Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

NI YOMAN RAI
NS0619032

CI INSTITUSI

( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES NANI HASANUDDIN


MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja.
Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian hormon thyroid, pelunak
feces dan laksatif, antibiotik dan kemoterapi, dan antasida), pemberian makanan per selang,
gangguan metabolik, dan endokrin (diabetes, adisson, thyrotoksikosis), serta proses infeksi oleh
virus atau bakteri (disentri, shigellosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang
dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorpsi (sindrom usus pekak, kolitis
ulseratif, enteritis regional, dan penyakit siliaka), defisit springter anal, sindrom Zollinger –
Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
 Infeksi bakteri; Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobakter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Antrovirus dan lain-lain.
 Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba histolitika, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida
albicans).
b. Infeksi Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti; otitis media akut
(OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia, enchefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorpsi
 Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa): monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering adalah intoleransi laktosa.
 Malabsorpsi lemak
 Malabsorpsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

D. Pathofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehydrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basah (asidosis metabolik, hopokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah

E. Gejala Klinik
Tergantung dari jenis diare, secara umum gejalanya :
1. BAB lebih dari 4 kali dengan jumlah 200 – 250 gr.
2. Anoreksia, pucat, iretable.
3. Vomoting, kejang, feces encer.
4. Terjadi perubahan perilaku.
5. Nyeri saat BAB.
6. Urine out put menurun.
7. Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, kemudian timbul
diare. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
8. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
9. BB menurun. Pada bayi ubun-ubun besar, cekung.
10. Tonus dan turgor kulit berkurang.
11. Selaput lendir mulut dan bibir kering.

F. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat menjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
1. Dehydrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.
6. Kejang, terjadi pada dehydrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap
berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama natrium,
kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik.

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis,
sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.
Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya tergantung pada ketrampilan
merawat dan kemampuan perawat secara individual. Pentingnya perawat dalam sistem perawatan
kesehatan telah dikenal dalam banyak hal yang posiif, dan profesi keperawatan itu sendiri sedang
mengatakan kebutuhan untuk para praktisinya agar menjadi profesional dan bertanggung jawab.

B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang meliputi
tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang berdasarkan pada metode ilmiah yaitu
mengobservasi, mengukur, mengumpulkan data dan menganalisis temuan-temuan tertentu. Dengan
penelitian, penggunaan data dan perbaikaan selama bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk
memperluas proses keperawatan menjadi 5 tahap yang memberikan metode proses berpikir yang
terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan masalah, dan memberikan perawatan yang
berkualitas, perawatan klien secara individual.
 Tahap-tahap proses keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaang spesifik yaitu :
5. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare
dehydrasi adalah: a. Data Subyektif;
- Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
- Napsu makan berkurang.
- Nyeri perut.
- Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.
- Mual.
- Vomoting
- Lemas, lemah.
- Orang tua cemas
b. Data Obyektif
- Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.
- Anak menjadi cengeng dan gelisah.
- Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)
- Muntah
- Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
- BB menurun.
- Turgor kulit menurun atau jelek.
- Selaput lendir dan bibir kering.
- Peristaltik meningkat.
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A. Carpenito, 200)
 Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;
1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis); dan
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
 Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :
1) Klasifikasi dan analisa data.
2) Interpretasi data.
3) Validasi data.
4) Penentuan diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa keperawatan pada
anak dengan diare yaitu :
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit anaknya.

7. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan
input dan out put serta bebas dari tanda dehidrasi.
Intervensi :
- Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembabab membran
mukosa.
Rasional : Merupakan indikator adanya dehidrasi/hipovolemia dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
- Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Rasional : Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan pedoman untuk
penggantian cairan .
- Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Rasional : Pemberian cairan yang teratur dapat membantu mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit klien .
- Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional : Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan .
- Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Rasional : Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan
membantu mengembalikan fungsi usus normal.
- Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan
cairan.
- Observasi tetesan infus secara ketat.
Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan. Kecenderungan
keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadinya defisit.
- Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan
kehilangan cairan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk
mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil
porsi makan dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
- Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau makanan dan
minuman sedikit demi sedikit.
Rasional : Pemberian makanan dan minuman yang teratur dapat membantu
mempertahankan keseimbangan nutrisi klien.
- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional: Merupakan indikator terhadap asupan makanan yang adekuat.
- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional : Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat menurunkan
motilitas/fungsi lambung.
- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera
jika klien dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi
ganstrointestinalnya baik.
- Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dan
memberikan informasi untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
- Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien menggigil.
Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚ C
menunjukan proses infeksi. Menggigil sering mendahului puncak
peningkatan suhu.
- Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu mendekati
normal.
- Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional : Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es dapat menyebabkan
kedinginan dan mengeringkan kulit.
- Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas dari tanda-tanda infeksi
sistemik atau lokal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang.
- Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
- Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar anus.
- Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan kulit
tetap kering.
Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan pemahaman
tentang perawatan klien.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
- Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien agar tetap kering dan
steril.
Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan penyembuhan.
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih. Observasi ketat pada
lipatan kulit
Rasional : Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi.
- Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh
tertentu.
Rasional : Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi perifer dan
menurunkan resiko kerusakan kulit.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara teratur.
Intervensi :
- Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional: Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
- Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi – psikologis.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan.
Rasional: Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
- Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan untuk obat dan
terapi)
Rasional: Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin
tidak dapat tidur setelah di bangunkan.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya kurangnya pengetahuan tentang
penyakit anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan meningkatnya
kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi dukungan pada anak
dengan menjelaskan kondisinya.
Intervensi :
- Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam
membantu proses perawatan klien.
- Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.
Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang kondisi
anaknya.
- Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran perawatan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang konsi
anaknya dan gambaran perawatan sehingga dapat membantu dalam
melaksanakan intervensi selanjutnya.
- Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional : Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap hal-hal yang tidak
diketahui.
- Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih dirawat di RS.
Rasional : Diharapkan orang tua dapat mengenal dan menghadapi rasa cemas
dengan adanya dukungan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2015, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.

Brunner & Suddarth, 2014, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.

Doenges, moorhouse & Burley, 2014, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Edisi
2, EGC, Jakarta.

Yusuf M., 2014, Diktat Kebutuhan Dasar Manusia I, Makassar.

Nursalam, 2015, Proses dan Dokumentasi Keperawatan; konsep dan Praktik Edisi I, Salemba Medika,
Jakarta.

Ngastiyah,2013, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Syahar Yakup, SKp., 2014, Dikatat PPKDM II, Makassar.


LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan osmolalitas dari salah
satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang
hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah
cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
- Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
- Plasma darah
- Cairan transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura, perikardium, cairan
sendi, cairan serebrospinalis.

☻ Pertukaran cairan tubuh


1. Pemasukan :
Cairan tubuh sebagian besar berasal dari makanan dan minuman setiap hari dan sebagian kecil berasal
dari proses oksidasi H2 dalam makanan.
2. Pengeluaran :
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti;
a. Ginjal
- Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari.
- Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
- Pada orang dewasa produksi urine sekitaar 1,5 liter/hari.
- Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b. Kulit
- Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat.
- Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan
meningkat dan demam.
c. Paru-paru
Meningkatnya cairan hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas
akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 – 1200 ml.
☻ Gangguan keseimbangan cairan pada defisit cairan yaitu :
a Isotonis
Bila sel dimasukan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut
disebut larutan isotonis.
b Hipotonis
Larutan yang bila dimasukan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi bengkak.
c Hipertonis
Larutan yang menyebabkan sel mengkerut jika dimasukan kedalam larutan tadi.
☻ Pengaturan keseimbangan cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan
produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipothalamus untuk melepaskaan substrat
neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2. Osmoreseptor dihipothalamus mendeteksi peningkatan osmotik dan mengaktivasi
jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b. Antidiuretik Hormon
ADH dibentuk dihipofisis dan disimpan didalam neuro hipofisis dari hipofisis posterior
stimulasi utaama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan
ekstra sel. Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada ductus koligentes, dengan demikin
dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjaar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi
kalium natrium serum dan sistem angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.

B. Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan
elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Kation (K ) fungsinya;
- Untuk transmisi dan konduksi impuls saraf.
- Kontraksi otot rangka, otot polos dan otot jantung.
2. Natrium (Na )
Kation utama dari pada cairan ekstra seluler juga dijumpai dalam pada dan jaringan.
- Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstra sel.
- Natrium mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.
- Sosdium diatur intake garam., aldosteron dan pengeluaran urine normalnya sekitar 135 dan 148
mEq / 1 liter
3. Kalsium (Ca ), fungsinya :
- Membanu aktifitas saraf dan otot normal.
- Meningkatkan kontrasi otot jantung.
- Berguna untuk integritas kulit dan sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan
tulang-tulang dan gigi.
☻ Gejala klinis kekurangan elektrolit:
- Haus
- Anoreksia
- Perubahan tanda-tanda vital
- Lemas atau pucat
- Anak rewel
- Kejang-kejang
- Kulit dingin
- Rasa malas
☻ Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan elektrolit :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan.
2. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat mengalami kehilangan NaCl
sebanyak 15 – 30 gr/hr.
3. Diet
Pada saat nutrisi kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pegerakan cairan dari intertistial keintra seluler.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
menganggu keseimbangan cairan.
5. Situasi stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metaabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

Penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-
obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan elektrolit
dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
3. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti defenosiklat
(lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas.
4. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila diare sangat
berat.
5. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak kecil dan
lansia.
RESUME KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DIARE DI RUANG IGD RS
BHAYANGKARA MAKASSAR

NI YOMAN RAI
NS0619032

CI INSTITUSI

( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Lampiran 7
FORMAT PENGKAJIAN DI RUANG IGD

Nama : Tn. N No RM: 218033


Jenis Kelamin : LAKI- Umur :54 Th
LAKI
Tgl Masuk : 23/3/2020 Jam :
22.1
5

Jenis Pelayanan : Bedah √ Non Bedah Kebidanan Anak


Alasan Datang :√ Penyakit Trauma/Ruda Paksa
Cara Masuk :√ Sendiri Rujukan ............................
............
Status Psikologis : Depresi Takut Agresif Melukai diri sendiri Tidak Ad

Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT

PRE-HOSPITAL

Keadaan Pre Hospital : AVPU : allenn


ent TD 100 Nadi : .....80..... x/menit
............... : /70 mm/Hg
..............
Pernafasan : .....22........ x/menit Suhu Axila : 36,4 oC SPO2 : ............ %

Tindakan Pre
Hospital :
CPR O2 Infus: √ NGT Nasopharingeal Tube ETT

Suction Krikotiroidotomi BVM Bidai Catheter Urine Bebat Tek


Hecting Obat :√ Lain

PENGKAJIAN TRIAGE

Keluhan Utama : BAB encer

Anamnesa : BAB encer


Sejak 2 hari yang
Lalu disertai
Nyeri ulu hati

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Alergi : Tidak ada: √ Ada (Jelaskan) : ...........................


...........................
...........................
.........
A. Airway
√ Paten Tidak Paten ( Snoring Gargling Stridor Benda Asing ) Lain-lain ..........................
Diagnosa Keperawatan : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Resiko Gagal Nafas

Tindakan Keperawatan :

□ Bersihkan jalan nafas


□ Memasang collar neck
□ Suction/ penghisapan
□ Melakukan head tilt- chin lift
Melakukan jaw thrust
Melakukan oro/ nasofaringeal airway
Melakukan Heimlick manuverD
√ Melakukan posisi nyaman fowler/semi fowler:
Mengajarkan tekhnik batuk efektif
Lainnya:……………………….

Breathing
Irama Nafas √ Teratur Tidak Teratur
Suara Nafas √ Vesikuler Bronchovesikuler Wheezing Ronchi

Pola Nafas Apneu Dyspnea Bradipnea Tachipnea Orthopnea

Penggunaan Otot Bantu Nafas Retraksi Dada Cuping hidung

Jenis Nafas √ Pernafasan Dada Pernafasan Perut

Frekuensi Nafas: 80x/menit

Diagnosa Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Gangguan Pertukaran Gas

Tindakan Keperawatan :

Observasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan


Observasi tanda-tanda distress pernafasan; penggunaan otot bantu; retraksi intercostae; nafas cuping hidung
√ Memberikan posisi semi fowler jika tidak ada kontra indikasi:
Melakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontra indikasi
Kolaborasi :
Berikan oksigen O² liter/mnt
Via:
Pemeriksaan AGD
Lainnya:…………………
C. Circulation
Akral : √ Hangat Dingin Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak CRT : √ <2 detik >2
detik
Tekanan Darah : 100/70 Nadi : √ Teraba: 80 x/m Tidak Teraba
mmHg
Irama : √ Iregular
Reguler
Kekuatan : Kuat Lemah

Perdarahan : Ya .................. cc Lokasi Perdarahan : ...................................... Tidak

25

No.Doc IV-007/STIKES-NH/PDN/NRS.REV.007
Tgl. Berlaku 21 Agustus 2019
Revisi 01
Adanya riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar : Diare √ Luka Bakar Perdarahan
Muntah
Kelembaban Kulit : √ Lembab Kering

Turgor : Baik Kurang

Luas Luka % Grade : ............... Produksi Urine : ..................Cc


Bakar : ........ ......
Resiko Dekubitus : Tidak Ya, lakukan pengkajian dekubitus lebih
lanjut
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Devisit Volume cairan

Resiko Syok Hipovolemik


Tindakan Keperawatan :

Mengakaji nadi : frekuensi, irama dan kekuatan


Menilai akral
√ Mengukur TD
√ Memberikan cairan per oral
Memonitor perubahan turgor, membran mucosa, dan capillary refill time
Mengidentifikasi sumber perdarahan
Memberikan penekanan langsung ke sumber perdarahan
Memberi posisi shock (tungkai lebih tinggi dari jantung)
Memasang kateter
Memonitor intake-output cairan
Kolaborasi
√ Memasang infus IV , cairan sebanyak: cc
Transfusi darah : cc
Lainnya: ………………………………………

Tingkat Kegawatan : Merah Kuning Hijau Hitam Jam : .......:.... WITA

…………………., …….,……., 2019 Jam …:… WITA

Perawat
(........................................... )

Tanda Tangan & Nama Terang


Berilah tanda (√) pada kolomuntuk pilihan yang sesuai

26

No.Doc IV-007/STIKES-NH/PDN/NRS.REV.007
Tgl. Berlaku 21 Agustus 2019
Revisi 01
PENGKAJIAN LANJUTAN

D. Disability
Tingkat Kesadaran : √ Compos Mentis ApatisDelirium Somnolen Stupor Coma
Nilai GCS : E: 4 V:5 M: 6

Pupil : Miosis Midriasis Diameter 1mm 2mm3mm 4mm

Respon Cahaya : (+) Isokor (-) Anisokor

Penilaian Ekstremitas : Sensorik √ Ya Tidak


5 5

Motorik √ Ya Tidak 5 5

Diagnosa Keperawatan : Perfusi Jaringan Cerebral Tidak Efektif

Penurunan Kesadaran

Intoleransi Aktivitas

Kejang Ulang

Gangguan Komunisasi Verbal

Resiko Jatuh : √ Tidak Beresiko/Resiko Jatuh Rendah Resiko Jatuh SedangResiko Jatuh Tinggi

Tindakan Keperawatan :

Mengobservasi perubahan tingkat kesadaran


Mengkaji pupil: isokor, diameter, dan respon cahaya
Mengukur kekuatan otot
Mangkaji karakteristik nyeri
Meninggikan kepala 15 - 30º jika tidak ada kontra indikasi
Kolaborasi : Memberikan terapi sesuai indikasi: …………………
Lainnya : ………………
Exposure
Pengkajian
Nyeri

Apakah ada nyeri: Ya, skor nyeri GS : Tidak

VAS : Lokasi Nyeri


GS :

VAS :

Penjalaran nyeri : Ya, sebutkan: nyeri kepala Tidak


Tipe : Akut Kronik
Deskripsi / Karakter :
Frekuensi : Jarang Hilang timbul Terus menerus *arsir sesuai lokasi
nyeri
Lama nyeri :
Onset :
Faktor yang memperkuat / memperingan :
Gejala penyerta :
Luka : Ya, Lokasi .................................... ..... √ Tidak

Deformitas: Tidak Ya, daerah:


Contusion: Tidak Ya, daerah:
Abrasi: Tidak Ya, daerah:
□ Penetrasi: Tidak Ya, daerah:
Laserasi: Tidak Ya, daerah:
Edema: Tidak Ya, daerah:
Kedalaman luka :……….
Lainnya :………….
Resiko Dekubitus : Ya Tidak
Diagnosa Keperawatan : √ Nyeri
Kerusakan mobiltas Fisik
Kerusakan Integritas Jaringan
Tindakan Keperawatan :

Mengkaji karakteristik nyeri dengan PQRAT


Perawatan luka
Hecting
Mengajarkan teknik relaksasi
Membatasi aktivitas yang meningkatkan nyeri
Mengobservasi tanda-tanda adanya sindrome kompartmen (nyeri lokal daerah cidera, pucat,
penurunan mobilitas, penurunan tekanan nadi, nyeri saat bergerak, peruba han sensori/ baal dan
kesemutan
Melakukan pembalutan
Melakukan pembidaian
□ Kolaborasi : Analgetik
lainnya : …………………….
F. Fahrenheit
Suhu 36,4 ̊ c Suhu Rectal :oC
Axila :
Berat kg Diagnosa Keperawatan : Hipertermi Hipotermi
Badan :
Pemeriksaan Penunjang

EKG : Ada, .............................................................. Tidak


Laboratoriu : Ada, dengan hasil pemeriksaan darah, hemoglobin : g/dL (N : 12-16 g/dL),
m
LED : /mm (N : 0-20 mm). Hitung jenis sel, eosinofil : % (N : 1-3 %), limfosit : % (N : 20-40 %),
hematokrit : % (N : 37-47 %), eritrosit : uL (N : 4.2-5.4 uL).
GDA : Ada, …………… mg/dl Tidak
Radiologi : Ada, dengan hasil :
Tidak Ada

……….., .........,..............,2019 Jam ............


Perawat

(...........................................)
Tanda Tangan & Nama Terang

Berilah tanda (√) pada kolomuntuk pilihan yang sesuai

PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesa :

Organ Normal Temuan

Kepala

Leher

Thoraks

Abdomen √

Ekstremitas
Atas dan √
Bawah
Genetalia Tidak dilakukan pengkajian

Diagnosa Medis : 1. Resiko ketidak seimbangan elektrolit


2. Aansietas

Terapi :
Nama Obat Teknik Pemberian Dosis In ikasi
Iv RL 20tpm
Ranotidine 50mg/12jam/IV

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien: Tn. N

No Rekam Medis: 218033

INTERVENSIKEPERAWATAN
No DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Volume cairan dan elektrolit 1. Memonitor mual muntah dan
dalam tubuh seimbang diare
1 Resiko ketidak ( kurangnya cairan dan 2. Berikan cairan intravena
seimbangan elektrolt terpenuhi) KH: 3. Monitor tanda dan gejala
elektrolit  Turgor kulit cepat kembali hipovolomia
 Membran mukosa basah 4. Anjurkan makan porsi kecil dan
 Intek autput seimbang sering secara bertahap
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl Diagnosa Implementasi evaluasi


Keperawatan
Senin 1. Memonitor Mual muntah dan diare S: klien mengatakan
23/3/2020 1 H: klien mual, diare 5x masih mual muntah
2. Memberikan cairan intravena
Jam H: ivnd RL 20 tpm O:
22.15 3. Memonitor tanda dan gejala - klien nampak mual
hipovolomia - klien nampak
H: mukosa bibir kering muntah
4. Menganjurkan makan porsi kecil
dan sering secara bertahap A: resiko ketidak
H: klien makan dalam porsi kecil seimbangan elektrolit
dan sering belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
1. Memonitor mual
muntah dan diare
2. Berikan cairan
intravena
3. Monitor tanda dan
gejala hipovolomia
4. Anjurkan makan
porsi kecil dan
sering secara
bertahap

Anda mungkin juga menyukai