Disusun oleh :
Muhammad Fahmi Syah Putra
NPM : 1102015145
Pembimbing:
1
DAFTAR TABEL
Tabel 10. Mual dan Muntah akibat Medikasi dan Gangguan Metabolisme 17
Tabel 11. Mual dan Muntah akibat dari Dalam Peritoneal ........................ 17
Tabel 12. Ciri Khas yang Terdapat dan Tidak Terdapat pada Pasien ........ 21
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn, Serun
Usia : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Babelan Kab. Bekasi
Tanggal Masuk RS : 10 April 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis menggunakan teknik auto dan alloanamnesis pada tanggal 11
April 2019 di Bangsal Anggrek RSUD Kabupaten Bekasi.
A. Anamnesis
Keluhan utama : Mual dan muntah sejak 6 hari yang lalu SMRS
Keluhan tambahan : BAK sedikit sejak 5 hari SMRS, serta lemas
sejak 6 hari SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 10
April 2019 pukul 11.55 WIB dengan keluhan mual dan muntah sejak
6 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS). Pasien muntah
setiap hari dengan satu hari nya dapat 2-3 kali. Keluhan tersebut juga
muncul pada saat setelah makan maupun pada saat makan, muntah
pasien berupa air dengan tidak ada ampas maupun darah.
Pasien juga mengeluh BAK sedikit sejak 5 hari SMRS. BAK tidak
disertai dengan rasa panas, berpasir. BAK terakhir pada pukul 11.55
WIB terisi 60 cc dan sudah diganti kantung tadi pagi sekitar pukul
07.00 WIB. Keluhan demam, nyeri kepala, nyeri dada, sesak nafas,
dan nyeri abdomen disangkal. Keluhan batuk, nyeri sendi dan otot,
nyeri perut, riwayat penyakit diabetes mellitus, riwayat penyakit
4
jantung, riwayat penyakit hipertensi,dan riwayat penyakit hepar
disangkal oleh pasien. Pasien memngunkap bahwa pasien suka
meminum obat warung NSAIDS berupa neo rheumacyl untuk
mengatasi pegal-pegal sejak 6 bulan yang lalu.
5
4. Telinga
Tidak ditemukan kelainan dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga
5. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung.
Tidak ditemukan kelainan pada hidung dan tidak ada sekret
yang keluar dari lubang hidung.
6. Mulut
Bibir tidak sianosis
Lidah tidak kotor
7. Leher
Trakea tidak deviasi, medial
Jugular Vein Pressure (JVP) normal (R-2)
Tidak terdapat adanya pembesaran kelenjar getah bening
8. Thorax
a. Paru
Inspeksi : Normochest, Dada simetris normal kiri
kanan pada gerakan statis dan dinamis.
Retraksi intercostal (-)
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris normal
pada kedua lapang paru. Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba pada 2 cm
medial linea midklavikularis sinistra ICS
5, kuat angkat, tidak ada vibrasi.
6
Perkusi :
o Batas jantung kanan : Linea sternalis sinistra ICS 5.
o Batas jantung kiri: Pada 2 cm lateral dari linea
midclavicularis sinistra ICS 5.
o Batas pingang jantung : Linea parasternalis sinistra
ICS 3
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur sistolik
(-), murmur distolik (-), gallop (-)
c. Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar, sikatrik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), hepar
dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani pada lapang abdomen, shifting
dullnes (-)
d. Ekstremitas
Akral hangat, capillary refilll time (CRT) < 2 detik, tidak ada
edema
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan :
7
Leukosit 10.1 5.0 -10.0 ribu / µL H
Hitung Jenis
Basofil 1 0.0-1.0%
Eosinofil 17 1.0-6.0% H
Neutrofil 49 50-70% L
Limfosit 21 20-40%
Monosit 12 2-9% H
LED 104 <10 mm/jam H
KIMIA KLINIK
Paket Elektrolit
Natrium 134 135 -145 mmol/L L
Kalium 3.9 3.5 – 5.5 mmol/L
Klorida 100 96 -106 mmol/L
Ureum Kreatinin
Ureum 71 13 – 43 mg/dL H
Kreatinin 2.0 0.67-1.17 mg/dL H
eGFR 34.7 >60mL/Min/1.73 L
m^2
V. RESUME
Seorang Laki – laki berusia 62 tahun datang dengan keluhan mual dan muntah
sejak 6 hari SMRS. Keluhan disertai lemas sejak 6 hari SMRS. Muntah berupa air
sebanyak 2 – 3 kali sehari. nyeri kepala (-),nyeri dada (-), nyeri abdomen (-), riwayat
HT (-), riwayat DM (-), riwayat hepatitis (-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 85/56 mmHg, tidak terdapat
nyeri tekan abdomen, sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (+), hepatomegaly (-
).Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan penurunan Hematokrit (37%), peningkatan Leukosit (10.100 / µL),
peningkatan Eosinofil (17%), penurunan Neutrofil (49%), peningkatan Monosit
(12%), peningkatan LED (104 mm/jam), dan penurunan Natrium ( 134 mmol/L).
8
VI. DAFTAR PERMASALAHAN
Hipotensi
Leukositosis
Eosinofilia
Neutropenia
Monositosis
Hiponatremia
VII. DIAGNOSIS KLINIS
Acute Kidney Injury (AKI)
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Chronic Kidney Desease (CKD)
IX. PERENCANAAN
1. Rencana Diagnostik
Pemeriksaan Ureum dan Creatinin
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
USG Abdomen
2. Rencana Terapi
Tirah Baring
IVFD RL 500 ml / 8 jam
Inj. Ondansenron 3x 4 mg IV
Inj. Ranitidine 2 x 50 mg IV
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
9
Follow up
Tabel 2. Follow Up Pasien
10
Tabel 3. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 April 2019
11
Glukosa Darah Sewaktu-1, 147 80 – 170 mg/dL
Waktu Pemeriksaan jam
18.00
12
pH 5.0 4.6 – 8.0
Berat Jenis 1.040 1.001 – 1.035 H
Glukosa (urin) ( - ) Negatif ( - ) Negatif
Protein Urin ( - ) Negatif Negatif
Urobilinogen 0.2 < 1.0
Darah Samar (Urin) ( - ) Negatif ( - ) Negatif
Bilirubin ( - ) Negatif ( - ) Negatif
Nitrit ( - ) Negatif ( - ) Negatif
Keton ( - ) Negatif ( - ) Negatif
Leukosit Esterase ( - ) Negatif ( - ) Negatif
Sedimen
Eritrosit 0-1 <5
Leukosit 0-1 <5
Sel Epitel Positif 1 1+
Kristal Negatif
Silinder Negatif
Bakteria ( - ) Negatif ( - ) Negatif
Lain-lain Negatif
Seri DHF
Hemoglobin 10.2 g/dL 13.0-18.0 L
Hematokrit 29% % L
Trombosit 187 10^3/ µL
Leukosit 7.9 10^3/ µL
KIMIA KLINIK
13
Glukosa Sewaktu Stik 97 80 – 170 mg/dL
Paket Elektrolit
Natrium 135 135-145 mmol/L
Kalium 3.0 3.5 – 4.5 mmol/L L
Klorida ( Cl) 101 96 – 106 mmol/L
Ureum Kreatinin
Ureum 12 mg/dL L
Kreatinin 1.1 0.67 – 1.17
eGFR 71.6 mg/dL
> 60
mL/Min/1.73 m^2
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
15
Mual dan muntah disebabkan oleh kondisi di dalam ( intraperitonial) dan
di luar (extraperitonia ) serta oleh obat-obatan dan racun yang bereda
(medications/metabolic disorders).
Gambar 2. Penyebab Mual dan Muntah.2
16
dan Bacillus cereus biasanya
menyebabkan muntah, terutama pada
anak-anak. Infeksi oportunistik
seperti sitomegalovirus atau virus
herpes simpleks menginduksi
emesis pada individu yang
immunocompromised
Penyakit Inflamatori Riwayat sirosis dan hipertensi portal
Fungsi Sensori Motor yang berubah Riwayat muntah berulang
Kolik Bilier Kolik bilier menyebabkan mual
melalui aksi pada saraf aferen
visceral.
Iradiasi Perut Perut iradiasi merusak fungsi motorik
usus dan menyebabkan striktur.
17
melaporkan mual signifikan yang
mungkin terkait dengan lambung
tertundaendapan.
Postoperative vomiting Emesis pasca operasi terjadi setelah
25% dari operasi, paling umum
operasi laparotomi dan ortopedi,
danlebih banyak terjadi pada wanita.
18
antisipatif sering merespons lebih
baik,
Endokrin/ Penyakit Metabolik Beberapa gangguan metabolisme
menimbulkan mual dan muntah.
Kehamilan adalah penyebab mual
endokrinologis yang paling umum,
yang mempengaruhi 70% wanita
pada trimester pertama. Hiperemesis
gravidarum adalah bentuk parah mual
kehamilan yang dapat menghasilkan
signifikan kehilangan cairan dan
gangguan elektrolit. Uremia,
ketoasidosis, dan insufisiensi adrenal,
serta penyakit paratiroid dan tiroid,
adalah penyebab metabolisme emesis
lainnya.
Toxin Racun yang bersirkulasi
membangkitkan emesis melalui efek
pada area postrema. Racun endogen
dihasilkan pada gagal hati fulminan,
sedangkan enterotoksin eksogen dapat
dihasilkan oleh infeksi bakteri enterik.
Keracunan etanol adalah etiologi
toksik yang umum dan mual
muntah.
19
gastroparesis menyebabkan muntah dalam satu jam setelah makan, sedangkan
emesis pada obstruksi usus terjadi kemudian setelah makan.2 Dalam kasus
gastroparesis yang parah, muntah dapat mengandung sisa makanan yang dicerna
beberapa jam atau beberapa hari sebelumnya.2 Hematemesis atau muntah darah
menimbulkan kecurigaan adanya maag, keganasan, atau Mallory-Weiss sobek,
sedangkan muntah keruh dicatat dengan obstruksi pada usus bagian distal atau
kolon.2
Emesis makanan yang tidak tercerna biasanya konsisten dengan
divertikulum atau akalasia Zenker.2 Nyeri perut tambahan dengan emesis menjadi
ciri obstruksi usus, sedangkan muntah tidak berpengaruh pada nyeri pankreatitis
atau kolesistitis.2 Penurunan berat badan dapat menimbulkan kekhawatiran pada
keganasan. Penyebab dari intracranial dapat dianggap jika ada sakit kepala atau
perubahan bidang visual.2 Vertigo atau tinitus mengindikasikan penyakit labirin.2
Hipotensi ortostatik dan turgor kulit berkurang menunjukkan kehilangan
cairan intravaskular.2 Kelainan paru meningkat memperhatikan aspirasi muntah.2
Auskultasi perut mungkin mengungkapkan bunyi usus yang tidak ada dengan
ileus.2 Bising bernada tinggi menunjukkan obstruksi usus, sementara bila
ditemukan percikan succussion pada gerakan lateral tiba-tiba biasanya ditemukan
pada gastroparesis atau obstruksi pilorus. Kelembutan atau penjagaan yang tidak
disengaja menimbulkan kecurigaan peradangan, sedangkan darah tinja
menunjukkan cedera mukosa akibat ulkus, iskemia, atau tumor.2 Penyakit
neurologis muncul dengan papilledema, hilangnya lapang pandang, atau saraf focus
kelainan. Neoplasma disarankan oleh palpasi massa atau adenopati.2
Pada pasien tidak ditemukan kelainan atau ciri khas pada etiologi gejala
vomitus ekstraperitonial dan intraperitonial dikarenakan sudah ditegakkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik yang tidak ditemukan nyeri pada perut, nyeri tekan
pada perut, nyeri dada, tidak ditemukan kelainan hepatomegali, splenomegali, hasil
EKG normal/sinus. Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit jantung,
hipertensi, riwayat cedera di bagian tubuh area manapun, dan penyakit diabetes
mellitus. Pasien juga tidak memiliki alergi terhadap obat.
20
Sehingga pada kasus ini, pasien ini dapat dijelaskan sebagai berikut,
Tabel 12. Ciri Khas yang Terdapat dan Tidak Terdapat pada Pasien
Medikasi dan gangguan
Intraperitonial ekstraperitonial metabolik
21
Namun, pada pemeriksaan lab ditemukan adanya pelonjakan ureum sehingga
pasien dapat dikategorikan mual muntah akibat gangguan metabolik yang
disebabkan karena adanya uremia. Uremia pada pasien disebabkan karena pasien
mengalami gangguan pada ginjal dengan sifat akut atau yang bisa disebut dengan
AKI (Acute Kidney Injury).
2. Mengapa pasien bisa didiagnosis AKI?
Cedera ginjal akut (AKI), yang sebelumnya dikenal sebagai gagal ginjal
akut, ditandai dengan gangguan fungsi ginjal yang tiba-tiba mengakibatkan retensi
nitrogen dan produk limbah lainnya biasanya dibersihkan oleh ginjal.2 AKI bukan
penyakit tunggal tetapi, alih-alih, sebutan untuk kelompok kondisi yang heterogen
itu berbagi fitur diagnostik umum: khususnya, peningkatan konsentrasi urea
nitrogen darah (BUN) dan / atau peningkatan kadar konsentrasi plasma atau
kreatinin serum (SCr), serta sering dikaitkan dengan pengurangan volume urin.2
Gagal ginjal akut (GGA) atau cedera ginjal akut (AKI), didefinisikan
sebagai terukur peningkatan konsentrasi kreatinin serum (Cr) [biasanya relatif
peningkatan 50% atau peningkatan absolut sebesar 44-88 μmol / L (0,5-1,0 mg /
2
dL)], terjadi pada ~ 5-7% dari pasien yang dirawat di rumah sakit. kofaktor
penting dalam AKI termasuk hipovolemia dan obat-obatan yang mengganggu
perfusi ginjal dan / atau filtrasi glomerulus [nonsteroid obat antiinflamasi (NSAID),
enzim pengonversi angiotensin (ACE) inhibitor, dan penghambat reseptor
angiotensin].5
22
Gambar 3. Pembagian AKI Berdasarkan Etiologi.2
23
Gambar 5. Pembagian AKI menurut Etiologi dan Pemeriksaan
Laboratorium.2
24
Azotemia prerenal (dari "azo," yang berarti nitrogen, dan "-emia") adalah
bentuk paling umum dari AKI. Sebutan untuk kenaikan Konsentrasi SCr atau BUN
karena aliran plasma ginjal yang tidak adekuat dan tekanan hidrostatik
intraglomerular untuk mendukung glomerulus penyaringan normal.2 Kondisi klinis
paling umum yang terkait dengan azotemia prerenal adalah hipovolemia,
penurunan curah jantung, dan obat-obatan yang mengganggu respons autoregulasi
ginjal seperti sebagai obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan inhibitor
angiotensin II. Menurut definisi, azotemia prerenal tidak melibatkan kerusakan
parenkim pada ginjal dan cepat sekali reversibel hemodinamik intraglomerular
dipulihkan.2
Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat pengobatan dengan obat neo-
rheumacyl dengan kandungan didalamnya terdapat ibuprofen yang dimana
merupakan salah satu jenis dari obat NSAID ( Nonsteroidal Anti-Inflammatory
Drugs ). NSAID menghambat produksi prostaglandin ginjal, membatasi ginjal
vasodilatasi aferen. Penghambat ACE dan reseptor angiotensin blocker (ARB)
membatasi vasokonstriksi eferen ginjal karena vasokonstriksi eferen ginjal
diperlukan untuk mempertahankan GFR karena perfusi ginjal rendah. Kombinasi
penggunaan agen antiinflamasi nonsteroid dengan inhibitor ACE atau ARB
memiliki risiko sangat tinggi untuk mengembangkan azotemia prerenal.2
25
Pada tingkat keparahan AKI, maka dapat digunakan klasifikasi RIFLE,
penggunaan klasifikasi tersebut dapat menilai tingkat keparahan.
Pasien pada kasus ini bisa dibilang memiliki tingkat keparahan AKI dengan
derajat Risk dikarenakan pasien sudah memenuhi kriteria dengan pemeriksaan lab
pada kreatinin meningkat sebanyak 2.0 mg/dL, ureum sebanyak 71 mg/dL, dan urin
output sebanyak 60 cc/ 6 jam.
26
Gambar 8. Algoritme Tatalaksana AKI.4
27
Menurut algoritma Clinical Decisions in Urology edisi ke-3, pasien
terdiagnosis AKI dengan klasifikasi Risk berdasarkan kriteria RIFLE dan kriteria
berdasarkan Buku Penyakit Dalam Harrison dan Ilmu Penyakit Dalam edisi 6.
Pasien dapat diberikan terapi pemberian cairan kristaloid serta pemberian terapi
simptomatik.
28
DAFTAR PUSTAKA
29