Penyakit pada Kelenjar Bartholin adalah kelainan yang terjadi pada kelenjar
Bartholin (kelenjar vestibular major) yaitu kelenjar ganda yang terletak di bawah dan di
kiri dan kanan dari pembukaan vagina pada wanita. Kelenjar ini menghasilkan lendir atau
mucus sebagai pelumas ketika senggama, terutama ketika peningkatan hasrat seksual,
yang kemudian akan mendukung kegiatan seksual.(Omole, Simmons, & Hacker, 2003)
Definisi Kista Kelenjar Bartholini : Kista adalah kantung yang berisi cairan
atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam
tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat.
Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami
infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan
timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista.
Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi (Omole et al., 2003)
et al., 2003)
Patologi: Adanya peradangan pada kelenjar bartholini yang disebabkan oleh
bakteri Gonococcus, kamidia dan escheria colli. Kista bartholini terjadi karena
adanya sumbatan pada salah satu duktus sehingga mucus yang dihasilkan tidak
dapat disekresi sehingga muncul suatu pembengkakan. Sumbatan dapat
disebabkan oleh mucus yang mengental, infeksi, trauma atau gangguan
congenital. Tekanan didalam kista meningkat menyebabkan dinding kelenjar
atau kista mengalami perenggangan dan peradangan yang dapat membuat
pembuluh darah pada dinding kista terjepit sehingga bagian yang lebih dalam
tidak dapat mendapat nutrisi, maka terjadi suatu nekrosis jaringan (ketidak
efektifan perfusi jaringan). Jika terjadi infeksi pada kista bartholini maka kista ini
berubah
et al., 2003)
Tindakan, Pengobatan Dan Terapi :
1. Antibiotik
Jika kista terinfeksi maupun hasil tes menunjukkan penyakit menular seksual,
maka dokter akan memberikan antibiotic untuk mematikan bakteri penyebab
infeksi. Namun, jika abses di keringkan dengan benar, maka antibiotic tidak
diperlukan.(Omole et al., 2003)
2. Prosedur Pemasangan Kateter
Dokter dapat memasang kateter untuk mengeluarkan abses. Pada prosedur ini,
sayatan kecil dibuat untuk memasukkan kateter berupa pipa dengan ujung balon
tiup ke dalam kista. Setelah nanah atau cairan dikeluarkan, air garam mengisi
balon dan membuatnya mengembang sehingga memenuhi kista. Hal ini bertujuan
Thoduka, 2009)
Etiologi : Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea,
dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat
sekresi dan dilatasi kistik. Kalenjar bartolin membesar. Merah, nyeri dan
lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam berupa nanah dapat keluar
melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi), mengumpul
didalam menjadi abses.Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar
Jika
tak
ada
infeksi,
tak
akan
menimbulkan
(Hornstein, 1960)
Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang menyebabkan adanya discharge,
3.
(Mashburn, 2006)
Pengaruh hormonal, penurunan kadar estogen pada wanita post menopause atau
post partum dinilai dapat menyebabkan vaginitis khususnya atrofi vaginitis.
(Mashburn, 2006)
Patologi : vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein,
organism.
Hasil
dari
perubahan
pH
yang
terjadi
Gibson, 2011a)
Vaginitis causa bakteri biasanya diberikan metronidazole atau clindamycin
( tablet vagina ) atau metronidazole tablet. Jika penyebabnya gonokokus biasanya
diberikan suntikan seftriakson dan tablet doksisiklin. Untuk infeksi klamidia
dapat diberikan Doxycylin atau azitromicin ( tablet ). Untuk infeksi trikomonas
DAFTAR PUSTAKA
Dennerstein, G. (2001). The treatment of Candida vaginitis and vulvitis. Australian
Prescriber, 24(3), 6264.
Hainer, B. L., & Gibson, M. V. (2011a). Vaginitis: Diagnosis and treatment. American
Family Physician, 83(7), 807815. https://doi.org/10.2165/00003495-19720405000004
Hainer, B. L., & Gibson, M. V. (2011b). Vaginitis. American Family Physician, 83(7),
80715.
Hornstein, O. (1960). [Vulvitis chronica plasmacellularis]. Hautarzt, 11, 165171.
Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/13715925
Mashburn, J. (2006). Etiology, diagnosis, and management of vaginitis. Journal of
Midwifery & Womens Health, 51(6), 423430.
https://doi.org/10.1016/j.jmwh.2006.07.005
Omole, F., Simmons, B. J., & Hacker, Y. (2003). Management of Bartholins duct cyst
and gland abscess. American Family Physician, 68(1), 135140.
https://doi.org/10.1016/j.ejogrb.2015.04.008
Parvathi, S., Imara, A., & Thoduka, T. (2009). Bartholinitis caused by <i>
Streptococcus pneumoniae</i>: Case report and review of literature. Indian
Journal of Pathology and Microbiology, 52(2), 265. https://doi.org/10.4103/03774929.48941