PENDAHULUAN
Menelan merupakan proses yang kompleks yang memungkinkan pergerakan makanan
dan cairan dari rongga mulut ke lambung. Proses ini melibatkan struktur di dalam mulut, faring,
laring dan esophagus. Dalam sehari rata rata manusia menelan kurang lebih 2000 kali, sehingga
kesulitan menelan atau disfagia merupakan masalah yang sangat mengganggu kualitas hidup
seseorang.
Disfagia, atau kesulitan menelan, atau gangguan/ kesulitan memindahkan makanan dari
mulut ke lambung.. Sering terjadi terutama pada orang tua, dimana terjadi 20 – 40 % pada usia
antara 50 – 60 tahun.Sebanyak 50% persen pasien stroke mengalami disfagia dengan
bermacam tingkat keparahannya.
Gejala diantaranya termasuk batuk selama atau sesudah menelan, tersedak saat
makanan padat atau cair, sensasi makanan yang tersumbat di tenggorokan , nyeri selama
menelan dan napas pendek saat makan.
Disfagia dapat terjadi selain pada penderita stroke, juga dapat terjadi pada penderita
dengan post radiasi kanker dikepala – leher, trauma kepala , trauma tulang belakang,
trakeostomi, luka bakar, meningitis. Juga dapat terjadi pada congenital atau penyakit neurologi
degenerative seperti Parkinson, multiple sklerosis, cerebral palsy ataupun pada COPD
Mortalitas dan morbiditas yang berhubungan langsung dengan disfagia antara lain
adaah terjadinya pneumonia, malnutrisi, dehidrasi, penurunan kualitas hidup, komplikasi NGT,
kematian.
- Mencegah aspirasi
- Untuk meningkatkan level yang aman untuk pemberian makanan secara oral
KLASIFIKASI DISFAGIA
1. Disfagia psikogenik
Bukan merupakan kelainan menelan murni, tapi lebih dianggap sebagai behavioral
disturbance. Disfagia jenis ini pada oarng yang takut menelan
2. Disfagia patologik
Merupakan disfagia akibat gangguan struktur yang terlibat dalam proses menelan, yang
bisa terjadi dari mulut sampai lambung
Mis : Ca , abnormalitas vascular dll. Penderita pada jenis disfagia ini mengalami nyeri
menelan/ odinophagia .
3. Disfagia neurogenik
FASE ORAL
Pada fase oral terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi, bibir,
lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan
konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses berlangsung secara voluntar.
Perpindahan bolus ke faring segera terjadi , setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi
meletakkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat
mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum hingga
bolus terdorong ke faring. Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior , uvula dan dinding
posterior faring hingga menimbulkan reflex faring, Arkus faring terangkat ke atas kontraksi otot
palatofaring yang dipersarafi N9, 10, 11
Pada fase oral ini bekerja saraf cranial V2,3 sebagai aferen dan N V, VII, IX , X, XI dan XII sebagai
eferen
FASE FARING
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan
reflex menelan segera timbul. Pada fase faring ini berlangsung selama 1 detik untuk menelan
cairan dan lebih lama untuk makan padat. Saraf yang bekerja adalah N V2,3 sebagai afferent
dan NV, VII, IX, X, XI dan XII sebagai eferen.
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faring, meningkatkan waktu
gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esophagus bagian atas.
Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,
palatum mole, laring serta pembukaan sfingter esophagus bagian atas. Waktu pharyngeal
transit akan bertambah sesuai umur.
FASE ESOFAGUS
Pada fase esophagus, proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih
lama dari fase faring yaitu 3-4 cm/ detik
Cairan biasanya akan turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerakan
peristaltik dan berlangsung 8 – 20 detik. Esofageal transit time bertambah pada lansia akibat
dari berkurangnya tonus otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer
PENANGANAN DISFAGIA
Hal hal yang perlu diperhatikan pada terapi disfagia :
2. Fungsi sisa dari proses menelan dan mekanisme proteksi jalan napas
NMES
1. Tehnik postural
- Posisi penting untuk proteksi jalan napas
- Pasien diusahakan pada posisi tegak dengan fleksi minimal leher akan meningkatkan
tegangan otot hyoid sehingga menyebabkan elevasi laring pada posisi aman di bawah
bagian basal lidah. Dengan posisi ini menyebabkan makanan tetap berada di anterior
mulut sesuai dengan gaya gravitasi, mencegah jatuhnya makanan ke faring sebelum
dimulainya fase faring
- Stimulasi pusat otak yang lebih tinggi dengan menyuruh penderita melihat dan
mencium makanan, serta berpikir mengenai menelan. Tujuan central facilitation
adalah supaya penderita ingin menelan
- Letakkan sendok pada punggung tengah lidah dan penderita disuruh mencoba
mendorong sendok tersebut keluar dari mulut
- Beri tahanan pada lidah dengan gerakan sendok ke bawah dan gagang sendok
sedikit dinaikkkan
- Bila sesudah 2-3 detik tidak muncul reflex menelan, keluarkan sendok, gunakan
bibir untuk menarik makanan dari sendok
- Berikan waktu yang cukup bagi penderita untuk memanipulasi bolus (30-60
detik). Bolus tersebut juga akan menyebabkan peningkatan saliva yang akan
membantu dalam proses menelan
b. Manuver menelan
- Supraglottic swallow
Meminta pasien untuk menelan makanan sambil menahan napas dan batuk setelah
menelan sebelum inhalasi
Tujuan :
Menutup plika vokalis dan membersihkan residu yang mungkin masuk ke laring
Sama dengan parasat supraglottic tapi dengan menahan napas sedikit lama dan dalam
Bertujuan untuk menambah penutupan plika vokalis atau membantu penutupan bagian
posterior plika vokalis
- Effortfull swallow
Meminta pasien menelan sambil menekan bolus dengan kuat dengan kekuatan otot
pangkal lidah dan faring
- Parasat Mendelsen
Rabalah tenggorokan saat menelan. Raba adam’s apple ke atas selama menelan dengan
mengkontraksikan otot otot di mulut, tenggorokan, bahu. Tahan selama beberapa detik
sebelum siklus menelan selesai. Lakukan 10 kali sebelum makan
3. Modifikasi diet dan penyediaan makanan direkomendasikan
untuk meningkatkan keamanan dalam menelan
Pertama tama gunakan konsistensi makanan yang paling mudah misalnya sup
kental, pudding. Pada penderita yang mengalami kesulitan aspirasi dapat digunakan
es batu, agar bila terjadi aspirasi tubuh masih dapat mentoleransinya
- Pertama tama gunakan konsistensi makanan yang paling mudah misalnya sup
kental, pudding. Pada penderita yang mengalami kesulitan aspirasi dapat
digunakan es batu, agar bila terjadi aspirasi tubuh masih dapat mentoleransinya
- Mulailah minum dengan satu sendok kecil . Hindari kepala jatuh ke belakang
berdiameter besar
Hindari makanan berupa produk susu karena akan terbentuk mucous yang
kental
Higienis oral
Harus dijaga , agar bagian-bagian rongga mulut tetap sehat dan memperlancar
interaksi penderita dengan orang sekitarnya
Di letakkan pada arkus facial anterior bilateral dan di usapkan selama 5 kali
Disuruh menelan
Penggunaaan NGT lebih dari 6 minggu dapat menyebabkan NGT Syndrome yaitu
keluhan chest pain, bilateral cord paresis, otalgia,
Pada suatu kondisi dimana tidak adanya makanan oral yang masuk, merupakan high risk
terjadinya aspirasi karena :
1. Berkurangnya kewaspadaan
5. Berkurangmya lingkup gerak sendi dan kekuatan gerakan oral, pharyngeal dan
laryngeal
HAL - HAL YANG MEMUDAHKAN TERJADINYA ASPIRASI
4.Sulit menelan
makanan cair 4.Pemeriksaan fungsi lidah pada saat
melakukan gerakan: