dr. Mochamad Munir, Sp.OG (K) – Kelenjar bartholin adalah kelenjar pada perempuan yang
homolog dengan kelenjar bulbourethral pada laki-laki. Kelenjar mulai berfungsi pada masa
pubertas dan berfungsi memberikan kelembaban untuk vestibulum. Diameter Kelenjar
Bartholini ± 0,5 cm dengan panjang saluran 2 – 2,5 cm. Terletak di samping kiri dan kanan
pada labia minora arah jam 4 (s) dan 8 (d). Normalnya : tidak terpalpasi. Saluran bartholini
bermuara ke kedua sisi liang vagina (vaginal orifice), bawah dari hymen. Fungsi mukus :
menjaga kelembaban mukosa vagina.
Patofisiologi
Penyumbatan pada muara kelenjar Bartholini (akibat infeksi non spesifik atau trauma) à
Peregangan dinding kelenjar Bartholini dan salurannya à Terbentuk kista pada kelenjar
Bartholini à Kolonisasi dan infeksi pada kista à Terbentuk abses.
Bakteri anaerob adalah penyebab tersering, serta Neisseria gonorrhea dan Chlamydia
trachomatis yang merupakan bakteri aerob.
Organisme Aerob
Organisme Anaerob
– Jika abses pecah (rupture), maka ada discharge purulent keluar.
Komplikasi
– Jarang : Radang dan nekrosis pasien pasca insisi drainase
abses.
Tatalaksana
– Apabila kista tanpa gejala (asimptomatik) tidak memerlukan tatalaksana (pengobatan).
– Kecuali terjadi pecah spontan, abses jarang sembuh dengan sendirinya. Pada abses dan
kista yang simptomatik, membutuhkan tatalaksana berupa :
– Inisisi drainase adalah prosedur yang cepat dan mudah, yang akan meredakan gejala
dengan cepat. Namun tingkat kekambuhanya tinggi.
– Pemasangan word catheter adalah penanganan yang umum untuk drainase pada kista dan
abses bartholini. Word catheter adalah sebuah kateter berukuran panjang 1 inch dan diameter
sebesar kateter foley nomor 10. Setelah insisi dilakukan pada kista / abses, word catheter
dimasukan dan balon yang ada di ujung kateter digembungkan dengan 2-3 ml cairan saline
untuk fiksasi. Kateter dibiarkan 4-6 minggu untuk proses epitelialisasi.
– Marsupialisasi adalah insisi yang dilakukan pada kista sepanjang 1.5-3 cm tergantung
ukuran kista. Dilakukan insisi vertikal pada bagian tengah kista, dinding kista dieversikan dan
diarahkan ke ujung dari mukosa vestibular, jahit dengan interrupted suturing. Komplikasi
yang berhubungan dengan prosedur ini adalah dyspareunia, hematoma dan infeksi.
– Pada kasus kekambuhan (rekurensi) tinggi atau pada pasien yang tidak respon dengan
pembuatan jalur drainase dapat dilakukan eksisi.
– Beberapa ahli merekomendasikan eksisi dari glandula bartholini dilakukan untuk
mengeksklusi adenocarcinoma pada pasien yang mengalami kista atau abses bartholini pada
usia diatas 40 tahun.
– Walaupun adenocarcinoma jarang, pada pasien di atas 40 tahun disarankan dirujuk ke
spesialis obstetric gynecology.
Pemberian Antibiotik
– Karena infeksi bersifat polimikrobial, maka pemberian antibiotik spektrum luas
direkomendasikan. Termasuk Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Doxycyline dan Azithromycin.
Namun pemberian antibiotik ini harus diwaspadai pada pasien berisiko seperti hamil dan
immunosupresi.
Pemberian Analgesik
Obat pereda nyeri Paracetamol, Asam Mefenamat dan Ibuprofen dapat dikonsumsi sebagai
pereda rasa sakit. Selalu perhatikan keterangan serta dosis penggunaan saat mengonsumsi
obat-obatan bebas. Kunjungi fasilitas kesehatan terdekat jika benjolan bertambah besar dan
sakit.
Referensi :
– Folashade Omole, Barbara Simmons, Yolanda Hacker. 2013. Management of Bartholin’s
Duct Cyst and Gland Abscess. American Family Physician.
– Tjokorde Istri Nindya Vaniary & Sunarko Martodihardjo. 2017. Studi Retrospektif Kista
dan Abses Bartholini. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.