“GINEKOMASTIA”
Oleh :
Pembimbing :
dr. Abdul Hakam Mubarok, Sp.B
Pembimbing :
dr. Abdul Hakam Mubarok, Sp.B (..............................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Abdul Hakam Mubarok, Sp.B (..............................)
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
STATUS PASIEN...................................................................................................1
I. IDENTITAS PASIEN....................................................................................1
II. ANAMNESIS...............................................................................................1
III. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................1
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................3
V. ASSESMENT / DIAGNOSIS KERJA..........................................................3
VI. PROGNOSIS.................................................................................................3
VII. POMR (PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD)...........................3
VIII. FOLLOW UP..............................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
A. DEFINISI.......................................................................................................5
B. ANATOMI.....................................................................................................5
C. EPIDEMIOLOGI...........................................................................................5
D. ETIOLOGI.....................................................................................................6
E. KLASIFIKASI...............................................................................................8
F. PATOFISIOLOGI..........................................................................................8
G. DIAGNOSIS................................................................................................12
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................13
I. PENATALAKSANAAN.............................................................................13
J. PROGNOSIS...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
iii
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. R
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tladan
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 18 Juni 2019
Tanggal pemeriksaan : 19 Juni 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Benjolan di payudara kanan.
Suhu : 36,70C
C. Status Generalis
1. Kepala : Normocephal, bibir sianosis (-)
2. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil
+/+ (3mm/3mm)
3. Leher : Leher simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-),
peningkatan jugular vein pressure (-)
4. Thoraks
a) Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dada normal (+) normal, retraksi (-) normal
Palpasi : ketinggalan gerak (-/-) normal, fremitus (+/+) normal
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru kanan kiri (+) normal
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+) normal, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
b) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat (+)
Palpasi : ictus cordis teraba (+) normal, kuat angkat (+) normal
Perkusi : redup pada jantung (+) normal, batas jantung tidak
membesar (+)
Auskultasi : Suara Jantung I-II reguler (+), murmur (-), bising
jantung (-)
5. Abdomen
Inspeksi : Jejas (-), distensi (-), massa (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal,
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen (+) normal, hepar
pekak (+) normal, undulasi (-), pekak beralih (-)
6. Ekstremitas
Akral hangat
CRT < 2 detik
D. STATUS LOKALIS
1. Inspeksi : Benjolan pada payudara kurang lebih 5 cm x 5 cm.
2. Palpasi : Konsistensi kenyal padat dan mudah digerakkan,
nyeri tekan (+)
3
VI. PROGNOSIS
1. Disease : dubia ad bonam
2. Disability : dubia ad bonam
3. Discomfort : dubia ad bonam
4. Dissatisfaction : dubia ad bonam
5. Death : dubia ad bonam
Pemeriksaan tranexamat
fisik: PCT
- Benjolan pada Vit B
payudara
kanan,
konsistensi
padat dan
mudah
digerakkan
VIII. FOLLOW UP
Tanggal SOAP
18 juni S: benjolan pada payudara kanan
2019 O:
- CM
- BP: 110/70 mmHg
- HR: 80x/menit
- RR: 18/menit
- T: 36.3
A:
- Ginekomastia dextra
P:
- Pro operasi
19 juni S: nyeri pada luka operasi
2019 - KU: lemah
- BP: 110/80 mmHg
- HR: 80x/menit
- RR: 18/menit
- T: 36.7 C
A:
- Ginekomastia dextra
P:
- Paracetamol
- Asam tranexamat
- Vit. B kompleks
20 juni S: nyeri berkurang
2019 O:
- CM
- BP: 120/80 mmHg
- HR: 80x/menit
- RR: 20/menit
- T: 36 C
A:
- Ginekomastia dextra
P:
5
- Paracetamol
- Asam tranexamat
- Vit. B kompleks
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ginekomastia merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
gyvec yang berarti perempuan dan mastos yang berarti payudara, yang
dapat diartikan sebagai payudara seperti perempuan. Ginekomastia
berhubungan dengan beberapa kondisi yang menyebabkan pembesaran
abnormal dari jaringan payudara pada pria. Ginekomastia merupakan
pembesaran jinak payudara laki-laki yang diakibatkan proliferasi komponen
kelenjar.
B. ANATOMI
Pada pria dan wanita payudara adalah sama sampai masa pubertas,
sampai estrogen dan hormon-hormon lainnya mempengaruhi perkembangan
payudara pada wanita dan pria. Payudara terdiri dari jaringan kelenjar fibrosa,
dan lemak. Jaringan-jaringan ini terpisah dari otot-otot dinding dada, otot
pektoralis dan seratus anterior oleh jaringan ikat. Sedikit di bawah pusat
payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen
dikelilingi oleh areola. putting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan
beberapa lubang kecil-kecil, apertura duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel
montgomery adalah kelenjar lemak pada permukaan areola. Jaringan kelenjar
membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di sekitar puting dan dipisahkan
oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan
ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit
yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase atau
lobus menuju ke dalam sinus laktiferosa, yang kemudian bermuara ke puting.
Di banyak tempat jaringan ikat akan memadat membentuk pita fibrosa yang
tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia
subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum cooper, merupakan
ligamentum suspensorium dari payudara.
C. EPIDEMIOLOGI
7
Tipe terakhir adalah obat yang tidak diketahui mekanismenya seperti captopril,
antidepresan trisiklik, diazepam dan heroin.
E. KLASIFIKASI
F. PATOFISIOLOGI
Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin pria dan wanita secra
histologi sama saat lahir dan cenderung untuk pasif selama masa anak-
anak sampai pada saat puberitas. Pada kebanyakan pria, proliferasi
sementara duktus dan jaringan mesenkim sekitar terjadi saat masa
pematangan seksual, yang kemudian diikuti involusi dan atrofi duktus.
Sebaliknya, duktus payudara dan jaringan periduktal pada wanita terus
membesar dan membentuk terminal acini, yang memerlukan estrogen dan
progesteron.
10
testosterone. Efek yang sama terlihat pada stimulasi LH pada sel interstisial
testis yang terjadi pada hipogonadisme primer, gonadotropin korionik
yang dihasilkan oleh tumor germ-sel testikuler dan ekstragonad dan pada
beberapa neoplasma nontropoblastik, seperti tumor paru-paru, abdomen,
hati, atau ginjal. Level gonadotropin serum yang tinggi menstimulasi
aktivitas aromatase sel interstisial dan peningkatan sekresi estradiol yang
kemudian menginhibisi aktivitas enzim sitokrom P-450c 17. Level
testosterone serum juga dapat turun sebagai akibat peningkatan aromatase
testosterone ke estradiol pada beberapa kondisi berhubungan dengan
ginekomastia atau peningkatan klirens dari sirkulasi melalui aktivitas
reduktase cincin reduktase-A testosterone hepatic sebagai akibat konsumsi
alcohol. Karena androgen terikat erat dengan globulin pengikatan hormon
seks, maka kondisi-kondisi yang meningkatkan level dari protein ini dapat
mengakibatkan konsentrasi androgen bebas rendah, terutama jika kondisi
tersebut juga menurunkan produksi androgen.
3. Masalah reseptor androgen
Defek pada struktur dan fungsi dari reseptor androgen, yang ada pada
pasien dengan sindrom insensitivitas androgen komplit atau parsial, atau
pelepasan androgen dari reseptor androgen payudara oleh obat seperti
spironolakton, cyproterone asetat, flutamide, atau cimetidine
mengakibatkan efek yang tidak diinginkan pada jaringan payudara.
4. Hipersensitivitas pada jaringan payudara
Ginekomastia terjadi jika jaringan payudara pada pria memiliki
sensitivitas yang meningkat pada estrogen. Meskipun, peningkatan
aktivitas aromatase ditemukan pada pasien ginekomastia. Aromatase
androgen ke estrogen dalam jaringan payudara merupakan penyebab dari
ginekomastia idiopatik. Ginekomastia yang terjadi pada neonatus biasanya
diikuti pada masa pubertas yang mendukung bahwa jaringan glanduler
payudara lebih sensitif terhadap stimulasi estrogen pada beberapa pria
dibandingkan pria lainnya.
Hormon utama pada laki-laki adalah testosteron, yang dihasilkan testis.
Pada wanita hormon utama adalah estrogen, yang dikeluarkan oleh
13
G. DIAGNOSIS
Langkah pertama dalam evaluasi klinik adalah menetapkan bahwa
benjolan ini adalah ginekomastia. Keadaan yang paling sulit dibedakan
dengan ginekomastia adalah pembesaran jaringan lemak subareolar
payudara tanpa proliferasi kelenjar (psuedoginekomastia).
Pasien dengan pseudoginekomastia memiliki badan obesitas
menyeluruh dan tidak mengeluhkan nyeri. Dan sebagai tambahan dapat
dilakukan pemeriksaan payudara. Pemeriksaan yang baik dengan
meletakkan tangan pasien dibelakang kepala sambil pasien baring.
Pemeriksa meletakkan ibu jari pada sisi yang satu dan jari kedua diletakkan
pada sisi lain lalu memeriksa dengan seksama. Pada pasien ginekomastia
akan didapatkan benjolan yang kenyal dan berbatas tegas dan berada di
tengah dan puting susu serta mudah dipalpasi. Sedangkan pada
pseudoginekomastia tidak ada hambatan saat kedua jari dipertemukan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mammografi atau FNA sangat membantu dalam membedakan kanker atau
ginekomastia, meskipun biopsy bedah harus dilakukan jika kedua prosedur
sebelumnya tidak menunjukkan adanya proses keganasan. Pada pasien dengan
kemungkinan neoplasma testikular dapat dilakukan USG testis. Pada
pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan kadar serum
hormon-hormon tertentu untuk dapat menentukan etiologi, seperti
pemeriksaan gonadotropin korionik serum (hCG), testosterone, estradiol
dan LH.
I. PENATALAKSANAAN
Penanganan ginekomastia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Secara
umum tidak ada pengobatan bagi ginekomastia fisiologis. Tujuan utama
pengobatan adalah untuk mengurangi kesakitan dan menghindari komplikasi.
Penanganan ginekomastia meliputi tiga hal yaitu observasi, medikamentosa dan
operasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi
obat-obatan yang bisa menyebabkan ginekomastia. Penggunaan obat-obatan
tersebut dihentikan dan pasien dievaluasi setelah 1 bulan. Jika ginekomastia
terjadi akibat obat-obatan, maka penghentian konsumsi obat-obatan tersebut
akan menyebabkan berkurangnya rasa sakit pada payudara. Penggantian obat
yang menyebabkan ginekomastia dengan obat lainnya dapat dilakukan.
15
tumor yang menyerang penghasil estrogen atau hCG. Ada 2 jenis operasi
yang dapat dilakaukan yaitu Surgical resection (subcutaneous
mastectomy) dan Liposuctio-assisted mastectomy.
Surgical Resection (Subkutaneus Mastektomi)
Ada beberapa jenis irisan pada eksisi payudara laki-laki. Jenis
irisan yang sering dilakukan adalah dengan insisi intra-areolar atau
Webster incision. Insisi Webster dibuat sepanjang lingkaran
areola bagian bawah dan dengan panjang irisan yang bervariasi
tergantung dari areola pasien. Insisi lain yang digunakan adalah insisi
tranversal yang melewati papilla mamae. Insisi ini memiliki bukaan
yang terbatas. Triple-V incision memiliki bukaan yang paling besar
namun jarang digunakan saat sekarang. Sebelum operasi, dokter bedah
harus menetukan garis insisi dan memperkirakan kedalaman jaringan
lemak dan jaringan payudara yang akan dikeluarkan. Selain itu ada
teknik Letterman dan juga teknik yang digunakan jika ginekomastia
bersifat masif.
a b c
d e f
Liposuctio-assisted mastectomy
17
J. PROGNOSIS
Prognosis dari ginekomastia baik untuk semua etiologi. Suatu
studi menunjukkan 90% pasien ginekomastia fisiologis membaik dalam
2 tahun. pasien ginekomastia akibat keadaan patologik dapat membaik
dengan terapi obat dan pembedahan.
18
DAFTAR PUSTAKA