Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus benda asing
yang masuk kedalam saluran cerna dan pernapasan anak-anak, sepertiganya
tersangkut di saluran pernapasan.1,2,3 Pada orang dewasa, benda asing biasanya
tertelan secara tidak sengaja bersama-sama dengan makanan. Hal ini terjadi lebih
sering pada orang dengan perubahan patologis tertentu dari saluran pencernaan.3
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama
anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap
lokasi di esophagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan
dapat pula menimbulkan komplikasi fatalakibat perforasi.2
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Angka kejadian tertelan benda asing mengakibatkan 1500
kematian di Amerika Serikat. Sebanyak 80-90 % benda asing esofagus akan
melewati saluran pencernaan selama 7-10 hari tanpa komplikasi, sedangkan 1020% sisanya membutuhkan tindakan endoskopi dan 1% membutuhkan
pembedahan. Sebanyak 75% benda asing saluran cerna berada di esofagus saat
terdiagnosis.4
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esofagus. Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12 % di daerah hipofaring dan 7,7
% di esofagus torakal.5
Benda asing di esophagus merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan
tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik
anestesi dan instrumentasi, ekstraksi benda asing saluran cerna bukanlah
merupakan suatu prosedur yang mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta

pengalaman dari dokter yang melakukannya. Oleh karena itu kasus ini diangkat
pada diskusi kasus mengenai benda asing di esofagus.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga
kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu Leher(pars
servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna
vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di
mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang
utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta
thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut
melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung,
panjang berkisar 2-4 cm.1
Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan
ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.1

Gambar 1. Esofagus anak-anak

Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior
ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v.
pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45
cm.1
Bagian cervical:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Panjang 5-6 cm,setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebra thoracalis I


Anterior melekat dengan trachea (tracheoesophageal party wall)
Anterolateral tertutup oleh kelenjar thyroid
Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus
Posterior berbatasan dengan hypopharynx
Pada bagian lateral ada carotid sheats beserta isinya

Gambar 2. Esofagus

Bagian Thoracal:
1. Panjang 16-18 cm, setinggi Vertebra thoracalis IX-X
4

2. Berada di mediastinum superior antara trachea dan collumna vertebralis


3. Dalam rongga thorax disilang oleh arcus aorta setinggi vertebra
thoracalis IV dan bronchus utama sinistra setinggi Vertebra thoracalis V
4. Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis
5. Pada bagian distal antara dinding posterior oesophagus dan ventral
corpus vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan
vena intercostalis.
Bagian abdominal:
1. Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi vertebra
thoracalis X.
2. Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan cardia
gaster disebut gastroesophageal junction.
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering
menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama
adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara
serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah.

Daerah penyempitan
kedua

disebabkan

oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan
yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.1

Gambar 3. Gambaran Penampang Esofagus


Vaskularisasi Esofagus
Vaskularisasi dari esofagus berasal dari beberapa cabang arteri dan vena.
Arteri yang memperdarahi pada bagian cervical berjalan dari artery thyroidea
inferior (cabang truncus thyrocervicalis artery subclavia sinistra), bagian thoracal
berjalan dari aorta thoracal descendens, artery intercostals, dan artery cabang
bronchial, dan bagian abdominal berjalan dari cabang-cabang artery gastric
sinistra dan kadang-kadang artery phrenic inferior yang langsung dari aorta
abdominalis. Sedangkan vena yang memperdarahi, bagian cervical dialirkan ke
dalam vena thyroid inferior, bagian thoracal dialirkan ke dalam vena azygos dan
hemiazygos, dan bagi an abdominal dialirkan ke dalam vena gastric sinistra. 1

Gambar 4. Vaskularisasi Esofagus


Persarafan

Esofagus

Persarafan esofagus terdiri dari saraf parasimpatis yang berasal dari nervus
vagus yang menimbulkan vasokonstriksi, kontraksi sfingter, dan relaksasi dinding
muscular, dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia sympathies cervicalis
inferior, nervus thoracal dan splanchnicus yang dapat meningkatkan sekresi
kelenjar dan aktivitas peristaltik.1

Gambar 5.

Persarafan

Esofagus
2.2

Fisiologi
Esopha

gus (Proses
Menelan)
Menelan

merupakan

suatu

aksi

fisiologis

kompleks

ketika makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan merupakan
rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan
voluntar lidah dan diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan
esofagus. Bagian aferen refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat
dalam saraf V, IX, dan X. Pusat menelan atau deglutisi terdapat pada medula
oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam
rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf kranial V, X, dan XII menuju ke
otot-otot lidah, faring, iaring, dan esofagus.2
Walaupun menelan merupakan suatu proses yang kontinu, tetapi terjadi
dalam tiga fase oral, faringeal, dan esofageal. Pada fase oral, makanan yang telah
dikunyah oleh mulut disebut bolus didorong ke belakang mengenai dinding
posterior faring oleh gerakan voluntar lidah. Akibat yang timbul dari peristiwa ini
adalah rangsangan gerakan refleks menelan.2

Pada fase phringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, Iaring terangkat dan menutup
glotis, mencegah tnakanan memasuki trakea. Kontraksi otot konstriktor faringeus
mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke faring bagian bawah dan
memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis di atas orifisium Iaring akam
melindungi saluran pernapasan, tetapi terutama untuk menutup glotis sehingga
mencegah makanan memasuki trakea. Pernapasan secara serentak dihambat untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi. Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara
voluntar menarik napas dan menelan dalam waktu yang sama.2
Fase esofageal mulai saat otot krikofaringues relaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat
iiu,gelombang jieristaltik primer yang dimulai dari faring dihantarkan ke otot
krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang peristaltik terus
berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian
distal. Adanya bolus merelaksasikan otot sfingter distal ini sejenak sehingga
memungkinkan bolus masuk ke dalam lambung. Gelombang peristaltik primer
bergerak dengan kecepatan 2 sampai 4 cm/ detik, sehingga makanan yang tertelan
mencapai lambung dalam waktu 5 sampai 15 detik. Mulai setinggi arkus aorta,
timbul

gelombang

peristaltik

sekunderbila

gelombang

primer

gagal

mengosongkan esofagus. Timbulnya gelombang ini dipacu oleh peregangan


esofagus oleh sisa partikel partikel makanan.2
Gelombang peristaltik primer penting untuk jalannya makanan dan cairan
melalui bagian atas esofagus, tetapi kurang penting pada esofagus bagian bawah.
Posisi berdiri tegak dan gaya gravitasi adalah faktor-faktor penting yang
mempermudah transpor dalam esofagus bagian bawah, tetapi adanya gerakan
peris taldk memungkinkan seseorang untuk minum air sambil berdiri terbalik
dengan kepala di bawah atau ketika berada di luar angkasa dengan gravitasi nol.2

Gambar 6. Gerakan Peristaltik Menelan


Sewaktu menelan terjadi perubahan tekanan dalam esofagus yang
mencerminkan fungsi motoriknya. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam
esofagus sedikit berada di bawah tekanan atmosfer, tekanan ini mencerminkan
tekanan intratorak. Daerah sfingter esofagus bagian atas dan bawah merupakan
daerah bertekanan tinggi. Daerah tekanan tinggi ini berfungsi untuk mencegah
aspirasi dan refluks isi lambung. Tekanan menurun bila masing-masing sfingter
relaksasi sewaktu menelan dan kemudian meningkat bila gelombang peristaltik
melewatinya.2

Gambar 7. Proses Menelan


9

2.3 Definisi Benda Asing di Esofagus


Definisi benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yag dalam keadaan normal tidak ada. 1 Sedangkan definisi benda
asing esofagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan yang
tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan
masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua
umur pada tiap lokasi di esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis
maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat
perforasi.4,5

2.4 Epidemiologi
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan
fisiologis esofagus. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di
servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta. 3 Lokasi tersering
benda asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter krikofaringeus
dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot
krikofaring yang akan membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus
atau makanan tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan
tersebut tersangkut, apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.4 Terkadang
benda asing dapat ditemukan di daerah penyilangan esofagus dengan bronkus
utama kiri atau pada sfingter kardio-esofagus.6,7
Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring dan 7,7%
di esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah
esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal. 6,7

10

Gambar 8. Bagian yang mungkin benda asing tersangkut di esophagus


2.5 Penyebab dan Faktor Predisposisi Benda Asing di Esophagus
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur
ada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun
patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.9
Penyebab pada anak yakni anomali kongenital termasuk stenosis
kogenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Faktor
predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan
baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada
kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan
dan penyakit-penyakit neurologik yang mendasarinya.4
Faktor predisposisi pada orang dewasa yaitu pemabuk dan pemakai gigi
palsu yang telah kehilangan sensasi rasa dari palatum, gangguan mental dan
psikosis.8
Faktor predisposisi lain yakni adanya penyakit-penyakit esofagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis seperti esofagitis refluks, striktur pasca

11

esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau lambung, cara mengunyah


yang salah degan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk
(alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).9
2.6 Patogenesis
Benda asing yang berada lama di esofagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas
intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama
bila terjadi pada anak-anak.9
Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik natrium maupun
kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution).
Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada dalam
lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi
dengan cepat sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification) dengan
ulserasi lokal, perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam
darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu baterai
harus segera dikeluarkan.9
Ketika benda asing masuk ke esophagus, dapat membentuk suatu peradang
an pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus.
Kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih
lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher dan kemudian
dapat

menganggu

sistem

pernapasan

sebagai

akibat

trauma

yang juga

mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan


esophagus.9

12

Gambar 9. Patogenesis benda asing di esofagus


2.7 Manifestasi Klinik
Gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher
bila benda asing tersangkut di servikal. Bila benda asing tersangkut di esophagus
distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia
bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing, disfagia lebih berat bila telah
terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan sehingga timbul rasa
sumbatan esophagus yang persisten, gejala yang lain adalah odinofagia,
hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang mudah berdarah. Gangguan
napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea
atau benda asing.6,8
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil,
gelisah, nadi dan pernafasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal
dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau
pyotoraks. Nyeri di punggung menunjukkan adanya tanda perforasi atau
mediastinitis.8,9
2.8 Pemeriksaan Fisik
13

Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang. Bila diperhatikan gejala-gejala yang dapat terjadi akibat
teretelannya benda asing di esofagus terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama
gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah. Hal ini terjadi ketika
benda asing pertama tertelan. Pada tahap kedua adalah interval tidak ada gejala.
Benda asing telah tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi ditimbulkan. Pada
tahap ini dapat berlangsung untuk sesaat atau sementara. Pada tahap ketiga terdiri
dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh komplikasi. Kemungkinan timbul rasa
tidak nyaman, disfagia, sumbatan, atau perforasi esofagus dengan dihasilkan
mediastinitis Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat
edema yang timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi
akut, didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada
auskultasi terdengar suara getaran di daerah pre cordial dan inter scapula.5
Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat
dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang terjadi
tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.5
Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi
ludah atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing,demam,
abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan
gangguan pertumbuhan. Benda asing yang terdapat di daerah servikal esophagus
dan bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan obstruksi saluran napas dengan
stridor karena menekan dinding trakea bagian (posterior trachea esophageal party
wall).5
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan
lateral, harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda
asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus
dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui
kemungkinan benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang logam
umumnya koronal, maka hasil foto Rontgen servikal / torakal pada posisi PA akan

14

dijumpai bayangan radioopak berbentuk bundar, sedangkan pada pasien lateral


berupa garis radioopak yang sejajar dengan kolumna vertebra. Benda asing seperti
kulit telur, tulang, dan lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam
esophagus, sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral. Benda asing
radiolusen seperti plastik, aluminium, dan lain-lain, dapat diketahui dengan tanda
inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian
proksimal.9

Gambar 10. Gambaran Radiologi Benda Asing di Esofagus


Foto Rontgen leher posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi,
dengan trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya
bayangan cairan atau abses bila perforasi telah berlangsung beberapa hari.9
Gambaran radiologik benda asing batu baterei menunjukkan pinggir bulat dengan
gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer. Foto polos sering tidak
menunjukkan gambaran benda asing, seperti daging dan tulang ikan, sehingga
memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram).
Esofagogram pada benda asing radiolusen akan memperlihatkan filling
defect persistent. Pemeriksaan esofagus dengan kontras sebaiknya tidak
dilakukan pada benda asing radioopak karena densitas benda asing biasanya sama
dengan zat kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda
asing. Risiko lain adalah terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan kontras barium
lebih baik daripada zat kontras yang larut dia air (water soluble contrast), seperti

15

gastrografin, karena sifatnya kurang toksik terhadap saluran napas bila terjadi
aspirasi kontras, sedangkan gastrografin bersifat mengiritasi paru. Oleh karena itu
pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama pada anak. 7,9

Gambar 11.

Gambaran

Esofagogram

Benda Asing di

Esofagus
Suatu
dalam

penelanan

jumlah

barium

besar sebaiknya tidak

diberikan, karena

akan

menutupi

dinding esofagus

dengan

penebalan

pasta putih akibatnya sangat sulit dilakukan esofagoskopi. Lebih baik pasien
menelan sedikit kapas atau marshmallow dengan kontras medium di dalamnya.
Serat kapas dapat menangkap benda asing untuk sementara atau selama
penelanan, dengan demikian menampakkan adanya benda asing melalui
floroskopi. Pengetahuan orientasi dari benda asing pada esofagus sangat
membantu dalam merencanakan endoskopi. 6
Radiogram sebaiknya termasuk semua daerah dari hidung hingga anus.
Seringkali lebih dari satu benda asing yang tertelan, kecuali pemeriksaan lengkap
dilakukan, objek tambahan, seperti jarum yang telah menembus ke dalam kolon,
dapat terlewatkan. 6
Computerized

tomographyc

scanner

(CT

scan)

esofagus

dapat

menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses. Indikasi dilakukan


CT-Scan jika kecurigaan adanya benda asing di esofagus tapi pada foto polos
servikal/toraks tidak ditemukan atau negatif, sedangkan pada esofagogram terlihat
atau positif. Dapat menunjukkan adanya gambaran inflamasi jaringan lunak dan
abses, juga gambaran benda asing yang tidak terlihat dengan foto roentgen. CT16

Scan juga bisa untuk mengevaluasi ada atau tidak komplikasi setelah ekstraksi
benda asing.9
Gambar 12. Gambaran CT-Scan (a.Inflamasi,b. abses dan perforasi,c.cedera
vaskular dalam mediastinum akibat Benda Asing di Esofagus)
Magnetic resonanse imaging (MRI) dapat menunjukkan gambaran semua
keadaan patologis esofagus. Dapat menunjukkan gambaran semua keadaan
patologik pada esofagus. Dapat menampilkan keseluruhan gambar jaringan/massa

servikotorakal dan hubungan dengan jaringan neurovaskular sekitar. MRI juga


dapat menunjukkan adanya perluasan abses atau pembentukan granuloma.Tapi
bukanlah pemeriksaan inisial untuk melihat adanya benda asing.9
2.10

Klasifikasi Benda Asing

Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :


1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat,
cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti
kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang

17

berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum,
peniti, batu, kapur barus (naftalen), gigi palsu dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat
kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat
masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
2.11 Penatalaksanaan
Kecuali jika terdapat sumbatan jalan napas lengkap, pertolongan pertama
pada tahap awal gejala-gejala sebaiknya mendorong untuk melakukan sesuatu.
Memukul punggung pasien, menggantungkan anak dengan memegang tumitnya,
meletakkan jari telunjuk di bawah tenggorok pasien, atau mengusahakan
pengeluaran secara buta dapat mengubah benda asing tidak terkomplikasi
sederhana ke dalam sumbatan terkomplikasi. 4
Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing
telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai
adanya kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing tajam
yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan
dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung
lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera
dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah
dan diberikan antibiotika berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah
timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat
menyebabkan perforasi di pilorus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin
dengan melakukan pemeriksaan radiologik untuk mengetahui posisi dan
perubahan letak benda asing. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam
maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secra pembedahan (laparotomi).9
18

Gambar 13. Alat Esofagoskopi


Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah endoskopi, biasanya tindakan
terbagi menjadi dua jenis, yaitu endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel.
Endoskopi kaku digunakan untuk diagnosa dan pengambilan benda asing pada
esofagus bagian atas (krikofaringeal). Alat ini sering digunakan di bagian THT.
Endoskopi lentur digunakan di bagian penyakit dalam. Keberhasilan alat ini untuk
mengambil benda asing dalam esofagus adalah 99,5%. Hanya 0,5 % yang
membutuhkan pembedahan. Keuntungan alat ini di bandingkan endoskopi kaku
adalah tidak memerlukan general anesthesia dan juga komplikasi perforasi lebih
kecil yaitu insiden komplikasi menggunakan endoskopi kaku antara 0,1 %-0,9 %,
sedangkan insiden komplikasi menggunakan endoskopi lentur yaitu 0,007 %0,15%.7,10
External approach (lateral esofagotomi) digunakan apabila pengambilan
menggunakan endoskopi lentur maupun kaku mengalami kegagalan. Cara ini agak
rumit. Pada prinsipnya adalah mengeluarkan benda asing lewat esofagotomi.4,6
Terakhir, pembedahan torakotomi dilakukan apabila benda asing tidak
didapat atau tidak mungkin diambil dengan cara diatas atau bila benda asing tidak
memungkinkan untuk keluar spontan lewat tinja atau juga bila sudah ada
perforasi.4,6

19

Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun
uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan
tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi.4,6
Benda asing baterei bundar (disk/button battery) di esogagus merupakan
benda yang harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi
dengan cepat dalam waktu 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.4

2.12

Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi

lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat


menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus. Benda asing bulat atatu
tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, akibat sekunder dan inflamasi kronik
dan erosi. Jaringan granulasi di sekitar benda asing timbul bila benda asing berada
di esofagus dalam waktu yang lama.7
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggiggil,
gelisah, nadi, dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung,
retrosternal, dan epigastrium. Bila terjadi perforasike pleura dapat timbul
pneumotoraks atatu pyotoraks.4,7
2.13

Pencegahan

Pada dasarnya pencegahan terhadap masuknya atau tertelannya benda asing ke


dalam esofagus tergantung pada setiap individu itu sendiri. Dari setiap cara
pencegahan benda asing yang masuk dalam esofagus hendaknya:6,9
1. Anak dididik untuk hanya memasukkan makanan ke dalam mulut
Pada dasarnya anak-anak banyak mengeksplor benda-benda apa saja yang
mungkin dapat masuk kedalam mulut. Disarankan anak-anak selalu
diawasi agar tidak terjadi tertelannya benda asing.
2. Jangan meletakkan sesuatu sembarangan. Ketidak sengajaan pada orang
tua yang meletakkan barang atau benda kecil sering sekali menjadi
kecelakaan pada anak yang tertelan benda asing. Misalnya pada orang tua
20

yang sedang meletakkan jarum pada ayunan saat sedang menidurkan


anaknya di ayunan.
3. Jangan makan makanan keras bila gigi tak lengkap. Proses pencernaan
diawali pada masuknya benda dimulut. Bila pada anak yg belum tumbuh
gigi atau pada orang tua yang tidak mampu untuk mencerna dan
melunakkan makanan yang keras.
4. Jangan menggigit benda-benda yang bukan makanan seperti peniti, dll.
Kecerobohan yang tidak disengaja juga dapat terjadinya benda asing juga
tertelan. Contoh bisa sedang mengigit jarum pada saat menjahit atau pada
saat sedang memasang kerudung pada wanita, jika tidak terjadi
kecerobohan meletakan sesuatu pada mulut maka tidak akan tertelan benda
asing.
5. Pemakaian gigi palsu yang baik dan benar. Ketidak sesuaian rongga pada
gigi akan mengakibatkan renta lepas pada dasar gigi, yang akan jatuh
tertelan.
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau

dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada.


Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua

umur.
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan
fisiologis esofagus, lokasi tersering benda asing tersangkut di esofagus
adalah pada sfingter krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut
adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot krikofaring yang akan
membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan
tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut

tersangkut, apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.


Gejala benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda
asing tersangkut di servikal. Bila benda asing tersangkut di esophagus

21

distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala
disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing, dan dapat pula
dijumpai odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang

mudah berdarah.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah endoskopi, biasanya tindakan

terbagi menjadi dua jenis, yaitu endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel.
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi
lokal dengan abses leher atau mediastinitis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Snell Richard S. 2012. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta: EGC.
2. Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II.
Jakarta: EGC.
3. Peter Ambe, Dr. med., Sebastian A Weber, med.,Mathias Schauer, PD Dr.
med.,and Wolfram T Knoefel.Swallowed Foreign Bodies in Adult. 2012
Dec; 109(50): 869875.
4. Adam L Goerge, Boeis R Lawrence, Higler, H Peter. Epistaksis. Dalam:
Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penyakit Jlan Nafas Bagian Bawah,
Esofgus, dan Mediastinum. Tertelan Benda Asing. Effendi H (editor).
Jakarta. EGC. 2012: 458-472
5. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
6. Efiaty A.S.; Nurbaiti I, Jenny B. Ratna D.R.; Mariana Y.; eds.-, Buku Ajar
IlmuKesehatan THT-KL: Benda Asing di Esofagus, edisi ke-6, 2007,
FKUI, halaman 299-302.
7. American Society For Gastrointestinal Endoscopy, Guideline for the
management of ingested foreign bodies. Volume 73, No. 6 : 2011

22

8. Munter

DW.

Gastrointestinal

Foreign

Bodies.

Diakses

dari:

www.emedicine.com/ article/764615, last updated January 17th 2016


9. Junizaf,Mariana H.2007. Benda Asing Di Esofagus: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan tenggorok Kepala Leher. Ed.Keenam.FKUI.
10. Katsinelos P, Kountouras J, Paroutoglou G, Zavos C, Mimidis K,
Chatzimavroudis G. Endoscopic techniques and management of foreign
body ingestion and food bolus impaction in the upper gastrointestinal tract:
a retrospective analysis of 139 cases. J Clin Gastroenterol. 2006;40:784
789.
11. Esophageal Foreign Body Imaging. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/408752-overview#a2, last updated
January 17th 2016
12. Pictorial essay: Complications of a swallowed fish bone, Diakses dari:
http://www.ijri.org/article.asp?issn=09713026;year=2011;volume=21;issue=1;spage=63;epage=68;aulast=Bathla.
last updated January 17th 2016, last updated January 17th 2016

23

Anda mungkin juga menyukai