Anda di halaman 1dari 36

KELENJAR BARTHOLIN

SAG – ANI – RAF - ROB


INDUKSI PATOL JUNI 2020
Anatomi Kelenjar Bartholini

Kelenjar bartholini (glandula vestibularis


mayor)
= organ genetalia ekterna

Fungsi
= membasahi/ mengeluarkan lendir untuk
memberikan pelumas vagina saat melakukan
hubungan seksual
Dalam keadaan normal kelenjar ini tidak
teraba pada palpasi
(Manuba, 2008)
FISIOLOGI

 Kelenjar Bartholin berkembang dari tunas dalam epitel daerah posterior


dari vestibulum. Kelenjar ini terletak bilateral di dasar labia minora dan
mengalirkan hasil sekresinya melalui duktus sepanjang 2 - 2.5 cm, yang
bermuara ke dalam vestibulum pada arah jam 4 dan jam 8
Pengertian

Bartolinitis adalah sumbatan duktus utama kalenjar bartolin


menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik.

Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis


juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar
wanita.

Disertai rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga
dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang
memerah  
 Abses Bartolini adalah suatu pembesaran berisi cairan yang terjadi akibat
sumbatan pada salah satu duktus sehingga mucus yang dihasilkan tidak
dapat disekresi. Kista dapat berkembang pada kelenjar itu sendiri atau
pada duktus bartholini (Amiruddin, 2004)

 Abses Bartolini adalah penumpukan nanah yang membentuk benjolan


(pembengkakan) di salah satu kelenjar Bartholin yang terletak di setiap sisi
lubang vagina (Endang, 2012).

 Abses Vagina adalah suatu penimbunan nanah yang terjadi di sekitar


kemaluan ataupun didalam vagina, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri (Baradero, 2006).
Patofisiologi Abses Bartholini

Abses
Pelebaran
Retens duktus
i
sekresi
Duktus
tersumbat
Patofisiologi Kista Bartholini
Manifestasi klinik

Gejala

• Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi


berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah
satu sisi vulva disertai kemerahan atau
pembekakan pada vulva
• Terasa ada benda yang berat pada vulva, rasa
kurang nyaman
• Kesulitan pada waktu koitus.
Jika kista terinfeksi, maka dapat berkembang menjadi abses bartholini dengan
gejala klinik berupa :

(Amiruddin, 2004 )
 Nyeri saat berjalan , duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
 Umumnya tidak disertai demam kecuali terinfeksi dengan organisme yang tertular
melalui hubungan seksual.
 Pembengkakan pada vulva selama 2-4 hari.
 Biasanya ada secret di vagina.
 Dapat terjadi rupture spontan.
DIAGNOSIS BANDING

 Kista sebaceous pada vulva


 Dysontogenetic cysts
 Hematoma pada vulva
 Fibroma pada vulva
 Hidradenoma
Penatalaksanaan Kista

Tergantung pada beberapa faktor


 Nyeri atau tidak
 Terinfeksi tidaknya kista

Pengobatan Medikamentosa

Penatalaksanaan
Tindakan Operatif
Pengobatan Medikamentosa
Ceftriaxone  Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali sehari
 efisiensi broad spectrum terhadap bakteri gram-
negatif,
 efficacy yang lebih rendah terhadap bakteri gram-
Doxycycline
positif, dan
 Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri
 efficacy yang lebih tinggi terhadap bakteri resisten.
dengan cara berikatan dengan 30S dan 50S subunit
 Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM sebagai single ribosom dari bakteri.
dose .   Dosis yang dianjurkan: 100 mg PO 2 kali sehari selama
Ciprofloxacin 7 hari
 Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone. Azitromisin
 menghambat pertumbuhan bakteri dengan  Digunakan untuk mengobati infeksi ringan sampai
menginhibisi sedang yang disebabkan oleh beberapa strain
organisme. Alternatif monoterapi untukC
DNA-gyrase pada bakteri.
trachohomatis. Dosisyang dianjurkan: 1 g PO 1x
TINDAKAN OPERATIF

 Incisi dan Drainage

 Marsupialisasi :
mengeluarkan cairan dari dalam kista, membuat saluran agar tetap
terbuka  pada kista yang besar, pada jaringan yang masih cukup
bagus, bisa dilakukan pada abses (tetapi harus yakin jaringan bs sembuh
dengan baik)

 Kistektomi

membuang seluruh kantong dari kista (tingkat kekambuhan rendah) ,


kista tidak terlalu besar
INCISI DAN DRAINASE
TUJUAN :
1. Mengosongkan isi kista
2. Membuat saluran baru
STEP

1. Pasien diberikan anestesi


2. Pasien diposisikan litotomi
3. Desinfeksi lapangan operasi dengan menggunakan povidone iodine
4. Demarkasi dengan menggunakan duk steril
5. Lakukan insisi dengan menggunakan pisau nomor 11. Insisi dilakukan di atas
kista sejajar dengan hymen pada jam 5 atau 7
 Pus pada kelenjar Bartholin tidak perlu dilakukan kultur
 Apabila dibutuhkan untuk kultur dapat diambil dengan
cara swab
 Ujung dari kateter word diletakkan pada ruang kosong
kista
 Spuit diisi dengan NS 2-3 mL untuk memompa balon
kateter dalam hal ini kateter yang digunakan ukuran 14F
 Post insisi drainage
1. Kompres hangat 2x sehari
2. Coitus tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan berpindahnya kateter
3. Kateter dipertahankan 4-6 minggu
MARSUPIALISASI KISTA
BARTHOLIN
Teknik
 Dilakukan anestesi lokal,
 Desinfeksi dengan betadin, demarkasi dengan duk steril
 Dinding kista dijepit dengan dua klem hemostat kecil.
 Incisi pada mucosa vagina sampai terlihat kista
 Lalu dibuat incisi vertikal pada vestibular melewati bagian
tengah kista dan bagian luar dari hymenal ring. Incisi dapat
dibuat sepanjang 1.5 hingga 3 cm, bergantung pada
besarnya kista.
 Setelahkista diincisi, isi rongga akan keluar.
Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan
saline

 Dindingkista ini lalu dieversikan dan


ditempelkan pada dinding vestibular mukosa
dengan jahitan interrupted menggunakan
benang absorbable 2-0.
 Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur
marsupialisasi adalah sekitar 5-10%

 Komplikasi yang timbul berkaitan dengan dyspareunia,


hematoma, dan infeksi
Post op

 Kompres dingin dapat mengurangi nyeri, edema,


hematome
 Vulva higiene sehari 2x
 Evaluasi pada 1 minggu pertama apakah terjadi adhesi
pada luka incisi
KISTEKTOMI KELENJAR
BARTHOLIN
Dilakukan pada
 Pada kista Bartholin yang rekuren setelah dilakukan incisi, drainasi dan
marsupialisasi
 Massa padat
 Curiga keganasan
 Ukuran kista besar
 Kista multilokuler
STEP

1. Dilakukan anestesi, pasien posisi litotomi


2. Dilakukan insisi
3. Kassa dipegang dengan ring forcep oleh asisten, dijauhkan dari dinding
belakang kista
4. Jari dokter melebarkan labia minor untuk menemukan permukaan medial
kista
5. Sayatan vertikal dilebarkan sepanjang kista dibuat di atas permukaan medial
labia minus.
6. Dilakukan diseksi kista  kista terbebas
7. Band (pembungkus kista) dipotong secara tajam
 Evaluasi perdarahan
 Pembuluh darah diikat dengan benang chromic ukuran 3-0
 Luka dijahit 2 lapis dengan jahitan interuptus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai