Anda di halaman 1dari 9

BAB V : PIMPINAN PERSALINAN NORMAL

I. Prinsip Dasar
1. Kebanyakan ibu tegang saat menghadapi persalinan, dan rasa tegang tersebut akan menyebabkan otot
polos menjadi tegang dan ketegangan menyebabkan rasa sakit. Jadi harus ditenangkan.
2. Untuk orang yang dirawat di rumah sakit harus diterangkan di bangsal mana ia akan dirawat, syarat
pembayaran dll.
3. Kemudian penderita akan diperiksa keadaan umumnya kemudian ditanyakan :
a. Kapan His mulai timbul, jarak antara his pertama dan his kedua, intensitasnya dan lamanya.
b. Pengeluaran pervaginam termasuk lendir darah, darah, air ketuban, bagian anak, tali pusat.
c. Selanjutnya, cek TTV dan status generalisata. Kosongkan kantong kemih dengan kateter, dan
bersihkan rectum dengan kateter dan enema.
d. Bersihkan daerah perut, pubis dan paha.
4. Pembersihan daerah vulva dan perineum.
a. Dengan sabun atau cairan desinfektan bersihkan daerah sekitar introitus vagina, lalu dengan
kain bersih basahi dengan cairan yang tersedia, dan bersihkan dari atas ke bawah karena
daerah anus yang paling kotor.
b. Cukur rambut pubis dari atas ke bawah, dan berhati2 JANGAN ADA BULU KEMALUAN ATAU
CAIRAN PEMBERSIH YANG MASUK KE DALAM VAGINA!!!! OLEH KARENA ITU BERSIHKAN
DENGAN KAIN KERING
5. Selanjutnya, tentukan apakah penderita benar ada dalam inpartu.
a. Nilailah his : rasa sakit, teratur, lama dan kuatnya.
b. Bedakan His sesungguhnya dan His palsu :
His Sesungguhnya His palsu
Rasa sakit : Rasa sakit :
- Teratur - Tidak teratur
- Interval makin pendek - Interval panjang
- Semakin lama semakin kuat - Kekuatan tetap
- Dirasakan paling sakit daerah - Dirasakan terutama di daerah perut
punggung - Tak ada perubahan walaupun
- Intensitas makin kuat kalau penderita penderita berjalan
berjalan.
Keluar show Tidak keluar show
Servix membuka dan menipis Servix tertutup dan tidak ada pembukaan
6. Pimpinan persalinan kala I
a. Pengawasan persalinan
i. Segeralah untuk memeriksakan jantung, paru-paru dan apakah ada indikasi kontra
untuk pemberian narkosis.
ii. TTV (kecuali BP) dicatat setiap 4 jam.
iii. Jika persalinan lebih dari 24 jam, maka perlu dicatat tiap 2 jam.
iv. BP dicatat tiap 6 jam. Penderita preeklampsia pencatatan lebih sering.
b. Pemeriksaan abdomen
i. Tentukan : Letak, posisi, berat janin, DJJ,
ii. Dalam kala 1, pemeriksaan dilakukan setiap 3 jam
iii. Pada kala II, pengawasan dilakukan selama 5-10 menit.
c. Pengawasan DJJ
i. Frekuensi DJJ : Frekuensi normal : 120-150 / menit dengan rata2 140 bpm.
ii. Ada penurunan yang fisiologis hingga 90 bpm atau 100 bpm dikala His, tetapi akan
kembali dalam 15-20 menit.
iii. JIKA DJJ <80bpm apalagi jika disertai dengan adanya mekonium pada presentasi kepala
 pertanda bayi dalam distress/ gawat janin.
iv. Teratur tidaknya : Untuk mengetahui teratur tidaknya dengarkan 5 detik pertama, 5
detik ketiga, dan 5 detik ke 5. (kayaknya yang 5 detik denger 5 detik istirahat)
d. Pemeriksaan rektal: Keuntungannya : tidak perlu memasukkan kuman ke jalan lahir tetapi tidak
bisa memberi informasi yang akurat mengenai pembukaan dan presentasi janin.
e. Pemeriksaan dalam (VT) . Keuntungan :
i. Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan in partu
ii. Untuk menentukan fakor janin dan panggul.
iii. Menentukan ramalan persalinan.
f. Indikasi pemeriksaan dalam :
i. Primipara, kehamilan 36 minggu bagian bawah janin belum masuk pintu atas panggul.
 kemungkinan disebabkan karena panggul yang sempit.
ii. Menentukan kemajuan persalinan
iii. Ketuban pecah sedang bagian bawah janin masih tinggi. Karena bagian bawah janin
tidak menutupi PAP pada waktu ketuban pecah, ditakutkan ada bagian bawah janin
atau tali pusat yang menumbung.
iv. Untuk menentuk tindakan yang akan dilakukan.
g. Teknik pemeriksaan dalam
i. Bahaya pemeriksaan dalam : infeksi; maka diperlukan beberapa usaha sebagai berikut:
ii. Mencuci tangan :
Cucilah seperti mencuci tangan pada operasi besar . Sebelumnya, ingatlah memotong
kuku  dengan sabun antiseptik, bersihkan tangan, lengan tangan, lengan bawah,
lengan atas, sampai 5 cm diatas siku selama 1 menit , kemudian siram dengan air yang
mengalir.  dengan sikat steril dan sabun antiseptik sikatlah sela2 jari dan bawah kuku.
 Lama menyikat jari dan kuku masing2 tangan 1 menit (untuk lengan bawah dan
lengan atas sampai 5 cm diatas siku harus ½ menit. Yang terakhir basuh dengan air(dari
telapak tangan ke siku. (Metode nya namanya Time methode dan Brush Stroke
Methode. Sama efektif, yang dibuku hijau  time methode)
iii. Memakai sarung steril
Karena cuci tangan itu tidak cukup. Harus pakai sarung tangan. Sewaktu memasukkan
sarung tangan tidak boleh menyentuh bagian luar sarung tangan.
iv. Ibu jari dan jari telunjuk membuka labia
v. Tangan kanan mengambil kapas yang dicelupkan dalam lysol sekurang kurangnya 24
jam dan menghapus vulva dari atas ke bawah. (Kapas hanya boleh sekali pakai!!!)
vi. Mulai masukkan jari! hindarilah jari2 tangan kanan menyentuh labia.
vii. Dengan labia masih terbuka, maka jari tengah menekan kedalam vagina ke arah
komisura posterior diikuti dengan telunjuk.

viii. Setelah kedua jari masuk, letakkan tangan kiri keatas simfisis pubis untuk menekan
bagian bawah janin. Sebelum selesai periksa, jari tidak boleh dikeluarkan (keluar masuk
jari bikin infeksi).
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pemeriksaan dalam :
i) . Keadaan perineum :
Keadaan pada primipara : utuh dan elastis  : sedangkan pada multipara tidak utuh , longgar
dan lembek  . Untuk menentukannya : masukkan jari kedalam vagina dan menggerakkan ke
bawah dan ke samping. Pada keadaan normal : akan teraba elastis.
ii) Sistokel : benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan oleh kelemahan dinding
belakang kantong kemih. Ukuran bisa kecil atau sebesar bola tenis.
ii) Rektokel : benjolan pada dinding belakang vagina, yang disebabkan
kelemahan dinding rektum.  karena persalinan berulang, robekan
perineum, atau bersamaan dengan prolapsus uteri
iii) Pengeluaran pervaginam :
a. Cairan berwarna putih kekuningan  radang serviks atau monolia
vaginitis (semacaam candidiasis  iritasi vagina dan vulva)
b. Cairan kehijauan  karena trikhomonas vaginitis.
c. Lendir bercamb=pur darah : adanya show karena pembukaan cervix
d. Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah
e. Darah berasal dari robekan jalan lahir , plasenta previa, vasa previa,
solusio plasenta atau varises yang pecah
f. Mekonium terutama pada presentasi kepala, berarti terdapat gawat
janin.
iv) Serviks
a. Perlu diperhatikan : pembukaan , penipisan, robekan serviks 
dilakukan dengan mengukur jarak kedua jari. Jika lebih dari 6 cm, maka
diukur dari firnix lateralis dengan cara berapa cm yang masih tersisa ,
kalau sisa ½ cm berarti sudah pembukaan 9.
b. Menentukan penipisan agak sulit. Jika servix menempel pada bagin
bawah janin maka dorong bagian bawah janin ke atas dan rabalah
penipisan, Pada pemeriksaan pembukaan multi para, carilah bagian yang
tidak robek.
c. Kekakuan cervix. Cervix normal : lembut dan elastis. Cervix yang kaku
akan terasa seperti lobang hidung.
v) Ketuban
a. Tentukan ketuban utuh atau tidak.
Penilaian dilakukan ketika his karena pada saat his kantong ketuban akan
menonjol, bila sudah pecah, penonjolan sudah tidak ada lagi.
b. Bagaimana keadaan ketuban
Air ketuban berfungsi sebagai pembantu pembuka cervix . Tekanan
hidrostatik yang meningkat pada rongga rahim akan disampaikan segmen
bawah rahim  serviks akan terbuka. Bila ketuban tidak menonjol,
mungkin menempel pada SBR atau oligohidramnion. Untuk
memperlancar proses melahirkan maka lebih baik dipecahkan atau
dilepaskan perlekatannya dengan jari. Pada solutio placenta, tekanan
hidrostatik meningkat sehingga ketuban akan terus2 menonjol dan
tegang.
c. Menentukan cairan yang keluar benar2 air ketuban
Dengan kertas lakmus (akan berubah jadi biru karena pH air ketuban 7-
7,5) atau dengan pemeriksaan mikroskop ditemukan lanugo atau bintik
kaseosa)
vi) Persentasi, titik penunjuk, dan posisi
Presentasi = bagian terbawah janin. Diketahui presentasi kepala apabila
teraba : bulat, keras, tulang parietal, sutura sagitalis,ubun2 besar/ kecil.
Titik Penunjuk = Presentasi belakang kepala  ubun2 kecil, dan presentasi
bokong  sakrum.
Posisi kepala : Tentukan letak ubun2 kecil terhadap panggul ibu. Jika ubun2
kecil di kiri depan, maka sutura sagitalis akan ada diarah jam 2 - 8
vii) Turunnya kepala
Bisa dinilai dengan Hodge atau station :
Station -3 dinamakan juga dengan = floating
viii) Pemeriksaan panggul (Perhatikan bentuk dan ukuran panggul)
1) Apakah promontorium teraba, jika teraba , tentukan konjugata diagonalis
(minimal 11,5 cm) dengan begitu kita dapat menentukan konjugata
obstetrical (11,5-1,5=10 cm min)
2) Apakah linea terminalis dapat teraba seluruhnya. Kalau bisa maka panggul
sempit. Kalau bisa teraba sebagian maka pinggul picak .

Klasifikasi menurut Caldwell dan Molloy, bentuk panggul terbagi menjadi 4 yaitu:
1. Panggul gynecoid
2. Panggul android
3. Panggul anthropoid
4. Panggul platypeloid
Panggul Gynecoid
Panggul yang paling ideal. Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa
bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
Panggul Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pada panggul pria. Panjang diameter
transversa dekat dengan sakrum. Pada wanita ditemukan 15%.
Panggul Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih
besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.
Panggul Platypeloid
Merupakan panggul picak. Diameter transversa lebih besar daripada diameter
anteroposterior, menyempit arah muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.
3) Apakah kecekungan sakrum cukup
4) Dinding samping sakrum lurus atau miring (konvergen)
5) Spina iskiadika runcing/ tumpul
6) Arkus pubis sudutnya runcing/ tumpul untuk panggul yang normal arkus
pubis >90 derajat
7) Keadaan dasar panggul apakah kaku tebal atau elastis.
ix) Tumor jalan lahir
Tumor dapat berupa neoplastik atau tumor radang. Nilai apakah dapat
mengganggu jalan lahir.

7. PIMPINAN PERSALINAN KALA II


Tanda2 kala II telah dimulai:
1. His lebih sering dan kuat
2. Penderita mulai mengejan, mengejan menjadi sebuah reflex karena kepala bayi ada di dasar
panggul
3. Show lebih banyak (kadang ada pendarahan)
4. Terasa seperti ingin buang air besar karena kepala akan menekan rectum pula
5. Perineum menonjol dan anus mulai terbuka  Tanda yang tampak apabila kepala sudah di dasar
panggul dan mulai membuka pintu.
6. Multipara dipindahkan ke ruangan bersalin apabila sudah mencapoai pembukaan 5 cm, dan
primipara 7 cm
7. Dapat dilakukan VT untuk memastikankala II sudah dimulai.

Cara memimpin mengejan :

1. Mengejan bersifat refleks dan akan terjadi dengan sendirinya, tetapi beberapa wanita
mengejannya tidak efektif sehingga butuh bimbingan. Mengejan hanya boleh jika ada HIS dan
PEMBUKAAN LENGKAP
2. Penderita ditidurkan terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau
pegangan tempat tidur atas. Bila keadaan bayi kurang baik bisa diminta untuk mengejan dengan
posisi menyamping.
3. Pada permulaan His minta pasien untuk menarik naapas dalam , tutup mulut, mengejan sekuat2
nya dan selama mungkin. Bila his masih ada, lakukan hal tersebut lagi. Jika his tidak ada, maka
pasien dapat beristirahat, menunggu datangnya his berikutnya.
4. DJJ diukur setiap 10-15 mins atau diantara his, pada bayi dengan kelainan bunyi jantung maka
pemeriksaan dilakukan lebih sering. Nadi ibu juga harus di observasi karena takutnya ibu kelelahan
dan menilai apakah pengejanan perlu dilanjutkan.
Persiapan menolong lahirnya bayi :
1. Lakukan aspesis antisepsis . Vulva dan sekitarnya dibersihkan dengan sempurna, penolong
mencuci tangan secara lege artis, memakai sarung tangan steril, baju khusus untuk kamar
bersalin, tutup kepala dan masker. Kaki perut dan bokong ibu harus ditutup dengan sempurna
dan hanya bagian vulva yang terlihat
2. Dengan adanya pengejanan berulang kali kepala bayi akan membuka vulva.Bilakepala terlihat
antara diameter 6-8 cm, perineum ditahan dengan kain steril supaya dapat menghambat
lahirnya dagu. Tangan lain menghambat belakang kepala agar tidak mudah terjadi defleksi yang
cepat  manipulasi Ritgen. Tujuannya adalah agar tidak terjadi laserasi vulva karena
manipulasi ini membuat bagian kepala yang melewati vulva adalah diameter terkecil (oksipito –
bregmatikus). Jika diperlukan, maka lakukan episiotomi
3. Setelah kepala lahir, bersihkan mulut dan hidung bayi dengan kasa steril. Periksalah apakah tali
pusar melilit leher. Jika longgar, lepaskan. Jika erat, potong diantara 2 klem.
4. Tidak lama setelah kepala lahir akan terjadi putaran paksi luar  diikuti lahirnya bahu. Mula2
bahu belakang diikuti bahu depan. Jika bahu tidak dapat lahir spontan maka dibantu dengan
memegang biparietal dan ditarik ke belakang sampai bahu depan di bawahh simfisis. Dengan
bahu depan sebagai hipomokhlion(titik putar) maka kepala ditarik dengan lembut ke atas untuk
melahirkan bahu belakang. Tindakan ini tidak boleh dilakukan terlalu kuat karena dapat
menarik/merenggangkan plexus brachialis dan mengakibatkan kelumpuhan lengan.
5. Begitu bahu lahir maka badan akan mengikuti, tetapi tidak boleh mengaitkan jari ke ketiak bayi
karena dapat merusak syaraf. Segera setelah bayi lahir . bersihkan jalan napas dengan
menghisap lendiryang masuk ke mulut, hidung, kerongkongan dan lambung.

Mengikat tali pusat

1. Tali pusat dijepit dengan klem Kelly di dua tempat dan dipotong diantaranya. Kemudian diikat dengan
tali yang agak tebal sejauh 5 cm dari pusat bayi.
2. Untuk inkompatible Rhesus perlu atau ABO tali pusat kira2 10 cm. Jaga2 untuk transfusi tukar darah.
Pemotongan tali pusar harus dilakukan dnegan segera. Jika menunggu denyut berhenti dan tali pusar
bayi lebih rendah dari ibu maka bayi akan mendapatkan tambahan darah 30-90 cc.
8. Pimpinan persalinan kalaIII
Segera setelah bayi lahir penolong harus menentukan TFUdan kontraksi uterus . Bila kontraksi uterus
keras dan tidak ada perdarahan, sikap kita hanya menunggu plasenta lepas, tidak perlu masase uterus.
Posisi tangan kiri diatas fundus untuk menjaga supaya tidak naik dan tidak menggelembung karena diisi
darah.
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
1. Fundus uterus naik hal ini disebabkan karena plasenta yang sudah lepas masuk ke segmen bawah
rahim sehingga fundus terdorong ke atas.
2. Tali pusat terlihat +/- 3 cm lebih panjang artinya plasenta sudah turun.
3. Bentuk uterus menjadi membulat dan keras
4. Kadang disertai pengeluaran darah tiba2
5. Dengan perasat Kustner tali puat diregangkan dengan 1 tangan, tangan lainnya menekan perut diatas
simfisispubis. Kalau tali pusat masuk berarti plasenta belum turun. Jika tali pusat keluar berarti
plasenta sudah turun.
6. Bila sudah yakin plasenta lepas, tindakan pertama adalah menentukan apakah kontraksi uterus nya
baik kemudian diusahakan melahirkan plasenta.
7. Penderita diminta untuk menarik napas panjang, pada uterus yang berkontraksi baik, ditambah
dengan tekanan pada fundus uteri akan mendorong plasenta ke bawah dan ke luar. .
8. Penekanan pada fundus hanya boleh saat kontraksi agar tidak inversio.

Cara melahirkan placenta dengan cara calkin.

1. Letakkan tangan diatras fundus untuk mengetahui apakah placenta sudah lepas atau belum
2. Jika sudag ada, masase uterus .
3. Jika uterus berubah menjadi bulat dan disertai pengeluaran darah dari vagina. Lakukan masase
sampai kontraksi uterus baik dan kemudian tekan fundus uteri ke bawah denngan demikian placenta
akan lahir dengan mudah.

9. Pengawasan kala IV
Penyebab utama masa kritis : perdarahan post partum. Jika fundus naik dan uterus mengembang,
pikirkan atonia uteri.
Dalam 1 jam, ibu belum boleh masuk ruang rawat. Harus observe TD dam HR setiap 15 menit.
Kemudian jangan lupa cek kotiledon

Anda mungkin juga menyukai