Oleh :
Pembimbing :
Dr. Yunus Mahatma, Sp.PD
HALAMAN JUDUL
CASE REPORT
NY.S 71 TAHUN DATANG DENGAN KELUHAN LEMAS
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing :
Dr. Yunus Mahatma, Sp.PD (..............................)
Dipresentasikan dihadapan :
Dr. Yunus Mahatma, Sp.PD (..............................)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Manggis 63
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2019
Tanggal pemeriksaan : 27 Mei 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan lemas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemas yang terus menerus sejak 3 hari
yang lalu, post jatuh dari tempat tidur. Tungkai kanan nyeri bila
digerakkan. Mual (+), muntah (+),demam (-), BAK (+), BAB (+) warna
hitam sejak 3 hari yang lalu 1x/hari.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
Riwayat Diabetes mellitus : diakui
Riwayat Hipertensi : diakui
Riwayat Maag : diakui
Riwayat Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
Riwayat Diabetes mellitus : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat konsumsi jamu : disangkal
Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
Riwayat konsumsi obat bebas : disangkal
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 106 x/menit, reguler
RR : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36,80C
SpO2 : 99%
C. Status Generalis
1. Kepala : Normocephal, bibir sianosis (-)
2. Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks pupil
+/+ (3mm/3mm)
3. Leher : Leher simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-),
peningkatan jugular vein pressure (-)
4. Thoraks
a) Pulmo :
- Inspeksi : Bentuk dada normal (+) normal, retraksi (-) normal
- Palpasi : ketinggalan gerak (-/-) normal, fremitus (+/+) normal
- Perkusi : sonor +/+
+/+
+/+
- Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, rhonki -/-
+/+ -/-
+/+ -/-
Wheezing -/-
-/-
-/-
b) Cor
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba (+) normal, kuat angkat (+)
- Perkusi : redup pada jantung (+) normal, batas jantung tidak
membesar (+)
- Auskultasi : Suara Jantung I-II reguler (+), murmur (-), gallop
(-)
5. Abdomen
- Inspeksi : Jejas (-), distensi (-), massa (-)
- Auskultasi : BU (+) normal, hipertimpani (-)
- Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
- Perkusi : Timpani - - normal, pekak hepar (+)
- -
6. Genetalia
- Tidak diperiksa
7. Ekstremitas
- Ekstremitas superior : akral hangat (+/+) normal, edema (-/+),
a. Radialis (+) teraba
- Ekstremitas inferior : akral hangat (+/+) normal, edema (-/-)
normal, a. Dorsalis pedis (+) teraba, ulkus (+/+)
3
D. Status Neurologi
1. Kesadaran : Kualitatif : somnolen
Kuantitatif : E4V2M6
B. Kimia klinik
24 Mei 2019
Trigliserida 324 <200
BUN 137,9 10 – 25
SGPT 13 1-40
C. Urinalisis
Urinalisis Hasil
Epitel 4-6
Proteinurin +
Krist Negatif
Cyl Negatif
D. CCT
LFG : (140-Umur) x BB x 0,85 =
72 x 2,24
(140-71) x 60 x 0,85 =
72 x 2,24
(69) x 60 x 0,85 = 21,8 (CKD stage IV)
72 x 2,24
5
E. EKG
Sinus Ritmik
VI. PROGNOSIS
1. Disease : dubia ad malam
4. Pielonefritis 10iu
-riw: Post jatuh 5. Close fraktur -Inj Kalsitonin
1 minggu yang 1/3 proksimal 2x1
lalu femur ec PO
Osteoporosis -Asam folat
tab 2x1
Pem fisik : -Kalsitonin tab
TD : 150/90 2x1
mmHg -Braxidin tab
Nadi 2x1
106x/menit -Cobay caps
T : 36,8 oC 1x300mg
- Lab : Koreksi
Hb = 9,4 g/dl Hiperkalemia
Hct = 28,2 -Inj Aktrapid
Leukosit = 10 iu
17,02 -D40% 1 fl
Kimia klinik -Ca gluconas 1
- BUN : 137,9 amp
- Serum
Creatinin :
2,24
- TG : 324
- As Urat : 11,2
- GDP : 231
- G2JPP : 245
- Natrium : 131
- Kalium : 6,5
Urinalisis
-Eritrosit : Tak
terhitung
-Leukosit : Tak
terhitung
-Epitel : 4-6
-Proteinurin : +
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Nefropati diabetik (ND) atau Penyakit Ginjal Diabetik Menahun
(CKD) adalah kerusakan ginjal atau menurunnya eGFR yang kurang dari 60
ml/min/1,73m3 yang berlangsung 3 bulan atau lebih.
B. EPIDEMIOLOGI
Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dapat hadir dengan albuminuria
pada saat diabetes terdeteksi, nefropati diabetik yang berkembang pada
diabetes tipe 1 terjadi pada 15 hingga 20 tahun kemudian. Perbedaan ini
terutama karena onset diabetes tipe 2 yang tepat sulit dibedakan. Perubahan
struktural dan fungsional terjadi pada ginjal karena diabetes dan
mengakibatkan proteinuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal secara
progresif, yang merupakan ciri khas diabetik nefropati. Kelompok ras tertentu
seperti orang Afrika-Amerika, penduduk asli Amerika, dan orang Meksiko-
Amerika beresiko tinggi terkena nefropati diabetik. Penelitian telah mencatat
pengelompokan keluarga, mengisyaratkan bahwa genetika berperan dalam
risiko pengembangan nefropati.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti DM nefropati belum diketahui, namun beberapa teori
yang telah dikemukakan menyebutkan hiperglikemia (menyebabkan
hiperfiltrasi dan lesi ginjal), produk glikosilasi, dan aktivasi sitokin.
Terjadinya interaksi faktor – faktor metabolik dan hemodinamik disebabkan
oleh penyakit DM.
D. FAKTOR RISIKO
Banyak penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa etnis, riwayat
keluarga, diabetes gestasional, tekanan darah tinggi, dislipidemia, obesitas,
dan resistensi insulin adalah faktor risiko utama nefropati diabetik. Faktor
risiko diduga lainnya termasuk peningkatan kadar hemoglobin glikosilasi
(HbA1c), peningkatan tekanan sistolik, proteinuria dan merokok.
E. PATOFISIOLOGI
Patogenesis diabetes nefropati adalah multifaktorial, beberapa gen,
protein, dan faktor lingkungan cenderung berkontribusi terhadap timbulnya
penyakit. Beberapa penyebab metabolik, hemodinamik, dan intraseluler telah
berperan dalam patogenesis diabetes nefropati. Risiko yang didapat juga
berpartisipasi dalam pengembangan hiperfiltrasi ginjal. Sebagai inisiator
utama diabetes nefropati, kadar glukosa tinggi dikaitkan dengan peningkatan
sintesis sitokin dan faktor pertumbuhan dan dengan pengalihan metabolisme
glukosa menjadi setidaknya tiga jalur metabolisme, poliol, protein kinase C
dan jalur heksosamin, seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
14
F. DIAGNOSIS
Diagnosis nefropati diabetik dimulai dari didapatkan kadar albumin ≥
30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu
3-6 bulan, tanpa penyebab albuminuria lainnya. Bila jumlah protein/albumin
didalam urin masih sangat rendah sehingga sulit dideteksi dengan metode
pemeriksaan urin yang biasa, akan tetapi sudah > 30 mg/24 jam ataupun >20
mikrogram/menit, disebut juga sebagai mikroalbuminuria. Derajat
albuminuria/proteinuria juga ditentukan dengan rasionya terhadap kreatinin
urin yang diambil sewaktu yang dikenal dengan albumin/kreatinin tario
(ACR). Tingginya eksresi albumin/protein dalam urin selanjutnya akan
menjadi petunjuk tingkatan kerusakan ginjal seperti terlihat dalam tabel
15
G. METODE PEMERIKSAAN
1. Rasio albumin/kreatinin dengan urin sewaktu
2. Kadar albumin dallam urin 24 jam
3. Micral test untuk mikroalbuminuria
4. Disptik/reagen tablet untuk makroalbuminuria
5. Urin dalam waktu tertentu (4 jam atau urin semalam) (PERKENI,
2011).
H. KLASIFIKASI
laju penurunan
fungsi ginjal
Sebagian besar kasus proteinuria yang timbul pada pasien diabetes adalah
diabetik nefropati. Tetapi harus tetap disadari bahwa ada kasus-kasus tertentu
yang memerlukan evaluasi lebih lanjut, terutama jika ada gambaran klinis dan
hasil pemeriksaan laboratorium yang mengarah kepada penyakit-penyakit
glomerulus nondiabetik (hematuria makroskopik, cast sel darah merah dll),
atau kalau timbul azotermia bermakna dengan proteinuria derajat sangat
rendah, tidak ditemukannya retinopati (terutama DM tipe I), atau pada kasus
proteinuria yang timbul mendadak serta tidak melalui tahapan perkembangan
nefropati. Pada kasus-kasus seperti ini, dianjurkan pemeriksaan melalui
biopsi ginjal (Hendromartono, 2009) .
Singkirkan ISK
Sedimen urin: Cast Eritrosit, leukosit
Hitung Proteinuria kualitatif
USG Ginjal
Jika diduga glomerulonefritis, serologi ANCA, antibodi DNA, C3,C4
2. Terapi
Pada prinsipnya, pendekatan utama tatalaksana nefropati diabetik adalah
melalui :
- Pengendalian gula darah
Pengendalian yang baik dapat mencegah komplikasi kronik. Diperlukan
pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes
terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang
diharapkan sera kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan.
Dengan demikian pula status dizi dan tekanan darah. Kriteria keberhasilan
pengendalian DM dapat dilihat pada tabel (Perkeni, 2011).
Keterangan diatas adalah hasil pemeriksaan plasma vena. Perlu konversi nilai
kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh ke plasma vena.
Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali
kadar gula darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dL, dan
sesudah makan 145-180 mg/dL). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah
dan lain-lain, mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini
19
dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia lanjut dan juga untuk
mencegah kemungkinan timbulnya efek samping hipoglikemia dan interaksi
obat (PERKENI, 2011 ; Hendromartono, 2009)
- Pengendalian tekanan darah
Indikasi pengobatan tekanan darah bila Tekanan Darah (TD) sistolik > 130
mmHg dan/atau TD diastolik > 80 mmHg. Sasaran tekanan darah < 130/80
mmHg namun pada nefropati diabetik dimana terjadi proteinuria ≥ 1 gram /
24 jam yaitu < 123/75 mmHg. Pengelolaan tekanan darah meliputi
menurunkan berat badan menjadi berat badan ideal, meningkatkan aktivitas
fisik, menghentikan merokok, alkohol serta mengurangi konsumsi garam.
beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat memberikan terapi
farmakologis adalah :
Pengaruh OAH terhadap profil lipid
Pengaruh OAH terhadap metabolisme glukosa
Pengaruh OAH terhadap resistensi insulin
Pengaruh OAH terhadap hipoglikemia terselubung
OAH yang dapat digunakan pada DM adalah :
Penghambat ACE (ACEi)
Penyekat receptor angiotensin II (ARB)
Penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah
Diuretik dosis rendah
Penghambat reseptor alfa
Antagonis kalsium (CA)
Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau
tekanan diastoli antara 80-89 diharuskan melakukan perubahan gaya hidup
sampai 3 bulan. Bila ggal mencapai target dapat ditambahkan terap
farmakologis
Pasien dengan tekanan darah sistolok >140 mmHg atau tekanan diastolik >90
mHg, dapat diberikan terapi farmakologis langsung.
Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan
monoterapi.
Catatan :
20
Pada Nefropati diabetik obat yang digunakan adalah ARB dan ACEi
ACEi, ARB, CA golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki
mikroalbuminuria
ACEi dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular
Diuretik HCR dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti memperburuk
toleransi glukosa.
Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah dicapai
Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapa dicoba menurunkan
dosis secara bertahap
Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap. (PERKENI, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, AW., Syam, AF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Ed IV. Jakarta: Interna Publishing.