Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB) Pada
Program Studi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Galuh
Oleh :
Sutarman
149021052
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan dan laporan kasus dengan
diagnose demam typhoid, diare, strok, hipertensi, dan asma di ruang rawat inap Puskesmas
Cihaurbeti ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Nina
Rosdiana,S.kp.,M.Kep selaku dosen pembimbing akademik mata kuliah keperawatan medikal
bedah. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. saya menyadari, laporan yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
LAPORAN LP & LK
DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPHOID, DIARE, HIPERTENSI ASMA,
& STROK DI RUANG RAWAT
INAP PUSKESMAS CIHAURBEUTI
Oleh :
SUTARMAN
NIM : 149021052
Yang telah disahkan oleh Pembimbing Klinik, Akademik & KAPRODI Profesi Ners
Pada tanggal ….. …………….. 2021
Diare
A. Definis
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Bisa juga didefinisikan sebagai
buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian,2010).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih,buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair
(Suriadi,2010).
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar
yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di dunia
diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari
1,5 juta orang pertahun. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga
seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan
mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam
beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi,
diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan
(Wikipedia,2011).
24 Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Susanti,2009).
1. Klasifikasi
a. Diare Akut
Diare akut Menurut Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010) mendefenisikan diare
akut yaitu: Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali perhari,disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare akut, yaitu
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling dan berhenti
lebih dari 2 hari.Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat katagori,
yaitu:
- Diare tanpa dehidrasi
- Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5 % dari berat
badan.
- Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 6 – 10 %
dari berat badan. 25 4.
- Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 10 %
b. Diare Kronis
B. Etiologi
Menurut Vivian,2010 diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor,seperti infeksi ,
malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat di awali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke
dalam saluran pencernaan bayi yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga
terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi intestinal dalam absorpasi cairan dan elektrolit. Adanya toksil bakteri juga akan
menyebabkan system transfortasi menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa
mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
b. Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas.
c. Infeksi virus : Eteroovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis),
Adenovirus, Ratavirus, Astrivirus. 26
d. Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardian lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans).
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara, lain:
2. Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 0-6 bulan pada pertama
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar
dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat
juga lebih besar. Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan mempunyai
hubungan dengan kejadian diare, dan bayi yang diberikan susu formula mempunyai
risiko 14,1 kali terpapar diare, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi susu
formula. Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, menunjukkan bahwa
responden yang memberikan susu formula kepada bayi nya berisiko bayinya
terkena diare. Terjadinya diare pada bayi yang diberi susu formula karena bayi
dengan usia dibawah 6 bulan sistem pencernaannya belum sempurna, dan umur
bayi berperan terhadap berkurangnya frekuensi defekasi, dimana hal ini merupakan
petunjuk dari semakin matangnya kapasitas“waterconserving” pada usus.(Fitriya,
2010)
3. Menggunakan botol susu Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman, karena botol susah dibersihkan.
4. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa
jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
5. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi
kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh
air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
6. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak.
7. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan
bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar Sementara.
8. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensifalitis, keadaan
ini terutama terbagi pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
9. Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare.
a. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (Intoleransi laktosa, maltose, dan
sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsobsi lemak.
c. Malabsobsi protein.
d. Faktor makanan Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan
kurang matang. Dapat terjadi pula apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang
akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.
10. Faktor psikologis Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic khusus
yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan
cemas.
C. Fisiologi
Menurut Suriadi (2010), sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat
dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan .
2. Cairan, sodium, potassium dan bokarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi
asidosis metabolik.
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut
(Vivian,2010) :
o Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
o Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
o Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare
akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
3. Hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
1. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
2. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan
bila tidak segera diatasi klien akan meninggal
D. Manifestasi klinik
Menurut Suriadi (2010), ada beberapa bagian manifestasi klinis dari diare yaitu :
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,turgor kuli jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung,membrane mukosa kering.
3. Kram abdominal
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Anorexia
7. Lemah
8. Pucat
9. Perubahan tanda-tanda vital,nadi dan pernapasan cepat
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
E. Fokus pengkajian
Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan data secara sistematis,
memilih dan mengatur data yang dikumpulkan dan mendokumentasikan data dalam format
yang didapat. Untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah
klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini yang terbagi atas :
1. Pengumpulan data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita
,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan labor 48 ratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnese
a. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada
umumnya keluhan utamanya yakni BAB lebih dari 3 kali sehari, konsistensi
encer, mual muntah, perut sakit. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. d)
Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
4) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan
keluhan utama Frekuensi BAB meningkat dengan bentuk dan
konsistensi yang lain dari biasanya dapat cair dan berlendir/berdarah
dan dapat pula disertai gejala lain panas, muntah, anoreksia, nausea,
vomiting.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu Jika disebabkan infeksi parenteral
(infeksi) diluar alat pencernaan, OMA infeksi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga Ada pasien yang menderita alergi
makanan (diare yang disebabkan adalah alergi terhadap makanan).
4) ADL Nutrisi : terjadi anoreksia, mual, muntah Eleminasi : BAB
lebih dari 4x (bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir,
berdarah dan BAK frekuensi menurun Pesonal hygiene : iritasi pada
sekitar usus Aktivitas : lemas dan mengantuk Istirahat tidur : bisa
terganggu bisa tidak
5) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : kedaan dehidrasi ringan, kesadaran kompos mentis
keadaan lebih dari lanjut, apatis, somnolen, koma.
- Sistem kardiovaskuler : peningkatan jantung, nadi, TD menurun,
nadi kecil dan cepat serta meningkat suhu tubuh.
- Sistem RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratur
- Sistem pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan
peristaltik usus, kembung, distersi abdomen, tympani.
- Sistem perkemihan : produksi urine menurun (oliguri – anuri)
- Sistem integumen : turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill
melambat, warna kemerahan/lecet (terutama sekitar anus)
- Sistem muskulo : kejang bila panas meningkat, pada hypoglikemi
tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen.
F. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan Diare secara teoritis
a. Defisit volume cairan
b. Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
G. Intervensi
Dx. I
Defisit volume cairan
Tujuan :
- bowl elimination
- fluid balance
- hidration
- electrolit and acid base balance
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 Jam Diare pasien teratasi
dengan kriteria hasil
- tidak ada diare
- feses tidak ada darah dan mucus
- nyeri perut tidak ada
- pola bab normal
- elektrolit normal
- asam basa normal
- hidrasi baik (membran mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan
urin output dalam batas normal
intervensi :
diare management
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nutrisi kurang teratasi dengan :
- Albumin serum
- Pre albumin serum
- Hematokrit
- Hemoglobin
- Total iron binding capacity
- Jumlah limfosit
Intervensi :
I. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : No.R
Umur : 17Tahun
Jenis Klamin :P
Alamat : Sumberjaya
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA/SLTA
Pekerjaan :-
Tanggal Masuk : 01 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 02 Oktober 2021
Keterangan :
: Perempuan : Penderita
f. porsi
intoleran aktifitas
Ds. Basil salmonella tyhosa Devisit nutrisi
Pasien mengatakantidak
nafsu makan, mual Menginfeksi saluran
muntah, mukosa bibir
pucat, diare Tifus abdominalis
Do.
Pasien terlihat pucat, Diserap usus halus
lemas, nafsu ,makan
menurun disertai BAB cair Mual, nafsu makan
dan muntah. menurun
Dx.II
VI. EVALUASI
A. Definisi
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma adalah suatu gangguan
pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodic/kontraksi spasme pada saluran
nafas (Iman Somantri, 2008).
Asma bronchial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan
kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu, serbuk, bunga, udara
dingin, makanan, dan lain-lain) yang menyebabkan penyempitan saluran nafas yang meluas
dan dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan.
B. Etiologi
Asma dapat disebabkan oleh debu, asap rokok, bulu binatang, udara dingin, aktivitas
fisik, infeksi virus atau bahkan terpapar zat kimia. Namun, hingga kini penyebab
dari asma belum diketahui secara pasti. Pengidap asma memiliki saluran pernapasan yang
lebih sensitif.
C. Tanda dan Gejala
1. Dyspnea parah dengan ekspirasi memanjang.
2. Wheezing.
3. Batuk produktif.
4. Penggunaan obat bantu nafas.
5. Sianosis, takikardi, gelisah dan pulsus parodoksus.
6. Hiperkapnia.
7. Anoreksia.
8. Diaphoresis.
D. Clinical Pathways
Ansietas
G. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
2) Ansietas berhubungan perubahan status kesehatan akibat sesak nafas.
H. Nursing Care Plan
Dx. Keperawatan NOC NIC
Bersihan jalan nafas NOC : Respiratory status : NIC : Respiratory
tidak efektif Airway patency. Management.
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan a. Posisikan pasien untuk
penumpukan secret. keperawatan selama 3 x 24 jam memaksimalkan
diharapkan lendir dapat keluar ventilasi.
dan sesak nafas berkurang, b. Auskultasi suara nafas,
dengan kriteria hasil : catat adanya suara nafas
Menunjukkan jalan nafas tambahan.
paten (klien tidak merasa c. Berikan bronkodilator
tercekik). bila perlu.
Irama nafas, frekuensi d. Anjurkan pasien minum
pernafasan dalam rentang air hangat.
normal.
Tidak ada suara nafas
abnormal.
Ansietas berhubungan NOC : Anxiety Management NIC : Anxiety Management
perubahan status Setelah dilakukan tindakan a. Kaji penyebab pasien
kesehatan akibat sesak asuhan keperawatan selama 3 x cemas.
nafas. 24 jam, cemas berkurang, b. Berikan teknik relaksasi.
dengan kriteria hasil : c. Anjurkan keluarga
Tidak gelisah. pasien selalu
Tanda-tanda vital dalam mendampingi.
rentang normal. d. Berikan pengetahuan
tentang penyakit yang
diderita.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis dan
Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 2 Alih Bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
LAPORAN KASUS ASMA
I. Pengkajian
A. Identitas
1. Nama : NY. K
2. Umur : 41 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : Menikah
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : BHL
7. Agama : Islam
8. No. medrek :-
9. Tanggal masuk : 04- 10-2021
10. Tanggal pengkajian : 04-10- 2021
11. Diagnose medis : Asma
12. Alamat : Dsn cikaret 02/06 ds sukamulya
C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama : sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Kien datang dengan keluhan dari tadi pagi nafas sesak, nyeri dada,,batuk, kepala
pusing, badan lemes, ada wheizing.os terlihat cemas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien punya riwayat asma.
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan yang diderita klien saat ini.
D. Riwayat (Activity Daily Living)
total/sebagian
d. Frekuensi makan 3x sehari Sedikit tapi sering
menimbulkan alergi
g. makanan yang disukai - -
2. Cairan
a. Intake
Oral
Jenis Air putih Air putih
Jumlah cc/menit 1800 cc 800 cc
Bantuan Mandiri Mandiri
total/sebagian
Intravena
Jenis - RL
Jumlah cc/menit - 20 tetes permenit
b. Output
Jenis
Jumlah cc/menit
3. Eleminasi
a. BAB
Frekuensi 1x / hari Belum bab
Konsistensi Padat -
Warna Kuning
4. Istirahat tidur
a. Lama tidur 8 jam 6 jam
b. Kesulitan memulai Tidak ada Tidak ada
tidur
c. Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
d. Kebiasaan sebelum Menonton tv Melamun
tidur
5. Personal hygiene
a. Mandi
Frekuensi 2x /hari 1x / 2 hari
Bantuan Mandiri Dibantu
total/sebagian
Kebiasaan mandi
b. Gosok gigi 2x 1x / 2 hari
c. Cuci rambut 1x -
d. Gunting kuku 1x / minggu 1x / 4 hari
e. Ganti pakaian 2x 1x / 4 hari
6. Aktivitas
a. Mobilisasi fisik Normal Terjadi penurunan
b. Olahraga - -
c. Rekreasi - -
E. Data psikologis
Klien selama sakit terlihat cemas dengan penyakitnya. Ini ditandai dengan terus menanyakan
tentang penyakitnya kepada perawat.
F. Data sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan baik kepada keluarga, perawat dan dokter.
G. Data spiritual
Klien masih menjalankan ibadah shalat walaupun sedang dalam keadaan sakit namun klien
melakukan tayamum karena jika berjalan ke kamar mandi ditakutkan resiko jatuh. Klien
percaya bahwa tuhan tidak akan menguji hamba-Nya diluar kemampuannya.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Klien tampak lemas
2. Tanda umum pasien
a. Temperature : 36.3⁰C
b. Pulse : 92 x/menit
c. Respiratory : 28 x/menit
d. Sphygmomanometer :110/80 mmHg
e. Tinggi badan : 150 cm
f. Berat badan : 45 kg
3. Kesadaran
a. Kualitatif : Composmentis
b. Kuantitatif : E : 4, M : 6, V: 5 total 15
4. Sistem Pernafasan
Inspeksi : bentuk dada simestris,
Palpasi : tidak ada retraksi dingding dada, pengembangan dada simestris,tidak ada
clubbing finger
Perkusi : suara paru resonan,
Auskultasi : vesikuler tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada suara napas
tambahan wheezing
5. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada sianosis,temperature
36,3derajat, tidak Nampak pucat
Palpasi : nadi ( legurer, frekuensi nadi 92/menit), tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada oedema, tidak ada asites, CRT 3 dtk
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi :suara jantung normal tidak terdengar suara tambahan seperti murmur,
gallop,aorta, dan apek
6. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran composmentis, koordinasi, tidak ada kelumpuhan, klien dapat
bergerak normal, klien tidak tampak kaku.
7. Sistem pencernaan
Inspeksi : mukosa bibir tampak kering, reflek menelan dan mengunyah bagus, tidak
terdapat alat bantu seperti NGT/ OGT
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati
Perkusi : tidak ada distensi ( gas,sembelit)
Auskultasi : bising usus 13x/menit
8. Sistem muskulokeletal
tidak ada udema namun terdapat penurunan kemampuan mobilitas, paien dapat
melakukan room aktif
9. Sistem integument
warna kulit sawo matang, tidak terdapat udema, tidak ada sianosis, tidak ada tanda –
tanda dehidrasi, tidak terdapat luka, alergi dan gatal, akral hangat, tidak terdapat
benjolan.
10. Sistem endokrin
klien tampak berkeringat dan tidak mengalami demam
11. Sistem genotiurinaria
alat kelamin bersih, tidak ada nyeri, BAB mencret BAK normal
Ansietas
HIPERTENSI
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten
diatas 140/90 mmHg. Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar 95 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior.
Kategori Hipertensi pada Dewasa
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress
dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, dan epineprin).
d. Usia
Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena adanya
ateroslerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya distensi dan daya
regang pembuluh darah.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
D. PATHWAY
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
jaringan
2. Breathing
a. Sesak napas pada saat aktifitas
b. Tachipnea, orthopnea, PND
c. Batuk dengan atau tanpa sputum
d. Riwayat merokok
a. Distress pernapasan atau penggunaan otot bantu pernapasan
b. Bunyi napas tambahan
c. Sianosis
3. Circulation
a. Peningkatan Tekanan darah
b. Postural hipotensi
c. Nadi : kuat pada karotis, jugural dan radial.
d. Tachicardi
e. Bunyi jantung III atau IV.
f. JVP meningkat
g. Ekstermitas : dingin, capillary refill meningkat, pucat, sianosis, diaporesis.
4. Disability
Kecemasan, depresi, euphoria, mudah marah. (+ kesadaran, kemampuan beraktifitas).
5. Exposure
Adanya jejas atau luka pada seluruh permukaan kulit.
6. Aktifitas
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
7. Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
8. Tanda: Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
9. Integritas Ego
Gejala:Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
10. Eliminasi
Gejala:Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada
masa yang lalu).
11. Makanan/cairan
Gejala:Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat
penggunaan diuretic
12. Neurosensori
Genjala:Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
14. Pernafasan
Gejala:Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
15. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
G. Pengkajian Sekunder
1. Kepala
Wajah pucat
2. Mata
a. Konjungtiva anemis
b. Reflek pupil ada atau tidak ada
c. Reflek kornea postif atau negative
d. Adakah edema papil
e. Pupil isokor atau anisokor
3. Telinga
Terdapat serumen atau sekret atau tidak
4. Mulut
a. Terdapat perdarahan di mulut atau tidak
b. Bibir sianosis atau tidak
c. Membran mukosa bibir kering atau lembab
d. Gigi lengkap atau tanggal
e. Lidah jatuh kebelakang atau tidak
5. Leher
a. Terdapat fraktur leher atau tidak
b. Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau limfe atau tidak
c. Adakah deviasi trakea atau tidak
6. Dada
a. Jantung : bunyi tambahan
b. Paru : bunyi tambahan
c. Penggunaan otot bantu dada
d. Sesak nafas ( diipnea )
7. Ekstremitas
a. Akral dingin
b. Capiraly refil > 2 detik
c. Kelemahan
d. Pucat
8. Genitaurinarius
Riwayat obstruksi atau penyakit ginjal.
H. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
pembuluh darah otak.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi.
c. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.
d. Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan otak berhubungan dengan sirkulasi darah yang
kurang ke otak
I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa Rasa nyeri berkurang - Teliti keluhan nyeri, a. Mengidentifikasi
nyaman : nyeri setelah dilakukan catat intensitasnya, karakteristik nyeri
kepala tindakan keperawatan lokasinya dan merupakan faktor
berhubungan selama 2 X 24 jam lamanya. yang penting untuk
dengan dengan KH : menentukan terapi
peningkatan yang cocok serta
- Pasien mengatakan
tekanan mengevaluasi
nyeri berkurang.
pembuluh darah kefektifan dari
- Ekspresi wajah
otak. terapi.
klien rileks.
b. Meminimalkan
stimulasi/
- Pertahankan tirah meningkatkan
baring selama fase relaksasi.
akut. c. Aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
- Minimalkan
menyebabkan sakit
aktivitas
kepala pada adanya
vasokontriksi yang
peningkatan
dapat meningkatkan
tekanan vaskuler
sakit kepala.
serebral.
d. Menurunkan/
mengontrol nyeri.
- Kolaborasi
pemberian
analgetik.
c. Monitor adanya
diplopia,
pandangan kabur,
nyeri kepala
d. Monitor level
kebingungan dan
orientasi
e. Monitor tonus otot
pergerakan
f. Monitor tekanan
intrkranial dan
respon neurologis f. untuk mengetahui
g. Catat perubahan perubahan nilai GCS,
pasien dalam mengkaji adanya
merespon stimulus kecenderungan pada
tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan
TIK dan bermanfaat
h. Monitor status dalam menentekan
cairan lokasi.
h. pembatasan cairan
dapat menurunkan
edema serebral.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero Marry, Marry Wilfrid Dayrit, dan Yakobus Siswadi. 2008. Klien Gangguan
Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kodim Nasrin. 2003. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com
Jackson M. dan Lee Jackson. 2009. Seri Panduan Praktis: Keperawatan Klinis. Jakarta:
Erlangga
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan NANDA : definisi dan klasifikasi 2009-
2011, alih bahasa : Made Sumarwati (et. al). Jakarta: EGC.
total/sebagian
d. Frekuensi makan 3x sehari Sedikit tapi sering
menimbulkan alergi
g. makanan yang disukai - -
2. Cairan
c. Intake
Oral
Jenis Air putih Air putih
Jumlah cc/menit 1800 cc 800 cc
Bantuan Mandiri Mandiri
total/sebagian
Intravena
Jenis - RL
Jumlah cc/menit - 20 tetes permenit
d. Output
Jenis
Jumlah cc/menit
3. Eleminasi
c. BAB
Frekuensi 1x / hari Belum bab
Konsistensi Padat -
Warna Kuning
4. Istirahat tidur
e. Lama tidur 8 jam 6 jam
f. Kesulitan memulai Tidak ada Tidak ada
tidur
g. Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
h. Kebiasaan sebelum Menonton tv Melamun
tidur
5. Personal hygiene
f. Mandi
Frekuensi 2x /hari 1x / 2 hari
Bantuan Mandiri Dibantu
total/sebagian
Kebiasaan mandi
g. Gosok gigi 2x 1x / 2 hari
h. Cuci rambut 1x -
E. Data psikologis
Klien selama sakit terlihat cemas dengan penyakitnya. Ini ditandai dengan terus menanyakan
tentang penyakitnya kepada perawat.
F. Data sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan baik kepada keluarga, perawat dan dokter.
G. Data spiritual
Klien masih menjalankan ibadah shalat walaupun sedang dalam keadaan sakit namun klien
melakukan tayamum karena jika berjalan ke kamar mandi ditakutkan resiko jatuh. Klien
percaya bahwa tuhan tidak akan menguji hamba-Nya diluar kemampuannya.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Klien tampak lemas
2. Tanda umum pasien
g. Temperature : 36.3⁰C
h. Pulse : 86 x/menit
i. Respiratory : 22 x/menit
j. Sphygmomanometer :180/90 mmHg
k. Tinggi badan : 158 cm
l. Berat badan : 62 kg
3. Kesadaran
c. Kualitatif : Composmentis
d. Kuantitatif : E : 4, M : 6, V: 5 total 15
4. Sistem Pernafasan
Inspeksi : bentuk dada simestris,
Palpasi : tidak ada retraksi dingding dada, pengembangan dada simestris,tidak ada
clubbing finger
Perkusi : suara paru resonan,
Auskultasi : vesikuler tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada suara napas
tambahan seperti wheezing,stridor,bronhi
5. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada sianosis,temperature
36,3derajat, tidak Nampak pucat
Palpasi : nadi ( legurer, frekuensi nadi 86/menit), tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada oedema, tidak ada asites, CRT 3 dtk
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi :suara jantung normal tidak terdengar suara tambahan seperti murmur,
gallop,aorta, dan apek
6. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran composmentis, koordinasi, tidak ada kelumpuhan, klien dapat
bergerak normal, klien tidak tampak kaku.
7. Sistem pencernaan
Inspeksi : mukosa bibir tampak kering, reflek menelan dan mengunyah bagus, tidak
terdapat alat bantu seperti NGT/ OGT
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati
Perkusi : tidak ada distensi ( gas,sembelit)
Auskultasi : bising usus 13x/menit
8. Sistem muskulokeletal
tidak ada udema namun terdapat penurunan kemampuan mobilitas, paien dapat
melakukan room aktif
9. Sistem integument
warna kulit sawo matang, tidak terdapat udema, tidak ada sianosis, tidak ada tanda –
tanda dehidrasi, tidak terdapat luka, alergi dan gatal, akral hangat, tidak terdapat
benjolan.
10. Sistem endokrin
klien tampak berkeringat dan tidak mengalami demam
11. Sistem genotiurinaria
alat kelamin bersih, tidak ada nyeri, BAB normal BAK normal
I. Data Penunjang dan Therapy
I. Laboratorium
resisten pembuluh
darah otak
nyeri kepala
2. DS : Peningkatan darah Gangguan perfusi
Klien mengatakan mempunyai tinggi jaringan
penyakit hipertensi
DO : gangguan sirkulasi
Td: 180/90
N: 86 otak
R:22
S : 36,3 suplay o2
gangguan perfusi
jaringan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh
darah otak.
2. Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan otak berhubungan dengan sirkulasi darah yang
kurang ke otak
V. Implementasi Keperawatan
Selasa, 02-10-2021
8. Jam 10.15
Berkolaborasi dalam
pemberian analgetik
VI. Evaluasi
1. Definisi
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000
hal : 488).
penyebabnya
b) Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
2. Etiologi
b) Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
d) Stres
f) Perut kembung
4. Clinical Patweys
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
b) Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri
perut (abdominal discomfort), Rasa perih di ulu hati, Mual, kadang-kadang sampai
muntah, Nafsu makan berkurang , Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa panas
di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
c) Riwayat Kesehatan
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil
secara medis.
4) Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hal yang sama dari
generasi terdahulu.
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
1) Pola Nutrisi
2) Pola Eliminasi
6) Seksualitas/reproduks
7) Peran
f) Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat operasi.
2) Mata
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan boal mata
3) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus olfatorius
(nervus I).
4) Mulut
5) Dada
6) Abdomen
7) Ekstremitas
Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
Mual
Muntah
Kekurangan volume cairan
8. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. . Kekurangan volume 1. Fluid balance Fluid management
dengan adanya mual, 3. Nutritional status: food intake dan output yang
https://kupdf.net/download/laporan-pendahuluan-dispepsia_5c5449ebe2b6f53637ea1e62_pdf
LAPORAN KASUS DISPEPSIA
1. IDENTITAS
a. Nama : Tn. J
b. No Rm :-
c. Usia : 46 tahun
d. Jenis kelamin : Laki – laki
e. Alamat : Cihaurbeti, Ciamis
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
h. Diagnose Medis : Dispepsia
Identotas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. P
b. Umur : 59 Tahun
c. Jenis Kelamin :P
d. Pendidikan : SMA/SLTA
e. Pekerjaan : IRT
f. Hub. Dengan Klien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri di bagian ulu hati, dan merasa mual
b. Riwayat penyakit sekarang
Mual dan muntah
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada
d. Riwayat kesehatan keluaraga
Tidak ada
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan TTV :
TD : 128/79 mmHg
P : 89x/menit
SPO : 97%
S : 35OC
BB : 67 Kg
4. Analisa Data
Mual
Muntah
Kekurangan
volume cairan
5. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya mual, muntah Intervensi
Keperawatan
6. Intervensi
IV
7. Impelementasi Keperawatan
8. EVALUASI
Dx. Keperawatan Evaluasi Paraf
Kekurangan volume cairan S: Klien mengatakan sedikit mengerti
berhubungan dengan adanya tentang penyakitnya
mual, muntah Intervensi O: Klien terlihat mulai tenang
Keperawatan A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi