Anda di halaman 1dari 27

Bed Side Teaching, Case Report Session, Clinic Science Session

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A109021/ 22-01-2014


**Pembimbing

KISTA TIROID
Yuni Hasmita, S.Ked* dr. Husny E Taufik, Sp. Rad**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN RADIOLOGI


RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Bed Side Teaching, Case Report Session, Clinic Science Session


*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A109021/ -01-2014 **Pembimbing

INFARK SEREBRI
Yuni Hasmita S.Ked* dr. Husny E Taufik, Sp. Rad**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN RADIOLOGI


RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014

Jambi, Januari 2014


Pembimbing,

dr. Husny E Taufik, Sp. Rad


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Kista Tiroid.
Selama pembuatan dan penulisan laporan, penulis banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, bimbingan, data dan informasi.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Husny
E Taufik, Sp.Rad sebagai dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu
selama di Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Radiologi.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran agar lebih baik ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga
laporan kasus ini bermanfaat dan dapat menambah informasi dan pengetahuan
kita.

Jambi, Januari 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Judul
.. i
Halaman
Pengesahan
.. ii
Kata
Pengantar
. ii
Daftar
Isi
iv
BAB I STATUS PASIEN.. 1
1.1. Identitas Pasien ..... 1
1.2. Anamnesis............. 1
1.3. Pemeriksaan Fisik.......... 2
1.4. Pemeriksaan Penunjang ... 5
1.5. Diagnosis Kerja.......................... 7
1.6. Diagnosis Banding...... 7
1.7 Penatalaksanaan..... 7
BAB II PENDAHULUAN ................................................................................. 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 9
3.1 Embriologi dan Anatomi Kelenjar Tiroid.........................
. 9
3.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid........................... 9
3.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid........................... 9
3.2 Kista Tiroid............................ 11
3.2.1 Definisi................. 11
3.2.2 Patogenesis........................... 12
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang........................... 12
3.2.3.1 Karakteristik Patologis dan Biokimia ....................................... 12
3.2.3.2 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) .......................................... 14
3.2.3.3 Skintigrafi........................... 18
3.2.4 Tatalaksana......................... 18
3.2.5 Diagnosis Banding.......................... 20
BAB IV KESIMPULAN... ....... ........ 22
DAFTAR PUSTAKA ........ 23

BAB I
STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Nn. Mira Handayani
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kenali Bawah
Pekerjaan : Mahasiswa

1.2 ANAMNESIS :
Keluhan Utama
Terdapat benjolan di leher kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


OS datang ke RSUD Raden Mattaher pada tanggal 21 Januari 2014 dengan
rujukan oleh Puskesmas setempat. OS mengeluh terdapat benjolan di leher
kanan, benjolan mulai muncul sejak 2 bulan yang lalu, disfagia (-), mual (-),
muntah (-), nyeri (-), keringat berlebih (-), berdebar (-), mata menonjol (-),
tremor (-), dan penurunan berat badan (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
OS tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit serupa (-)
Riwayat Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi menengah, OS berobat dengan menggunakan biaya askes

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,5oC

Pemeriksaan Kepala
Kepala : Normochepal, luka dan jejas (-), simetris, oedem (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor
Leher : Terdapat benjolan di leher kanan, dengan palpasi teraba massa
fluktuatif, berbatas tegas, permukaan rata, tidak nyeri tekan, dan benjolan ini
bergerak waktu pasien menelan, ukuran 3,5 x 3 cm, pembesaran KGB (-)
Gambar 1.1 Benjolan di leher kanan OS, ukuran 3,5 x 3 cm

Pemeriksaan Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS 5 linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Paru simetris, retraksi dinding dada (-), penggunaan otot
bantu napas (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki (- / -), wheezing (- / -)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, distensi (-), hepar dan lien tidak teraba

Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, oedem (-)

Status Psikiatri
Cara berpikir : Baik
Perasaan hati : Koherensia
Ingatan : Tidak terganggu
Kecerdasan : Sesuai

Status Neurologi
N I (olfaktorius) : Normal/normal
NII (optikus) : OD C-1 dan OS S-3,5
NIII (occulomotorius) : Pergerakan bulbus : baik/baik
Strabismus (-)
Nistagmus (-)
Pupil isokor : 3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
NIV (throclearis) : Pergerakan mata baik, melihat kembar (-)
NV (trigeminus) : Membuka mulut : normal
Mengunyah : normal
Menggigit : normal
Refleks kornea : normal/normal
Sensibilitas muka : normal/normal
NVI (abdusen) - lateral : Normal/normal
Sikap bulbus normal
NVII (fasialis) : Mengerutkan dahi : normal/normal
Menutup mata : normal/normal
Memperlihatkan gigi : normal/normal
Bersiul : normal/tertinggal
NVIII (vestibulo- : Detik arloji : normal/normal
cochlearis) Suara berbisik, tes rinne, tes weber tidak diperiksa
NIX (glosofaringeus) : Normal
NX (vagus) : Arcus faring simetris
Berbicara, menelan, nadi : normal/normal
NXI (aksesorius) : Mengangkat bahu : normal/normal
Memalingkan kepala : normal/normal
NXII (hipoglossus) : Tremor lidah (-)
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
21 Januari 2014
Darah rutin
Parameter Hasil Satuan Harga Normal

WBC 6,1 103/mm3 3,5 10.0


*LYM 2,8 103/mm3 1,2 3,2
*MON 0,2 103/mm3 0,3 0,8
*GRA 3,1 103/mm3 1,2 6,8

RBC 4,36 103/mm3 3.80 5.80

HGB 12,7 g/dl 11.0 16.5

HCT 37,8 % 35.0 50.0

PLT 266 103/mm3 150 - 390

PCT .201 % .100 - .500

Kimia Darah
Parameter Hasil Satuan Harga Normal

Faal Hati

SGOT 16 U/l < 40

SGPT 10 U/l < 41

Faal Ginjal

Ureum 13,6 mg/dl 15 39

Kreatinin 0.8 mg/dl L 0.9 1.3


P 0.6 1.1

Glikoprotein 105 mg/dl < 200


Pemeriksaan Radiologis
22 Januari 2014
Ultrasonography (USG) leher
Gambar 1.2 Hasil USG leher tiroid lobus kiri dan kanan
Expertise
USG Thyroid
Thyroid kanan :
Terdapat bentuk membesar dengan kista intra lobus bersepta
Tak tampak kalsifikasi
KGB leher (-)
Thyroid kiri :
Normal
Kesan : Kista papillar lobus kanan thyroid

1.5 DIAGNOSIS KERJA


Kista Tiroid

1.6 DIAGNOSIS BANDING


Hipertiroid hipotirod
Adenomatous tiroid
Koloid tiroid
Kista duktus tiroglosus
Kista paratiroid

1.7 PENATALAKSANAAN
Anjuran pemeriksaan darah untuk melihat T3, T4, dan TSH
Anjuran pemeriksaan aspirasi jarum halus untuk menentukan nodul
tersebut jinak atau ganas
Tindakan bedah bila kista berukuran lebih dari 3 cm

BAB II
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin yang
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan tubuh
agar optimal, merangsang konsumsi oksigen pada sel tubuh, mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat, serta mengatur pertumbuhan normal. Fungsi
tiroid diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus
anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar tiroid secara embriologi tumbuh dari
invaginasi dasar faring yaitu pada minggu keempat kehamilan, bermigrasi ke
kaudal dan bergabung dengan sebagian kantong faring keempat, serta menetap di
daerah leher.1
Kista tiroid adalah kelainan yang relatif sering ditemukan pada tiroid. Kista
tiroid merupakan nodul yang berisi cairan, dan merupakan diferensiasi dari sel
sisa parenkim tiroid. Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, biopsi aspirasi jarum halus, dan
ultrasonografi (USG) sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko
tinggi untuk menemukan keganasan tiroid.1 Pada pemeriksaan fisik (palpasi) 4-
8% kista tiroid dapat ditemukan, dan 40% dengan menggunakan ultrasonografi,
serta 50% kasus kista tiroid ditemukan pada pemeriksaan patologi autopsi.2
Sebuah studi prospektif mengemukakan bahwa kista tiroid lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan rasio perbandingan antara wanita dan laki-laki
yaitu 1:10.3
Terapi bedah dapat dilakukan bila ukuran kista tiroid besar, dengan risiko
tindakan operatif ini adalah trauma pada nervus laringeus superior dan nervus
laringeus rekuren. Komplikasi yang paling ditakutkan dalam melakukan tindakan
bedah pada kista tiroid yaitu kelumpuhan pita suara sampai obstruksi jalan nafas
atas.1

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Embriologi dan Anatomi Kelenjar Tiroid
3.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid
Pada masa embrional minggu keempat, kelenjar tiroid mulai terbentuk dari
penebalan entodermal (diverticulum tiroid) pada dasar primitif faring, dan
terhubung dengan foramen sekum oleh duktus triglosus. Kemudian, pada masa
embrional minggu ketujuh, kelenjar tiroid sudah turun dan posisi terakhirnya
berada di ventral trakea, setingkat vertebra servikal C5, C6 dan C7 serta vertebra
torakal T1, sedangkan duktus triglosus rudimenter kadang masih tersisa, yang
kemudian bisa kita jumpai sebagai lobus piramidalis, yang terletak di isthmus
menuju hioid (50%). Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada
minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin, dan pada minggu ini folikel tiroid
pertama mulai terisi koloid.4

3.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di bawah kartilago
tiroid, terdiri dari dua lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh ismus tiroid,
letaknya menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada orang dewasa beratnya bervariasi
antara 25-30 gram. Kelenjar lain di tiroid yaitu 2 pasang kelenjar paratiroid,
sepasang menempel di belakang kelenjar tiroid bagian superior dan sepasang lagi
di bagian medius.1
Kelenjar tiroid kaya vaskularisasi, yaitu yang berasal dari empat sumber,
arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri,
kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, dan cabang arteri brakialis. Kadang
kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang trunkus brakiosefalika, yang sering secara
tidak sengaja terpotong pada saat trakeostomi.4
Gambar 3.1 Aliran arteri kelenjar tiroid. Sumber: Diagnostik
dan pelaksanaan kista tiroid, 2011

Adapun sistem venanya terdiri atas vena tiroidea superior, yang berjalan
bersama arterinya; vena tiroidea media, yang berada di lateral dan berdekatan
dengan arteri tiroidea inferior, dan vena tiroidea inferior yang berada dalam satu
arah dengan arteri tiroidea ima (jika ada).4

Gambar 3.2. Aliran vena kelenjar tiroid. Sumber: Diagnostik


dan pelaksanaan kista tiroid, 2011
Terdapat dua saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis),
yaitu nervus rekurens dan cabang nervus laringeus superior. Fungsi motorik dari
nervus laringeus rekuren untuk pergerakan pita suara.1,4

Gambar 3.3 Persyarafan kelenjar tiroid. Sumber: Diagnostik


dan pelaksanaan kista tiroid, 2011

Arteri tiroidea inferior adalah lanmark penting untuk mengidentifikasi


nervus laringeus rekuren karena letaknya berdekatan, meskipun ada variasi
anatomi. Kornu inferior dari kartilago tiroid juga berfungsi sebagai lanmark,
dimana nervus laringeus rekuren terletak 0,5 sentimeter dibawahnya.4

3.2 Kista Tiroid


3.2.1 Definisi
Kista tiroid adalah nodul yang berisi cairan, dan umum ditemui. Kista
tiroid kebanyakan adalah lesi jinak yang biasanya tidak menerima pengobatan
bedah, namun tindakan bedah perlu dipertimbangkan bila ukuran kista cukup
besar. Secara konvensional, untuk membedakan lesi jinak dan ganas pada kista
tiroid dapat dilakukan dengan aspirasi jarum halus sitologi. Akurasi diagnostik
aspirasi jarum halus dengan ultrasonografi tiroid berperan besar dalam penegakan
diagnosis.5,6
3.2.2 Patogenesis
Kista dapat muncul dari infark atau proses destruktif seperti perdarahan
dalam yang sudah ada sebelumnya pada folikel. Mekanisme membesarnya folikel
tiroid pada kista tiroid tidak diketahui, namun setiap proses inflamasi subepitel
atau perdarahan dari folikel tiroid dapat meningkatkan tekanan ruang
perifolikular. Peningkatan tekanan ini dapat mempengaruhi mikrosirkulasi di
daerah subepitel.6
Kista tiroid dengan beberapa septa adalah hal yang tidak biasa, kista ini sulit
dibedakan dengan tumor nekrosis atau pertumbuhan septa dari dinding kista.
Mekanisme yang mungkin terjadi yaitu adanya pengelompokan folikel tiroid diikuti
oleh fibrosis degenerasi. Dalam tumor tiroid baik jinak maupun ganas,
keseimbangan antara proliferasi sel dan kematian sel penting untuk
mempertahankan homeostasis jaringan. Necrosis disebabkan oleh suplai darah yang
relatif cukup tetapi tidak bisa mempertahankan pertumbuhan replikasi neoplasia.6

3.2.3 Pemeriksaan Penunjang


3.2.3.1 Karakteristik Patologis dan Biokimia
Pemeriksaan aspirasi jarum halus adalah pemeriksaan standar pilihan
untuk nodul tiroid soliter yang dapat membedakan apakah nodul tersebut jinak
atau ganas, syarat pemeriksaan ini adalah nodul tersebut teraba dengan palpasi.
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 95% untuk
mendiagnosis kelainan pada nodul tiroid. Komplikasi seperti hematom, nyeri
lokal, dan infeksi di tempat biopsi jarang terjadi.1
Temuan histopatologis untuk kista tiroid dapat berupa kista sederhana,
degenerasi koloid, koloid adenoma, adenoma folikuler, keganasan atau thyroiditis.
Gambar di bawah memperlihatkan perbedaan gambaran histopatologis kista jinak
dan ganas, dimana kebanyakan kista tiroid ganas adalah karsinoma tiroid papiler
yang memperlihatkan pemanjangan sel, nukleus yang membesar, bentuk sel yang
bervariasi, bersepta, penebalan dinding yang tidak rata, dan dinding kista yang
berpapil. 1,6
.
A B
C D

Gambar 3.4. Gambaran histopatologis dari kista tiroid (A)Kista tiroid sederhana
dilapisi oleh selapis sel-sel folikel, (B)Kista tiroid dengan hiperplasia papiler,
(C)Karsinoma tiroid papiler dengan degenerasi kistik, dan (D)Karsinoma tiroid
folikuler dengan degenerasi kistik. Sumber: Application of ultrasonography in
thyroid cyst, 2007.

Kandungan isi pada kista bervariasi, kista dapat berisi koloid, zat gelatin,
cairan kecoklatan hemoragik, cairan kekuningan atau cairan bening. Cairan yang
terkandung dalam kista jinak dan ganas mengandung hormon tiroid tiroksin dan
triiodothyronine, tiroglobulin, dan globulin mengikat tiroksin. Analisis biokimia
pada enzim amilase, dehidrogenase laktat dan asam fosfatase menunjukkan kadar
yang lebih tinggi dalam cairan kista. Parameter lain yang memperlihatkan
peningkatan adalah aminotransferase aspartat, aktivitas laktat dehidrogenase,
protein, asam urat, besi dan bilirubin total. Konsentrasi glukosa, kolesterol dan
trigliserida dalam cairan kista berada dalam kadar normal.6

3.2.3.2 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Untuk mengevaluasi massa tiroid, ultrasonografi (USG) merupakan
modalitas imaging pilihan pertama, dimana pemeriksaan ini tidak mahal, tidak
invasif, dan tidak ada paparan radiasi. Sensitivitas penegakan diagnosis kista
tiroid dengan USG mencapai 96 %.1
Adapun peranan ultrasonografi (USG) pada pemeriksaan tiroid yaitu :7
Dapat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau luar tiroid.
Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik dari lesi solid.
Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih
dari satu.
Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif.
Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui
tumor primernya.
Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk
menemukan keganasan tiroid.
Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi jarum halus tiroid.
Teknik pemeriksaan USG tiroid umumnya tidak diperlukan persiapan
khusus, pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan posisi supine serta bahu yang
diganjal sehinga diperoleh ekstensi leher yang maksimal. Dipakai jelly agar
didapatkan kontak yang baik antara kulit dengan transduser.7
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi transduser adalah transversal mulai
dari pole bawah digeser kearah cephal sampai pole atas, sehingga seluruh tiroid
dapat dinilai. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi transduser
longitudinal atau oblik dimulai dari lateral ke arah medial. Dilakukan pemotretan
dengan foto polaroid atau film multiformat, serta diambil ukuran tiroid dan ukuran
lesi yang nampak. 7

Gambar 3.5a. Posisi transduser transversal Gambar 3.5b. Posisi transduser oblik pada
pada USG tiroid. Sumber: Radiologi USG tiroid. Sumber: Radiologi
diagnostik, 2009 diagnostik, 2009

Terminologi yang dipakai untuk hasil ultrasonografi (USG) cairan dan


sejenisnya adalah anekoik yang memperlihatkan gambaran yang lebih gelap dari
sekitar (hitam).8
Kista tiroid sebagian besar adalah jinak dengan gambaran: berbatas teratur
dan tegas, serta anekoik, tapi juga bisa berubah menjadi suatu keganasan. Terdapat
beberapa persentase keganasan dari lesi kista tiroid, peneliti Cho melaporkan 7%
keganasan dari lesi kista tiroid, peneliti Lin mendapatkan 17-39% sedangkan
peneliti lain yaitu Faquin mendapatkan 7-29%.1

Tabel di bawah ini menjelaskan perbedaan lesi jinak dan ganas pada
gambaran USG nodul tiroid :9

Jinak Ganas
Batas Teratur Tak teratur
Tegas Tak tegas
Konsistensi internal Homogen Inhomogen
Multipel Tunggal
Penampak lesi Kistik campur solid Solid
Halo Komplit Negatif
Pola eko Anekoik, hiperekoik Hipoekoik
Kalsifikasi Tersebar, besar (kulit telur) Tersebar, kecil (bintang)

Gambar 3.6. Gambaran USG tiroid kanan (laki-laki, 45 tahun) dengan kista
sederhana memperlihatkan batas teratur-tegas dan anekoik. Sumber:
Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007

Gambar 3.7. Gambaran USG tiroid (wanita, 32 tahun) yang memperlihatkan


nodul pada tiroid kanan dan terdapat beberapa degenerasi kistik. Sumber:
Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007

Gambar 3.8. Gambaran USG tiroid kanan (wanita, 42 tahun) dengan septum intra
lobus pada kista. Sumber: Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007

3.2.3.3 Skintigrafi
Skintigrafi atau radionuklide scanning dengan iodine atau tehnetium
adalah prosedur diagnostik standar. Dasar pemeriksaan skintigrafi adalah
persentase uptake dan distribusi yodium radioaktif dalam kelenjar tiroid. Pada
pemeriksaan ini dapat dilihat besar, bentuk, dan letak kelenjar tiroid serta
distribusinya dalam kelenjar. Ada tiga macam radioisotop yaitu I123, I131 dan Tc-
99m pertechnetate. Zat radioaktif I123 lebih banyak digunakan untuk evaluasi
fungsi tiroid, sedangkan Tc-99m pertechnetate lebih digunakan untuk evaluasi
anatominya. 1

3.2.4 Tatalaksana
Pemakaian ultrasonografi tiroid menimbulkan perubahan modalitas terapi
untuk kista tiroid, dimana sebelumnya banyak kista yang didiagnosis dan diobati
dengan operasi. Selain ultrasonografi, observasi, aspirasi ulang, terapi hormon
tiroid dan skleroterapi, laser fotokoagulasi dan perawatan bedah adalah metode
utama untuk mengobati kista tiroid. Sebelum menentukan pengobatan non-bedah
untuk kista tiroid, diagnosis pasti sebagai kista jinak sangat penting. 6
Sebuah studi dengan pengobatan tetrasiklin hidroklorida dilakukan pada
sembilan pasien dengan aspirasi ulangan kista dan setelah rata-rata 40 bulan masa
tindak lanjut, tujuh dari semua pasien kista benar-benar sembuh. Tingkat respon
43-95 % untuk pengobatan tetrasiklin. 6
Sebuah studi double-blind acak dilakukan pada 66 pasien kista berulang
dan kista tirod jinak dengan membandingkan pemberian etanol dengan saline
isotonik, dengan tingkat kesembuhan 18-64 % pada kedua kelompok. Khasiat
injeksi etanol perkutan untuk mengobati kista tiroid telah terbukti unggul dalam
pengobatan kista. Prosedur yang murah dan dengan kepatuhan pasien tinggi,
memberi efek jangka panjang dalam pengobatan kista dengan ukuran lebih besar
dari 40ml. Berbeda dengan skleroterapi tetrasiklin, asam klorida ( pH 1.0 ) telah
digunakan untuk mengobati kista tiroid, dimana asam klorida tidak menunjukkan
keuntungan lebih dari injeksi etanol. 6
Kekambuhan setelah dua kali aspirasi cairan kista, keganasan pada aspirasi
sitologi, atau kista dengan ukuran lebih besar dari 3 cm merupakan indikasi untuk
dilakukan bedah pengangkatan kista. Komplikasi yang sering ditemukan pada
operasi tiroid adalah hematom leher pada 0,3%-3% kasus, kelumpuhan nervus
laringeus rekuren sementara pada 1-5% kasus, kelumpuhan nervus laringeus
permanen sebanyak 1% kasus. Apabila nervus laringeus rekuren rusak satu sisi
akan menyebabkan disfoni sedangkan pada kedua sisi mengakibatkan hilangnya
suara dan obstruksi dari saluran nafas sehingga memerlukan intubasi dan
trakeostomi. Nervus laringeus superior mempersarafi lobus atas tiroid, kerusakan
dari nervus ini tidak menyebabkan gangguan suara yang terlalu besar. Komplikasi
yang paling berat adalah krisis tiroid sebagai komplikasi tiroidektomi, dengan
gejala takikardi, demam, mual dan muntah, gelisah, perubahan mental bahkan
sampai koma.1,6

Gambar 3.9. Alur penatalaksanaan kista tiroid. Sumber: Application of


ultrasonography in thyroid cyst, 2007

Injeksi etanol perkutan adalah pengobatan yang dianjurkan untuk kista


tiroid oleh American Association of Clinical Endocrinologists. Skleroterapi bukan
modalitas terapi rutin dan merupakan "terapi invasif" yang membawa risiko dan
komplikasi. 6
3.2.5 Diagnosis Banding
17 % dari kista tiroid adalah keganasan. Gambaran lesi kista oval, dengan
polip diidentifikasi sebagai adenomatous tiroid.

Gambar 3.10. Gambaran polip yang memasuki lumen pada kista tiroid kanan.
Sumber: Application of ultrasonography in thyroid cyst, 2007

Struktur kista yang tidak merata, dengan massa pedunkula lebih dari 2 cm
didiagnosis sebagai karsinoma papiler. Kista oval ( 1cm) dengan pola eko yang
kuat merupakan koloid tiroid.6
Ukuran kista tiroid tidak dapat membedakan lesi jinak dan ganas. Ketika
ultrasonografi tiroid dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan fisik, kebanyakan
kista terbukti lebih besar dari 1 cm.6
Diagnosis harus dipertimbangkan untuk kista duktus tiroglosus dan kista
paratiroid. Duktus tiroglosus turun dari foramen sekum pada dasar lidah dan
menghilang pada minggu ke enam atau tujuh kehamilan, dan 1 % dari kanker
tiroid berkembang dari kista ini, gambaran USG dari kista duktus tiroglosus
menyajikan pola anekoik.

Gambar 3.11. Gambaran anekoik massa kista, pada daerah midline suprahyoid.
Sumber: 16th Mayo Clinic Endocrine Course, 2013

Kista paratiroid mencapai sekitar 1-5 % dari kista pada leher, berbeda
dengan kista tiroid, cairan dari kista paratiroid bila disedot tampak sebagai cairan
bening dan tidak berwarna. Diagnosis kista tiroid dengan paratiroid sebelum
operasi adalah penting. Kebanyakan pembesaran paratiroid menyajikan gambaran
USG yang hipoekoik-anekoik. Ketika USG memperlihatkan lesi kista yang berada
dekat kapsul posterior tiroid, kista paratiroid kista harus dijadikan sebagai
diagnosis banding. 6

BAB IV
KESIMPULAN

Pasien yang berama Mira Handayani (20 tahun) datang ke RSUD Raden
Mattaher dengan rujukan Puskesmas setempat. OS mengeluh terdapat benjolan di
leher kanan yang muncul sejak 2 bulan yang lalu, disfagia (-), mual (-), muntah
(-), nyeri (-), keringat berlebih (-), berdebar (-), mata menonjol (-), tremor (-), dan
penurunan berat badan (-). OS tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada OS. Dokter telah melakukan
pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin dan kimia darah, selanjutnya dokter
menganjurkan pemeriksaan darah kembali untuk melihat T3, T4, dan TSH. Juga
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan aspirasi jarum halus untuk menentukan
nodul tersebut jinak atau ganas. Tindakan bedah akan dilakukan bila kista
berukuran lebih dari 3 cm.
USG tiroid menunjukkan adanya kista intra lobus bersepta pada tiroid
kanan, kalsifikasi (-), KGB leher (-), sehingga dapat disimpulkan bahwa OS
mengalami kista tiroid.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahman S, Nelvia T. Diagnosis dan Penatalaksanaan Kista Tiroid. 2011


(Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari : URL:
http://www.repository.unand.ac.id

2. Reading C, Charboneau W, Hay D, etall. Sonography of Thyroid Nodules.


Vol.21, No.3. 2005 September (Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari :
URL: http://www.researchgate.net

3. Prajapati B, Patel N, Kedia K, etall. Thyroid Cyst: Apiration as Modality


of Treatment in Physiological Cyst. Vol.1(10), No.3. 2013 Desember
(Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari : URL: http://www.ent-
journal.com

4. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : EGC;


2010. Hal.802-800

5. Snchez A, Peralta S, Curulla V. Thyroid Cyst Diagnosed by


Endobronchial Ultrasound-guided Transbronchial Needle Aspiration in a
Patient With Lung Cancer. 2013 (Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari :
URL: http://www.archbronconeumol.org
6. Lin J, Huang B, Hsueh C. Application of Ultrasonography in Thyroid
Cysts. Vol 15(2). 2007 (Diakses 22 Januari 2014). Diunduh dari : URL:
http://www.download.journals.elsevierhealth.com

7. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI; 2009. Hal. 535-528

8. Malueka G. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia ; 2008.


Hal.169

9. Thyroid Ultrasound Workshop 16th Annual Mayo Clinic Endocrine


Course. 2013 January (Diakses 25 Januari 2014). Diunduh dari : URL:
http://www.mayo.edu

Anda mungkin juga menyukai