Anda di halaman 1dari 4

Organizer of Future Is Me!!!

To be your self

Monday, March 17, 2014

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA BARTOLONI

LAPORAN PENDAHULUAN

1.Definisi

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu
tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar
Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan
menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.

Fisiologi

Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina. kelenjar Bartolini mengeluarkan
jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita
orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi
penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian vagina
lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah
sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita.

2.2.Etiologi

Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat. Cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista.
Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri.
Ini termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore serta
bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini
melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa mengakibatkan retensi
cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan
abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar.
Kelenjar Bartolini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah mikroorganisme
aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum. Chlamydia
trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar
tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal
adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.

2.3.Patofisiologi

Tersumbatnya bagian distal dari duktus Bartholin dapat menyebabkan retensi dari sekresi, dengan
akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan
abses bisa berkembang dalam kelenjar. Kelenjar Bartholin sangat sering terinfeksi dan dapat
membentuk kista atau abses pada wanita usia reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali dibedakan
secara klinis.

Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga menyebabkan distensi dari
kelenjar dan tuba yang berisi cairan.Sumbatan ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan
nonspesifik atau trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cms eringkali asimptomatik. Sedangkan
kistayang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses Bartholin
merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Pasien dengan abses
Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif.
Abses kelenjar Bartholin disebakan oleh polymicrobial.

2.4. Gejala klinis

Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa pembengkakan labial tanpa disertai nyeri. Pasien
dengan abses dapat memberikan gejala sebagai berikut:

Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral.

Dispareunia

Nyeri pada waktu berjalan dan duduk

Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge ( sangat mungkin menandakan
adanya ruptur spontan dari abses)

2.5.Penatalaksanaan

Pengobatan kista Bartholin bergantung pada gejala pasien. Suatu kista tanpa gejala mungkin tidak
memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan gejala dan abses kelenjar memerlukan drainase.

a.Tindakan Operatif

Beberapa prosedur yang dapat digunakan:

1) Insisi dan Drainase


Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudahdilakukan serta memberikan
pengobatan langsung pada pasien, namun prosedur iniharus diperhatikan karena ada kecenderungan
kekambuhan kista atau abses.Ada studiyang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur
ini.

2) Kateter

Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an. Merupakan sebuah kateter kecil dengan
balon yang dapat digembungkan dengan saline pada ujung distalnya, biasanya digunakan untuk
mengobati kista dan abses Bartholin. Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter
No.10 French Foley kateter. Balon kecildi ujung Word catheter dapat menampung sekitar 3-4 mL larutan
saline

3) Marsupialisasi

Alternatif pengobatans elain penempatan Wordcatheter adalah marsupialisasi dari kista Bartholin .
Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses akut.

Gambar 8. Marsupialisasi Kista Bartholin (kiri) Suatu incisi vertikal disebut pada bagian tengah kista, lalu
pisahkan mukosa sekiar; (kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi mukosa vestibular
dengan jahitan interrupted

Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua
hemostat kecil. Lalu dibuat incisivertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar
dari hymenal ring.Incisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada besarnya kista.
Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi
dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada dindung
vestibular mukosa dengan jahitan interrupted menggunakan benang absorbable 2 -0.18 Sitz bath
dianjurkan pada hari pertama setelah prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur
marsupialisasi adalah sekitar 5-10 %.

4) Eksisi (Bartholinectomy)

Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak berespon terhadap
drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif.

Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya dilakukan di ruang operasi
dengan menggunakan anestesi umum. Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat
insisi kulit berbentuk linear yangmemanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung medial
labia minora dansekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat melakukan incisikulit
agar tidak mengenai dinding kista.Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista terletak
pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawahkista dan
mengarah ke superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan
sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat dengandinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena
dan vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.

Anda mungkin juga menyukai