Kista Bartholini dan abses kelenjar bartholini adalah penyakit yang sering
terjadi pada wanita usia reproduksi. Kelenjar Bartholini terletak di bilateral
introitus vagina posterior, pada dasar labia minora dan mengalirkan sekret mukus
melalui saluran berukuran 2 - 2,5 cm ke muara kelenjar bartholini di vestibulum
vagina yang kira-kira terletak pada posisi jarum jam 04.00 dan 08.00. (Omole,
2005)
(Omole, 2005)
Manifestasi klinis
Jika kista tetap kecil dan tidak mengalami infeksi, penderita dapat
asimptomatik. Meskipun banyak penderita asimptomatik, kista kelenjar bartholini
dapat dikaitkan dengan ketidaknyamanan yang signifikan disertai gangguan
fungsi seksual dan kegiatan sehari-hari. Berjalan, duduk, atau hubungan seksual
(dispareunia) dapat menyebabkan nyeri di bagian vulva. Dapat terdapat keputihan
(discharge) berupa nanah (menandakan rupturnya kista yang mengalami abses).
(Omole, 2005)
Pemeriksaan fisik
Kista biasanya muncul sebagai massa medial yang menonjol di introitus
posterior di daerah di mana saluran mengalir ke ductus kelenjar bartholini di
vestibulum vagina. Biasanya teraba indurasi dan eritem di sekitar kelenjar
bartholini. Jika kista terinfeksi, abses dapat terbentuk pada kista (Gambar 2.1).
(Omole, 2005)
Jika kista atau abses kelenjar bartholini terlalu dalam, maka pemasangan
Word kateter tidak praktis, dan harus dilakukan pilihan lainnya. Marsupialisasi
adalah sebuah alternatif untuk kista kelenjar bartholini. (Gambar 2.4). Insisi
vertikal dibuat di vestibulum di atas bagian tengah kista dan luar cincin hymen,
dengan panjang sekitar 1,5 - 3 cm, tergantung pada ukuran kista. Setelah kista
secara vertikal tersayat, cairan dari rongga kista secara spontan akan mengalir.
Rongga kista juga dialiri dengan larutan garam. Dinding kista kemudian dibalik
keluar dan disatukan dengan dijahit ke bagian tepi mukosa vestibular. Sitz bath
kemudiandilakukan setiap hari dimulai dari hari pertama pasca operasi. (Omole,
2005)
Sekitar 5 - 15 persen dari kista bartholini kambuh setelah marsupialisasi.
Komplikasi dapat terjadi berhubungan dengan prosedur termasuk dispareunia,
hematoma, dan infeksi. (Omole, 2005)
Gambar 2.4 Marsupialisasi. (Omole, 2005)
2) Ciprofloxacin (Cipro)
4) Azitromisin (Zithromax)
Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dari pengobatan kista dan abses kelenjar
bartholini adalah kekambuhan. Dilaporkan necrotizing fasciitis setelah abses
drainase namun jarang terjadi. Luka yang tidak menyembuh dapat juga terjadi.
Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati. Dapat meninggalkan
kosmetik jaringan parut. (Quinn, 2014)
Omole F, et al. 2005. Management of Bartholins Duct Cyst and Gland Abscess
Morehouse School of Medicine, Atlanta, Georgia. American Family
Physician
Quinn, A. 2014. Bartholin Gland Disease. (online)
http://emedicine.medscape.com/article/777112-overview. Diakses 4 Juni
2015.