penguasaan materi, tetapi aspek apa dari IPA yang perlu diajarkan dan dengan cara
bagaimana, supaya siswa dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan
terampil untuk mengaplikasikan secara logis konsep tersebut pada situasi lain yang
relevan dengan pengalaman kesehariannya.

5
Minat siswa pada IPA juga penting untuk belajar IPA yang efektif, terutama untuk
mengembangkan rasa percaya diri dalam berpendapat, beralasan, dan menentukan cara
untuk mencari tahu jawabannya. Apabila demikian halnya, selama enam tahun siswa
akan mempunyai pengalaman belajar yang bermakna sehingga pada tahap ini siswa
mampu mengembangkan sikap dan nilai-nilai dari pembelajaran IPA. Siswa yang
berminat pada IPA akan merasakan bahwa belajar IPA itu menyenangkan sehingga akan
antusias mengenai bagaimana pelajaran IPA berimbas pada pengalaman kesehariannya
(Murphy and Beggs, 2003).
3. Strategi pembelajaran IPA
Belajar merupakan proses aktif (Rodriguez, 2001). Anak belajar dengan cara
mengonstruksi hal yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan yang diketahuinya, bukan
menerima suatu hal dengan pasif. Pengertian ini berakar dari perspektif konstruktivisme.
Konstruktivisme sendiri banyak dijumpai di berbagai bidang antara lain psikologi,
filosofi, sosiologi, dan pendidikan, serta menimbulkan implikasi yang berarti dalam
pembelajaran IPA. Hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa bagaimana cara membuat
siswa belajar aktif? Dan pertanyaan ini sangat menentukan cara mengajar dan
pembelajaran IPA di SD, bahwa pembelajaran IPA tidak hanya penentuan dan
penguasaan materi, tetapi aspek apa dari IPA yang perlu diajarkan dan dengan cara
bagaimana, supaya siswa dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan
terampil untuk mengaplikasikan secara logis konsep tersebut pada situasi lain yang
relevan dengan pengalaman kesehariannya.
Minat siswa pada IPA juga penting untuk belajar IPA yang efektif, terutama untuk
mengembangkan rasa percaya diri dalam berpendapat, beralasan, dan menentukan cara
untuk mencari tahu jawabannya. Apabila demikian halnya, selama enam tahun siswa
akan mempunyai pengalaman belajar yang bermakna sehingga pada tahap ini siswa
mampu mengembangkan sikap dan nilai-nilai dari pembelajaran IPA. Siswa yang
berminat pada IPA akan merasakan bahwa belajar IPA itu menyenangkan sehingga akan
antusias mengenai bagaimana pelajaran IPA berimbas pada pengalaman kesehariannya
(Murphy and Beggs, 2003).

6
Hands-on and minds-on approaches
Belajar efektif dengan melakukan ”aktivitas” (learning by doing). Meskipun
demikian, esensi ”aktivitas” dalam pembelajaran IPA adalah ”aktivitas belajar” (Fleer,
2007). Dalam prakteknya tidak jarang bahwa ”aktivitas” (hands-on science) itu sendiri
tidak disertai dengan belajar (Bodrova and Leong, 2007). Dalam artikelnya, Osborne
(1997) bertanya secara provokatif: ”Is doing science the best way to learn science?” Oleh
karena itu, guru perlu memberikan kesempatan bagi siswa untuk menginterpretasi konsep
(minds-on approach) (Keogh and Naylor, 1996). Menempatkan siswa pada pusat proses
pembelajaran.
Metode mengajar tradisional dengan pendekatan ekspositori sebaiknya mulai
dikurangi. Guru yang hanya mentransmisi pengetahuan kurang menstimulasi siswa untuk
belajar secara aktif. Hal ini bukan berarti bahwa metoda ceramah tidak baik, atau siswa
tidak mengalami proses belajar. Variasi proses pembelajaran lebih memicu siswa untuk
aktif belajar (Rodriguez, 2001). Menempatkan siswa pada pusat poses pembelajaran
berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengonstruksi hal yang dipelajarinya
berdasarkan pengetahuan yang diketahuinya dan menginterpretasi konsep, bukan
memberikan informasi melalui buku teks (Dickinson, 1997).
Identifikasi pengetahuan awal dan kesalahpahaman siswa Hal ini sama sekali
tidak mudah karena beberapa faktor menyebabkan siswa SD tidak dapat mengartikulasi
dengan baik apa yang diketahuinya. Meskipun demikian, berangkat dari apa yang siswa
ketahui bermanfaat untuk menentukan rencana pembelajaran yang efektif (Harlen, 1996).
Kendala pembelajaran IPA
Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA tidak mudah
diimplementasikan. Persepsi mengenai peran guru di kelas, peran sekolah dalam
pendidikan anak, persepsi dan harapan orang tua terhadap guru dan sekolah masih sangat
kontradiktif dengan perspektif konstruktivisme dan sangat 3 sukar untuk mengubah
paradigma yang berpandangan bahwa guru adalah satusatunya sumber belajar.
Keterbatasan guru dalam bidang pengetahuan ilmiah dan perasaan kurang percaya diri
untuk mengajar IPA merupakan kendala yang lain. Hal ini dikarenakan kebanyakan guru
SD merupakan guru kelas yang mengajar beberapa mata pelajaran (high workload).
Persepsi guru terhadap IPA juga sangat menentukan pembelajaran IPA. Guru yang

7
memandang IPA sebagai sekumpulan fakta, konsep, atau teori belaka menyebabkan
pembelajaran IPA yang kurang bermakna. Walaupun guru memegang kuat komitmen
untuk mendidik siswa dan memandang bahwa siswa perlu belajar IPA, guru menjadi
kurang antusias dan tidak yakin akan kemampuan mereka dalam pembelajaran IPA. Hal
ini kurang menstimulasi siswa untuk belajar secara aktif (Dickinson, 1997). Komitmen
untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA merupakan langkah penting dalam
mewujudkan proses pembelajaran yang efektif (Tobin, Briscoe, and Holman, 1990).
Masalah tersebut, ditambah sistem ujian akhir nasional yang sangat menekankan pada
pemahaman konsep, merupakan suatu dilemma. Sistem tersebut mengakibatkan IPA
diajarkan hanya sebagai sekumpulan fakta, konsep, atau teori (body of knowledge),
terutama pada kelas 5 dan 6. Guru merasa perlu mempersiapkan siswa menghadapi ujian
akhir nasional dengan cara drilling supaya mereka dapat tepat menjawab soal. Dedikasi
guru untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa pada bidang IPA
dan memberikan bekal nilai-nilai ilmiah yang terkandung dalam pembelajaran IPA
menurun tajam bersamaan dengan tahap persiapan menghadapi ujian. Di samping itu,
jumlah siswa dalam kelas merupakan kendala utama pembelajaran IPA. Jumlah siswa di
atas 20 anak dalam satu kelas menyebabkan guru kesulitan untuk mengatasi masalah
perbedaan kemampuan individu. Contoh kendala lain adalah ketersediaan waktu;
ketidakcocokan antara kurikulum, pembelajaran, dan evaluasi; keterbatasan sumber
belajar; pola hubungan antara guru dan siswa; dan lain-lain.
B. Rambu-rambu dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Rambu-rambu Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi siswa SD seharusnya
didasarkan pada karakteristik psikologis anak, memberikan kesenangan bermain dan
kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki
fenomena alam di sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang  terdapat dalam
dirinya, memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil
membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang dikuasainya. Selain
itu penilaian dalam pengajaran sains harus dilakukan dengan menggunakan sistem
penilaian (asesmen) yang adil, proporsional, transparan, dan komprehensif bagi setiap
aspek proses hasil belajar siswa.

8
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual siswa SD maka
penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaran sains harus dimulai dari nyata
(konkrit) ke abstrak, dari mudah ke sukar, dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh.
Dengan kata lain, mulailah dari apa yang ada mengoptimalkan suasan bermain tersebut
dalam kelas sehingga menjadi media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA.
Tidak boleh terjadi, pembelajaran IPA di SD justru mengabaikan  apalagi menghilangkan
dunia bermain anak.
Pembelajaran IPA akan berlangsung efektif jika kegiatan belajar mengajarnya
mampu mencitrakan kepada siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari
segala bentuk ancaman dan hambatan psikologis, serta memfasilitasi siswa untuk secara
lugas mengemukakan dan mencoba ide-idenya.
Disamping pemahaman dan pengimplementasian karakteristik psikologis siswa
pada pada pembelajaran IPA, kejelasan wawasan guru tentang ruang lingkup IPA juga
sangat menentukan kualitas pengajaran IPA di Sekolah Dasar.
2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam di SD
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja
ilmiah dan pemahaman konsep.
a. Kerja Ilmiah. Menurut Effendi dan Maliha (2007) pendidikan IPA menekankan pada
pemberian belajar langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa dapat mengembangkan
sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
pengetahuan tentang dirinya dan alam sekitar. Lingkup kerja ilmiah meliputi
kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan
masalah, sikap, dan nilai ilmiah.
Kerja ilmiah dalam kurikulum sekolah dasar terdiri dari:
1) Penyelidikan/Penelitian
Siswa menggali pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan produk
teknologi melalui refleksi dan analisis untuk merencanakan, mengumpulkan,
mengolah dan menafsirkan data, mengkomunikasikan kesimpulan, serta menilai
rencana prosedur dan hasilnya.

9
2) Berkomunikasi Ilmiah
Siswa mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan
kajiannyakepada berbagai kelompok sasaran untuk berbagai tujuan.
3) Pengembangan Kreatifitas dan Pemecahan Masalah
Siswa mampu berkreatifitas dan memecahkan masalah serta
membuatkeputusan dengan menggunakan metode ilmiah.
4) Sikap dan Nilai Ilmiah
Siswa mengembangkan sikap ingin tahu, tidak percaya tahayul, jujur
dalammenyajikan data faktual, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, kreatif
dalammenghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap makhluk hidup dan
lingkungan,tekun dan teliti.
b. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan.
Secara terperinci lingkup materi pemahaman konsep yang terdapat dalam Kurikulum
KTSP adalah:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3) Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
5) Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan penerapan konsep
sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan
membuat.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut
saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman
atau penemuan konsep IPA.
Menurut Hardy dan Fleer (1996) ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA dalam
perspektif yang lebih luas.

10
1) IPA sebagai kumpulan pengetahuan, mengacu pada kumpulan berbagai konsep
yang sangat luas. IPA dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan
yang telah lama ditemukan sejak zaman dahulu sampai pengetahuan yang baru.
Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan
alam.
2) IPA sebagai suatu proses penelusuran, umumnya sebagai pendangan suatu
pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhubungan erat dengan
kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.
3) IPA sebagai kumpulan nilai, pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah
termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.
4) IPA sebagai cara untuk mengenal dunia, IPA dipertimbangkan sebagai suatu cara
dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia disekeliling mereka,
selain juga sebagai salah satu untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan
segala keterbatasannya.
5) IPA sebagai institusi sosial, IPA seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai
kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai, dilatih, dan diberi
penghargaan akan hasil karya yang dihasilkan.
6) IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, setiap orang menyadari bahwa
apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat
dipengaruhi oleh IPA.
IPA atau sains di SD diberikan sebagai mata pelajaran sejak kelas III sedangkan
kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi
diajarkan secara sistematis. Karena di dalam penelitian ini yang dikaji bahan mata
pelajaran kelas IV maka di bawah ini konsep-konsep pengembangan pengetahuan
IPA atau sains di kelas IV semester II antara lain:
1) Gaya dan gerak benda
2) Energi dan kegunaanya
3) Kenampakan permukaan bumi dan benda langit
4) Perubahan lingkungan
5) Sumber daya alam

11
Konsep dan kegiatan pendidikan IPA atau sains di Sekolah Dasar merupakan
pengenalan konsep dasar kegiatan IPA. Keseluruhan konsep tersebut merupakan
konsep baru dan berfungsi sebagai prasyarat pendukung maupun sebagai dasar bahan
kajian IPA di pendidikan menengah.

  

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran adalah kegiatan membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
yang efektif adalah proses membelajarkan siswa yang dapat memberi manfaat (efek)
terhadap apa yang sedang dipelajari.
IPA adalah bangunan pengetahuan yang dibentuk melalui proses pengamatan terhadap
gejala-gejala alam dan kebendaan yang secara terus-menerus, sistematis, tersusun secara
teratur, rasional dan obyektif yang berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi, klasifikasi, hubungan waktu, menggunakan hitungan, pengukuran, komunikasi,
hipotesis, control variable, interprestasi data dan eksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah yang hasilnya berupa fakta, prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-
konsep maupun faktor-faktor yang kesemuanya ditujukan untuk menjelaskan tentang
berbagai gejala alam. Menempatkan siswa pada pusat poses pembelajaran berarti
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengonstruksi hal yang dipelajarinya
berdasarkan pengetahuan yang diketahuinya dan menginterpretasi konsep, bukan
memberikan informasi melalui buku teks (Dickinson, 1997).
Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi siswa SD seharusnya didasarkan
pada karakteristik psikologis anak, memberikan kesenangan bermain dan kepuasan
intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena
alam di sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang  terdapat dalam dirinya,
memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali
keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang dikuasainya.
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual siswa SD maka
penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaran sains harus dimulai dari nyata
(konkrit) ke abstrak, dari mudah ke sukar, dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh.
Disamping pemahaman dan pengimplementasian karakteristik psikologis siswa pada
pada pembelajaran IPA, kejelasan wawasan guru tentang ruang lingkup IPA juga sangat
menentukan kualitas pengajaran IPA di Sekolah Dasar.

13
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja
ilmiah dan pemahaman konsep.
B. Saran
Sampainya pembaca pada bagian penutup, menandai berakhirnya pembahasan makalah
kami yang berjudul Penerapan, Rambu-rambu, dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA yang
Efektif di SD. Sekiranya dengan berakhirnya pembahasan makalah ini, kami mengharapkan
konstribusi pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang berkaitan dengan
pembahasan dan penyusunan makalah ini. Sehingga kami selaku penyusun dapat
mengetahui letak kekurangan makalah kami agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak
terulang lagi dikemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA
Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E Kaligis. (1992/1993). Pendidikan IPA II. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru


Implementasi Kurikulum 2013 .Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mansur, Muslich. 2007. KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) pemahaman &
pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara.

Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.

Patta Bundu. 2010. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.

Rahayu, Nina. 2014. Implementasi Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA di Kelas IV C
SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta

Srini M. Iskandar. 1996/1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara

Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi.

https://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-Pembelajaran-IPA-SD Online.
Diakses 20/9/2016

15

Anda mungkin juga menyukai