Anda di halaman 1dari 11

MUHAMMAD FAHMI SYAH PUTRA

1102015145
FKB

1. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Pengertian PJB
Kelainan kongenital merupakan wujud semasa atau sebelum kelahiran atau semasa
dalam kandungan dan termasuk di dalamnya ialah kelainan jantung.Penyakit jantung bawaan
(PJB) atau penyakit jantung kongenital merupakan abnormalitas dari struktur dan fungsi
sirkulasi jantung pada semasakelahiran.Malformasi kardiovaskuler kongenital tersebut berasal
dari kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

Penyakit jantung kongenital di Indonesia ikut bertanggung jawab terhadap besarnya


mortalitas dan morbiditas pada anak khususnya balita, di samping penyakit lain, misalnya
penyakit infeksi. Penyakit jantung bawaan sekitar 1% dari keseluruhan bayi lahir hidup dan
merupakan penyebab utama akibat kecacatan sewaktu kelahiran.

Sebagian besar pengidap PJB tersebut meninggal dunia ketika masih bayi kecuali
masalahini dapat dideteksi lebih awal sehingga penanganan baik terhadap penyakit utama
maupun penyakit penyerta dapat lebih optimal.

Klasifikasi PJB

Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar


berdasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan melalui pemeriksaan
fisik.Klasifikasi penyakit jantung bawaan menjadi PJB sianotik dan PJB asianotik tersebut sering
dikenal dengan klasifikasi klinis.Tapi bagi kelainan jantung kongenital yang lebih komplek
bentuknya, klasifikasi segmental mungkin lebih tepat –suatu pendekatan diagnosis berdasarkan
anatomi dan morfologi bagian-bagian jantung secara rinci dan runut.

Penyakit jantung bawaan asianotik atau non sianotik umumnya memiliki kelainan yang
lebih sederhana dan tunggal sedangkan tipe sianotik biasanya memiliki kelainan struktur
jantung yang lebih kompleks dan bervariasi.Baik keduanya hampir 90% memerlukan intervensi
bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Sepuluh persen lainnya adalah kelainan seperti
kebocoran sekat bilik jantung yang masih mungkin untuk menutup sendiri seiring dengan
pertambahan usia anak.

Epidemiologi PJB

Angka kelahiran di Indonesia menurut profil kependudukan danpembangunan BKKBN tahun


2013 adalah 4.242.300 jiwa,dengan insidensi PJB sebesar 8−10% kelahiran hidup maka jumlah
penderita PJB Indonesia tahun 2013 diperkirakan sekitar 339.384 hingga 424.230 kasus. Angka
kelahiran di Jawa Barat pada tahun 2013 menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah
sebesar 850.000 kelahiran tiap tahun, sehingga diperkirakan terdapat 68.000 hingga 85.000
kasus PJB tiap tahunnya di Jawa Barat. Dengan perkiraan prevalensi PJB kritis sebesar 25%
dari seluruh PJB maka dapat diperkirakan pevalensi PJB kritis di Indonesia adalah sebesar
84.846 hingga 106.057 kasus pada tahun 2013, sementara di Jawa Barat sekitar
17.000−21.250 kasus tiap tahunnya.

2. PENYAKIT JANTUNG REMATIK

PENYAKIT JANTUNG REMATIK


● Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic
Heart Disease (RHD) adalah salah satu bentuk penyakit yang paling serius dari penyakit
jantung masa kanak-kanak dan remaja.
● Demam reumatik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat terjadi setelah
infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A. Penyakit jantung rematik adalah
komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi setelah serangan demam rematik.
Faktor resiko :
▪ Usia (90 % 5-15 tahun)
▪ Genetik (antigen HLA)
▪ Tingkat sosial ekonomi
▪ Lain-lain (geografis, iklim, status gizi)
Epidemiologi
Demam reumatik merupakan penyakit akibat kemiskinan dan kepadatan penduduk. Insiden
demam reumatik mencapai 50 kasus tiap 100.000 anak di negara-negara berkembang
Prevalensi demam reumatik atau penyakit jantung reumatik yang diperoleh dan penelitian WHO
mulai tahun 1984 di 16 negara sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, Timur Jauh, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 per 1.000 anak sekolah, dengan
prevalensi rata-rata sebesar 2,2 per 1.000. Prevalensi pada anak-anak sekolah di beberapa
negara Asia pada tahun 1980-an berkisar 1 sampai 10 per 1.000.
Dari suatu penelitian yang dilakukan di India Selatan diperoleh prevalensi sebesar 4,9 per 1.000
anak sekolah, sementara angka yang didapatkan di Thailand sebesar 1,2 sampai 2,1 per 1.000
anak seko1ah. Sedangkan di Indonesia sendiri belum diketahui prevalensi secara pasti.
Namun, berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi
penyakit jantung reumatik berkisar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah
Pada tahun 1994 diperkirakan 12 juta pasien demam rematik dan penyakit jantung rematik
diseluruh dunia dengan 3 juta diantaranya harus dirawat berulang kali dan dalam 5-10 tahun
Mortalitas pada tahun 2000 sebanyak 332.000.
3. INFARK MIOKARD

INFARK MIOKARD
DEFINISI
Infark miokard akut adalah kondisi yang dihubungkan dengan iskemia atau nekrosis pada sel
miokardium yang terjadi akibat oklusi arteri koroner. Infark miokard akut merupakan salah satu
dari spektrum klinis sindrom koroner akut (SKA). Infark miokard merupakan perkembangan
cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Boyle & Jaffe, 2009; Karo-karo et al., 2012).
Pasien IMA terutama ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI) memiliki angka
kematian yang tinggi, khususnya dalam 2 jam pertama setelah onset serangan, sehingga
diperlukan marker untuk diagnosis dini dan marker prognostik yang cepat dan tepat untuk
mempercepat penanganan dan mencegah 2 kematian. Payah jantung merupakan salah satu
komplikasi tersering pada IMA. Angka kejadian payah jantung setelah IMA sekitar 51-71%,
terutama pada pasien yang berumur lanjut (Dzankovic & Pojskic, 2007; Mozaffarian et al.,
2015).
EPIDEMIOLOGI
Sebanyak 478.000 pasien di Indonesia terdiagnosis penyakit jantung koroner menurut
Departemen Kesehatan pada tahun 2013. Prevalensi infark miokard akut dengan ST-elevasi
saat ini meningkat dari 25% ke 40% (Depkes, 2013).
Prevalensi penyakit jantung koroner berdasar jenis kelaminnya, yang didiagnosis dokter atau
gejala lebih tinggi pada perempuan yaitu 0,5% dan 1,5%. Sedangkan 2 pada laki-laki adalah
0,4% dan 1,3%. Prevalensi infark miokard akut tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur (4,4%),
diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), sedangkan di Jawa Tengah mencapai 0,5 % berdasar
wawancara terdiagnosis dokter dan 1,4% diagnosis dokter atau gejala (Riskesdas, 2013).

4. PENYAKIT JANTUNG KORONER

Penyakit jantung koroner ( PJK ) merupakan problema kesehatan utama di negara maju. Di
Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian Penyakit Jantung dan pembuluh darah dari urutan
ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab kematian tetap
menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Penyakit Jantung
Koroner Penelitian epidemiologis akhirnya mendapatkan hubungan yang jelas antara kematian
dengan pengaruh keadaan sosial, kebiasaan merokok, pola diet, exercise, dsb yang dapat
dibuktikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya PJK antara lain: umur, kelamin
ras, geografis, keadaan sosial, perubahan masa, kolesterol, hipertensi, merokok, diabetes,
obesitas, exercise, diet, perilaku dan kebiasaan lainnya, stress serta keturunan .

A. Faktor utama
1. Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya PJK. Penelitian diberbagai
tempat di Indonesia (1978) prevalensi Hipertensi untuk Indonesia berkisar 6-15%, sedang di
Negara maju mis : Amerika 15-20%. Lebih kurang 60% penderita Hipertensi tidak terdeteksi,
20% dapat diketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik.
2. Hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena termasuk faktor resiko
utama PJK di samping Hipertensi dan merokok. Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh
susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet).
3. Merokok.
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko utama PJK disamping
hipertensi dan hiperkolesterolami.

B. FAKTOR RESIKO LAINNYA.


1. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar
kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya
umur
2. Jenis kelamin.
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1
dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3X lebih besar dari
perempuan.
3. Geografis.
Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling
rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat padta orang jepang
yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia .
4. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun
bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi.Di Amerika serikat
perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk Negro)
didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.
6. Obesitas.
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada lakilaki dan > 21 % pada
perempuan
5. HIPERTENSI

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18
tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi
hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7%
menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi
yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi.
Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat
sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.
Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan
bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini
penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita
hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya
melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara
absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa. Secara absolut jumlah penderita
hipertensi di 5 provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan Hasil Riskesdas
2013 adalah sebagai berikut:
Contoh perhitungan: Bangka Belitung: 30,9%x 1.380.762jiwa =426.655 jiwa Secara absolut
jumlah penderita hipertensi di 5 provinsi yang terendah berdasarkan hasil Riskesdas 2013
adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun
tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
6. PENYAKIT GAGAL JANTUNG

Estimasi Penderita Penyakit Gagal JantungUmur ≥15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013

Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013
sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter/ gejala sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang.

Berdasarkan
dokter, estimasi
penderita penyakit
jantung terbanyak terdapat di Provinsi


Jawa Timur sebanyak 54.826
sedangkan
Utara
penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 144
orang (0,02%).

Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung


terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang (0,3%), sedangkan jumlah
penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung, yaitu sebanyak 945 orang
(0,1%).
7. ANGINA PEKTORIS

Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan
sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila
aktifitas berhenti.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah nama untuk sekelompok gangguan jantung dan
pembuluh darah, dan mencakup penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit kardiovaskular adalah
penyebab kematian nomor satu secara global: lebih banyak orang meninggal setiap tahun karena
penyakit kardiovaskular daripada penyebab lainnya. PJK merupakan salah satu bentuk utama
penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung
dan pembuluh darah).Menurut WHO (1990) kematian karena PJPD adalah 12 juta/ tahun,
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.
Penyakit jantung koroner adalah jenis yang paling umum dari penyakit jantung, menewaskan
lebih dari 385.000 orang setiap tahunnya.
Di Indonesia, penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantungkoroner.
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK)mencapai
26%.Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN),dalam 10 tahun
terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan.Jumlah kasusPenyakit Jantung
Koroner di Sumatera Barat sendiri sudah mencapai 26%.

8. ENDOKARDITIS
Endokarditis adalah penyakit demam berat yang merusak struktur jantung dengan
cepat, menyebar secara hematogen keluar jantung, dan jika tidak ditangani, menyebabkan
kematian dalam beberapa minggu.
EPIDEMIELOGI
Di negara-negara maju, insidensi endokarditis berkisar antara 2,6-7 kasus per 100.000
populasi per tahun dan relatif menetap selama beberapa dekade terakhir. Insidensi endokarditis
meningkat pada lansia di negara-negara maju, 30-35% kasus endokarditis katup asli
disebabkan perawatan kesehatan, dan 16-30% dari semua kasus endokarditis melibatkan katup
prostetik.
9. FIBRILASI ATRIUM

Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan aktivasi atrium yang tidak
terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium. Pada elektrokardiogram (EKG),
ciri dari FA adalah tiadanya konsistensi gelombang P, yang digantikan oleh gelombang getar
(fibrilasi) yang bervariasi amplitudo, bentuk dan durasinya. Pada fungsi NAV yang normal, FA
biasanya disusul oleh respons ventrikel yang juga ireguler, dan seringkali cepat.
Prevalensi FA mencapai 1-2% dan akan terus meningkat dalam 50 tahun mendatang.
Framingham Heart Study yang merupakan suatu studi kohor pada tahun 1948 dengan melibatkan
5209 subjek penelitian sehat (tidak menderita penyakit kardiovaskular) menunjukkan bahwa
dalam periode 20 tahun, angka kejadian FA adalah 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada
perempuan. Sementara itu data dari studi observasional (MONICA-multinational MONItoring of
trend and determinant in CArdiovascular disease) pada populasi urban di Jakarta menemukan
angka kejadian FA sebesar 0,2% dengan rasio laki-laki dan perempuan 3:2. Selain itu, karena
terjadi peningkatan signifikan persentase populasi usia lanjut di Indonesia yaitu 7,74% (pada
tahun 2000-2005) menjadi 28,68% (estimasi WHO tahun 2045-2050), maka angka kejadian FA
juga akan meningkat secara signifikan. Hal ini juga tercermin pada data di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang menunjukkan bahwa persentase kejadian FA pada
pasien rawat selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 7,1% pada tahun 2010, meningkat menjadi
9,0% (2011), 9,3% (2012) dan 9,8% (2013).
10. STROKE

Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal
dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi. 4,11 Kelompok umur
lebih dari 40 tahun merupakan faktor risiko tinggi terjadinya stroke.

Faktor Resiko

 Dapat dirubah
1.Hipertensi
2.Diabetes Melitus
3.Dislipidemia
4.Kurang aktivitas fisik
7.Diet tidak sehat
6.Stres

 Tidak dapat dirubah

1. Riwayat Keluarga
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Obesitas

Epidemiologi

Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis nakes serta yang didiagnosis
nakes atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75
tahun (43,1‰ 94dan 67,0‰). Prevalensi stroke yang terdiagnosis nakes maupun berdasarkan
diagnosis atau gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan. Prevalensi stroke cenderung
lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang didiagnosis nakes (16,5‰)
maupun diagnosis nakes atau gejala (32,8‰). Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di desa,
baik berdasarkan diagnosis nakes (8,2‰) maupun berdasarkan diagnosis nakes atau gejala
(12,7‰). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang didiagnosis
nakes (11,4‰) maupun yang didiagnosis nakes atau gejala (18‰). Prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis atau gejala lebih tinggi pada kuintil indeks kepemilikan terbawah dan
menengah bawah masing masing 13,1 dan 12,6 per mil.

Sumber: http://www.inaheart.org/upload/file/FA_Final_Launch.pdf (Pedoman Tatalaksana


Fibrilasi Atrium PERKI 2014)
Sumber : http://samples.jbpub.com/9781449653286/Chapter2.pdf (Diakses pada 09
agustus 2017, pukul 21:45)
Smith,Tom.2007.Hati-Hati dengan Nyeri Dada(Angina). Jakarta : Archan.
Gray,Huon H,dkk.2005.Lecture Notes Kardiologi.Jakarta: Erlangga.
Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.

https://www.researchgate.net/publication/42321442_Penyakit_Jantung_Koroner_Dan_Hyperten
si\\
http://repository.unpad.ac.id/21696/1/Mengenal-Penyakit-Jantung-Bawaan-Kritis.pdf
http://eprints.undip.ac.id/44121/3/RATYA_G2A009109_Bab2KTI.pdf

Anda mungkin juga menyukai