Anda di halaman 1dari 42

SECTIO CAESARIA

INDUKSI PATOL JUNI 2020


SAG-ANI-RAF-ROB
DEFINISI

William Obs • Persalinan janin melalui laparotomi dan


24E kemudian histerotomi

• Suatu persalinan buatan,dimana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada
Sarwono,2007 dinding perut dan dinding rahim dengan
sayatan rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram
INDIKASI

Materna
l

Indikas
i Materna
Fetal
l-Fetal
INDIKASI
IBU

 Panggul sempit absolut


 Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang
adekuatnya stimulasi.
 Tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
 Stenosis servik atau vagina
 Plasenta previa
 Rupture uteri membakat
 Maternal distress
 Solusio Plasenta
 Plasenta inkreta, akreta, perkreta.
INDIKASI BAYI

Non-reassuring fetal status/Gawat janin

Malpresentasi

Makrosomia

Anomali kongenital

Abnormal umbilical cord Doppler study


INDIKASI MATERNAL FETAL

Cephalopelvic disproportion
PREOPERATIF : PENCEGAHAN INFEKSI

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
 -Lactam Antibiotik

 Cefalosporin:
1g  additional dose dapat diberikan pada perdarahan > 1500
 Cefazolin
mL, durasi operasi > 3 jam
 Extended spectrum Penicillin
 Macrolide:
 Azitromisin 500 mg IV pada PROM
 Clindamycin 600 mg IV pada pasien dg alergi Penicillin
 Glikopeptida: Vancomycin single dose pada MRSA
 Idealnya diberikan 60 menit sblum operasi pada SC elektif
Perlengkapan untuk sectio cecarea :
1. mess no 24 : 1 buah
2. scalpel :
3. pinset cirhurgis : 2 buah
4. pinset anatomis : 2 buah
5. gunting kassa : 1 buah
6. gunting
7. ring klem : 5 buah  1 buah untuk antisepsis
8. doek klem : 4 buah
9. kocher bengkok : 1 buah
10. klem kecil : 4 buah
11. needle holder : 2 buah
12. peritoneum klem : 4 buah
13. langenbach : 1 buah
14. Haak besar : 1 buah
15. gunting benang : 1 buah
Jarum :

1. jarum round besar untuk uterus


2. jarum round kecil untuk retro
3. jarum round untuk peritoneum
4. jarum round 90° untuk lemak
5. jarum segitiga untuk kulit
Benang :

1. chromic no 2 untuk uterus


2. plain no 2.0 untuk retro
3. plain no 1 untuk peritoneum
4. plain no 2.0 untuk otot
5. vicryl no 1 untuk fascia
6. plain no 2.0 atau 1 untuk lemak
7. chromic 3.0 atau side 3.0 untuk kulit
Prosedur Operatif

Anestesi

Regional Umum
JENIS
1. Seksio sesarea klasik: Pembedahan secara Sanger
2. Seksio sesarea transperitoneal profunda (supra
cervicalis = lower cesarean section)
3. Seksio sesarea diikuti dengan histerektomi
(caesarean hysterectomy)
4. Seksio sesarea ekstraperitoneal
5. Seksio sesarea vaginal
PILIHAN INSISI DINDING ABDOMEN
 Insisi Vertikal pada linea mediana (Klasik)
 Insisi Transversal pada suprasimfisis os pubis (Pfannenstiel)
 Insisi Maylard
 Insisi Cohen
PILIHAN INSISI
DINDING UTERUS :
 Lower - segment

transverse incision (Kerr


type)
 Lower - segment vertical

incision (Kronig type)


 Classical incision (insisi

mencapai fundus)
 De Lee’s incision
INSISI
PFANENSTEIL
1. Pasien ditidurkan terlentang di
atas meja operasi dengan
anestesi GA/SAB
2. Dilakukan desinfeksi pada
dinding perut dengan betadin
3. Demarkasi lapangan operasi
dengan doek steril
4. Dibuat insisi transversal pada
pubic hair line, insisi
diperdalam secara tajam
kecuali otot secara tumpul
hingga cavum peritonei terbuka
PFANENSTEIL
PFANENSTEIL
PFANENSTEIL
INSISI PFANENSTEIL

5. Pasang kassa laparotomy


melingkar dari sudut lateral
uterus dan fundus
6. Melakukan prosedur bladder flap.
Plica vesicouterina digunting di
depan SBR secara melintang.
Plika disisihkan secara tumpul
ke arah samping dan bawah, dan
VU disisihkan ke arah bawah
dan dilindungi dengan hak.
BLADDER FLAP
INSISI PFANENSTEIL

7. Dibuat insisi pada SBR 1


cm di bawah irisan plika
vesikouterina secara tajam
hingga teridentifikasi
selaput ketuban. Insisi
dibuat sehati-hati mungkin
untuk menghindari mata
pisau mengenai kepala
bayi.

8. Insisi diperlebar secara


tajam dengan
menggunakan gunting
secukupnya.
 A. Insisi
dilebarkan secara
tumpul
menggunakan jari

 B. Tanda cavum
endometrium
terbuka adalah
tampak bulging
membranes
A. Insisi dapat dilebarkan ke lateral menggunakan gunting
B. Apabila ketuban sudah pecah  tampak kepala bayi
INSISI PFANENSTEIL

9. Setelah kavum uteri terbuka, selaput


ketuban dipecahkan, janin dilahirkan
dengan cara meluksir kepala bayi.
Tangan kiri operator masuk kedalam
uterus dibawah kepala bayi, lalu
dengan perlahan diangkat untuk
mengeluarkannya melalui insisi uterus
dan abdomen. Sementara itu tangan
yang bebas atau asisten mendorong
fundus untuk membantu mengeluarkan
bayi. Pada presentasi bokong janin
dilahirkan dengan meluksir bokong
atau ekstraksi kaki.
10. Setelah kepala bayi
dikeluarkan bersihkan jalan
nafas (mulut terlebih dahulu),
bahu serta badan janin
dilahirkan dengan mengait
kedua ketiaknya. Setelah itu
diberikan injeksi 5 iu iv
dilanjutkan drip oksitoksin 20
iu dalam kristaloid 500cc.

11. Tali pusat di klem pada dua


tempat dengan klem Oschner
dan dipotong diantaranya,
Bayi diberikan kepada asisten.
Plasenta dilahirkan dengan
cara tarikan ringan setelah
uterus kontraksi.
12. Evaluasi kavum uteri,
kavum uteri dibersihkan
dari robekan membran,
gumpalan darah, sisa
plasenta dan jaringan.

13. Dibuat jahitan sudut


pada SBR dengan
jahitan cross
menggunakan benang
braided no 1.
14. SBR ditutup dengan
jahitan jelujur feston dengan
benang monofilament 1.0
mulai lapis endometrium dan
lapisan myometrium.

15. Setelah dilakukan


evaluasi tidak ada
perdarahan pada jahitan
sudut maupun jahitan SBR
dilakukan reperitonealisasi
dengan menggunakan plain
catgut 2.0
16. Kassa laparotomy dikeluarkan.
17. Dipasang klem peritoneum pada empat tempat,
kemudian dipasang hak.
17. Cavum abdomen dibersihkan dari sisa darah
maupun cairan amnion sambil evaluasi
perdarahan dan kontraksi uterus.
18. Penutupan dinding abdomen lapis demi lapis
19. Operasi selesai
INSISI VERTIKAL

INDIKASI:
1. Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan VU untuk
mencapai SBR, mis: ada perlekatan akibat pembedahan SC
sebelumnya atau adanya tumor-tumor di daerah SBR

2. Janin besar dalam letak lintang


3. Plasenta previa dg insersi placenta di dinding depan SBR
INSISI VERTIKAL
1. Pasien ditidurkan terlentang di
atas meja operasi dengan
anestesi GA/SAB
2. Dilakukan desinfeksi pada
dinding perut dengan betadin
3. Demarkasi lapangan operasi
dengan doek steril
4. Dibuat insisi mediana mulai
dari atas simfisis sepanjang +
12 cm sampai di bawah
umbilicus lapis demi lapis
sehingga cavum peritonei
terbuka
INSISI VERTIKAL
5. Dalam rongga perut, pasang
kassa laparatomi melingkar
6. Dibuat insisi secara tajam dg
pisau pada SAR, kemudian
diperlebar secara sagital dengan
gunting
6. Setelah cavum uteri terbuka,
selaput ketuban dipecahkan.
Janin dilahirkan dg meluksir
kepala dan mendorong fundus
uteri.
7. Setelah janin lahir seluruhnya,
tali pusat dijepit dan dipotong di
antara kedua penjepit.
INSISI VERTIKAL
INSISI VERTIKAL
9. Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan 10 IU oksitosin ke
dlam Rahim secara intra mural
10. Luka insisi SAR dijahit kembali
Lapisan 1: endometrium bersama myometrium dijahit jelujur dg
benang catgut kromik
Lapisan 2: hanya myometrium saja dijahit secara simpul
(berhubung otot SAR sangat tebal) dengan catgut kromik
Lapisan 3: perimetrium saja, dijahit secara simpul dengan benang
catgut biasa
11. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi
12. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding
perut dijahit
Maylard
 Incisi ini memberikan paparan bidang bedah yang
lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh karena
dilakukan pemotongan pada m.rectus abdominalis
dan disisihkan ke arah kranial dan kaudal
 Dapat digunakan untuk melakukan diseksi Lnn.
Pelvik dan Lnn.Paraaortal
 Insisi dibuat diatas simfisis pubic kira-kira 4 cm
diatas margin superior.
MAYLARD
MAYLARD
MAYLARD
MAYLARD
INCISI COHEN

 Incisi transversal dengan diseksi tumpul parsial,


digunakan untuk SC pada pasien yang kurus.
 Incisi kulit dilakukan seperti Pfannenstiel, lalu lemak dan
fascia dilebarkan beberapa senti di midline yang paling
sedikit vaskulernya.
 Dinding perut dilebarkan dengan hak, incisi fascia
digunting bilateral dibawah lapisan lemak yang intak.
 Fascia dipisahkan tansversal, dibentang di midline antara
otot rektus dgn gunting, dan ditarik dengan kedua
telunjuk kearah kranio-kaudal.
 Luka ditutup spt Pfannenstiel.
Perawatan Umum Pasca operasi
 Pasien diobservasi sampai mampu mempertahankan patensi
jalan nafas dan stabil kardiovaskuler serta mampu
berkomunikasi.
 Observasi tanda vital pasien setelah pulih dari anestesi.
 Pasien diperbolehkan diet cair 6 jam pasca operasi atau setelah
mual hilang (dengan catatan benar-benar pulih dari anestesi).
 Indwelling catheter dapat dilepas 1x24 jam post operasi.
 Perban luka diganti 3x24 jam dan menilai keadaan luka
operasi.
 Antibiotic propilaksis 1x24 jam post operasi

Anda mungkin juga menyukai