PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus benda asing
yang masuk kedalam saluran cerna dan pernapasan anak-anak, sepertiganya
tersangkut di saluran pernapasan.1,2,3 Pada orang dewasa, benda asing biasanya
tertelan secara tidak sengaja bersama-sama dengan makanan. Hal ini terjadi lebih
sering pada orang dengan perubahan patologis tertentu dari saluran pencernaan.3
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama
anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap
lokasi di esophagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan
dapat pula menimbulkan komplikasi fatalakibat perforasi.2
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Angka kejadian tertelan benda asing mengakibatkan 1500
kematian di Amerika Serikat. Sebanyak 80-90 % benda asing esofagus akan
melewati saluran pencernaan selama 7-10 hari tanpa komplikasi, sedangkan 1020% sisanya membutuhkan tindakan endoskopi dan 1% membutuhkan
pembedahan. Sebanyak 75% benda asing saluran cerna berada di esofagus saat
terdiagnosis.4
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esofagus. Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12 % di daerah hipofaring dan 7,7
% di esofagus torakal.5
Benda asing di esophagus merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan
tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik
anestesi dan instrumentasi, ekstraksi benda asing saluran cerna bukanlah
merupakan suatu prosedur yang mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta
pengalaman dari dokter yang melakukannya. Oleh karena itu kasus ini diangkat
pada diskusi kasus mengenai benda asing di esofagus.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga
kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu Leher(pars
servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna
vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di
mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang
utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta
thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut
melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung,
panjang berkisar 2-4 cm.1
Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan
ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.1
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior
ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v.
pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45
cm.1
Bagian cervical:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gambar 2. Esofagus
Bagian Thoracal:
1. Panjang 16-18 cm, setinggi Vertebra thoracalis IX-X
4
Daerah penyempitan
kedua
disebabkan
oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan
yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.1
Esofagus
Persarafan esofagus terdiri dari saraf parasimpatis yang berasal dari nervus
vagus yang menimbulkan vasokonstriksi, kontraksi sfingter, dan relaksasi dinding
muscular, dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia sympathies cervicalis
inferior, nervus thoracal dan splanchnicus yang dapat meningkatkan sekresi
kelenjar dan aktivitas peristaltik.1
Gambar 5.
Persarafan
Esofagus
2.2
Fisiologi
Esopha
gus (Proses
Menelan)
Menelan
merupakan
suatu
aksi
fisiologis
kompleks
ketika makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan merupakan
rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan
voluntar lidah dan diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan
esofagus. Bagian aferen refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat
dalam saraf V, IX, dan X. Pusat menelan atau deglutisi terdapat pada medula
oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam
rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf kranial V, X, dan XII menuju ke
otot-otot lidah, faring, iaring, dan esofagus.2
Walaupun menelan merupakan suatu proses yang kontinu, tetapi terjadi
dalam tiga fase oral, faringeal, dan esofageal. Pada fase oral, makanan yang telah
dikunyah oleh mulut disebut bolus didorong ke belakang mengenai dinding
posterior faring oleh gerakan voluntar lidah. Akibat yang timbul dari peristiwa ini
adalah rangsangan gerakan refleks menelan.2
Pada fase phringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, Iaring terangkat dan menutup
glotis, mencegah tnakanan memasuki trakea. Kontraksi otot konstriktor faringeus
mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke faring bagian bawah dan
memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis di atas orifisium Iaring akam
melindungi saluran pernapasan, tetapi terutama untuk menutup glotis sehingga
mencegah makanan memasuki trakea. Pernapasan secara serentak dihambat untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi. Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara
voluntar menarik napas dan menelan dalam waktu yang sama.2
Fase esofageal mulai saat otot krikofaringues relaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat
iiu,gelombang jieristaltik primer yang dimulai dari faring dihantarkan ke otot
krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang peristaltik terus
berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian
distal. Adanya bolus merelaksasikan otot sfingter distal ini sejenak sehingga
memungkinkan bolus masuk ke dalam lambung. Gelombang peristaltik primer
bergerak dengan kecepatan 2 sampai 4 cm/ detik, sehingga makanan yang tertelan
mencapai lambung dalam waktu 5 sampai 15 detik. Mulai setinggi arkus aorta,
timbul
gelombang
peristaltik
sekunderbila
gelombang
primer
gagal
2.4 Epidemiologi
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan
fisiologis esofagus. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di
servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta. 3 Lokasi tersering
benda asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter krikofaringeus
dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot
krikofaring yang akan membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus
atau makanan tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan
tersebut tersangkut, apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.4 Terkadang
benda asing dapat ditemukan di daerah penyilangan esofagus dengan bronkus
utama kiri atau pada sfingter kardio-esofagus.6,7
Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring dan 7,7%
di esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah
esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal. 6,7
10
11
menganggu
sistem
pernapasan
sebagai
akibat
trauma
yang juga
12
14
15
gastrografin, karena sifatnya kurang toksik terhadap saluran napas bila terjadi
aspirasi kontras, sedangkan gastrografin bersifat mengiritasi paru. Oleh karena itu
pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama pada anak. 7,9
Gambar 11.
Gambaran
Esofagogram
Benda Asing di
Esofagus
Suatu
dalam
penelanan
jumlah
barium
diberikan, karena
akan
menutupi
dinding esofagus
dengan
penebalan
pasta putih akibatnya sangat sulit dilakukan esofagoskopi. Lebih baik pasien
menelan sedikit kapas atau marshmallow dengan kontras medium di dalamnya.
Serat kapas dapat menangkap benda asing untuk sementara atau selama
penelanan, dengan demikian menampakkan adanya benda asing melalui
floroskopi. Pengetahuan orientasi dari benda asing pada esofagus sangat
membantu dalam merencanakan endoskopi. 6
Radiogram sebaiknya termasuk semua daerah dari hidung hingga anus.
Seringkali lebih dari satu benda asing yang tertelan, kecuali pemeriksaan lengkap
dilakukan, objek tambahan, seperti jarum yang telah menembus ke dalam kolon,
dapat terlewatkan. 6
Computerized
tomographyc
scanner
(CT
scan)
esofagus
dapat
Scan juga bisa untuk mengevaluasi ada atau tidak komplikasi setelah ekstraksi
benda asing.9
Gambar 12. Gambaran CT-Scan (a.Inflamasi,b. abses dan perforasi,c.cedera
vaskular dalam mediastinum akibat Benda Asing di Esofagus)
Magnetic resonanse imaging (MRI) dapat menunjukkan gambaran semua
keadaan patologis esofagus. Dapat menunjukkan gambaran semua keadaan
patologik pada esofagus. Dapat menampilkan keseluruhan gambar jaringan/massa
17
berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum,
peniti, batu, kapur barus (naftalen), gigi palsu dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat
kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat
masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
2.11 Penatalaksanaan
Kecuali jika terdapat sumbatan jalan napas lengkap, pertolongan pertama
pada tahap awal gejala-gejala sebaiknya mendorong untuk melakukan sesuatu.
Memukul punggung pasien, menggantungkan anak dengan memegang tumitnya,
meletakkan jari telunjuk di bawah tenggorok pasien, atau mengusahakan
pengeluaran secara buta dapat mengubah benda asing tidak terkomplikasi
sederhana ke dalam sumbatan terkomplikasi. 4
Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing
telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai
adanya kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing tajam
yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan
dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung
lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera
dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah
dan diberikan antibiotika berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah
timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat
menyebabkan perforasi di pilorus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin
dengan melakukan pemeriksaan radiologik untuk mengetahui posisi dan
perubahan letak benda asing. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam
maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secra pembedahan (laparotomi).9
18
19
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun
uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan
tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi.4,6
Benda asing baterei bundar (disk/button battery) di esogagus merupakan
benda yang harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi
dengan cepat dalam waktu 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.4
2.12
Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi
Pencegahan
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau
umur.
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan
fisiologis esofagus, lokasi tersering benda asing tersangkut di esofagus
adalah pada sfingter krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut
adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot krikofaring yang akan
membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan
tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut
21
distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala
disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing, dan dapat pula
dijumpai odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang
mudah berdarah.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah endoskopi, biasanya tindakan
terbagi menjadi dua jenis, yaitu endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel.
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi
lokal dengan abses leher atau mediastinitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell Richard S. 2012. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta: EGC.
2. Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II.
Jakarta: EGC.
3. Peter Ambe, Dr. med., Sebastian A Weber, med.,Mathias Schauer, PD Dr.
med.,and Wolfram T Knoefel.Swallowed Foreign Bodies in Adult. 2012
Dec; 109(50): 869875.
4. Adam L Goerge, Boeis R Lawrence, Higler, H Peter. Epistaksis. Dalam:
Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penyakit Jlan Nafas Bagian Bawah,
Esofgus, dan Mediastinum. Tertelan Benda Asing. Effendi H (editor).
Jakarta. EGC. 2012: 458-472
5. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
6. Efiaty A.S.; Nurbaiti I, Jenny B. Ratna D.R.; Mariana Y.; eds.-, Buku Ajar
IlmuKesehatan THT-KL: Benda Asing di Esofagus, edisi ke-6, 2007,
FKUI, halaman 299-302.
7. American Society For Gastrointestinal Endoscopy, Guideline for the
management of ingested foreign bodies. Volume 73, No. 6 : 2011
22
8. Munter
DW.
Gastrointestinal
Foreign
Bodies.
Diakses
dari:
23