Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN KLINIK DEPARTEMEN


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN: GASTROENTERITIS
DI RUANG RAWAT INAP KBS (ANAK)
RSU MADANI MEDAN

OLEH :
NAMA : FRISKA SRI RATIH PAMELIA GULTOM
NIM : 1900

PEMBIMBING : tanda tangan


1. Havijah sihotang S.Kep, Ners

………………..

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES BINALITA SUDAMA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W. T karena atas berkat dan karunia
nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus keperawatan medical bedah (KMB) anak ini
dengan baik dan tepat waktu.

Adapun judul laporan kasus ini adalah : “ Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Anak
pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan : Gastroenteritis di KBS bedah (anak) RSU
Madani Medan.

Penulis laporan kasus ini bertujuan untuk memenuhi tugas klinik profesi Ners
Kerperawatan Departemen KMB.

Dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada
sosen pembimbing, baik pembimbing lapangan maupun pembimbing akademik yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini antara lain :

1. Ibu Havijah Sihotang, Skep. Ners

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifat nya membangun untuk kesempurnaan laporan
kasus ini.

Penulis,

Friska sri ratih pamelia


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP

GASTROENTERITIS PADA ANAK

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang

lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan

buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja

cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender (Riskesdas, 2013).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses. Seseorang

dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari

tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam

(Dinkes,2016).

WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan

konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung

selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

2. Etiologi

Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain

penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit

pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih
dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat

tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan

secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.

Faktor penyebab diare, antara lain :

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare

pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lainlain.

c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia

lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida albicans)

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut

(OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering

(intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih

besar).

Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko terjadinya diare,

yaitu :

a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.

b. Menggunakan botol susu.

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.

d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum

menjamaah makanan.

Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :

1. Agens virus

a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38oC atau lebih tinggi),

nausea atau vomitus, nyeri abdomen, disertai infeksi saluran pernapasan atas dan diare dapat

berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada

anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.

b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan terganggu, malaise.

Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air di tempat rekreasi (air kolam renang, dll),

makanan. Dapat menjangkit segala usia dan dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.
2. Agens bakteri

a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada strainnya. Biasanya anak akan

mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan darah

atau mukus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang

kurang matang, pemberian ASI tidak eksklusif.

b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis. Gejalanya

bervariasi, anak bias mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang

berdarah dan ada lendir, peristaltik hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit kepala,

kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang

seperti kucing, burung, dan lainnya.

3. Keracunan makanan

a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat pada abdomen,

syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan yang disimpan di

lemari es seperti puding, mayones, makanan yang berlapis krim.

b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami nyeri

epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang hingga berat. Penularan bisa lewat

produk makanan komersial yang paling sering adalah daging dan unggas.

c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea, vomitus,

mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang terkntaminasi. Intensitasnya

bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat

dalam waktu beberapa jam.


3. Patofisiologi

Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai

kemungkinan faktor diantaranya :

a. Faktor infeksi

1) Virus

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah terpapar dengan

agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang

masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya

sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa

yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng

yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili

usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.

Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi

usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau virus

akan menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang

kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

2) Bakteri

Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu kedalam mukosa, terjadi

perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan

menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu,

mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama

pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat self-limiting dalam
waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel

mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).

b. Faktor malabsorpsi,

1) Gangguan osmotik

Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan akan

meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya pergeseran air

dan elektrolit ke dalam rongga usus.

Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan

terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong

keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi,

air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan

isi rongga usus (Nursalam, 2008).

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan cairan

ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang

mengakibatkan syok hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati

(Nursalam, 2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.

Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk

menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare (Hidayat, 2008). Diare akut berulang

dapat menjurus ke malnutrisi energy protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami

perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan

absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi

perubahan respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat, berkurangnya

jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar.

Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami malabsorpsi. Malabsorpsi

juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi, keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi

mukosa usus, faktor infeksi silang usus yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati

dengan kehilangan protein. Enteropati ini menyebabkan hilangnya albumin dan imunogobulin

yang mengakibatkan kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat (Suharyono, 2008).

d. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang

akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. Proses

penyerapan terganggu (Hidayat, 2008).

4. Manifestasi Klinis

Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut, muntah,

demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan mengalami demam

tinggi, nyeri kepala, kejangkejang, mencret berdarah dan berlendir (Wijoyo, 2013).

Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-mula akan cengeng,

gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB cair, mungkin disertai lendir dan

darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai

akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus

selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena

lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Jika anak

telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat

menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, hipovolemia. Gejala dari dehidrasi

yang tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun

besar menjadi cekung, mukosa bibir kering.

Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang

terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik

(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,

dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010). Untuk mengetahui

keadaan dehidrasi dapat dilakukan penilaian sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penilaian Derajat Dehidrasi


Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang Dehidrasi Berat

1. Lihat:

Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai

atau tidaksadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa tidak haus

Haus, ingin minum banyak Malas minum

atau tidak bisa minum

2. Periksa:

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangatlambat

3. Hasil

Pemeriksaan Tanpadehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang,

kriteriaDehidrasi berat, criteria bila ada 1 tanda* Bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda

lain Ditambah 1 atau lebih tanda lain

4. Terapi Rencana terapi

A Rencana terapi B Rencana terapi C

*Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan, ubun-ubun

besar, urine, nadi, dan pernapasan atau tekanan darah.

Sumber: Depkes, Buku Ajar Diare dalam Nursalam (2008)

6. Respon Tubuh
a. Sistem Integumen

Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor kulit biasanya kembali

sangat lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan dan elektrolit pada jaringan tubuh anak

sehingga kelembapan kulitpun menjadi berkurang.

b. Sistem Respirasi

Kehilangan air dan elektolit pada anak yang diare mengakibatkan gangguan keseimbangan asam

basa yang menyebabkan pH turun karena akumulasi asam non-volatil. Terjadilah hiperventilasi

yang akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernapasan jadi cepat, dan dalam (pernapasan

kusmaul).

c. Sistem Pencernaan

Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada nutrisi, yang disebabkan oleh kerusakan

mukosa usus dimana usus tidak dapat menyerap makanan. Anak akan tampak lesu, malas makan,

dan letargi. Nutrisi yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak bias mengalami gangguan gizi

yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan berat badan dan menurunnya daya tahan tubuh

sehingga proses penyembuhan akan lama.

d. Sistem Muskoloskletal

Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yang diare dapat menyebabkan nyeri

otot, kelemahan otot, kram dan detak jantung sangat lambat.

e. Sistem Sirkulasi

Akibat dari diare dapat terjadi gangguan pada sistem sirkulasi darah menyebabkan nadi

melemah, tekanan darah rendah, kulit pucat, akral dingin yang mengakibatkan terjadinya syok

hipovolemik.
f. Sistem Otak

Syok hipovolemik dapat menyebabkan aliran darah dan oksigen ke otak berkurang. Hal ini bisa

menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran dan bila tidak segera ditolong dapat

mengakibatkan kematian.

g. Sistem Eliminasi

Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubah kehijauan karena bercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja yang

makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak

dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.

5. pemeriksaan diagnostic

- darah lengkap

- cek feces

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu diperhatikan

a) Jenis cairan

(1) Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte

(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infus

b) Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.

c) Jalan masuk atau cara pemberian

(1) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral

berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas

kesehatan dimana saja. Mengenai seberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat

ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan

berat badannya.

d) Jadwal pemberian cairan

Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk

menghitung kebutuhan cairan.

(1) Identifikasi penyebab diare

(2) Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus,

antiemetik

2) Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis

makanan :

(a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,

misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).

(b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum

susu karena dirumah tidak biasa.

(c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak

mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Bila dehidrasi masih ringan Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah

pasien defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit.


Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula garamdenan 1 gelas air matang yang agak

dingindilarutkan dalam 1 sendok the gula pasir dan 1 jumput garam dapur.

Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melaluui sonde. Bila

pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat

(RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan

berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi

dehidrasi.

2) Pada dehidrasi berat

Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang

diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:

(a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai). Berikan

tanda batas cairan pada botol infuse waktu memantaunya.

(b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.

(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah

konsistensinya.

(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir mulut

kering.

(e) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak atau secara

realimentasi.

Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C sebagai berikut:

1. Rencana terapi A

Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:

a. Beri cairan tambahan


1) Jelaskan pada ibu, untuk:

a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

b) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.

c) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit,

cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:

a) Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.

b) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.

2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk

digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit atau cairan lain yang harus

diberikan setiap kali anak BAB:

a) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB.

b) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali BAB.

Katakan kepada ibu:

a) Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/ cangkir/ gelas.

b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.

c) Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

b. Beri tablet Zinc selama 10 hari

c. Lanjutkan pemberian makan

d. Kapan harus kembali untuk konseling bagi ibu.

2. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik sesuai yang

dianjurkan selama periode 3 jam.


Tabel 2.2

Pemberian Oralit

Umur ≤ 4 bulan 4 - <12 bulan 1 - <2 tahun 2 - <5 tahun

Berat < 6 kg 6 - <10 kg 10 - <12 kg 12 – 19 kg

Jumlah 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 – 1400

Sumber: MTBS, 2011.

a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama

(1) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman diatas.

(2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga 100-200 ml air

matang selama periode ini.

b) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit

(1) Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas

(2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat.

(3) Lanjutkan ASI selama anak mau.

c) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

(1) Umur <6 bulan : 10 mg/hari

(2) Umur ≥6 bulan : 20 mg/hari

d) Setelah 3 jam

(1) Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.

(2) Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.

(3) Mulailah memberi makan anak.

e) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai


(1) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah

(2) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam

pengobatan.

(3) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi

(4) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A)

3. Rencana terapi C

Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaiu dengan:

a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut

sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat (atau jika tak tersedia,

gunakan cairan Nacl yang dibagi sebagai berikut:

Tabel 2.3

Pemberian Cairan

Umur Pemberian Pertama 30 ml/kg Selama

Pemberian Berikut 70 ml/kg Selama Bayi (dibawah umur 12 bulan) 1 jam* 5 jam

Anak(12 bulan sampai 5 tahun) 30 menit* 2 . jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba

Sumber: MTBS, 2011.

b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.

c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum: biasanya sesudah 3-4 jam

(bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc.

d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.

Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk pemberian cairan

intravena terdekat (dalam 30 menit).

f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada anaknya

sedikit demi sedikit selama dalam perjalan menuju klinik.

g. Jika perawat sudah terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi, mulailah melakukan

rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam

(total 120 ml/kg).

h. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:

(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat.

(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan intravena.

i. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.

Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.

4. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare

a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc sesuai dosis dan waktu

yang telah ditentukan.

b. Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10 hari:

1) Umur < 6 bulan : . tablet

2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet

c. Cara pemberian tablet Zinc

1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok the (tablet akan larut } 30 detik),

segera berikan kepada anak.

2) Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah pemberian tablet Zinc, ulangi pemberian

dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama 10 hari penuh, meskipun diare

sudah berhent, karena Zinc selain memberi pengobatan juga dapat memberikan perlindungan

terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan.

4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet Zinc

segera setelah anak bias minum atau makan.

5. Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang

diberikan sebagai suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada

penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus, akan terjadi peningkatan

kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna. Probiotik dapat meningkatkan

produksi musin mukosa usus sehingga meningkatkan respons imun alami (innate immunity).

Probiotik menghasilkan ion hidorgen yang akan menurunkan pH usus dengan memproduksi

asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif diare akut. Hal ini

berdasarkan peranannya dalam menjaga keseimbangan flora usus normal yang mendasari

terjadinya diare. Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut pada

anak (Yonata, 2016).

3) Kebutuhan nutrisi

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan nutrisinya

menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika, pasien juga mengalami

muntah-muntah atau diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh

sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan dapat timbul komplikasi.

Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan yang menyebabkan

malabsorbsi harus dihindarkan. Pemberian makanan harus mempertimbangkan umur, berat


badan dan kemampuan anak menerimanya. Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan

makanan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa sayuran pada hari masih diare dan minum teh.

Hari esoknya jika defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak

(Ngastiyah, 2014).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4
kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau
BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten
(Nursalam, 2008)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak.
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal
pada diare tanpa dehidrasi.
Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam
(dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi pada anak-
anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai
akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga
harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta
imunisasi polio.
b. Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan(antibiotik), makan makanan
basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
c. Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol susu, tidak
mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah makanan.
d. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun biasanya adalah
batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare.
Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare
seperti OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular ke
anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin kebersihannya yang disajikan
kepada anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong,
2008).
5) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan
infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada
dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bias minum (Nursalam, 2008).
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2. Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:

Tabel 2.4
Persentase Kehilangan Berat Badan Berdasarkan Tingkat Dehidrasi
Tingkat Dehidrasi % Kehilangan Berat Badan
Bayi Anak
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
Sumber: Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Nursalam, 2008.

3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila
mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada kelenjar
tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi ringan atau sedang
denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi ringan pernapasan
normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare dehidrasi ringan
kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat
i) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral teraba hangat.
Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi
berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan pemeriksaan yaitu
apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
(a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum Biasanya penderita diare natrium
plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
(b) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah Na+ K+ dan
Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono, 2008).
(c) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan
bikarbonat.
(d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein leukosit dalam feses
atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi asama atau
kehilangan basa (Suharyono, 2008).
(e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik ( Betz, 2009).

2) Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
(1) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2,
jika dicurigai mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien mengalami mual
dan muntah.
(2) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar melalui rektum.
(3) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada pemeriksaan feses
dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk menyingkirkan kanker.
(b) Radiologi
(1) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani kolonoskopi
(2) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami penyakit bilier atau
prankeas
(c) Pemeriksaan lanjutan
(1) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan mengidentifikasi penyebab
sekretorik dan osmotic
(2) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan sampel feses dan
serologi (Emmanuel, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut NANDA
Internasional (2015), adalah sebagai berikut:
a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi, iritasi, malabsorbsi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis,
faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB, perubahan status
cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor, penurunan imunologis.
e. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare, intoleransi makanan,
malnutrisi.
f. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
g. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme, penyakit.
h. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (sering BAB).
i. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit, kurang kontrol situasi.
j. Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala terkait penyakit.
k. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kurang sumber pengetahuan.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.5
Intervensi Keperawatan Untuk Pasien Diare

No Diagnose keperawatan Nic Noc


1. Diare Berhubungan dengan NOC: NIC:
parasit, psikologis, proses a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
infeksi, inflamasi, iritasi, Setelah dilakukan tindakan Tindakan
malabsorbsi. keperawatan diharapkan pasien keperawatan:
dapat mengontrol pengeluaran 1. Evaluasi efek
feses dari samping pengobatan
usus, dengan Kriteria terhadap
hasil: gastrointestinal
1. Diare(4) 2. Anjurkan pasien
2. Mengeluarkan feses untuk menggunakan
paling tidak 3 kali per obat antidiare
hari(5) 3. Evaluasi intake
3. Minum cairan secara makanan yang
adekuat(5) dikonsumsi
4. Mengkonsumsi serat sebelumnya
secara adekuat(5) 4. Identifikasi faktor
Keterangan: penyebab diare
(4): Jarang menunjukkan (misalnya, bakteri)
(5): Secara konsisten 5. Berikan makanan
menunjukkan dalam porsi kecil dan
b. Fungsi lebih sering serta
Gastrointestinal tingkatkan porsi
Setelah dilakukan tindakan secara bertahap
keperawatan diharapkan saluran 6. Monitor tanda dan
pencernaan pasien gejala diare
mampu untuk mencerna, dan b. Manajemen
menyerap nutrisi dari Saluran Cerna
makanan, dengan Kriteria hasil: Tindakan
1. Frekuensi BAB(4) keperawatan:
2. Konsistensi feses(5) 1. Monitor buang air
3. Distensi perut(5) besar termasuk
4. Peningkatan peristaltik(4) frekuensi, konsistensi,
5. Diare(4) bentuk, volume, dan
Keterangan: warna, dengan cara
(4): Sedikit terganggu yang tepat.
(5): Tidak terganggu 2. Monitor bising usus
3. Instruksikan pasien
mengenai makanan
tinggi serat
2. Kekurangan NOC: NIC:
Volume cairan a. Keseimbangan cairan a. Manajemen
berhubungan Setelah dilakukan tindakan cairan
dengan keperawatan diharapkan Tindakan
kehilangan keseimbangan cairan keperawatan:
cairan aktif, didalam tubuh pasien tidak 1. Monitor status
kegagalan terganggu, dengan Kriteria hidrasi (misalnya,
mekanisme hasil: membran mukosa
regulasi 1. Tekanan darah (5) lembab, denyut nadi
2. Denyut nadi perifer(5) adekuat)
3. Keseimbangan intake 2. Jaga intake/asupan
dan output dalam 24 yang akurat dan catat
jam(4) output pasien
4. Berat badan stabil(5) 3. Monitor
5. Turgor kulit(5) makanan/cairan yang
6. Kelembaban membran dikonsumsi dan
mukosa(5) hitung asupan kalori
Keterangan: harian
(4): Sedikit terganggu 4. Kolaborasi
(5): Tidak terganggu pemberian cairan IV
b. Hidrasi 5. Monitor status
Setelah dilakukan tindakan nutrisi
keperawatan diharapkan 6. Timbang berat
ketersediaan air didalam badan
tubuh pasien tidak setiap hari dan
terganggu, dengan Kriteria monitor status pasien
hasil: 7. Monitor tanda-
1. Turgor kulit(5) tanda
2. Membran mukosa vital
lembab(5) 8. Dorong keluarga
3. Intake cairan(5) untuk membantu
4. Mata dan ubun-ubun pasien makan
cekung(5) b. Manajemen
5. Nadi cepat dan Hipovolemia
lemah(5(5): Tidak terganggu Tindakan
c. Status nutrisi: Keperawatan:
asupan makanan & 1. Monitor status
cairan cairan
Setelah dilakukan tindakan termasuk intake dan
keperawatan diharapkan output cairan
jumlah makanan dan 2. Pelihara IV line
cairan yang masuk ke 3. Monitor tingkat Hb
dalam tubuh pasien dan hematokrit
adekuat, dengan Kriteria 4. Monitor tanda-
hasil: tanda
1. Asupan makanan vital
secara oral(4) 5. Monitor respon
2. Asupan makan secara pasien terhadap
tube feeding penambahan cairan
(NGT/OGT) (4) 6. Dorong pasien
3. Asupan cairan untuk
intravena(4) menambah intake
4. Asupan nutrisi oral
parenteral(4) c. Monitor cairan
Keterangan: Tindakan
(4): Sebagian besar keperawatan:
1. Monitor berat
badan
2. Monitor intake dan
output
3. Monitor nilai serum
dan elektrolit urin
4. Monitor serum
albumin dan total
protein
5. Monitor TD, nadi,
pernafasan
6. Monitor
kelembaban
mukosa, turgor kulit
3. Ketidakseimba NOC: NIC:
ngan nutrisi: a. Status nutrisi a. Manajemen
kurang dari Setelah dilakukan tindakan nutrisi
kebutuhan keperawatan diharapkan Tindakan
tubuh nutrisi pasien dapat keperawatan:
terpenuhi, dengan Kriteria 1. Identifikasi adanya
hasil: alergi atau
1. Asupan makanan(4) intoleransi makanan
2. Asupan cairan(5) 2. Instruksikan pasien
3. Rasio berat/tinggi mengenai kebutuhan
badan(5) nutrisi
4. Energi(4) 3. Atur diet yang
5. Hidrasi(4) diperlukan (yaitu,
Keterangan: menyediakan
(4): Sedikit menyimpang makana protein
dari rentang normal tinggi, menambah
(5): Tidak menyimpang atau mengurangi
dari rentang normal kalori, menambah
b. Status nutrisi: atau menurangi
Asupan Makanan & vitamin, mineral)
Cairan 4. Tentukan jumlah
Setelah dilakukan tindakan kalori dan jenis
keperawatan diharapkan nutrisi yang
jumlah makanan dan dibutuhkan
cairan yang masuk ke untukmemenuhi
dalam tubuh pasien persyaratan gizi
adekuat, dengan Kriteria b. Monitor nutrisi
hasil: Tindakan
1. Asupan makanan keperawatan:
secara oral(4) 1. Monitor
2. Asupan makan secara kecendrungan turun
tube feeding BB
(NGT/OGT) (4) 2. Monitor turgor kulit
3. Asupan cairan secara 3. Monitor adanya
oral(4) mual
4. asupan nutrisi dan muntah
parenteral(4) 4. Monitor pucat,
Keterangan: kemerahan, dan
(4): Sebagian besar kekeringan jaringan
adekuat konjungtiva
c. Status nutrisi: 5. Monitor diet dan
asupan nutrisi asupan c. Monitor
Setelah dilakukan tindakan nutrisi
keperawatan diharapkan Tindakan
asupan gizi pasien keperawatan:
terpenuhi, dengan Kriteria 1. Timbang berat
hasil: badan
1. Asupan kalori(5) pasien
2. Asupan protein(5) 2. Monitor adanya
3. Asupan karbohidrat(5) mual muntah
4. Asupan serat(4) 3. Monitor adanya
5. Asupan mineral(5) penurunan berat
Keterangan: badan
(4): Sebagian besar 4. Monitor turgor kulit
adekuat dan mobilitas
(5): Sepenuhnya adekuat d. Bantuan
d. Berat badan: Massa peningkatan BB
tubuh Tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan:
4. Kerusakan 1. Timbang pasien pada NIC:
integritas kulit jam yang sama a. Manajemen
setiap hari Saluran Cerna
2. Monitor mual dan Tindakan
muntah keperawatan:
3. Monitor asupan 1. Monitor buang air
kalori setiap hari besar termasuk
4. Instruksikan cara frekuensi,
meningkatkan konsistensi, bentuk,
asupan kalori volume, dan warna,
4. Kerusakan dengan cara yang
integritas kulit tepat.
NOC: 2. Monitor bising usus
Integritas jaringan: Kulit 3. Instruksikan pasien
& membran mukosa mengenai makanan
Setelah dilakukan tindakan tinggi serat
keperawatan diharapkan 4. Monitor adanya
keutuhan dan fungsi kulit tanda dan gejala
pasien tidak terganggu, Poltekkes Kemenkes
dengan Kriteria hasil: PadaNIC:
1. Integritas kulit(5) a. Manajemen
2. Suhu kulit(5) Saluran Cerna
3. Elastisitas(5) Tindakan
4. Hidrasi(4) keperawatan:
5. Perfusi jaringan(5) 1. Monitor buang air
Keterangan: besar termasuk
(Tidak ada frekuensi,
b. Fungsi konsistensi, bentuk,
gastrointestinal volume, dan warna,
Setelah dilakukan tindakan dengan cara yang
keperawatan diharapkan tepat.
saluran pencernaan pasien 2. Monitor bising usus
mampu untuk mencerna, 3. Instruksikan pasien
dan menyerap nutrisi dari mengenai makanan
makanan, dengan Kriteria tinggi serat
hasil: 4. Monitor adanya
1. Frekuensi BAB(4) tanda dan gejala
2. Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4. Peningkatan
peristaltik(4)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
5. Disfungsi NOC: NIC:
motilitas a. Eliminasi usus a. Manajemen
gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan Saluran Cerna
keperawatan diharapkan Tindakan
pengeluaran feses pasien keperawatan:
tidak terganggu, dengan 1. Monitor buang air
Kriteria hasil: besar termasuk
1. Pola eliminasi(5) frekuensi,
2. Warna feses(5) konsistensi, bentuk,
3. Feses lembut dan volume, dan warna,
berbentuk(5) dengan cara yang
4. Kemudahan BAB(5) tepat.
5. Suara bising usus(5) 2. Monitor bising usus
6. Nyeri pada saat 3. Instruksikan pasien
BAB(5) mengenai makanan
Keterangan: tinggi serat
(5): Tidak terganggu(5): Tidak 4. Monitor
ada adanyatanda dan
b. Fungsi gejala(4): Sedikit
gastrointestinal terganggu
Setelah dilakukan tindakan (5): Tidak terganggu
keperawatan diharapkan diare, konstipasi.
saluran pencernaan pasien
mampu untuk mencerna,
dan menyerap nutrisi dari
makanan, dengan Kriteria
hasil:
1. Frekuensi BAB(4)
2. Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4. Peningkatan
peristaltik(4)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
6. Resiko syok
hipovolemik
7. Nyeri akut
8. Hipertermi
9 Gangguan rasa NOC: NIC:
nyaman a. Status kenyamanan: a. Teknik
fisik menenangkan
Setelah dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan diharapkan keperawatan:
rasa nyaman pasien tidak 1. Yakinkan
terganggu, dengan Kriteria keselamatan dan
hasil: keamanan klien
1. Kontrol terhadap 2. Peluk dan beri
gejala(4) kenyamanan pada
2. Intake makanan(4) bayi atau anak
3. Intake cairan(4) 3. Identifikasi orang
4. Mual dan muntah(5) terdekat klien yang
5. Diare(4) bisa membantu klien
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu
LAPORAN KASUS

I. Identitas Anak
a. Nama anak : An. S. 
b. Anak ke : V (lima)
c. Tanggal lahir : 29 oktober 2021
d. Tanggal pengkajian : 21 maret 2022
e. Tanggal masuk : 21 maret 2022

Identitas orangtua

No Ayah Ibu Keterangan


1. Nama Tn. A Ny. S
2. Umur 29 tahun 28 tahun
3. Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga
4. Suku bangsa Jawa Batak
5. Agama Islam Islam
6. Pendidikan SMA SMA
7. Alamat Jln bajak V no. 134 c Jln bajak v no. 134 c

II. Kedudukan Anak Dalam keluarga dan keadaan keluarga

kehamila ab Lahir mati Lahir hidup Jenis kelamin Umur Keadaan sekarang
n
Sakit Mati Sebab sakit

5 - - 5 p 5 bulan - - -
III. Alasan dirawat
Keluhan utama: Keluarga pasien mengatakan buang air besar sudah 4 kali dalam sehari.
Riwayat penyakit sekarang: Sebelum masuk rumah sakit pasien buang air besar 7 kali dalam
sehari dengan konsistensi encer, lendir, mual-mual dan muntah 3 kali dalam sehari kemudian
pasien di bawa ke Rumah Sakit Umum. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan
Glasgow coma scale E: 4, V: 5, M: 6 jumlah 15 kesadaran Composmentis, tanda – tanda vital:
nadi 124 x/menit, suhu 37,7˚C, pernapasan 24x/menit.
A. Pemeriksaan fisik
BB : 10 Kg
TB : 78 Cm
Temp : 37,7
Nadi : 124 x/i
Rr : 24 x/i

IV. Riwayat Anak


Selama hamil ibu pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di klinik dokter praktek dua kali
dan pemeriksaan di pustu Fatufeto sebanyak 7 kali. Selama dalam pemeriksaan kehamilan ibu
pasien tidak mengalami sakit hanya saja ibu pasien mengalami mual-mual dan muntah karena
bawaan hamil. Pasien di lahirkan di Rumah Sakit umum madani. pada tanggal 30 maret 2021
dan di tolong oleh dokter dan bidan dengan jenis persalinan spontan usia kehamilan 36 minggu
dengan berat badan lahir 3,900 gram dan panjang badan lahir 52 cm saat lahir bayi langsung
menangis. 

V. Kebutuhan bio-psiko-sosio dalam kehidupan sehari-hari


A. Bernafas 
Anak tidak pernah mengalami kesulitan bernafas
B. Makanan dan minuman
 Setelah dilahirkan pasien mendapat ASI sampai sekarang dan mendapatkan MP-
ASI dari sejak usia 6 bulan sampai sekarang karena ASI sedikit. Riwayat masa
lalu: Pasien dari kecil tidak pernah mengalami sakit pasien juga sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan yang belum tinggal imunisasi campak
lanjutan.

Keadaaan sekarang :
Klien tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan, makanan tambahan
diberikan usia 6-7 bulan, jenis makanan nasi tim 1x/hari, makanan paling
disenangi sayur bayam, sop ayam. Jumlah minum +1300cc.

C. Eliminasi
Eliminasi (urin dan bowel) 2 kali BAB dalam sehari dan BAK
6 kali.
D. Tidur 
Pola tidur baik dan kebiasaan pasien sebelum tidur tidak ada jam tidur siang jam
11:00 lama tidur siang 5 jam dan tidur malam jam 20:00 dan lama tidur 8 jam.
E. Kebiasaan
pasien mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali gunting kuku 2 kali dalam seminggu.
Aktivitas bermain: baik dan aktif. Eliminasi (urin dan bowel) biasa 2 kali.
F. Hubungan ayah/ibu dengan anak dan keluarga lain
Hubungan anak dan ayahdan ibu erat sekali,mudah diatur dan selalu nurut,
permainan ada, rekreasi jarang
VI. Pengawasan kesehatan
Imunisasi

Imunisasi Umur Tanggal pemberian Reaksi

Hb 0 + polio 0 1 hari 30 maret 2021


BCG + polio 1 1 bulan 30 april 2021
DPT/HB 1, 2 bulan 30 mei 2021
Demam
Polio
I. Penyakit yang pernah di derita
Klien pernah mengalami penyakit demam, flu biasa, tidak pernah mngalami penyakit
yang serius.

II. Perkembangan Anak


 Mengangkat kepala : 3 bulan
 Berbalik : 4 bulan
 Duduk : 7 bulan
 Mengucap ½ kata : 3 bulan
 Merangkak : 5 bulan
Psikologi perkembangan
Mobilisasi klien aktif.
III. Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Anak
Tidak ada kepercayaan khusus tentang makanan anak bayi dan anak
IV. Pemeriksaan sekarang
Keadaan umum klien kotor, keadaan gizi klien mencukupi, kulit pucat, gerak tidak
aktif, tonus kurang, turgor kurang bersih, dan tidakada edema, kepalatidak ada
kelainan struktur bentuk simetris, rambut kurang bersih, warna hitam,dan keadaan
lemah, ubun-ubun cekung, dan tidak ada kelainan bola mata, konjungtiva pucat,
sclera tidak ada icterus, bulu matamelengkung kedalam,hidung tidak ada pendarahan,
tidak ada gerakan cuping hidung dan suara waktu bernafas. Telinga kurang bersih,
bibir pecah-pecah, kebersihan kurang. Lidah kotor, tidak ada pembesaran kelenjar
pada leher, tidak ada pembesaran tonsil, bentik dada simetris, prnafasan teratur, pada
daerah abdomen tidak ada perubahan, genetalis tidak ada kelainan.
Pemeriksaan fisik :
 BB : 10 kg
 Suhu : 38,7
 Nadi : 124x/i
 Pernafasan : 24x/i
Terapy yang di berikan :
 IVFD RL 20 gtt/i mikro
 Noralges ½ amp / 12 jam
 Meropenem amp 200 mg/8 jam
 Gentamicin amp 25 mg/ 12 jam
 Dexamethasone 0,5 mg/ 8jam

Oral :

 L-bio ½ sachet / 12 jam


 Appyalis 2x0.9
 Nystatin 3x1

Pemeriksaan penunjang

 hemoglobin 12,3 g/dL; jumlah eritrosit 4,99 10̂6/uL;


 hematokrit 34,2 %; MCV 68,5 fL;
 leukosit 13,55 10̂6/uL; 
 natrium darah 141 mmol/L; 
 kalium darah 4,0 mmol/L; 
 klorida darah 109 mmol/L;
 calcium ion 1.330 mmol/L; 
 total calcium 2.8 mmol/L.
 Pemeriksaan feces : negatif
II. DATA

DATA SUBJECTIVE DATA OBJECTVE

 Keluarga pasien mengatakan buang air  Pasien tampak minum dengan lahap
besar sudah 7 kali dalam sehari dengan (haus),
konsistensi encer dan di sertai lendir.  turgor kulit tidak elastic, rewel
 Keluarga pasien mengatakan anak  perut kembung
demam.  bising usus 39 x/menit.
 Keluarga pasien mengatakan sering  Suhu 38,7 ˚C.
buang air besar  Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang
di kaki kanan.
 Pasien tampak sekitar area perineal
(anus) tampak kemerahan, pasien
mengguanakan pempres yang ketat
II. Analisa data

No Data Etiologi Problem


.
1. DS: Keluarga pasien mengatakan Kekurangan Kehilangan
buang air besar sudah 7 kali dalam sehari dengan volume cairan cairan aktif
konsistensi encer dan di sertai lendir.
DO: Pasien tampak minum dengan
lahap (haus), turgor kulit tidak elastic, rewel, perut
kembung, bising usus 39 x/menit. Suhu 38,7 ˚C.
Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang di kaki
kanan.
2. DS: Keluarga pasien mengatakan anak demam. Hipertermi Proses
DO: Kulit teraba hangat, suhu tubuh 38,7 ˚C, HR : inflamasi
124x/i, RR: 24x/i, mual/muntah ada.
3. DS: Keluarga pasien mengatakan sering buang air Resiko kerusakan Kelembapan
besar integritas kulit
DO: Pasien tampak sekitar area perineal (anus)
tampak kemerahan, pasien mengguanakan pempres
yang ketat
III. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif d/d Keluarga pasien mengatakan
buang air besar sudah 7 kali dalam sehari dengan konsistensi encer dan di sertai lendir,
Pasien tampak minum dengan lahap (haus), turgor kulit tidak elastic, rewel, perut
kembung, bising usus 39 x/menit. Suhu 38,7 ˚C. Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang
di kaki kanan.
2. Hipertermi b/d proses inflamasi d/d Keluarga pasien mengatakan anak demam, Kulit
teraba hangat, suhu tubuh 38,7 ˚C, RR : 24x/i, HR: 124x/i, mual/ muntah(+).
3. Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan d/d Keluarga pasien mengatakan sering buang
air besar, Pasien tampak sekitar area perineal (anus) tampak kemerahan, pasien
mengguanakan pempres yang ketat.
IV. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional


.
1. Kekurangan volume cairan yang 1). Pertahankan status Setelah di lakukan
berhubungan dengan kehilangan hidras(kelembaban tindakan keperawatan
cairan aktif d/d Keluarga pasien membran mukosa, nadi selama 30 menit pasien
mengatakan buang air besar sudah adekuat) dan observasi akan.
7 kali dalam sehari dengan keadaan umum, 1. Denyut nadi radial
konsistensi encer dan di sertai 2). Monitor vital sign, lambat,
lendir, Pasien tampak minum 3).Monitor tetesan 2. Keseimbangan intake
dengan lahap (haus), turgor kulit infuse, dan output dalam 24 jam,
tidak elastic, rewel, perut 4). Anjurkan orang tua 3. Berat badan stabil,
kembung, bising usus 39 x/menit. untuk menambah intake 4. Turgor kulit,
Suhu 38,7 ˚C. Terpasang IVFD RL oral, 5.Kelembaban membrane
20 gtt/i terpasang di kaki kanan. 5).Kolaborasi mukosa.
pemberian obat zinc, Kriteria hasil :
6). Berikan cairan oralit. 1.Mempertahankan urin
output sesuai dengan berat
badan dan usia,
2. Vital sign dalam batas
normal,
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
2. Hipertermi b/d proses inflamasi 1). Monitor suhu Setelah di lakukan
d/d Keluarga pasien mengatakan sesering mungkin, tindakan keperawatan
anak demam,Kulit teraba hangat, 2). Monitor warna kulit, selama 15 menit pasien
suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, 3). Monitor nadi, RR, akan.
HR: 124x/i, mual/ muntah(+). 4).Monitor tingkat 1. Penurunan suhu
kesadaran, kulit,
5). Kompres pasien 2. .Melaporkan
pada lipatan paha dan kenyaman suhu.
aksila.
Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam batas
normal,
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal,
3. Tidak ada perubahan
warna kulit.
3. Kerusakan integritas kulit b/d 1). Perawatan perineal Setelah di lakukan
kelembapan d/d Keluarga pasien (oleskan lotion), tindakan keperawatan
mengatakan sering buang air besar, 2). Monitor tanda-tanda selama 30 menit pasien
Pasien tampak sekitar area perineal vital. akan.
(anus) tampak kemerahan, pasien 1. Elastisita,
mengguanakan pempres yang 2. Intregitas kulit,
ketat. 3. Perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada luka atau lesi
pada kulit,
2. Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan
(elastic, emperatur).
V. Implementasi Keperawatan

Hari I : senin, 21/03/2022

No Hari/tanggal Jam Diagnosa implementasi


.
1. Selasa, 10.00 Kekurangan volume cairan yang 1. memonitor tanda-tanda
21/03/2022 wib berhubungan dengan kehilangan dehidrasi (minum
cairan aktif. dengan lahap, rewel,
cubitan kulit perut
kembali lambat)
11.00

2. memonitor tanda-tanda
vital (suhu 38

12.00
3. ,7˚C, nadi 120 x/menit,
pernapasan 22x/menit);

13.00

3. mengganti cairan infuse


RL 1000 cc/24 jam, 12
tetes/menit;
15.00
4. melakukan pemberian
minum oralit secara oral
16.00
200 cc dan mengajurkan
ibu pasien untuk tetap
memberikan ASI;
5.  memberikan obat zinc
20mg/oral;
6. mengobservasi keadaan
umum pasien (sakit
sedang).

2. 11.00 Hipertermi b/d proses inflamasi 1) memonitor suhu 37,7˚C;


12.00 d/d Keluarga pasien mengatakan 2) monitor warna kulit;
13.00 anak demam,Kulit teraba hangat, 3) memonitor tingkat kesadaran
suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, (tingkat kesadaran
14.00 HR: 124x/i, mual/ muntah(+). composmentis)
4) Jam melakukan kompres
hangat pada aksila.
3. Kerusakan integritas kulit b/d 1) melakukan Perawatan
kelembapan d/d Keluarga pasien perineum dengan mengoleskan
mengatakan sering buang air minyak di anus;
besar, Pasien tampak sekitar area 2) memonitor tanda-tanda vital
perineal (anus) tampak (suhu 37,7˚C, nadi 120 x/menit,
kemerahan, pasien pernapasan 22x/menit).
mengguanakan pempres yang
ketat.

Hari kedua : selasa, 22 maret 2022

No Hari/tanggal Jam Diagnosa Implementasi


.
1. Selasa, 22 09.00 Kekurangan volume cairan yang berhubungan 1) memonitor
maret 2022 dengan kehilangan cairan aktif d/d Keluarga tanda-tanda
pasien mengatakan buang air besar sudah 7 kali dehidrasi (An. S
dalam sehari dengan konsistensi encer dan di minum
sertai lendir, Pasien tampak minum dengan dengan lahap),
10.00 lahap (haus), turgor kulit tidak elastic, rewel, 2) memonitor
perut kembung, bising usus 39 x/menit. Suhu tanda-tanda
38,7 ˚C. Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang vital (suhu
di kaki kanan 37,0˚C, nadi 122
x/menit,
pernapasan
11.00 23x/menit),
3) mengganti
cairan infuse
RL 1000 cc/24
jam, 12 tetes
13.00 4) memberikan
cairan oralit
200 cc secara
oral dan
mengajurkan ibu
pasien
untuk tetap
memberikan
ASI,
14.00 5) memberikan
obat zinc 20
mg/oral.
Hipertermi b/d proses inflamasi d/d Keluarga 1) memonitor
pasien mengatakan anak demam,Kulit teraba suhu 37,0˚C;
hangat, suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, HR: 2) monitor
124x/i, mual/ muntah(+). warna kulit;
3) memonitor
tingkat
kesadaran
(tingkat
kesadaran
composmentis)
Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan d/d 1) melakukan
Keluarga pasien mengatakan sering buang air perawatan
besar, Pasien tampak sekitar area perineal perineum dengan
(anus) tampak kemerahan, pasien mengoleskan
mengguanakan pempres yang ketat. minyak di
anus; 2) Jam;
2) memonitor
tanda-tanda
vital (suhu
37,7˚C, nadi
120 x/menit,
pernapasan
22x/menit).

Hari ketiga : rabu, 23/03/2022

Kekurangan volume cairan yang berhubungan 1) memonitor tanda-


dengan kehilangan cairan aktif d/d Keluarga tanda
pasien mengatakan buang air besar sudah 7 kali vital (suhu 36,8˚C, nadi
dalam sehari dengan konsistensi encer dan di sertai 120 x/menit, pernapasan
lendir, Pasien tampak minum dengan lahap (haus), 20x/menit),
turgor kulit tidak elastic, rewel, perut kembung, 2) memonitor tanda-
bising usus 39 x/menit. Suhu 38,7 ˚C. Terpasang tanda
IVFD RL 20 gtt/i terpasang di kaki kanan dehidrasi (An.S. minum
dengan lahap).
3) menganti cairan
infuse RL
1000/24 jam, 12 tpm.
4) menganjurkan ibu
pasien
untuk tetap memberikan
ASI.
5) memberikan obat
zinc 20
mg/oral.

Hipertermi b/d proses inflamasi d/d Keluarga 1) memonitor suhu


pasien mengatakan anak demam,Kulit teraba 36,8˚C;
hangat, suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, HR: 124x/i, 2) monitor warna kulit
mual/ muntah(+).

Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan d/d 1) melakukan perawatan


Keluarga pasien mengatakan sering buang air perineum dengan
besar, Pasien tampak sekitar area perineal (anus) mengoleskan minyak di
tampak kemerahan, pasien mengguanakan anus;
pempres yang ketat. 2) memonitor tanda-
tanda vital (suhu 37,7˚C,
nadi 120 x/menit,
pernapasan 22x/menit).
V. Evaluasi

No Hari/tanggal Pukul Diagnosa Evaluasi


.
1. Senin, Kekurangan volume cairan yang berhubungan S: keluarga
21/03/2022 dengan kehilangan cairan aktif d/d Keluarga pasien
pasien mengatakan buang air besar sudah 7 kali mengatakan
dalam sehari dengan konsistensi encer dan di masih buang air
sertai lendir, Pasien tampak minum dengan besar encer,
lahap (haus), turgor kulit tidak elastic, rewel, mual, dan
perut kembung, bising usus 39 x/menit. Suhu muntah.
38,7 ˚C. Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang O: turgor kulit
di kaki kanan. tidak elastic,
minum dengan
lahap (haus),
rewel, perut
kembung
A: masalah
belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi
nomor 1
– 6.
2. Senin, Hipertermi b/d proses inflamasi d/d Keluarga S: keluarga
21/03/2022 pasien mengatakan anak demam,Kulit teraba pasien
hangat, suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, HR: mengatakan
124x/i, mual/ muntah(+). anak demam.
O: kulit teraba
hangat, suhu
tubuh 37,6 ˚C.
A: masalah
belum teratasi,
P: lanjutkan
intervensi
nomor 1
–4
3. Senin, Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan d/d S: keluarga
21/03/2022 Keluarga pasien mengatakan sering buang air pasien
besar, Pasien tampak sekitar area perineal (anus) mengatakan
tampak kemerahan, pasien mengguanakan sering buang air
pempres yang ketat. besar.
O: sekitar area
perineal (anus)
tampak
kemerahan,
pasien
mengguanakan
pempres yang
ketat.
A: masalah
belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi
nomor
1-2.
1 selasa, Kekurangan volume cairan yang berhubungan S: keluarga
22/03/20222 dengan kehilangan cairan aktif d/d Keluarga pasien
pasien mengatakan buang air besar sudah 7 kali mengatakan
dalam sehari dengan konsistensi encer dan di buang air besar
sertai lendir, Pasien tampak minum dengan 2 kali, mual,
lahap (haus), turgor kulit tidak elastic, rewel, dan muntah.
perut kembung, bising usus 39 x/menit. Suhu O: turgor kulit
38,7 ˚C. Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang tidak elastic,
di kaki kanan. minum dengan
lahap (haus)
A: masalah
belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi
nomor
1-5
2 Rabu, Hipertermi b/d proses inflamasi d/d Keluarga S: keluarga
01/03/20222 pasien mengatakan anak demam,Kulit teraba pasien
hangat, suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, HR: mengatakan
124x/i, mual/ muntah(+). anak sudah tidak
demam lagi.
O: suhu tubuh
37,0 ˚C.
A: masalah
teratasi
sebagian,
P: intervensi di
lanjutkan 1-3
3 selasa, Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan d/d S: keluarga
22/03/20222 Keluarga pasien mengatakan sering buang air pasien
besar, Pasien tampak sekitar area perineal (anus) mengatakan
tampak kemerahan, pasien mengguanakan kemerahan
pempres yang ketat. sudah sedikit
berkurang.
O: sekitar area
perineal (anus)
sedikit
kemerahan.
A: masalah
belum teratasi
P: intervensi di
lanjutkan 1-2.
1. rabu, Kekurangan volume cairan yang berhubungan S: keluarga
23/03/2022 dengan kehilangan cairan aktif d/d Keluarga pasien
pasien mengatakan buang air besar sudah 7 kali mengatakan
dalam sehari dengan konsistensi encer dan di buang air besar
sertai lendir, Pasien tampak minum dengan 1 kali dalam
lahap (haus), turgor kulit tidak elastic, rewel, sehari.
perut kembung, bising usus 39 x/menit. Suhu O: turgor kulit
38,7 ˚C. Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang elastic, minum
di kaki kanan. dengan lahap
(haus), rewel.
A: masalah
sebagian
teratasi.
P: Intervensi di
lanjutkan oleh
perawat
ruangan.
2. Rabu, Hipertermi b/d proses inflamasi d/d Keluarga S: keluarga
23/03/2022 pasien mengatakan anak demam,Kulit teraba pasien
hangat, suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, HR: mengatakan
124x/i, mual/ muntah(+). anak sudah tidak
demam lagi.
O: suhu tubuh
36,8 ˚C.
A: masalah
teratasi
sebagian,
P: intervensi di
lanjutkan 1-2.
3. Rabu, Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan d/d S: keluarga
23/03/2022 Keluarga pasien mengatakan sering buang air pasien
besar, Pasien tampak sekitar area perineal (anus) mengatakan
tampak kemerahan, pasien mengguanakan kemerahan
pempres yang ketat. sudah sedikit
berkurang.
O: sekitar area
perineal (anus)
sedikit
kemerahan.
A: masalah
belum teratasi
P: intervensi di
lanjutkan 1-2.
1. kamis, Kekurangan volume cairan yang berhubungan S: keluarga
24/03/2022 dengan kehilangan cairan aktif d/d Keluarga pasien
pasien mengatakan buang air besar sudah 7 kali mengatakan
dalam sehari dengan konsistensi encer dan di buang air besar
sertai lendir, Pasien tampak minum dengan 1 kali dalam
lahap (haus), turgor kulit tidak elastic, rewel, sehari.
perut kembung, bising usus 39 x/menit. Suhu O: turgor kulit
38,7 ˚C. Terpasang IVFD RL 20 gtt/i terpasang elastic, minum
di kaki kanan. dengan lahap.
A: masalah
sudah teratasi.
P: Intervensi
dihentikan.

2. kamis, Hipertermi b/d proses inflamasi d/d Keluarga S: keluarga


24/03/2022 pasien mengatakan anak demam,Kulit teraba pasien
hangat, suhu tubuh 38,7˚C, RR : 24x/i, HR: mengatakan
124x/i, mual/ muntah(+). anak sudah tidak
demam lagi.
O: suhu tubuh
36,3 ˚C.
A: masalah
sudah sebagian,
P: intervensi di
hentikan.
3. Kamis, Kerusakan integritas kulit b/d kelembapan d/d S: keluarga
24/03/2022 Keluarga pasien mengatakan sering buang air pasien
besar, Pasien tampak sekitar area perineal (anus) mengatakan
tampak kemerahan, pasien mengguanakan kemerahan
pempres yang ketat. sudah sedikit
berkurang.
O: sekitar area
perineal (anus)
Sudah tidak
kemerahan.
A: masalah
sudah teratasi
P: intervensi di
hentikan.

Anda mungkin juga menyukai