Oleh kelompok 6
Mengetahui
Kelompok :6
Asal Instansi : Poltekkes Kemenkes Palembang
Program Studi : D-III Keperawatan Palembang
Pembimbing : Ns. Elfina Sri Yani, S.Kep
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An. T Dengan Diare
Akut Di Ruang Pediatrik Umum Rsud Kota Prabumulih
Tanggal Tanda
Topik Komentar Pembimbing
Bimbingan Tangan
27 Jun 22 Kasus yang akan diangkat Untuk kelompok 6 mengangkat
menjadi tugas kelompok kasus DBD pada An. M, di
ruang Anggur
28 Juni 22 Kasus yang akan diangkat Untuk kelompok 6 mengangkat
menjadi tugas kelompok, kasus Diare Akut pada An. T, di
karena An. M rencana pulang. ruang Limau
Waktu untuk asuhan
keperawatan tidak memenuhi.
30 Juni 22 Konsultasi laporan Laporan pendahuluan :
pendahuluan dan pengkajian - Definisi diare
pasien untuk mengangkat - WOC sesuaikan dengan
diagnosa keperawatan SDKI
Asuhan Keperawatan :
- Lengkapi pengkajian
- Diagnosa yang diangkat
diare, defisit nutrisi, dan
resiko hipovolemia
- Tuntaskan implementasi
dan evaluasi dengan baik.
Prabumulih,
Kepala Ruangan Pediatrik Umum
1.1.2 Etiologi
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013)
ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu sebagai berikut:
a) Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
• Infeksi enternal
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri,
infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus,
rota virus, astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas humonis), jamur (canida albicous).
Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis
Media Akut (OMA), Tonsillitis atau Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
2) Protein.
3) Lemak.
d. Faktor psikologis
1.1.3 Klasifikasi
Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan yaitu :
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat.
Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2006), diare dibagi menjadi diare akut apabila
kurang dari 2 minggu, diare persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik
jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah
agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada
abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi,iskemia dan kondisi lain.
Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh
penyebab non infeksi seperti alergi dan Iain-lain (Simadibrata dan Daldiyono, 2006).
1.1.4 Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu, menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004). Mekanisme terjadinya
diare dan termasuk juga peningkatan sekresi atau penurunan absorpsi cairan dan
elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi mukosa
intestinal (Wiffen et al, 2014). Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan
patofisiologis menjadi diare non-inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri
dengan diare disertai lendir dan darah.
Gambar 2.1
Anatomo Fisiologi Pencernaan
Sumber : (Syaifuddin, 2016)
Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran pencernaan terdiri dari
mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung,usus halus dan usus besar. Fungsi
utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrien yang sudah dicerna secara
berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan
unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Sebelum zat ini diperoleh tubuh makanan
harusberjalan/bergerak sepanjang saluran pencernaan.
a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari bibir
sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antaramulut dengan faring, terdiri dari :
1) Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam. Bagian atas dan
bawah vestibulum dibatasi oleh lipatanmembran mukosa bibir, pipi dan gusi. Pipi
membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M. buksinator ditutupi oleh fasia
bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat papilla
kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis.
Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki atapyang dibentuk oleh
palatum durum (palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum lunak)
bagian belakang. Dasar mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan
lipatan balik membrane mukosa. Sisa lidah pada gusi diatas mandibula. Garis
tengah lipatan membrane mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan
permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenulum lingua
terdapat papila kecil bagian puncaknya bermuara duktus duktus glandula
submandibularis.
2) Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel besar
menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini
merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu melalui
saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan, melicinkan, dan
membasahi makanan yang kering dengan saliva serta mengadukmakan sampai rata.
3) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat lintang yang kasar
dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperandalam proses mekanisme pencernaan
di mulut dengan menggerakkan makanan ke segala arah. Bagian-bagian lidah
adalahpangkal lidah dan ujung lidah.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis kranii setinggi
vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikodea. Faring dibentuk
oleh jaringan yang kuat(jaringan otot melingkar), organ terpenting didalamnya adalah
tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit. Untuk
mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring dan mematikan
bakteri/mikrorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan pernapasan. Faring
melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan makan.
c. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Panjangnya kira kira 25 cm.
posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah
rongga dada dibelakang trakea.Pada bagian dalam di belakang jantung menembus
diafragma sampai rongga dada. Fundus lambung melewati persimpangan sebelah kiri
diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke luar meliputi : lapisan selaput
selaput lendir, lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, dan lapisan otot memanjang.
d. Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antaraesophagus dan usus halus,
sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan pankreas dan limpa.
Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan
peristaltik terutama di daerahepigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan
jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan
postur tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari Fundus ventrikuli, Korpus
ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor, Kurvatura mayor danOstium kardia.
Fungsi lambung :
1) Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan
mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makananterjadi secara gerakan
peristaltic setiap 20 detik.
2) Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan
enzim-enzim bergantung jenis makanan enzimyang dihasilkan antara lain pepsin,
HCL, renin, dan lapisan lambung.
3) Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor ekstrinsik dari
makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik yang berguna untuk
pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang berpangkal pada pylorus
dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-kira 6 meter, merupakan saluran
pencernaan yang paling panjang dari tempat proses pencernaan dan absorbs
pencernaan. Bentuk dan susunannya berupa lipatan-lipatan melingkar. Makanan
dalam intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan dan memberikan
permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat absorsi dan memperluas
permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya terdapat katup. Usus halus terdiri dari
duodenum, jejunum, ileum.
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan empedu dan
pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus pankreatikus, mencerna makanan,
mengabsorsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat
dalam monoksida, dan menggerakan kandungan usus.
f. Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5- 1,7 meter dan penampang 5-5cm.
Lanjutan dari usus harus yang tersusunseperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus
terbentang dari valvula iliosekalis sampai anus.
Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir atau (mukosa),
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari
usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens
dan kolon sigmoid.Fungsi usus besar adalah sebagi berikut :
1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk massa yang
lembek yang disebut feses.
2) Menyimpan bahan feses.
3) Tempat tinggal bakteri koli.
1.1.6 Web Of Caution (WOC)
1.1.7 Manifestasi Klinis
Menurut Suriadi (2010), ada beberapa bagian manifestasi klinis dari diare yaitu :
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,turgor kuli jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung,membrane mukosa kering.
3. Kram abdominal
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Anorexia
7. Lemah
8. Pucat
9. Perubahan tanda-tanda vital,nadi dan pernapasan cepat
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
1.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2012) masalah pasien diare yang perlu diperhatikan pada saat ini
adalah risiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, risiko terjadi
komplikasi,gangguan rasa aman dan nyaman dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, selanjutnya secara rumat (lihat kecepatan
pemberian cairan). Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang
diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitungkan dengan cara:
a. Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang
dipakai).
b. Perhatikan tanda vital yaitu nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
c. Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, apakah encer
atau sudah berubah konsistensinya.
d. Berikan minuman teh atau oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir
dan selaput lendir mulut kering.
e. Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan pasien diberi makanan lunak.
d. Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan
nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika
pasien juga menderita muntah-muntah atau diare lama.keadaan ini menyebabkan
makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai
bahkan dapat timbul komplikasi. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan
membantu menaikkan daya tahan tubuh, pasien diare harus segera diberikan
makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus mengandung cukup kalori,
protein, mineral, vitamin. Jika bayi tidak minum ASI berikan susu yang cocok.
Komplikasi pada pasien diare yang paling sering ialah dehidrasi asidosis. Tetapi
komplikasi dapat juga terjadi sebagai akibat tindakan pengobatan seperti, Infeksi
pada bagian yang dipasang infus atau terjadi hematoma dan Kelebihan cairan,
terutama pada bayi
7) Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif, terutama dilaktiukan pada klien diare kronik.
Penyebab
Objektif :
Subjektif :
Objektif :
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Celebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
D.0023 HIPOVOLEMIA.
Penyebab
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Penyakit Addison
2. Trauma/pendarahan
3. Luika bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia
D.0080 ANSIETAS.
Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab.
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.
Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.
Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.
Objektif.
1. PenyakitKronis.
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana opersai
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
Definisi :
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan /atau ligamen
Penyebab
Objektif
Objektif
• Nyeri
• Perdarahan
• Kemerahan
• Hermatoma
• Imobilisasi
• Gagal jantung kongestif
• Gagal ginjal
• Diabetes melitus
• Imunodefisiensi (mis.AIDS)
Keterangan
Dispesifikkan menjadi kulit atau jaringan dan Kulit hanya terbatas pada deremis dan epidermis,
sedangkan jaringan meliputi tidak hanya kulit tetapi juga mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen
Definisi :
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler.
PENYEBAB :
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Perubahan membran alveolus-kapiler.
Gejalan dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Dispnea.
Objektif :
1. PCO2 meningkat / menurun.
2. PO2 menurun.
3. Takikardia.
4. pH arteri meningkat/menurun.
5. Bunyi napas tambahan.
Subjektif :
1. Pusing.
2. Penglihatan kabur.
Objektif :
1. Sianosis.
2. Diaforesis.
3. Gelisah.
4. Napas cuping hidung.
5. Pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal).
6. Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan).
7. Kesadaran menurun.
Kondisi Klinis Terkait :
1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Asma.
4. Pneumonia.
5. Tuberkulosis paru.
6. Penyakit membran hialin.
7. Asfiksia.
8. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN).
9. Prematuritas.
10.Infeksi saluran napas.
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
B. TERAPI RELAKSASI
Observasi
-Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang menganggu
kemampuan kognitif
Terapeutik
Edukasi
Meningkat :
Observasi
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Turgor kulit meningkat
3. Output urine meningkat -Periksa tanda dan gejala hipovolemia
(mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
Menurun : teraba lemah, tekanan darah menurun,
1. Dispnea menurun tekanan nadi menyempit,turgor kulit
2. Edema prifer menurun menurun, membrane mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit
Membaik :
1. Frekuensi nadi membaik meningkat, haus dan lemah)
2. Tekanan darah membaik
3. Membran mukosa membaik -Monitor intake dan output cairan
4. Jugular venous pressure
membaik Terapeutik
9. Kadar Hb membaik
10. Kadar Ht membaik
-Hitung kebutuhan cairan
Edukasi
-Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
B. PEMANATAUAN CAIRAN
(I.03121)
Observasi
Terapeutik
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Gangguan Integritas Integritas kulit dan jaringan A.MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)
Kulit/Jaringan (D.0129) (L.14125) dengan kriteria hasil :
Observasi
Meningkat
1. Elastisitas meningkat -Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,
2. HIdrasi meningkat kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
3. Perfusi jaringan meningkat kelembapan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah)
Menurun
1. Kerusakan jaringan menurun -Monitor berat badan harian
2. Kerusakan lapisan kulit
menurun -Monitor hasil pemeriksaan
3.Nyeri menurun laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
4. Perdarahan menurun Cl, berat jenis urin , BUN)
5. Kemerahan menurun
5. Hematoma menurun -Monitor status hemodinamik ( Mis.
6. Pigmentasi abnormal menurun MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
7. Jaringan parut menurun
8. Nekrosis menurun Terapeutik
9. Abrasi kornea menurun
-Catat intake output dan hitung balans
Membaik : cairan dalam 24 jam
1. Suhu kulit membaik
2. Sensasi membaik -Berikan asupan cairan sesuai
3. Tekstur membaik kebutuhan
4. Pertumbuhan rambut membaik
-Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
B. PEMANTAUAN CAIRAN
(I.03121)
Observasi
Terapeutik
-Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Edukasi
Meningkat : Observasi
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Turgor kulit meningkat -Periksa tanda dan gejala hipovolemia
3. Output urine meningkat (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun,
Menurun : tekanan nadi menyempit,turgor kulit
1. Dispnea menurun menurun, membrane mukosa kering,
2. Edema prifer menurun volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus dan lemah)
Membaik :
1. Frekuensi nadi membaik -Monitor intake dan output cairan
2. Tekanan darah membaik
3. Membran mukosa membaik Terapeutik
4. Jugular venous pressure
membaik -Hitung kebutuhan cairan
5. Kadar Hb membaik -Berikan posisi modified trendelenburg
6. Kadar Ht membaik -Berikan asupan cairan oral
Edukasi
-Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
-Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
B. PEMANATAUAN CAIRAN
(I.03121)
Observasi
Terapeutik
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Risiko Keseimbangan Cairan(L.03020) A. MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)
Ketidakseimbangan dengan kriteria hasil :
Cairan (D.0036) Observasi
Meningkat :
1.Asupan cairan meningkat -Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,
2. Haluaran urin meningkat kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
3. Kelembaban membrane mukosa kelembapan mukosa, turgor kulit,
meningkat tekanan darah)
4. Asupan makanan meningkat
-Monitor berat badan harian
Menurun :
1. Dehidrasi menurun -Monitor hasil pemeriksaan
2. Asites menurun laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
3. Konfusi menurun Cl, berat jenis urin , BUN)
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian diuretik, jika
perlu
B. PEMANTAUAN CAIRAN
(I.03121)
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Meningkat : Observasi
1. Tingkat kesadaran meningkat
-Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
Menurun : dan upaya napas
1. Dispnea menurun
2. Pusing menurun -Monitor pola napas (seperti bradipnea,
3. Pusing menurun takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
4. Penglihatan kabur menurun Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
5. Diaforesis menurun
6. Gelisah menurun -Monitor kemampuan batuk efektif
7. Napas cuping hidung menurun
-Monitor adanya produksi sputum
Membaik :
1. PCO2 membaik -Monitor adanya sumbatan jalan napas
2. PO2 membaik
3. Ph arteri membaik
4. Sianosis membaik -Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Pola napas membaik
6. Warna kulit membaik -Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Agus, S., Handoyo, & Widiyanti, D. A. Analisis Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Ambal 1 Kecamatan Ambal Kabupaten
Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan; 2015 11(2), 71–78. Retrieved from
https:journal//ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
Fatmawati dkk. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Anak Usia 3-6 Tahun di TK
Raudhatul Athfal Alauddin Makassar. 2015;21–32. Retrieved from
https://doi.org/10.1016/j.rmed.2014.12.001
Hajar, I., & Darmawan, S. Diare pada Balita di Desa Mattiro Dolangeng Wilayah Puskesmas
Liukang Tiupabbiring Kabupaten Pangkep.2013;2(2), 1–10. Retrieved from
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/409
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Diare Balita. Jakarta: Direktorat Pengendalian
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan; 2014 \\\
Meliyanti, F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita. Jurnal Ilmu
Kesehatan Aisyah. 2016; 1(2), 7. https://doi.org/10.30604/jika.v1i2.15
Muttaqin, A & Sari, K.. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Anak Diare . Jakarta : Salemba
medika
Setiati, S; Alwi, I; Sudoyo, A. W; Stiyohadi, B; Syam, A, F. 2014. Buku ajar ilmu Keprawatan
Anak. Jakarta: Interna Publishing\
Siswanto, H. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Rihanna; 2011
Sukardi, D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita Umur 6-59
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2016. 2016; 31–48. Retrieved from
https://www.neliti.com/id/publications/186273/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-
kejadian-diare-pada-balita-umur-6-59-bulan
Tim pokja SDKI DPD PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta: DPD PPNI
Tim pokja SIKI DPD PPNI.2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta: DPD PPNI
Tim pokja SLKI DPD PPNI.2017.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta: DPD PPNI
Wong, D. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih bahasa: Andry Hartono.
Laporan Kasus
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama Panggilan : An.M.T.A
2. Tempat Tanggal Lahir/Usia : Karang Jaya, 25 September 2021
3. Jenis Kelamin : Laki - Laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Karang Jaya 2/5 Karang Jaya
Prabumulih Timur
6. Tanggal masuk : 28 Juni 2022 (Jam: 08.00 WIB)
7. Tanggal pengkajian : 28 Juni 2022 (Jam : 20.00 WIB)
8. Diagnosis medis : Diare Akut + Dehidrasi Ringan Sedang
1. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama :
Klien masuk Rumah Sakit tanggal 28 Juni 2022, dengan keluhan BAB SMRS tidak
terhitung dengan konsistensi ada ampas sedikit sejak 4 hari yang lalu SMRS, ibu klien
mengatakan muntah muntah setiap sesudah makan 4-5 x/hari, badan klien tampak
lemah.
2) Riwayat Keluhan Sekarang :
Ibu klien mengatakan anaknya Diare 5 kali dengan konsistensi BAB cair dan sempat
keluar darah merah segar 3 x disertai ampas dan lendir , ibu klien mengatakan anaknya
muntah muntah setiap sesudah makan sebanyak 4x, ibu klien mengatakan nafsu makan
anaknya menurun , ibu klien mengatakan berat badan anakanya menurun 1 Kg dari BB
sebelum sakit, saat diperiksa didapatkan TTV klien N : 110 x/mnt, RR : 32x/mnt, S :
36,5oC, BB : 8 kg , SPo2 : 99%
3) Riwayat Penyakit Keluarga :
Saat dilakukan pengkajian tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama seperti yang diderita klien.
: Pasien
D. Riwayat Imunisasi
Pemberian
G. Riwayat Psikososial
a) Anak tinggal bersama : Orang tua dan kakak kandung
H. Riwayat Spiritual
a) Support system dalam keluarga : Ayah dan Ibu
b) Kegiatan keagamaan : Sholat 5 waktu dan berdoa
b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Oral Oral
BAB:
d. Istirahat tidur
e. Personal Hygiene
f. Aktivitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
3. Kesulitan pergerakan
Tidak ada Tidak ada
tubuh
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum:
a) Kesadaran : Composmentis
b) Penampilan : Baik
c) Berat Badan : 8 kg
d) Tinggi Badan : 75 cm
e) Tanda-tanda vital :
▪ Tekanan Darah : -/- mmHg
▪ Pernapasan : 32x/menit
▪ Denyut nadi : 110x/menit
▪ Suhu : 36,5 ºC
2) Kepala:
Inspeksi
3) Muka
Inspeksi
a) Simetris/tidak : Simetris
b) Gerakan abnormal : Tidak ada
c) Data lain : Warna kulit Kemerahan
Palpasi
4) Mata
Inspeksi
a) Palpebra : Tidak ada
b) Sklera : Icterus
c) Konjunngiva : Unanemis
d) Pupil : Isokor
e) Posisi mata : Simetris
f) Penglihatan : Normal
Palpasi
5) Hidung
Inspeksi
a) Keadaan septum : Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
b) Secret / cairan : Tidak ada
c) Data lain : Tidak ada kelainan
6) Telinga
Inspeksi
a) Posisi telinga :Simetris
b) Aurikel : Simetris
c) Lubang telinga : Bersih
d) Pemakaian alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu mendengar
Palpasi
7) Mulut
Inspeksi
8) Tenggorokan
a) Warna mukosa : Kemerahan
b) Nyeri menelan : Tidak ada
c) Data lain : Tidak ada kelaianan
9) Leher
Inspeksi
12) Abdomen
Inspeksi
Bentuk : Normal
Palpasi
Perkusi : Tympani
13) Genitalia dan anus : Bersih, tidak ada kelainan pada alat kelamin dan tidak ada
kelainan pada anus
14) Ekstremitas
a) Atas : Aktif
b) Bawah : Aktif
15) Integumentum
b) Kelembapan : Kering
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Ibu klien mengatakan nafsu makan - Klien tampak lemas
anaknya menurun - Frekuensi peristaltic usus meningkat >30
- Ibu klien mengatakan anakanya muntah x/mnt
muntah setiap sesudah makan sebanyak - Bising usus hiperaktif
4x - Berat Badan klien menurun
- Ibu klien mengatakan anaknya 9 kg --→ 8 Kg
mengalami penurunan berat badan Mengalami < 10 % = 1 Kg
- Diare Dibawah rentang ideal
Frekuensi : -/+ 10 x - Klien hanya menghabiskan porsi makan
Konsistensi : Cair dan Lendir 1/4 porsi (2-3 sendok makan)
Warna : Merah darah Segar disertai - TTV
kuning T : 36,5oC
- Ibu klien mengatakan anakanya N : 110x/m
nyeri/kram pada perut RR : 32x/m
Spo2 : 98%
- Membran mukosa kering
- Sariawan
- Hematokrit 34.8 %
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Makanan Diare
• Diare
Frekuensi : -/+ 10 x Toksik tidak dapat diserap
Konsistensi : Cair dan
Lendir Hiperperistaltik
Warna : Merah darah
Segar disertai kuning Penyerapan makanan diusus
• Nyeri/kram abdomen menurun
DO :
• Frekuensi peristaltic usus Malabsorpsi
meningkat >30 x/mnt
• Bising usus hiperaktif
• TTV
T : 36,5oC
N : 110x/m
RR : 32x/m
Spo2 : 98%
DS : Diare Defisit Nutrisi
• Klien hanya
menghabiskan porsi Distensi
makan 1/4 porsi (2-3
sendok makan) Mual & muntah
• Ibu klien mengatakan
anakanya nyeri.kram Nafsu makan menurun
dibagian perut
• Ibu klien mengatakan Ketidakmampuan
anakanya muntah muntah mencerna makanan
setiap sesudah makan
sebanyak 4x
DO :
• Berat Badan klien
menurun
9 kg → 8 Kg
Mengalami < 10 % = 1
Kg
Dibawah rentang ideal
DS : Diare Risiko Hipovolemia
• Diare
Frekuensi : -/+ 10 x Frekuensi BAB ^
Konsistensi : Cair dan
Lendir Kehilangan cairan &
Warna : Merah darah elektrolit berlebihan
Segar disertai kuning
• Ibu klien mengatakan Gangguan keseimbangan
anakanya muntah muntah cairan & elektrolit
setiap sesudah makan
sebanyak 4x Dehidrasi
DO :
• Membran mukosa kering Kehilangan cairan secara
• Sariawan aktif
• Hematokrit 34.8%
Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan Malabsopsi dibuktikan dengan BAB Frekuensi : -/+ 10 Konsistensi : Cair dan Lendir, Warna : Merah
darah Segar disertai kuning , Nyeri/kram abdomen, Frekuensi peristaltic usus meningkat >30 x/mnt , Bising usus hiperaktif
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan dengan Klien hanya menghabiskan porsi
makan 1/4 porsi (2-3 sendok makan), Ibu klien mengatakan anakanya nyeri.kram dibagian perut , Ibu klien mengatakan anakanya
muntah muntah setiap sesudah makan sebanyak 4x, Berat Badan klien menurun 9 kg → 8 Kg , Mengalami < 10 % = 1 Kg, Dibawah
rentang ideal
3. Risiko Hipovolemia ditandai dengan Kehilangan cairan secara aktif
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. MANAJEMEN DIARE (I.03101)
Malabsopsi dibuktikan 3x24 jam di harapkan Eliminasi fekal membaik
dengan BAB Frekuensi : -/+ (L.04033) dengan kriteria hasil : 1. Observasi
10 Konsistensi : Cair dan • kontrol pengeluaran feses meningkat ▪ Identifikasi penyebab diare (mis.
Lendir, Warna : Merah darah • distensi abdomen menurun Inflamasi gastrointestinal, iritasi
Segar disertai kuning , • teraba masa pada rektal menurun gastrointestinal)
Nyeri/kram abdomen, • nyeri abdomen menurun ▪ Identifikasi riwayat pemberian makanan
Frekuensi peristaltic usus • kram abdomen menurun ▪ Identifikasi gejala invaginasi
meningkat >30 x/mnt , ▪ Monitor warna, volume, frekwensi, dan
• konsistensi feses membaik
Bising usus hiperaktif konsistensi tinja.
• peristaltic usus membaik
▪ Monitor tanda dan gejala hipovolemia
▪ Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah
perineal
▪ Monitor jumlah pengeluaran diare
▪ Monitor keamanan penyiapan makanan
2. Terapeutik
▪ Berikan asupan cairan oral
▪ Pasang jalur intravena
▪ Berikan cairan intravena
▪ Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
▪ Ambil sampel feses untuk kultur, jika
perlu
3. Edukasi
▪ Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
▪ Anjurkan menghindari
makanan, pembentuk gas, pedas, dan
mengandung lactose
▪ Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
▪ Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/ spasmolitik
▪ Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses.
1. Observasi
▪ Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
▪ Monitor frekuensi nafas
▪ Monitor tekanan darah
▪ Monitor berat badan
▪ Monitor waktu pengisian kapiler
▪ Monitor elastisitas atau turgor kulit
▪ Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
urine
▪ Monitor kadar albumin dan protein total
▪ Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
▪ Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
▪ Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
9mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojogular positif,
berat badan menurun dalam waktu
singkat)
▪ Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
2. Terapeutik
▪ Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
▪ Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
dengan Ketidakmampuan 3x24 jam di harapkan Status nutrisi (L.03030)
menelan makanan dibuktikan membaik dengan kriteria hasil 1. Observasi
dengan Klien hanya • Porsi makan yang di habiskan meningkat ▪ Identifikasi status nutrisi
menghabiskan porsi makan • Kekuatan otot mngunyah meningkat ▪ Identifikasi alergi dan intoleransi
1/4 porsi (2-3 sendok kekuatan otot menelan meningkat makanan
makan), Ibu klien • Pengetahuan tentang makanan yang sehat ▪ Identifikasi makanan yang disukai
mengatakan anakanya meningkat ▪ Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nyeri.kram dibagian perut , • Pengetahuan tentang minuman yang sehat nutrient
Ibu klien mengatakan meningkat ▪ Identifikasi perlunya penggunaan selang
anakanya muntah muntah • Pengetahuan tentang penyimpanan makanan nasogastrik
setiap sesudah makan yang aman ▪ Monitor asupan makanan
sebanyak 4x, Berat Badan ▪ Monitor berat badan
• Perasaan cepat kenyang menurun
klien menurun 9 kg → 8 Kg , ▪ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Nyeri abdomen menurun
Mengalami < 10 % = 1 Kg, 2. Terapeutik
• Sariawan menurun
Dibawah rentang ideal ▪ Lakukan oral hygiene sebelum makan,
• Berat badan membaik
jika perlu
• Frekuensi makan membaik ▪ Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
• Nafsu makan membaik Piramida makanan)
• Bising usus membaik ▪ Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
▪ Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
▪ Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
▪ Berikan suplemen makanan, jika perlu
▪ Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
▪ Anjurkan posisi duduk, jika mampu
▪ Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlU
1. Observasi
▪ Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
▪ Monitor adanya mual dan muntah
▪ Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi
sehari-hari
▪ Monitor berat badan
▪ Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum
2. Terapeutik
▪ Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
▪ Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan dengan tekstur
halus, makanan yang diblander, makanan
cair yang diberikan melalui NGT atau
Gastrostomi, total perenteral nutritition
sesui indikasi)
▪ Hidangkan makan secara menarik
▪ Berikan suplemen, jika perlu
▪ Berikan pujian pada pasien atau keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
▪ Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namuntetap terjangkau
▪ Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
3. Risiko Hipovolemia ditandai Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)
dengan Kehilangan cairan 3x24 jam di harapkan STATUS CAIRAN
secara aktif MEMBAIK (L.03028) dengan kriteria hasil : 1. Observasi
• Kekuatan nadi meningkat ▪ Periksa tanda dan gejala hipovolemia
• Output urine meningkat (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
• Dyspnea menurun teraba lemah, tekanan darah menurun,
• Frekuensi nadi membaik tekanan nadi menyempit,turgor kulit
• Tekanan darah membaik menurun, membrane mukosa kering,
• Nadi membaik volume urine menurun, hematokrit
• Membrane mukosa membaik meningkat, haus dan lemah)
▪ Monitor intake dan output cairan
• Kadar HB membaik
2. Terapeutik
• Kadar HT membaik
▪ Hitung kebutuhan cairan
• Berat badan membaik ▪ Berikan posisi modified trendelenburg
• Suhu tubuh membaik ▪ Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
▪ Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
▪ Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
(mis. cairan NaCl, RL)
▪ Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
▪ Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
▪ Kolaborasi pemberian produk darah
1. Observasi
▪ Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
▪ Monitor frekuensi nafas
▪ Monitor tekanan darah
▪ Monitor berat badan
▪ Monitor waktu pengisian kapiler
▪ Monitor elastisitas atau turgor kulit
▪ Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
urine
▪ Monitor kadar albumin dan protein total
▪ Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
▪ Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
▪ Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojogular positif,
berat badan menurun dalam waktu
singkat)
▪ Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
2. Terapeutik
▪ Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
▪ Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Implementasi Keperawatan
P: Intervensi dilanjutkan
14.00 2 -Mengobservasi Tanda-tanda vital (Berat S:
badan) -Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan
- ibu pasien mengatakan anaknya muntah
14.10 -Mengidentifikasi status nutrisi
O:
15.30 -Memonitor asupan makanan -Pasien tampak tidak menghabiskan makanannya
-BB menurun
16.00 -Mangajarkan Orang tua untuk makan porsi
kecil secara bertahap A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
20.30 3 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S:
-ibu pasien mengatakan BAB 10x
N:110x/menit - ibu pasien mengatakan anaknya muntah setiap sudah
KU: sakit sedang makan
KS: Composmetis
O:
22.00 -Menganjurkan memperbanyak minum air -membran mukosa kering
putih -sariawan
-Hematokrit 34,8%
05.00 -memasang dan memonitor IVFD dengan
cairan oral GTT 15x/mnt A: Masalah belum teratasi
17.10 -Mangajarkan Orang tua untuk makan porsi A: Masalah belum teratasi
kecil secara bertahap
P: Intervensi dilanjutkan
20.30 3 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S:
N:118x/menit -ibu pasien mengatakan BAB 5x
-ibu pasien mengatakan anaknya muntah setiap sudah
KU: sakit sedang makan
KS: Composmetis O:
-membran mukosa kering
22.00 -Menganjurkan memperbanyak minum air -Hematokrit 35,2%
putih
A: Masalah teratasi sebagian
05.00 -memasang dan memonitor IVFD dengan
cairan oral GTT 15x/mnt P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dihentikan
14.00 2 -Mengobservasi Tanda-tanda vital (Berat S:
badan) - Ibu Pasien mengatakan anaknya sudah nafsu
makan
14.30 -Mengidentifikasi status nutrisi
- Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
15.00 -Memonitor asupan makanan muntah
O:
-Mangajarkan Orang tua untuk makan porsi
17.10 kecil secara bertahap - Pasien tampak sudah dapat menghabiskan
makanannya
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan