Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN TUMOR JINAK JALAN LAHIR

VULVA

Tugas Ginekologi

Dosen
Sri Yun Utama, S.Pd, S.ST, MKM

Oleh
Shelyna Putri
NIM. PO.71.24.1.15.178

POLTEKKES KEMENKES JAMBI JURUSAN KEBIDANAN


PRODI DIV
TAHUN 2015/2016
LANDASAN TEORI

A. Tumor Jinak Jalan Lahir Vulva


1. Pengertian Tumor Jinak
Tumor adalah benjolan atau suatu pertumbuhan bisa ganas dan bisa jinak. Tumor
adalah perkembangan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri. Tumor adalah bengkak
akibat radang, cedera, neoplassma, oedem.
Tumor jinak adalah pembengkakan tubuh akibat pertumbuhan lambat dan tidak
menyebar ke bagian tubuh lain.

2. Ciri-ciri Tumor Jinak.


Berikut ciri-ciri tumor jinak, sebagai berikut :
1) Timbulnya ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat di sekitar dan jaringan sehat yang
terdesak. Ini membentuk simpai atau kapsel dari tumor, maka disebut tumor jinak
bersimpai atau berkopset, karena tidak ada pertumbuhan infiltratif maka biasanya tumor
jinak mudah digerakkan dari dasarnya.
2) Tumor jinak tidak menimbulkan residif, karena tumor jinak bersimpai maka mudah
dikeluarkan seluruhnya.
3) Tumor jinak tidak mengadakan anak sebar.
4) Tumor jinak tumbuhmnya lambat, sehingga tidak cepat membesar dan pada pemeriksaan
mikroskopik tidak ditemukan gambaran metosisi yang abnormal.
5) Intrisel tumor jinak masih menyerupai intisel jaringan asalnya, bentuknya teratur dan
aniform.
6) Pada tumor jinak tidak ditemukan " loss of polarity "
7) Tumor jinak biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya pada alat tubuh yang
vital

3. Penyebab Tumor.
Dikarenakan adanya mutasi DNA yg terakumulasi merupakan faktor utama penyebab
tumor, sebenarnya sel manusia mempunyai mekanisme perbaikan DNA dan mekanisme
lainya yang menyebabkan DNA mengalami kerusakan dirinya dengan apoptosis jika
kerusakan sel sangat parah.
Apoptosis adalah proses aktif kematian sel di tandai dengan pembelahan DNA pada
kromosom sampai pada sel itu sendiri.
4. Penatalaksanaan
Pada tumor jinak kistik, tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a) Terapi ekstripasi.
b) Eksisi.
c) Operatif dan non operatif.
d) Pengangkatan seluruhnya sebab dapat menyebabkan resdidif.
Sedangkan pada tumor jinak solid, tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a) Operatif.
b) Albothil.
c) Podaphyllin 25% dalam tincutura benazain.
d) Sulponamide, systerbic dan lokal.

5. Tumor Jinak Vulva


1) Tumor Kistik Vulva
A. Kista inklusi epidermis
1) Pengertian
Kista inklusi epidermis, merupakan suatu kelainan kongenital (dibawa sejak lahir),
tetapi lebih sering sebagai akibat dari tertanamnya epitel atau kulit perineum saat
tindakan pembedahan pada vulva, terutama episiotomi.
2) Penyebab
Kista epidermal terbentuk dari beberapa mekanisme.Kista dapat diakibatkan
sekuestrasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit
pilosebaseus, atau trauma atau implantasi bedah dengan elemen eptelial. Infeksi
HPV , paparan UV, dan oklusi kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan
perkembangan kista epidermal palmoplantar.
3) Tanda dan Gejala
Terjadi akibat perlukaan, terutama pada persalinan karena episiotomi atau robekan,
dimana suatu segmen epitel terpendam dan kemudian menjadi kista.Kista ini
biasanya berukuran kecil dan jarang melebihi besar dari kacang polong, Penderita
umumnya memiliki kista yang multipel, utamanya di labium mayus.Umumnya
asimptomatik (tidak bergejala) dan lebih menimbulkan masalah kosmetik.Kadang-
kadang kista dapat mengalami erosi dan terinfeksi.Kista epidermal yang kecil dan
terisolasi sering dikacaukan dengan hidradenoma.
4) Penatalaksaan
Pada kista inklusi epidermis dapat dilakukan tindakan injeksi, insisi dan drainase,
operasi kecil, atau laser.
5) Komplikasi
Komplikasi sangat jarang terjadi, termasuk infeksi, scarring pada penghilangan, dan
kekambuhan.Keganasan pada kista epidermal sangat jarang.
6) Patofiologi
Kista epidermal terjadi akibat proliferasi sel epidermal dalam ruang yang
sirkumskrip pada dermis. Pada analisis kista epidermal, struktur dan pola lipidnya
sama seperti pada sel epidermis. Kista epidermis mengekspresikan sitokeratin 1 dan
10. Sumber dari epidermis ini hamper selalu dari infundibulum dari folikel rambut.
Inflamasi dimediasi oleh bagian berkeratin pada kista epidermal.

B. Sisa jaringan embrio


a. Kista Gartner
1) Pengertian
Kista yang terletak di dinding vagina (duktus gartner) yang berisi cairan atau
bahan seemi solid. (SarwonoPrawirohardjo,2007)
2) Penyebab
Kista gartner berkembang di daerah duktus gartner, biasanya di dinding
vagina.Duktus ini aktif saat perkembangan janin namun biasanya menghilang
setelah lahir.Pada beberapa kasus, sebagian duktus ini terisi cairan yang
berkembang menjadi kista.
3) Tanda dan Gejala
Gejalanya pada kista gatner hampir tidak memberikan gejala, biasanya diketahui
secara tidak sengaja oleh penderita.
4) Penatalaksaan
 Pemeriksaan rutin berupa pengawasan rutin terhadap pembesaran kista.
 Eksisi dilakukan jika gejala sangat mengganggu.
5) Komplikasi
Kista duktus Gartner mengembangkan di dinding sisi vagina. duct ini hadir
sementara bayi berkembang di dalam rahim tapi akan paling sering hilang setelah
melahirkan. Jika bagian dari saluran tetap, mereka dapat mengumpulkan cairan
dan berkembang menjadi kista dinding vagina di kemudian hari.
6) Patofisiolgi
Gartner kista duktus terjadi ketika saluran dalam embrio berkembang tidak hilang
karena mereka seharusnya setelah bayi lahir.Ini saluran yang tersisa dapat
membentuk kista vagina di kemudian hari.

b. Kista Saluran Nuck


1) Pengertian
Kista ssaluran nuck berisi cairan jernih dengan dinding selaput peritoneum.
2) Penyebab
Kista saluran nuck berasal dari sisa prosesus vaginalis peritoneum yang terletak
dalam saluran inguinal, kadang-kadang melanjutkan diri sampai pada labia
mayor.
3) Tanda dan Gejala
Kista ini umumnya tanpa atau gejala. Tanda dan gejala dari kista saluran nuck
diantaranya :
a) Adanya benjolan yang terlihat di labia mayora
b) Benjolan terasa nyeri
4) Penatalaksanaan
Tindakan yang bisa dilakukan adalah Ultarasonografi, Tumormarker, USG
transvaginal.
5) Komplikasi
Kista saluran nuck berasal dari sisa prosesus vaginalis peritoneum yang terletak
dalam saluran inguinal. Kista saluran nuck adalah kadang-kadang melanjutkan
diri sampai pada labiya mayora.
C. Kista kelenjer
a. Kista Bhartolini
1) Pengertian
Kista Bartolini merupakan kista yang paling sering ditemukan di daerah vulva
(0,5% dari penderita ginekologi) yang disebabkan oleh oklusi (penyumbatan)
pasca inflamasi dari duktus kelenjar Bartholini, akibat akumulasi mukus dan
sering asimptomatik. (SarwonoPrawirohardjo,2007)
2) Penyebab
Penyebab kista Bartholin adalah infeksi bakteri Escherichia coli (E. coli), infeksi
karena penularan seksual seperti gonorrhea dan chlamydia, penebalan mukus
(cairan yang dihasilkan oleh leher rahim), atau karena pembengkakan di daerah
vagina yang dapat menyumbat kelenjar Bartholin sehingga membentuk kista yang
berisi cairan.

3) Tanda dan Gejala


Gejala Umumnya diawali dengan infeksi akut dari vulva, yang pada kebanyakan
kasus disebabkan oleh bakteri gonokokus. Infeksi pada kelenjar Bartolini
menghasilkan bahan purulen (nanah), dan pembesaran yang terjadi dengan cepat,
disertai rasa nyeri dan terbentuk massa abses (abses Bartholini). Pembengkakan
dapat berkisar antara 1 – 8 cm. Jika berukuran kecil dapat dengan mudah
dipalpasi dengan jari telunjuk di vagina dan ibu jari di perineum.
4) Penatalaksanaan
Terapi Penanganannya dilakukan marsupialisasi, yaitu melakukan irisan
berbentuk elips kurang lebih 2 cm di lateral dari cincin himen dan isi dari kista
dikeluarkan.
5) Komplikasi
Kelenjar Bartholin dapat terinfeksi, dan jika kelenjar Bartholin tersumbat, maka
akan menyebabkan pembentukan kista yang berisi cairan. Kista ini dapat
dicetuskan oleh infeksi, peradangan, atau sumbatan lokal karena lendir
vagina.Apabila diakibatkan oleh infeksi, kista tersebut berubah menjadi abses
(pengumpulan cairan nanah di dalam jaringan).
6) Patofisiologi
Kelenjar bartholini menghasilkan cairan membasahi vagina mulai masa pubertas,
yang selain berfungsi untuk melumasi vagina mulai masa pubertas, yang selain
berfungsi untuk melumasi vagina pada saat berhubungan juga pada kondisi
normal.Adanya peradangan pada kelenjar bartholini yang disebabkan oleh bakteri
Gonococcus.Kista bartholini terjadi karena adanya sumbatan pada salah satu
duktus sehingga mucus yang dihasilkan tidak dapat disekresi.Sumbatan dapat
disebabkan oleh mucus yang mengental, infeksi, trauma atau gangguan
congenital. Jika terjadi infeksi pada kista bartholini maka kista ini berubah
menjadi abses yang ukurannya dapat meningkat setiap hari dan terasa nyeri
(Amiruddin, 2004)

b. Kista Sebasea
1) Pengertian
Kista sebasea merupakan kista yang mengenai kelenjar sebasea di daerah vagina.
2) Penyebab
Kista terbentuk bila terjadi sumbatan pada duktus yang disebabkan oleh debris
ataupun akibat fibrosis.
3) Tanda dan gejala
Gejala Kista sebasea sering ditemukan, umumnya mengenai satu atau kedua
labia, berwarna kekuning-kuningan, khas dan berupa nodul yang tidak disertai
dengan rasa sakit
4) Penatalaksanaan
Eksisi dianjurkan bila kista mengalami infeksi sekunder.
5) Patofisiologi
Kelenjar ini biasanya terletak dekat dibawah permukaan kulit berwarna kuning
keabu-abuan, dengan batas yang jelas dan konsistensi keras, ukuran kecil sering
multiple. Dindingnya berlapis epitel kelenjar dengan isi sebum yang mengandung
kristal kolesterol. Kristal ini sering mengalami infeksi.
c. Hedranenoma
1) Pengertian
Hedranenoma berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal dari
saluran wolfri. Walaupun jarang tetapi dianggap penting karena sering disangka
sebagai adeno carcinoma.
2) Tanda dan gejala
Tanpak sebagai bejolan kecil. Umumnya tidak memberikan gejala, kadang-
kadang ada gatal-gatal. Tempatnya pada bagian dalam labia mayora, tapi bisa
pula pada labia minora atau perineum.
3) Penatalaksanaan
Bisa dengan cara eksisi.

d. Penyakit fox-fordyce
1) Pengertian
Penyakit fox-fordyce disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan
saluran kelenjer keringat sehingga membentuk banyak kristal kecil.
2) Tanda dan gejala
Berbentuk kristal kecil dengan diameter 1-3 mm, multiple, terasa gatal dapat pula
terjadi di ketiak dan gelanggang susu. Dapat mengalami perkembangan apabila
terjadi gangguan emosi antara lain rangsangan seksual.

e. Kista para uretra/skene


1) Pengertian
Kista para uretra/skenemerupakan pelebaran kistik dari kelenjar Skene yang khas
berlokasi dekat dengan orifisium uretradi vestibulura.
2) Penyebab
Kista skene terjadi karena saluran kelenjer ini tertutup oleh injeksi.
3) Tanda dan gejala
Kista ini menonjol pada dinding depan vagina dan sering mengalami infeksi.
4) Komplikasi
Umumnya asimptomatik dan berukuran kecil, bila bear obstruksi saluran kemih
eksisi.
f. Kista Endometriosis
1) Pengertian
Kista endometriosis adalah adanya gangguan pembentukan hormon indung telur.
Darah menstruasi masuk kembali ke saluran telur (tuba falopi) dengan membawa
jaringan endometrium dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut
menetap dan tumbuh di luar rahim.
2) Tanda dan gejala
Biasanya timbul pada daerah kelenjer bartholini atau dapat tumbuh pada vulva.
Gejala yang timbul adalah pada tiap haid akan terasa sakit.
3) Penatalaksanaan
Dapat berupa operatif dan non operatif.

2) Tumor Solid Vulva


A. Tumor Epitel
a. Condiloma acumination
1) Pengertian
Condiloma acumination (Kutil Genitali) merupakan kutil di dalam atau di
sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2) Tanda dan gejala
Terdapat pertumbuhan pada kulit dan selaput lendir yang menyerupai jengger
ayam. Permukaannya sselalu kasar papiler, tonjolannya lebih tinggi dan warnanya
lebih gelap. Gejala yang timbul adalah nyeri.
3) Penatalaksanaan
 Podophyllin 25% dalam tincture benzoin
 Sulfonamide,sistemik dan local
 Operatif
 Albothyl

b. Karunkuna uretra
Karunkula urethra, ada 2 macam:
1) Karunkula urethra neoplasma , terdiri dari polip merah muda dengan tangkai
pada tepi dorsal muara urethtra, mikroskopik sebagai papiloma urethra yang
ditutup oleh epitel transisional yang tersusun sebagai lipatan dengan tipe yang
sering menyerupai pertumbuhan ganas. Tumor ini mempunyai kecendrungan
untuk kambuh lokal. Gangguan yang ditimbulkan antara lain adalah nyeri pada
saat waktu berjalan dan duduk, dispareunia, disuria, perdarahan, dan
pembengkakan.
2) Karunkula urethra granulomatosa, penonjolan ini terdiri dari jaringan
granulomatosa pada muara-muara urethra terutama bagian belakang yang meluas
ke samping juga, dengan demikian lubang muara urethra ini menonjol akan tetapi
tidak mempunyai tangkai, berwarna merah kusam dan tidak menimbukan nyeri
seperti pada karunkula urethra neoplasma.

c. Nevus pigmentosis
1) Pengertian
Nevus pigmentosis adalah tumor jinak yang terdiri dari melanosit, sel-sel
penghasil pigmen yang berkoloni di epidermis.
2) Tanda dan gejala
Navus ini tampak sebagai lesi berwarna kehitam-hitaman pada permukaan vulva
berdiameter 1-2 mm.

B. Tumor Jaringan Mesoderm


a. Fibroma
Berasal dari jaringan disekitar labia mayora, dapat tumbuh besar dengan konsistensi
lunak dan berwarna putih keabu-abuan.
b. Lipoma
Berasal dari jaringan lemak disekitar labia mayora dengan konsistensi lunak, dapat
bertangkai dan mencapai ukuran besar.
c. Leomioma
Berasal dari otot polos legamentum rotundum dekat pada labia mayora terusun
seperti pusaran air/konde.
d. Hemamiom
Berasal dari konginetal biasanya akan menghilang sendiri pada pertumbuhan anak.
Pada wanita pasca menopause biasanya terjadi karena adanya varices yang kecil-
kecil dan dapat menyebabkan perdarahan pasca menopause.
e. Limfamioma
Berasal dari jaringan pembuluk limfe, jarang sekali dijumpai. Mikroskopik tampak
seperti limfangioma namun tidak berwarna.

Baik tumor kistik maupun tumor solid dari vulva umumnya mempunyai kecendrungan
untuk membentuk tangkai (tumor bertangkai). Diagnosis histologik kadang-kadang sangat
diperlukan dalam menentukan prognosis maupun pengobatan defintif, misalnya:
membedakan tumor endometriosis dengan khoriokarsinoma, kondiloma akuminatum yang
ganas (jarang sekali) maupun karena penyakit kelamin dengan segala konsekuensinya. Tumor
vulva ini umumnya hanya diangkat apabila menggangu, tumor kistik vulva yang mengalami
infeksi kadang-kadang memerlukan insisi. Terapi tumor karankula urethra memerlukan lebih
banyak perhatian karena kambuh kembali maupun dapat mempersempit saluran uretra.

Sumber Buku :
Prawirohardjo,Sarwono. 2007. ILMU KANDUNGAN. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Tresnawati, frisca. 2013. ASUHAN KEBIDANAN. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Sastrawinata.Sulaiman. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran. UNPAD.
1981. Bandung: Elstar Obsetri.
B. Asuhan Kebidanan ( Ginekologi ) Dengan Tumor Jinak Jalan Lahir(Vulva)
Asuhan kebidanan ini berlandaskan teori Varney
Diskipsi varney langkah 1 ….

FORMAT PENGKAJIAN
GINEKOLOGI TUMOR JINAK JALAN LAHIR VULVA

RS/PUKESMAS/RB/BPS : Pj. Ruangan :


Tanggal/pukul masuk :
NOMOR RM : Tanggal/pukul pengkajian :

Mahasiswa : sumber informasi tempat pelayanan


NIM : teman orang tua/keluarga
Dosen : nakes : ...... sendiri

A ANAMNESSA (DATA SUBJEKTIF)


1 BIODATA
Nama klien
1. : Nama suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Suku bangsa : Suku bangsa :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :

Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
No.telp/HP :
Hubungan dengan klien :
KELUHAN UTAMA :
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
Kelainan Kongenital Gangguan/Masalah dalam Sistem Reproduksi

1. Kelainan Kongenital
a. Vulva:
Hymen Inferforata Atresia Labia Minora
Hypertrofilibia Minora Duplikasi Vulva
Hipoplasi Vulva Kelainan Perineum
b. Vagina:
Septum Vagina Aplasia/Atresia Vagina
Kista Vagina Uterus dan Tuba Falopi
Ovarium Sistem Genital dan Sistem Traktus Urinarium
Kelainan pada Sistem Reproduksi
Pengaruh Hormon
2. Jenis Penyakit Kandungan Ginekologi
a. Radang Pada Genitalia Eksterna
Bartolinitis Vaginitis Vulvo Vaginitis
b. Radang Pada Genitalia Interna
Cervicitis Endometritis Miometritis
Parametritis Adneksitis Peritonitis Pelves
3. Gangguan dan Masalah dalam System Reproduksi Wanta
a. Gangguan Haid dan Siklus
Hypermenorehoe Hypomenorehoe Polimenorreoe
Oligomenorreoe Amenorreoe Perdarahan Bukan Haid
b. Infertilitas
c. Onkologi
Payudara Fibro Adenoma Kista
Sarcoma Kanker Payudara Sarcoma Payudara
d. Tumor Jalan Lahir
Tumor Jinak:
Vulva Vagina Uterus Tuba Ovarium
Tumor Ganas:
Vulva Vagina Uterus Tuba Ovarium
2 DATA OBJEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK )
Keadaan umum : baik lemah cukup
Tanda-tanda vital : TD............mm/mg N.......x/mnt S.........°C
P.......x/mnt
Pernafasan: normal cepat asma
RR : ........ x/mnt teratur tidak teratur
BB : ………….
TB : ........... cm
Turgor : baik kurang jelek
Kepala : Rambut : bersih kotor
Rontok : ya tidak
Mata : Skelera : ikterus tidak ikterus
Konjungtiva : pucat tidak pucat
Penglihatan : jelas kabur
Pupil : isokor amisokor lain-lain
imiosis midriasis
Muka : hiperpigmentasi pucat tdk.tampak kelainan lain-lain………
Payudara :
- Inspeksi: kemerahan bengkak pembesaran asimetris kulit mengkilat
tipis
- Palpasi: teraba benjolan payudara terasa panas nyeri saat di tekan
- Puting susu : menonjol tidak menonjol
bersih kotor
- Abdomen : Bekas luka operasi : ada tidak
- Ekstremitas : oedema tidak oedema
- Vulva
Benjolan
Labia Mayora Labia Minora
Nyeri Tekan : positif negatif
Labia Mayora Labia Minora
Teraba Masa
Labia Mayora Labia Minora
PEMERIKSAAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Pelvis
Marsupialisasi.
Aspirat Endoservikal
Biopsi Endometrial Dilatasi dan Kuretase
Sinar-X Sitoskopi

Diskipsi varney langkah 2 ….


Diagnosa
Dari penyimpulan data penulis dapat menegakkan diagnosa sesuai dengan teori diagnosa
tumor jinak jalan lahir yaitu adanya keluhan pasien dengan hasil pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang menunjang ke tumor jinak jalan lahir.Pada kasus ini
ditemukan bahwa mempunyai keluhan dan hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan pelvis,
Marsupialisasi, Aspirat endoservical, Biopsi Endometrial, Dilatasi dan Kuretase, Sinar-X,
Sitoskopi.
Kista inklusi epidermis Condiloma acumination
Kista Gartner Karunkuna uretra
Kista Saluran Nuck Nevus pigmentosis

√ Kista Bhartolini Fibroma


Kista Sebasea Lipoma
Hedranenoma Leomioma
Penyakit fox-fordyce Hemamiom
Kista para uretra/skene Limfamioma
Kista Endometriosis

Data Subjektif :
Ibu mengatakan bengkak pada kemaluan disertai nyeri dan dirasakan sejak 2 minggu lalu
disertai rasa gatal.
Data Objektif :
1) Tampak pembengkakan pada Labia Majora dan Labia Minora.
2) Hasil pemeriksaan Dokter : Kista Bartholini.
Diskipsi varney langkah 3 ….
Diagnosa Potensial
Dari penyimpulan data penulis dapat menegakkan diagnosa potensial sesuai dengan teori di
agnosa tumor jinak jalan lahir yaitu adanya keluhan pasien dengan hasil pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan lainyang menunjang ke tumor jinak jalan lahir. Pada kasus ini ditemukan
bahwa mempunyai keluhan dan hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan pelvis, Marsupialisasi,
Transvaginal, Aspirat endoservical, Biopsi Endometrial, Dilatasi dan Kuretase, Sinar-X,
Sitoskopi.
Kista inklusi epidermis Condiloma acumination
Kista Gartner Karunkuna uretra
Kista Saluran Nuck Nevus pigmentosis
Kista Bhartolini Fibroma
Kista Sebasea Lipoma
Hedranenoma Leomioma
Penyakit fox-fordyce Hemamiom
Kista para uretra/skene Limfamioma
Kista Endometriosis Lain-lain ..................

Diskipsi varney langkah 4 ….


Tindakan segera atau kolaborasi
Kolaborasi : Tidak
Ya Bidan Spesialis obstetric dan ginekologi
lain-lain ………………….

Diskipsi varney langkah 5 ….


Perencanaan
Tahap perencanaan tidak ditemukan kesenjangan antara asuhan kebidanan didalam teori dan
praktek.Perencanaan asuhan kebidanan dilakukan sesuai dengan posedur yang sudah
ditentukan, jika ditemukan kesenjangan antara asuhan kebidanan didalam teori dan
praktek.Perencanaan asuhan kebidanan dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric
dan ginekologi untuk marsupialisasi, terapi ekstripasi, dan lainnya.
1. Lakukan Inform consent.
2. Beri informasi tentang fisiologi tindakan yang akan dilakukan.
3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Beritahukan hasil pemeriksaannya.
5. Anjurkan ibu melakukan pemeriksaan lanjut kepada dokter spesialis obstetric dan
ginekologi

Diskipsi varney langkah 6 ….


Pelaksanaan
Tahap pelaksanaanya dilapangan dapat diterapkan serta dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang diterapkan tidak ada kesenjaangan antara teori dan praktek.
1. Inform consent tindakan yang akan dilakukan.
2. Beri informasi tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital.
4. Beri tahu hasil pemeriksaan.
5. Memberitahukan hasil pemeriksaan.
6. Menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan lanjut kepada dokter spesialis obstetric dan
ginekologi

Diskipsi varney langkah 7 ….


Evaluasi
Dari hasil asuhan yang diberikan diharapkan keadaan ibu baik dalam kasus rencana dapat
diberikan atau dilaksanakan sehingga hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Apakah ibu mengerti atas apa yang telah dijelaskan oleh bidan dan mau melaksanakan apa
yang telah dianjurkan oleh bidan : ya tidak
No S O A P
K/U : Ny. dengan 1. Melakukan inform
T/D : mmHg Tumor jinak jalan consent terhadap
tindakan yang akan
N : x/m lahir pada vulva
dilakukan
0
S : C (kista bartholini) 2. Memberitahukan
RR : x/m hasil pemeriksaan
bahwa ibu terdapat
kista bartholini
pada jalan lahir
ibu.
3. Menganjurkan ibu
untuk pemeriksaan
lanjut ke dokter
spesialis obstetric
dan ginekologi.
4. Menganjurkan ibu
untuk
marsupialisasi.
5. Ibu mengerti atas
apa yang telah
dijelaskan oleh
bidan dan mau
melaksanakan apa
yang dianjurkan
oleh bidan.
6. Meminta passien
melaukan
kunjungan ulang.

Anda mungkin juga menyukai