Anda di halaman 1dari 5

PIMPINAN PERSALINAN NORMAL

I. PRINSIP DASAR
a. Inform consent saat di RS
i. Periksa KU pasien + kapan his mulai timbul, jarak antara his pertama dan
kedua, intensitas dan lamanya; pengeluaran pervaginam (lender darah, darah,
air ketuban, bagian anak, tali pusat)
ii. TTV dan PF. Kandung kemih dikosongkan, bersihkan daerah perut, pubis
dan paha
b. Pembersihan daerah vulva dan perineum
i. Dengan sabun atau desinfektan, bersihkan daerah sekitar introitus vagina.
Arah dari atas ke bawah.
ii. Cukur rambut pubis dari atas ke bawah.
Tentukan penderita benar dalam keadaan inpartu

HIS sesungguhnya HIS palsu


Rasa sakit: Rasa sakit:
 teratur  tidak teratur
 interval makin pendek  interval Panjang
 semakin lama semakin kuat  kekuatan tetap
 paling sakit di daerah punggung  dirasakan di daerah perut terutama
 intensitas makin kuat kalau berjalan  tidak ada perubahan walaupun
Keluar bloody show berjalan
Serviks membuka dan menipis Tidak ada show
Serviks terutup tidak ada pembukaan

II. PIMPINAN PERSALINAN KALA I


a. Pengawasan
i. Cek jantung, paru-paru
ii. indikasi kontra (ada/tidak)
iii. TTV setiap 4 jam
iv. >24 jam atau timbul panas, TTV 2 jam
v. Preeklampsia lebih sering
b. Pemeriksaan abdomen
i. Sama seperti antenatal
ii. letak, posisi, berat janin, DJJ
iii. Kala I: tiap 3 jam
iv. Kala II: 5-10 menit
c. DJJ
i. Frekuensi
1. N: 120-150/ menit
2. HIS, DJJ turun menjadi 90 atau 100/menit, normal dalam 15-20 detik
3. apabila <80/menit disertai keluar meconium pada presentasi kepala
 janin distress (gawat)
ii. Teratur/tidak
1. 5 detik pertama, ke 3 dan ke 5 (?)
d. Pemeriksaan rektal
e. Pemeriksaan dalam (VT)
i. menentukan status pasien (inpartu/tidak)
ii. menentukan faktor janin dan panggul
iii. menentukan ramalan persalinan
Indikasi VT:
i. Primipara, kehamilan 36 minggu
ii. menentukan kemajuan persalinan
iii. ketuban pecah sedang bagian bawah janin masih tinggi. Karena bagian
bawah janin tidak menutup pintu atas panggul pada waktu ketuban pecah,
ditakutkan ada bagian janin atau tali pusat yang menumbung
iv. menentukan tindakan yang dilakukan
Teknik VT
i. Mencuci tangan
ii. Memakai sarung tangan steril
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan dalam
i. Keadaan perineum
Primipara: utuh dan elastis. Multipara: tidak utuh, longgar dan
lembek. Menggerakkan jari dalam vagina ke bawah dan ke samping.
Dapat diketahui levator ani. Dalam keadaan normal: teraba elastis

ii. Sistokel dan Rektokel


a. Sistokel: benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan
kelemahan dinding belakang kandung kemih. Uk: kecil kadang-
kadang sebesar bola tenis.
b. Rektokel: benjolan pada dinding belakang vagina yang disebabkan
kelemahan dinding depan rectum. Akibat persalinan yang berulang,
terutama kalau ada robekan perineum, bersamaan dengan prolapses
uteri

iii. Pengeluaran pervaginam


a. Cairan berwarna putih kekuningan
Akibat radang serviks atau monilial vaginitis, cairan hijau
kekuning-kuningan karena trikhomonas vaginitis.
b. Lendir bercampur darah. Adanya show karena pembukaan serviks
c. Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah
d. Darah berasal dari robekan jalan lahir, plasenta previa, vasa previa,
solusio plasenta atau varises yang pecah.
e. Mekonium terjadi pada keadaan gawat janin terutama pada
presentasi kepala

iv. Serviks
a. Pembukaan, penipisan, robekan serviks, dan kelakuan serviks
b. INpartu: serviks membuka dan menipis. Diukur dengan kedua jari
saat VT.
Kalau pembukaan >6 cm lebih mudah dikur dari forniks lateralis
dengan dinilai sisa lebar dari serviks. Apabila tersisa 0.5 cm
menandakan pembukaan sudah 9 cm.
c. Menentukan penipisan agak sukar. Tekan bagian bawah janin ke
atas dam raba tepi serviks. Primipara: serviks masih utuh dan
pembukaan berupa lingkaran. Multipara: porsio tidak utuh,
mengukur pembukaan dengan mencari tempat yang tidak robek.
d. Kekakuan serviks. Normal: lembut dan elastis

v. Ketuban
a. Utuh/tidak. Saat HIS ketuban akaan menggelembung dan
menonjol. Kalau pecah, penonjolan tidak ada lagi.
b. Keadaan ketuban saat inpartu. Fx: membantu membuka serviks.
Tekanan hidrostatis yang meningkat dalam rongga rahim  bawah
rahim  serviks membuka. Tidak ada ketuban yang menonjol:
ketuban melekat pada segmen bawah rahim atau oligohidroamnion.
Ketuban harus dilepaskan. Solusio plasenta: ketuban terus menerus
tegang dan menonjol yang disebabkan adanya perdarahan
retroplasenta.
c. Ketuban/bukan. Menggunakan lakmus atau nitrazin. pH vagina:
4.5-5.5, air ketuban: 7-7.5. Biru  merah (asam). Mikroskop:
lanugo atau bitnik kaseosa.

vi. Presentasi, titik penunjuk, dan posisi


a. Presentasi: bagian terbawah janin. Presentasi kepala: bulat keras,
tulang parietal, sutura sagitalis, uub/uuk
b. Titik penunjuk: presentasi kepala  uuk; presentasi bokong 
sacrum
c. Posisi kepala. letak UUK terhadap panggul ibu. UUK kiri depan,
sutura sagitalis searah jam 2-8 dan UUK di kiri depan.

vii. Turunnya kepala


Ditentukan dengan HODGE (HI-II-III-IV) dan STATION. S0: kepala
anak setinggi spina iskhiadika. Bila diatas spina iskhiadika dipakai minus (-
1cm, -2cm, -3cm atau floating). Dibawah spina iskhiadika dipakai istilah
plus (+1cm, +2cm, +3cm, dan di perineum)

viii. Pemeriksaan panggul


Bentuk dan ukuran panggul:
a. Promontorium teraba? Ukur jarak tepi bawah simfisis sampai
promontorium (konjugata diagonalis) dengan begitu konjugata vera
dapat ditentukan
b. Linea terminalis teraba seluruhnya/sebagian/beberapa bagian.
Seluruhnya: panggul sempit.
c. Kecekungan sacrum cukup
d. Dinding samping panggul lurus atau miring
e. Spina iskhiadika runcing atau tumpul
f. Arkus pubis sudutnya runcing atau tumpul. N: arkus pubis >900
g. Keadaan dasar panggul. (kaku, tebal atau elastis)
ix. Tumor jalan lahir
III. PIMPINAN PERSALINAN KALA II
Tanda-tanda kala II telah dimulai:
a. HIS lebih sering dan kuat
b. Penderita mulai mengejan. Reflektoris karena kepala janin telah sampai di dasar
panggul
c. Show lebih banyak, kadang diikuti perdarahan
d. Rasa seperti ingin buang air besar. Tekanan kepala pada dasar panggul dan rectum
e. Perinemum mulai menonjol dan anus mulai membuka.
f. Multipara: bukaan 5cm  bersalin. Primipara: pembukaan 7cm.
Cara memimpin mengejan:
a. Bersifat refleks. Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada HIS dan pembukaan
lengkap.
b. Penderita ditidurkan terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki
atau tepi tempat tidur. Janin kurang baik  posisi miring
c. Permulaan HIS: penderita menarik napas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-
kuatnya dan selama mungkin. HIS masih kuat, diulangi lagi. HIS tidakada, break,
menunggu next HIS
d. DJJ diperiksa tiap 10-15 menit diantara dua his. Nadi perlu diawasi.

Persiapan menolong lahirnya bayi:


a. Tindakan sepsis dan asepsis perlu diperhatikan. Vulva dan sekitarnya dibersihkan
dengan sempurna.
b. Pengejanan yang berulang kali akan membuat kepala membuka vulva. Kepala terlihat
dengan d: 6-8 cm, perineum ditahan dengan kain steril, supaya lahir dagu dapat
dihambat. Bersamaan dengan itu tangan lain menahan oksiput supata tidak terjadi
defleksi yang cepat. (Manipulasi secara Ritgen)
c. Laserasi vulva dapat dicegah karena lahirnya kepala diarahkan, sehingga lingkaran
yang melalui vulva adalah yang terkecil (oksipito-bregmastikus).
d. Setelah kepala lahir bersihkan mulut dan hidung bayi dengan kasa steril. Periksa
apakah tali pusat melilit leher.
e. Terjadinya putaran paksi luar, karena bahu berada dalam posisi muka-belakang.
Kemudian diikuti lahirnya bahu secara spontan, bahu belakang  depan. Kalau tidak
spontan, kepala dipegang biparietal dengan dua tangan dan kepala ditarik ke belakang
sampai bahu depan di bawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomokhlion
kepala ditarik ke depan untuk melahirkan bahu belakang. Penarikan kepala ke bawah
dan keatas tidak boleh dilakukan terlalu kuat karena pleksus barakhialis dapat
teregeang dan mengakibatkan kelumpuhan lengan.
f. After bahu lahir, badan mengikuti. JANGAN MENGGAIT KETIAK DENGAN
TELUNJUK karena dapat merusak saraf lengan. Setelah bayi lahir, bersihkan jalan
napas.

Mengikat tali pusat:


a. Dijepit dengan klem Kelly di dua tempat dan dipotong diantaranya. Kemudian diikat
dengan tali yang agak tebal 5 cm dari pusar bayi
b. Pada inkompatibilitas Rhesus atau ABO tali pusat dipotong 10 cm dari pusar.
Persiapan bila diperlukan transfuse tukar darah. Harus dilakukan secepat mungkin.
IV. PIMPINAN PERSALINAN KALA III
Menentukan TFU dan kontraksi uterus. Bila kontraksi uterus keras dan taka da perdarahan 
menunggu sampai plasenta lepas, tidak perlu massage. Tangan diletakkan diatas fundus 
supaya tidak naik dan tidak menggelembung karena terisi darah

Tanda-tanda lepasnya plasenta:


a. Fundus uteri naik. Plasenta yang sudah lepas masuk ke segmen bawah rahim dan
vagina, dengan demikian fundus terdorong keatas.
b. Tali pusat yang terlihat menjadi lebih Panjang +- 3 cm
c. Bentuk uterus  bulat dan keras
d. Kadang disertai pengeluaran darah dengan tiba-tiba
e. Tali pusat diregangkan dengan 1 tangan, tangan lainnya menekan perut diatas
simfisis. Kalau tali pusast masuk, plasenta belum lepas, kalau tetap atau keluar berarti
plasenta sudah lepas.
f. Tanda ini biasanya terlihat 5-10 menit setelah bayi lahir. Plasenta lepas  kontraksi
uterus baik  usahakan untuk melahirkan plasenta. Penderita disuruh bernapas
Panjang  tekanan pada fundus uteri.
g. Tekanan pada fundus uteri boleh dilakukan setelah kontraksi uterus baik agar tidak
menimbulkan inversio uteri.

Cara melahirkan plasenta secara Calkin


a. Tangan diatas fundus uteri segera setelah bayi lahir, untuk mengetahui tanda lepasnya
plasenta.
b. Lakukan massage uterus dengan segera. Cara: menempatkan jari-jari di belakang
uterus, ibu jari di depan.
c. Apabila uterus berubah dari memanjang menjadi built dan disertai pengeluaran darah
dari vagina, lakukan massage sampai kontraksi uterus baik  tekan fundus uteri ke
bawah.

V. PENGAWASAN KALA IV
Pengawasan kejadian terjadinya perdarahan. Penyebab: kontraksi uterus yang kurang baik.
Sebelum 1 jam, penderita harus diawasi. TTV setiap 15 menit.
a. Memeriksa plasenta lengkap atau tidak
b. Darah keluar >500 cc menandakan PPH
c. Fundus uteri naik dan mengembang  perdarahan akibat atonia uteri

Anda mungkin juga menyukai