KISTA TIROID
Yuni Hasmita, S.Ked* dr. Husny E Taufik, Sp. Rad**
INFARK SEREBRI
Yuni Hasmita S.Ked* dr. Husny E Taufik, Sp. Rad**
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Kista Tiroid.
Selama pembuatan dan penulisan laporan, penulis banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, bimbingan, data dan informasi.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Husny
E Taufik, Sp.Rad sebagai dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu
selama di Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Radiologi.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran agar lebih baik ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga
laporan kasus ini bermanfaat dan dapat menambah informasi dan pengetahuan
kita.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
.. i
Halaman
Pengesahan
.. ii
Kata
Pengantar
. ii
Daftar
Isi
iv
BAB I STATUS PASIEN.. 1
1.1. Identitas Pasien ..... 1
1.2. Anamnesis............. 1
1.3. Pemeriksaan Fisik.......... 2
1.4. Pemeriksaan Penunjang ... 5
1.5. Diagnosis Kerja.......................... 7
1.6. Diagnosis Banding...... 7
1.7 Penatalaksanaan..... 7
BAB II PENDAHULUAN ................................................................................. 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 9
3.1 Embriologi dan Anatomi Kelenjar Tiroid.........................
. 9
3.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid........................... 9
3.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid........................... 9
3.2 Kista Tiroid............................ 11
3.2.1 Definisi................. 11
3.2.2 Patogenesis........................... 12
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang........................... 12
3.2.3.1 Karakteristik Patologis dan Biokimia ....................................... 12
3.2.3.2 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) .......................................... 14
3.2.3.3 Skintigrafi........................... 18
3.2.4 Tatalaksana......................... 18
3.2.5 Diagnosis Banding.......................... 20
BAB IV KESIMPULAN... ....... ........ 22
DAFTAR PUSTAKA ........ 23
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 ANAMNESIS :
Keluhan Utama
Terdapat benjolan di leher kanan
Pemeriksaan Kepala
Kepala : Normochepal, luka dan jejas (-), simetris, oedem (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor
Leher : Terdapat benjolan di leher kanan, dengan palpasi teraba massa
fluktuatif, berbatas tegas, permukaan rata, tidak nyeri tekan, dan benjolan ini
bergerak waktu pasien menelan, ukuran 3,5 x 3 cm, pembesaran KGB (-)
Gambar 1.1 Benjolan di leher kanan OS, ukuran 3,5 x 3 cm
Pemeriksaan Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS 5 linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Paru simetris, retraksi dinding dada (-), penggunaan otot
bantu napas (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki (- / -), wheezing (- / -)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, distensi (-), hepar dan lien tidak teraba
Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, oedem (-)
Status Psikiatri
Cara berpikir : Baik
Perasaan hati : Koherensia
Ingatan : Tidak terganggu
Kecerdasan : Sesuai
Status Neurologi
N I (olfaktorius) : Normal/normal
NII (optikus) : OD C-1 dan OS S-3,5
NIII (occulomotorius) : Pergerakan bulbus : baik/baik
Strabismus (-)
Nistagmus (-)
Pupil isokor : 3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
NIV (throclearis) : Pergerakan mata baik, melihat kembar (-)
NV (trigeminus) : Membuka mulut : normal
Mengunyah : normal
Menggigit : normal
Refleks kornea : normal/normal
Sensibilitas muka : normal/normal
NVI (abdusen) - lateral : Normal/normal
Sikap bulbus normal
NVII (fasialis) : Mengerutkan dahi : normal/normal
Menutup mata : normal/normal
Memperlihatkan gigi : normal/normal
Bersiul : normal/tertinggal
NVIII (vestibulo- : Detik arloji : normal/normal
cochlearis) Suara berbisik, tes rinne, tes weber tidak diperiksa
NIX (glosofaringeus) : Normal
NX (vagus) : Arcus faring simetris
Berbicara, menelan, nadi : normal/normal
NXI (aksesorius) : Mengangkat bahu : normal/normal
Memalingkan kepala : normal/normal
NXII (hipoglossus) : Tremor lidah (-)
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
21 Januari 2014
Darah rutin
Parameter Hasil Satuan Harga Normal
Kimia Darah
Parameter Hasil Satuan Harga Normal
Faal Hati
Faal Ginjal
1.7 PENATALAKSANAAN
Anjuran pemeriksaan darah untuk melihat T3, T4, dan TSH
Anjuran pemeriksaan aspirasi jarum halus untuk menentukan nodul
tersebut jinak atau ganas
Tindakan bedah bila kista berukuran lebih dari 3 cm
BAB II
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin yang
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan tubuh
agar optimal, merangsang konsumsi oksigen pada sel tubuh, mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat, serta mengatur pertumbuhan normal. Fungsi
tiroid diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus
anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar tiroid secara embriologi tumbuh dari
invaginasi dasar faring yaitu pada minggu keempat kehamilan, bermigrasi ke
kaudal dan bergabung dengan sebagian kantong faring keempat, serta menetap di
daerah leher.1
Kista tiroid adalah kelainan yang relatif sering ditemukan pada tiroid. Kista
tiroid merupakan nodul yang berisi cairan, dan merupakan diferensiasi dari sel
sisa parenkim tiroid. Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, biopsi aspirasi jarum halus, dan
ultrasonografi (USG) sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko
tinggi untuk menemukan keganasan tiroid.1 Pada pemeriksaan fisik (palpasi) 4-
8% kista tiroid dapat ditemukan, dan 40% dengan menggunakan ultrasonografi,
serta 50% kasus kista tiroid ditemukan pada pemeriksaan patologi autopsi.2
Sebuah studi prospektif mengemukakan bahwa kista tiroid lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan rasio perbandingan antara wanita dan laki-laki
yaitu 1:10.3
Terapi bedah dapat dilakukan bila ukuran kista tiroid besar, dengan risiko
tindakan operatif ini adalah trauma pada nervus laringeus superior dan nervus
laringeus rekuren. Komplikasi yang paling ditakutkan dalam melakukan tindakan
bedah pada kista tiroid yaitu kelumpuhan pita suara sampai obstruksi jalan nafas
atas.1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Embriologi dan Anatomi Kelenjar Tiroid
3.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid
Pada masa embrional minggu keempat, kelenjar tiroid mulai terbentuk dari
penebalan entodermal (diverticulum tiroid) pada dasar primitif faring, dan
terhubung dengan foramen sekum oleh duktus triglosus. Kemudian, pada masa
embrional minggu ketujuh, kelenjar tiroid sudah turun dan posisi terakhirnya
berada di ventral trakea, setingkat vertebra servikal C5, C6 dan C7 serta vertebra
torakal T1, sedangkan duktus triglosus rudimenter kadang masih tersisa, yang
kemudian bisa kita jumpai sebagai lobus piramidalis, yang terletak di isthmus
menuju hioid (50%). Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada
minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin, dan pada minggu ini folikel tiroid
pertama mulai terisi koloid.4
Adapun sistem venanya terdiri atas vena tiroidea superior, yang berjalan
bersama arterinya; vena tiroidea media, yang berada di lateral dan berdekatan
dengan arteri tiroidea inferior, dan vena tiroidea inferior yang berada dalam satu
arah dengan arteri tiroidea ima (jika ada).4
Gambar 3.4. Gambaran histopatologis dari kista tiroid (A)Kista tiroid sederhana
dilapisi oleh selapis sel-sel folikel, (B)Kista tiroid dengan hiperplasia papiler,
(C)Karsinoma tiroid papiler dengan degenerasi kistik, dan (D)Karsinoma tiroid
folikuler dengan degenerasi kistik. Sumber: Application of ultrasonography in
thyroid cyst, 2007.
Kandungan isi pada kista bervariasi, kista dapat berisi koloid, zat gelatin,
cairan kecoklatan hemoragik, cairan kekuningan atau cairan bening. Cairan yang
terkandung dalam kista jinak dan ganas mengandung hormon tiroid tiroksin dan
triiodothyronine, tiroglobulin, dan globulin mengikat tiroksin. Analisis biokimia
pada enzim amilase, dehidrogenase laktat dan asam fosfatase menunjukkan kadar
yang lebih tinggi dalam cairan kista. Parameter lain yang memperlihatkan
peningkatan adalah aminotransferase aspartat, aktivitas laktat dehidrogenase,
protein, asam urat, besi dan bilirubin total. Konsentrasi glukosa, kolesterol dan
trigliserida dalam cairan kista berada dalam kadar normal.6
Gambar 3.5a. Posisi transduser transversal Gambar 3.5b. Posisi transduser oblik pada
pada USG tiroid. Sumber: Radiologi USG tiroid. Sumber: Radiologi
diagnostik, 2009 diagnostik, 2009
Tabel di bawah ini menjelaskan perbedaan lesi jinak dan ganas pada
gambaran USG nodul tiroid :9
Jinak Ganas
Batas Teratur Tak teratur
Tegas Tak tegas
Konsistensi internal Homogen Inhomogen
Multipel Tunggal
Penampak lesi Kistik campur solid Solid
Halo Komplit Negatif
Pola eko Anekoik, hiperekoik Hipoekoik
Kalsifikasi Tersebar, besar (kulit telur) Tersebar, kecil (bintang)
Gambar 3.6. Gambaran USG tiroid kanan (laki-laki, 45 tahun) dengan kista
sederhana memperlihatkan batas teratur-tegas dan anekoik. Sumber:
Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007
Gambar 3.8. Gambaran USG tiroid kanan (wanita, 42 tahun) dengan septum intra
lobus pada kista. Sumber: Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007
3.2.3.3 Skintigrafi
Skintigrafi atau radionuklide scanning dengan iodine atau tehnetium
adalah prosedur diagnostik standar. Dasar pemeriksaan skintigrafi adalah
persentase uptake dan distribusi yodium radioaktif dalam kelenjar tiroid. Pada
pemeriksaan ini dapat dilihat besar, bentuk, dan letak kelenjar tiroid serta
distribusinya dalam kelenjar. Ada tiga macam radioisotop yaitu I123, I131 dan Tc-
99m pertechnetate. Zat radioaktif I123 lebih banyak digunakan untuk evaluasi
fungsi tiroid, sedangkan Tc-99m pertechnetate lebih digunakan untuk evaluasi
anatominya. 1
3.2.4 Tatalaksana
Pemakaian ultrasonografi tiroid menimbulkan perubahan modalitas terapi
untuk kista tiroid, dimana sebelumnya banyak kista yang didiagnosis dan diobati
dengan operasi. Selain ultrasonografi, observasi, aspirasi ulang, terapi hormon
tiroid dan skleroterapi, laser fotokoagulasi dan perawatan bedah adalah metode
utama untuk mengobati kista tiroid. Sebelum menentukan pengobatan non-bedah
untuk kista tiroid, diagnosis pasti sebagai kista jinak sangat penting. 6
Sebuah studi dengan pengobatan tetrasiklin hidroklorida dilakukan pada
sembilan pasien dengan aspirasi ulangan kista dan setelah rata-rata 40 bulan masa
tindak lanjut, tujuh dari semua pasien kista benar-benar sembuh. Tingkat respon
43-95 % untuk pengobatan tetrasiklin. 6
Sebuah studi double-blind acak dilakukan pada 66 pasien kista berulang
dan kista tirod jinak dengan membandingkan pemberian etanol dengan saline
isotonik, dengan tingkat kesembuhan 18-64 % pada kedua kelompok. Khasiat
injeksi etanol perkutan untuk mengobati kista tiroid telah terbukti unggul dalam
pengobatan kista. Prosedur yang murah dan dengan kepatuhan pasien tinggi,
memberi efek jangka panjang dalam pengobatan kista dengan ukuran lebih besar
dari 40ml. Berbeda dengan skleroterapi tetrasiklin, asam klorida ( pH 1.0 ) telah
digunakan untuk mengobati kista tiroid, dimana asam klorida tidak menunjukkan
keuntungan lebih dari injeksi etanol. 6
Kekambuhan setelah dua kali aspirasi cairan kista, keganasan pada aspirasi
sitologi, atau kista dengan ukuran lebih besar dari 3 cm merupakan indikasi untuk
dilakukan bedah pengangkatan kista. Komplikasi yang sering ditemukan pada
operasi tiroid adalah hematom leher pada 0,3%-3% kasus, kelumpuhan nervus
laringeus rekuren sementara pada 1-5% kasus, kelumpuhan nervus laringeus
permanen sebanyak 1% kasus. Apabila nervus laringeus rekuren rusak satu sisi
akan menyebabkan disfoni sedangkan pada kedua sisi mengakibatkan hilangnya
suara dan obstruksi dari saluran nafas sehingga memerlukan intubasi dan
trakeostomi. Nervus laringeus superior mempersarafi lobus atas tiroid, kerusakan
dari nervus ini tidak menyebabkan gangguan suara yang terlalu besar. Komplikasi
yang paling berat adalah krisis tiroid sebagai komplikasi tiroidektomi, dengan
gejala takikardi, demam, mual dan muntah, gelisah, perubahan mental bahkan
sampai koma.1,6
Gambar 3.10. Gambaran polip yang memasuki lumen pada kista tiroid kanan.
Sumber: Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007
Struktur kista yang tidak merata, dengan massa pedunkula lebih dari 2 cm
didiagnosis sebagai karsinoma papiler. Kista oval ( 1cm) dengan pola eko yang
kuat merupakan koloid tiroid.6
Ukuran kista tiroid tidak dapat membedakan lesi jinak dan ganas. Ketika
ultrasonografi tiroid dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan fisik, kebanyakan
kista terbukti lebih besar dari 1 cm.6
Diagnosis harus dipertimbangkan untuk kista duktus tiroglosus dan kista
paratiroid. Duktus tiroglosus turun dari foramen sekum pada dasar lidah dan
menghilang pada minggu ke enam atau tujuh kehamilan, dan 1 % dari kanker
tiroid berkembang dari kista ini, gambaran USG dari kista duktus tiroglosus
menyajikan pola anekoik.
Gambar 3.11. Gambaran anekoik massa kista, pada daerah midline suprahyoid.
Sumber: 16th Mayo Clinic Endocrine Course, 2013
Kista paratiroid mencapai sekitar 1-5 % dari kista pada leher, berbeda
dengan kista tiroid, cairan dari kista paratiroid bila disedot tampak sebagai cairan
bening dan tidak berwarna. Diagnosis kista tiroid dengan paratiroid sebelum
operasi adalah penting. Kebanyakan pembesaran paratiroid menyajikan gambaran
USG yang hipoekoik-anekoik. Ketika USG memperlihatkan lesi kista yang berada
dekat kapsul posterior tiroid, kista paratiroid kista harus dijadikan sebagai
diagnosis banding. 6
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien yang berama Mira Handayani (20 tahun) datang ke RSUD Raden
Mattaher dengan rujukan Puskesmas setempat. OS mengeluh terdapat benjolan di
leher kanan yang muncul sejak 2 bulan yang lalu, disfagia (-), mual (-), muntah
(-), nyeri (-), keringat berlebih (-), berdebar (-), mata menonjol (-), tremor (-), dan
penurunan berat badan (-). OS tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada OS. Dokter telah melakukan
pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin dan kimia darah, selanjutnya dokter
menganjurkan pemeriksaan darah kembali untuk melihat T3, T4, dan TSH. Juga
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan aspirasi jarum halus untuk menentukan
nodul tersebut jinak atau ganas. Tindakan bedah akan dilakukan bila kista
berukuran lebih dari 3 cm.
USG tiroid menunjukkan adanya kista intra lobus bersepta pada tiroid
kanan, kalsifikasi (-), KGB leher (-), sehingga dapat disimpulkan bahwa OS
mengalami kista tiroid.
DAFTAR PUSTAKA