Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUTORIAL KLINIK

KEDOKTERAN KELUARGA

PEMBIMBING :

dr. Darmawansyih, M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

Risky Awalia H (70700120028) : Ketua Kelompok


Asniar (70700120036) : Scriber
Nadhirah Ananda Idris (70700120034)
Muhammad Zulfikar (70700120016)
Alfitra Salam (70700120026)
Lubnaa Sulistiyani Kartiko (70700120014)
Muftia Jauristika S (70700120008)
Nurulhuda Mursalim (70700120022)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, sehingga dengan
segala keterbatasan yang kami punya akhirnya penulisan laporan tutorial klinik
dengan judul modul “Kedokteran Keluarga” dapat selesai. Penulisan laporan
tutorial ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Keberhasilan
penyusunan laporan tutorial ini tidak luput dari bimbingan, dan bantuan moril dan
materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas
kepada yang terhormat dr. Darmawansyih, M.Kes sebagai pembimbing dalam
kepaniteraan klinik, serta semua pihak yang telah membantu.

Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya


bahwa laporan tutorial ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala
kerendahan hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang
membangun dari semua pihak.

Makassar, 17 September 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 4

DAFTAR TABEL .................................................................................................. 5


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 6

A. Skenario ................................................................................................. 6

B. Identifikasi Masalah Skenario ............................................................... 9

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 13


A. Identifikasi Masalah ............................................................................ 13

B. Faktor Internal ..................................................................................... 14


C. Faktor Eksternal .................................................................................. 14

D. Genogram ............................................................................................ 15

E. Mandala of Health ............................................................................... 16

F. APGAR Score ..................................................................................... 20

G. Fungsi Patologi SCREEM ................................................................... 21


H. Diagnosis Holistik ............................................................................... 22

I. Penatalaksanaan................................................................................... 23

J. Promosi Kesehatan dan Deteksi Dini .................................................. 25

K. Pencegahan .......................................................................................... 26

L. Integrasi Keislaman ............................................................................. 29

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah rumah pasien .................................................................................. 10

Gambar 2. Tampak depan rumah pasien ................................................................... 11

Gambar 3. Tampak dapur rumah pasien ................................................................... 11

Gambar 4. Tampak kamar mandi di rumah pasien .................................................. 12

Gambar 5. Tampak kamar mandi tidur pasien ......................................................... 12

Gambar 6. Genogram pasien ....................................................................................... 15

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Mandala of Health .......................................................................................... 20

Tabel 2. APGAR Score ................................................................................................. 21

Tabel 3. Fungsi Patologi SCREEM ............................................................................. 22

Tabel 4. Pengaruh penurunan tekanan darah sistolik pada berbagai


intervensi non-farmakologis ......................................................................................... 29

5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
1. ANAMNESIS
a. Riwayat Penyakit

Pasien datang ke puskesmas hari ini. Pada saat itu pasien mengeluh
sakit kepala. Pasien merasakan keluhan sakit kepala semenjak 2 hari
sebelum ke Puskesmas, namun hilang timbul. Sakit kepala yang
dirasakan berdenyut-denyut, tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas
pasien. Sakit kepala terasa membaik ketika pasien beristirahat. Nafsu
makan pasien dikatakan normal dan keluhan gangguan tidur disangkal.
Keluhan lain disangkal.

b. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien didiagnosis menderita hipertensi sejak lebih 30 tahun yang lalu,


dimana saat itu pasien merasakan sering sakit kepala. Dikatakan pasien
rutin kontrol ke puskesmas apabila obat habis. Pasien mengatakan
tekanan darah tertinggi mencapai 160/110mmHg. Pasien juga
mengatakan memiliki riwayat penyakit maag sejak kecil. Riwayat
alergi, diabetes, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.

c. Riwayat Pengobatan

Saat ini pasien menjalani pengobatan rutin dan diterapi dengan


captopril 25mg 3 x 1 tablet/ hari. Pasien juga diberikan antasida 3x1
tablet/hari. Saat ini gejala yang dikeluhkan sudah berkurang.

d. Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan terdapat anggota keluarganya yang mengalami


penyakit yang sama dengan dirinya, kakak perempuan pasien juga
menderita hipertensi. Riwayat hipertensi dari ayah dan ibu pasien tidak

6
diketahui. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
seperti diabetes dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.

e. Riwayat Sosial

Saat ini pasien tidak bekerja, aktifitas sehari-hari di dalam rumah


seperti menonton televisi. Semenjak di diagnosis hipertensi, pasien
mengatakan dirinya gemar mengonsumsi ikan dan sayur-sayuran serta
tidak konsumsi daging lainnya. Pasien mengatakan suka masih suka
mengkonsumsi makanan asin, terkadang pasien menambahkan garam
ke sayur yang akan dikonsumsi. Pasien memiliki riwayat merokok
sejak kecil, namun sekarang pasien sudah tidak pernah merokok.
Pasien juga dahulu memiliki riwayat gemar minum kopi, namun sudah
lama berhenti. Pasien mengaku sering beraktivitas di sekitar rumah
seperti berjalan santai, namun jika berjalan sejauh sekitar 100 meter,
pasien mengeluh timbul sesak.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda Vital (4 Juni 2015) Tanda Vital (11 Juni 2015)


Tensi : 144/82 mmHg Tensi : 136/80 mmHg

Nadi : 78 kali/menit Nadi : 72 kali/menit

Respirasi : 32 kali/menit Respirasi : 25 kali/menit

Temp. Axila: 36,40C Temp. Axila : 36,50C

TB : 162 cm TB : 162 cm

BB : 45 kg BB : 45 kg

b. Status General:

Mata

Inspeksi : Anemia -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor

7
Telinga

Inspeksi : Sekret (-/-)

Hidung

Inspeksi: Sekret (-/-)

Tenggorokan

Inspeksi : Tonsil hiperemis (-)

Leher

Inspeksi : Dalam batas normal

Palpasi : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorak

Cor :Inspeksi : tidak dievaluasi

Palpasi : tidak dievaluasi

Perkusi : tidak dievaluasi

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo :Inspeksi : simetris

Palpasi : tidak dievaluasi

Perkusi : tidak dievaluasi


Auskultasi : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Auskultasi : BU (+) normal

Perkusi : tidak dievaluasi

8
Palpasi : tidak dievaluasi

Ekstremitas

Oedem - - , hangat + +

- - + +

c. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dikerjakan.

d. Diagnosis

Hipertensi stadium 1 (JNC 7)


Kronik Gastritis
e. Pengobatan

Pasien memperoleh pengobatan hipertensi yang didapat dari Puskesmas


yaitu Captopril 25 mg yang diminum 3 x 1 tablet/hari, pasien juga
diberikan antasida 3x1 tablet/ hari yang diminum apabila sakit perut.

B. Identifikasi Masalah Skenario

Gambaran status kesehatan

Saat dilakukan kunjungan ke rumah pasien terlihat pasien dalam keadaan normal.
Pasien bisa menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan. Keluhan sakit
kepala dan pusing sudah berkurang setelah rutin meminum obat yang diberikan.

Gambaran singkat keadaan sosial ekonomi keluarga

Pasien adalah ibu rumah tangga berusia 82 tahun dan tidak bekerja. Selama ini
kebutuhan hidup sehari-hari pasien terpenuhi dari anak dan menantunya. Pasien
dalam kesehariannya beraktifitas di sekitar rumah, seperti berjalan kaki dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan pasien dengan tetangga
sekitarnya juga cukup baik.

9
Kondisi Rumah Pasien

Rumah pasien tergolong cukup luas yang terdiri dari 2 bangunan dalam 1
halaman. Kedua bangunan tersebut saling berdempetan dan terdapat tembok
pemisah. Keduanya adalah rumah anak pasien, dan pasien tinggal di rumah anak
perempuan yakni bangunan di sebelah Barat. Rumah tersebut terdiri dari sebuah
ruang tamu dan keluarga dan 4 kamar tidur, kamar tidur pasien berada pada sisi
Timur Laut dan memiliki sebuah jendela. Rumah pasien sudah menggunakan
tehel dan termasuk kategori permanen. Terdapat 2 buah dapur dan sebuah kamar
mandi yang terletak terpisah dari bangunan kedua rumah tersebut. Dapur utama
terletak bersebelahan dengan kamar mandi,sedangkan dapur tambahan terletak di
selatan dekat dengan teras rumah. Untuk memasak pasien sudah menggunakan
kompor. Rumah pasien juga memiliki sumur namun jarang digunakan, sehingga
sumber air utama berasal dari air PAM.

DENAH RUMAH

Dapur Kamar
Utama mandi

Kamar
cucu KT Pasien
pasien RUMAH ANAK LAKI LAKI
PASIEN
R.Keluarga

Kamar Kamar
cucu Anak
pasien Pasien

Dapur
Tambahan

Gambar 1. Denah rumah pasien

10
Gambar 2. Tampak depan rumah pasien

Gambar 3. Tampak dapur rumah pasien

11
Gambar 4. Tampak kamar mandi di rumah pasien

Gambar 5. Tampak kamar mandi tidur pasien

12
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Keluhan Utama :
Sakit kepala semenjak 2 hari sebelum ke Puskesmas, namun hilang
timbul. Sakit kepala dirasakan berdenyut-denyut, tetapi tidak sampai
mengganggu aktivitas pasien. Sakit kepala membaik ketika pasien
beristirahat.
2. Riwayat Penyakit :
Pasien didiagnosis hipertensi sejak lebih 30 tahun yang lalu, dengan
keluhan sering sakit kepala. Pasien rutin kontrol ke puskesmas apabila
obat habis.Tekanan darah tertinggi mencapai 160/110mmHg. Pasien
juga memiliki riwayat penyakit maag sejak kecil.
3. Riwayat Pengobatan :
Pasien menjalani pengobatan rutin dengan terapi captopril 25mg 3x1
tablet/hari. Pasien juga mengonsumsi antasida 3x1 tablet/hari.
4. Riwayat Keluarga :
Kakak perempuan pasien juga menderita hipertensi. Riwayat
hipertensi dari ayah dan ibu pasien tidak diketahui.
5. Riwayat Sosial :
Pasien tidak bekerja, dan beraktifitas sehari-hari di dalam rumah.
Pasien suka mengkonsumsi makanan asin, terkadang pasien
menambahkan garam ke sayur yang akan dikonsumsi. Pasien memiliki
riwayat merokok sejak kecil, namun sekarang sudah tidak. Pasien juga
memiliki riwayat gemar minum kopi, namun sudah lama berhenti.
Pasien mengeluh timbul sesak jika berjalan sejauh sekitar 100 meter.

13
B. FAKTOR INTERNAL
1. Usia
Pasien berusia 80 tahun dan tergolong sebagai lansia. Pada lansia
terjadi penurunan fungsi fisiologis yang dapat berpengaruh pada
kejadian penyakit, terutama penyakit degenerative.

2. Keturunan/genetic
Keluarga (kakak perempuan menderita HT), kemungkinan orangtua
menderita HT ada namun tidak disebutkan. (belum pasti menjadi factor
risiko karena bisa jadi disebabkan oleh factor lain sseperti pola makan
dan pola hdup tidak sehat)
3. Jenis kelamin
Laki-laki lebih sering mengalami HT. hal tersebut berkaitan dengan
aktifitas dan gaya hidup (merokok, konsumsi kopi, konsumsi makanan
asin)
4. Keluarga
APGAR score baik, genogram terdapat keluarga dengan keluhan yang
sama dan mandala of health pasien lebih rinci dijelaskan
padapembahasan selanjutnya.
5. Psikologis
Pasien tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah, pasien kurang
mendapat perhatian dari anggota keluarganya.

C. FAKTOR EKSTERNAL
1. Ekonomi
Penghasilan keluarga relative cukup, kebutuhan hidup sehari-hari pasien
terpenuhi dari anak dan menantunya.
2. Lingkungan social
Aktifitas sehari-hari di dalam rumah seperti menonton televisi. Pasien
dalam kesehariannya beraktifitas di sekitar rumah, seperti berjalan kaki

14
dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. hubungan pasien
dengan kondisi social di sekitarnya baik.
3. Budaya
Menggunakan adat istiadat daerah asal dalam kehidupan sehari-hari.
4. Lingkungan fisik
Rumah pasien Ny. M adalah tipe rumah permanen dgn status
kepemilikan milik anaknya. Rumah tersebut terdiri dari 4 kamar tidur,
kamar pasien terletak di timur laut dan memiliki sebuah jendela,
terdapat 2 dapur dan 1 WC terletak terpisah dari bangunan rumah.
Rumah pasien juga memiliki sumur namun jarang di gunakan dan
sumber air utama adalah PAM.
5. Lingkungan kimia
Tidak terdapat paparan zat kimia berbahaya di rumah dan lingkungan
tempat tinggal pasien.
6. Gaya hidup
Pasien gemar mengonsumsi ikan dan sayur-sayuran serta tidak
konsumsi daging lainnya. Pasien juga suka masih suka mengkonsumsi
makanan asin, terkadang pasien menambahkan garam ke sayur yang
akan dikonsumsi. Pasien memiliki riwayat merokok sejak kecil gemar
minum kopi, namun sekarang pasien sudah berhenti.

D. GENOGRAM

Gambar 6. Genogram pasien

15
E. MANDALA OF HEALTH
Mandala of health merupakan sebuah model yang menggambarkan
ekosistem manusia sebagai keterkaitan jaringan yang kompleks, dimana
setiap komponennya memiliki potensi yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia.
1. Fungsi Mandala Of Health
 Menyediakan perspektif yang luas mengenai kesehatan diantara
tenaga kesehatan.
 Saat digunakan sebagai bahan pelajaran, mandala of health lebih
menekankan pada kesehatan dibandingkan pada pengobatan dan
penyakit.
 Pada pembelajaran klinis, mandala of health menggunakan
diagnosis holistic sebagai pendekatanpada kesehatan.
 Mandala of health membantu tenaga kesehatan dalam mengetahui
peyebab sakit.
 Mandala of health juga membantu tenaga kesehatan dalam
melakukan intervensi yang tepat pada kesehatan.
2. Komponen Mandala Of Health atau Penentu Kesehatan
 Body
 Mind
 Spirit
 Human Biology
 Family
 Personal Behaviour
 Psycho-socio-economic environment
 Physical environment
 Sick care system
 Work
 Life styleThe Community
 The Human Made Environment

16
 Culture
 Biosphere

Level Pertama

● Body Pasien Ny. M usia 80 tahun mengalami


keluhan sakit kepala. Pasien merasakan
keluhan sakit kepala semenjak 2 hari sebelum
ke puskesmas, namun hilang timbul. Sakit
kepala yang dirasakan berdenyut-denyut,
tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas
pasien. Sakit kepala terasa membaik ketika
pasien beristirahat.

● Mind Pasien menderita penyakit hipertensi. Saat ini


pasien menjalani pengobatan rutin dan
diterapi dengan captopril 25mg 3 x 1 tablet/
hari.

Pasien juga diberikan antasida 3x1 tablet/hari.


Saat ini gejala yang dikeluhkan sudah
berkurang.

● Spirit Pasien beragama islam, namun dalam hal


beribadah dalam keluarga tidak dicantumkan
dalam skenario.

● Human Biology Pasien mengatakan kakak perempuan pasien


mengalami hipertensi seperti dirinya.

● Family Keluarga pasien adalah tipe keluarga


tradisional (The extended family) dimana
keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang
hidup bersama dalam satu tempat. Dalam

17
tempat tinggal pasien, terdapat 9 anggota
keluarga termasuk pasien.

● Personal Behaviour ● Pasien minum obat secara teratur


● Pasien Ny.M rutin kontrol ke puskesmas
● Pasien Ny.M mengatakan dirinya gemar
mengonsumsi ikan dan sayur-sayuran
serta tidak konsumsi daging.

● Pasien Ny.M mengatakan masih suka


mengkonsumsi makanan asin, terkadang
pasien menambahkan garam ke sayur
yang akan dikonsumsi.

● Pasien Ny.M memiliki riwayat merokok


sejak kecil, namun sekarang pasien sudah
tidak pernah merokok.

● Pasien Ny.M juga dahulu memiliki


riwayat gemar minum kopi, namun sudah
lama berhenti.

● Psycho-socio-economic Saat ini pasien tidak bekerja, aktifitas sehari-


environment hari di dalam rumah seperti menonton
televisi.

Selama ini kebutuhan hidup sehari-hari pasien


terpenuhi dari anak dan menantunya yang
bekerja sebagai pedagang

Pasien dalam kesehariannya beraktifitas di


sekitar rumah, seperti berjalan kaki dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Hubungan pasien dengan tetangga sekitarnya

18
juga cukup baik.

● Physical environment Rumah pasien Ny. M adalah tipe rumah


permanen dgn status kepemilikan milik
anaknya. Rumah tersebut terdiri dari 4 kamar
tidur, kamar pasien terletak di timur laut dan
memiliki sebuah jendela, terdapat 2 dapur dan
1 WC terletak terpisah dari bangunan rumah

Rumah pasien juga memiliki sumur namun


jarang di gunakan dan sumber air utama
adalah PAM

Level kedua

● Sick care system Pasien rutin kontrol ke puskesmas apabila


obat habis.

● Work Pasien ny.M tidak bekerja dan aktivitas


sehari-hari dilakukan di rumah

Anak pasien, tn. K bekerja sebagai PNS dan


ny K dan ny.R adalah IRT

● Life style Pasien memiliki riwayat merokok sejak kecil.


Pola makan pasien suka mengonsumsi
makanan asin dan sering menambahkan
garam pada sayuran yg di konsumsi. Memiliki
riwayat merokok sejak kecil, namun sekarang
sudah tidak. memiliki riwayat gemar minum
kopi, namun sudah lama berhenti.

● The Community Hubungan Pasien dengan tetangga di


lingkungannya cukup baik.

19
● The Human Made Dapur dan WC pasien Ny. M tampak kotor
Environment

● Culture Pasien adalah suku Makassar, dan tidak ada


budaya yg tidak sejalan dengan peningkatan
status Kesehatan..

● Biosphere - Litosfer : rumah permanen dan

- hidrosfer : menggunakan PAM,

atmosfer : gambaran dikamar pasien terdapat


jendela  sirkulasi udara cukup baik

Tabel 1. Mandala of Health


F. APGAR Score

Tidak
Kadang Selalu
APGAR Keterangan pernah
(1) (2)
(0)
Saya merasa puas karena saya bisa
meminta bantuan pada
Adaptasi 2
keluarga/(teman-teman) saya pada
saat saya merasa kesusahan.
Saya merasa puas dengan cara
keluarga/(teman-teman) saya
Partnership membicarakan sesuatu dengan saya 2
dan mengungkapkan masalah dengan
saya.
Saya merasa puas bahwa
keluarga/(teman-teman) saya
Growth menerima dan mendukung keinginan 2
saya untuk melakukan aktivitas atau
arah baru.

20
Saya merasa puas dengan cara
keluarga/(teman-teman) saya
mengekspresikan perhatian dan kasih
Afeksi 2
sayang dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai.
Saya puas dengan cara
keluarga/(teman-teman) saya
Resolve 2
menyediakan waktu bersama-sama
dengan saya.
Total nilai 10
Tabel 2. APGAR Score

Interpretasi :

- Nilai <3 : disfungsi keluarga tinggi


- Nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
- Nilai 7-10 : baik

G. FUNGSI PATOLOGI SCREEM


Fungsi Patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score
dengan rincian sebagai berikut :
1. Social : melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar.
2. Cultural : melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata
karma dan perhatian terhadap sopan santun.
3. Religious : melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan
ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.
4. Economic : melihat status ekonomi anggota keluarga
5. Educational : melihat tingkat pendidikan anggota keluarga
6. Medical : melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai

21
Sumber Patologis
Aktifitas sehari-hari di dalam rumah seperti
menonton televisi. Pasien dalam kesehariannya
Social -
beraktifitas di sekitar rumah, seperti berjalan kaki
dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
Menggunakan adat istiadat daerah asal dalam
Culture -
kehidupan sehari-hari

Religious
Economic Penghasilan keluarga relative cukup -
Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga
Educational tentang kesehatan cukup akan tetapi kesadaran akan
+
kesehatan masih kurang
Mampu mendapatkan pelayanan Kesehatan yang -
Medical memadai
Tabel 3. Fungsi patologi SCREEM

H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
 Alasan kedatangan : sakit kepala semenjak 2 hari sebelum ke
Puskesmas, namun hilang timbul. Sakit kepala dirasakan
berdenyut-denyut, tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas pasien.
Sakit kepala membaik ketika pasien beristirahat.
 Kekhawatiran : merasa khawatir jika keluhan pasien memberat dan
menyebabkan komplikasi.
 Persepsi : keluhan terjadi karena pasien belum memodifikasi gaya
hidup seperti suka mengonsumsi makanan asin.
 Harapan : keluhan hilang dan tidak kambuh lagi
2. Aspek Klinis
 Hipertensi stadium I (JNC 7)
 Gastritis Kronik

22
3. Aspek Risiko Internal
 Usia 80 tahun  lansia
 Riwayat kakak pasien menderita hipertensi
 Kebiasaan pasien suka mengonsumsi makanan asin
4. Aspek Psikososial Keluarga
 Hubungan keluarga baik
 Sosial ekonomi cukup baik
 Kurangnya pengetahuan keluarga pasien mengenai hipertensi
5. Derajat Fungsional
 Derajat 2 yaitu masih mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-
hari di dalam maupun di luar rumah

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan komprehensif dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Patient Centered
Penatalaksanaan ini berfokus kepada pasien sebagai objek utama.
Penatalaksanaan ini terbagi atas medikamentosa dan non-
medikamentosa.
 Medikamentosa
- Hipertensi : Captopril 25 mg 3 x 1 dalam sehari
- Gastritis : Antasida 3 x 1 tab/hari
 Non-Medikamentosa
- Mengedukasi pasien untuk mengubah pola hidup yang sehat
dengan tidak mengonsumsi makanan-makanan yang beresiko
bisa memicu penyakit hipertensi maupun gastristis, seperti
makanan yang tinggi garam dan pedas. Serta mengatur waktu
makan yang teratur
- Melakukan pola diet untuk penderita hipertensi yaitu diet
DASH, yang berfokus pada diet rendah natrium (1 sendok teh
kecil dalam satu hari)

23
- Melakukan food recall sebelum dan sesudah pemberian diet
DASH
- Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari

2. Family Approached
Penatalaksanaan ini dilakukan dengan pendekatan terhadap
keluarga terdekat pasien. Pada scenario, diketahui pasien tinggal
bersama anak dan cucunya. Sehingga intervensi yang bisa kita lakukan
seperti:
 Edukasi keluarga terdekat pasien mengenai penyakit yang diderita
oleh pasien mulai dari faktor resiko, penatalaksanaan, dan juga
pencegahannya.
 Edukasi mengenai konsumsi obat pasien yang harus rutin diberikan
sehingga keluarga juga bisa berpartisipasi untuk memonitor
konsumsi obat dari pasien.
 Edukasi keluarga mengenai selalu memberi dukungan kepada
pasien sehingga pasien tidak merasa terbebani dengan penyakit
yang diderita dan selalu bersemangat menjalani pengobatan.
 Edukasi keluarga pasien tentang pola hidup yang harus dijalani
oleh pasien khususnya pola diet untuk hipertensi dengan cara
memberikan edukasi tentang porsi dan kadar natrium yang bisa
diberikan setiap harinya, makanan apa yang boleh dikonsumsi dan
makanan apa yang tidak boleh dikonsumsi. Kalau bisa, keluarga
membuat menu tersendiri untuk pasien.
 Edukasi keluarga pasien untuk selalu mengingatkan atau bahkan
menemani pasien untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara rutin karena hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang
resikonya semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
3. Community Based
Penatalaksanaan ini dilakukan dengan pendekatan terhadap
keluarga terdekat pasien. Pada scenario, diketahui pasien tinggal

24
bersama anak dan cucunya. Sehingga intervensi yang bisa kita lakukan
seperti:
 Edukasi keluarga terdekat pasien mengenai penyakit yang diderita
oleh pasien mulai dari faktor resiko, penatalaksanaan, dan juga
pencegahannya.
 Edukasi mengenai konsumsi obat pasien yang harus rutin diberikan
sehingga keluarga juga bisa berpartisipasi untuk memonitor
konsumsi obat dari pasien.
 Edukasi keluarga mengenai selalu memberi dukungan kepada
pasien sehingga pasien tidak merasa terbebani dengan penyakit
yang diderita dan selalu bersemangat menjalani pengobatan.
 Edukasi keluarga pasien tentang pola hidup yang harus dijalani
oleh pasien khususnya pola diet untuk hipertensi dengan cara
memberikan edukasi tentang porsi dan kadar natrium yang bisa
diberikan setiap harinya, makanan apa yang boleh dikonsumsi dan
makanan apa yang tidak boleh dikonsumsi. Kalau bisa, keluarga
membuat menu tersendiri untuk pasien.
 Edukasi keluarga pasien untuk selalu mengingatkan atau bahkan
menemani pasien untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara rutin karena hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang
resikonya semakin meningkat seiring bertambahnya usia.

J. PROMOSI KESEHATAN & DETEKSI DINI


Promosi Kesehatan :
1. Tenaga kesehatan membagikan banner atau melakukan penyuluhan
mengenai penyakit degeneratif yang biasanya muncul pada lansia
dengan mempertimbangkan faktor-faktor resiko yang ada pada lansia
(usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, faktor genetik).
2. Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala
dan tanda-tanda dari penyakit hipertensi sehingga pengetahuan warga

25
meningkat dan bisa melakukan deteksi dini kepada diri sendiri dan
juga orang terdekat.
3. Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan mengenai PHBS (pola hidup
sehat) seperti melakukan aktivitas fisik khususnya kepada lansia
sehingga menurunkan resiko terkena penyakit.
4. Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan mengenai asupan gizi
seimbang kepada warga sekitar terutama pada masyarakat dengan
resiko tinggi terkena penyakit.
5. Tenaga kesehatan memberikan pelatihan untuk bisa melakukan
pemeriksaan tekanan darah secara mandiri untuk memudahkan pasien
yang mungkin memiliki hambatan atau kesulitan mengunjungi faskes
untuk melakukan pemeriksaan rutin
Deteksi Dini :
1. Tenaga kesehatan melakukan skrining melalui pemeriksaan kesehatan
rutin seperti pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam
urat, berat badan, dll guna mengetahui faktor resiko apa yang bisa
menimbulkan penyakit
2. Tenaga kesehatan melakukan posyandu lansia yang berfokus pada
kesehatan lansia sehingga bisa meningkatkan derajat kesehatan lansia
3. Tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah rutin untuk mendeteksi
penyakit masyarakat terutama masyarakat memiliki resiko tinggi
terkena penyakit seperti lansia, masyarakat kurang mampu, dll

K. PENCEGAHAN (FIVE LEVEL PREVENTION)


Hipertensi Adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat
memberikan gejala yang bervariasi pada masing-masing individu dan
sering kali gejalanya tidak spesifik atau menyerupai penyakiti lain. banyak
penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut
usia; dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
kardiovaskuler dan serebrovaskuler.
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

26
Edukasi Atau Penyuluhan Program CERDIK Yaitu :
 Cek Kondisi Kesehatan Secara Berkala
 Enyahkan Asap Rokok
 Rajin Aktivitas Fisik
 Diet Sehat Dengan Kalori Seimbang
 Istirahat Yang Cukup
 Kendalikan Stress
Promosi kesehatan ini berlaku untuk masyarakat yang masih sehat atau
memiliki factor risiko penyakit tidak menular. Adapun Program
PATUH Yaitu :
 Periksa Kesehatan Secara Rutin Dan Iktii Anjuran Dokter
 Atasi Penyakit Dengan Pengobatan Yang Tepat Dan Teratur
 Tetap Diet Sehat Dengan Gizi Seimbang
 Upayakan Beraktivitas Fisik Dengan Aman
 Hindari Rokok, Alcohol Dan Zat Karsinogenik Lainnya
2. Spesific Protection
Mengubah pola hidup/intervensi non-farmakologis pada penderita
hipertensi lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat
menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah. beberapa pola
hidup yang harus diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika ada
kegemukan, mengurangi minum alcohol, meningkatkan aktivitas fisik
aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium
yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang
adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Kegiatan screening utnutk deteksi dini hipertensi dapat dilakukan
di masyarakat melalui kegiatan kemasyarakatan seperti posbindu ptm.
kegiatan ini dapat dilakukan oleh kader kesehatan yang telah di latih.
pemriksaan tekanan darah dilakukan dengan tensi meter digital

27
maupun air raksa. monitoring tekanan darah dapat juga dilakukan
secara mandiri di rumah sehingga tidak perlu datang ke fasilitas
layanan kesehatan.
4. Disability Limitation
Menurut JNC VII pilihan pertama untuk pengobatan pada
penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic atau penyekat beta. pada
hst, direkomendasikan penggunaan diuretic dan antagonis kalsium.
antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam
menurunkan angka kejadian kardiovaskuler.adanya penyakit penyerta
lainnya akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat
antihipertensi
5. Rehabilitation
Istilah “something is better than nothing” berlaku untuk latihan
fisik; latihan fisik walaupun kecil tapi konsisten (15 menit/hari atau 90
menit/ minggu) menunjukkan manfaat kesehatan yang signifikan,
terlepas dari status hipertensi, usia, risiko kardiovaskular, dan gaya
hidup seperti merokok dan alkohol. konsep yang berkaitan dengan
takaran atau dosis latihan fisik, yaitu Frequency- Intensity- Time- Type
(FITT):
 Frequency adalah banyaknya unit latihan per satuan waktu untuk
meningkatkan kebugaran fisik. diperlukan latihan dengan frekuensi
3-5 kali per minggu dengan interval istirahat yang cukup.
 Intensity menunjukkan derajat kualitas latihan fisik. intensitas
latihan aerobik diukur dengan kenaikan denyut jantung. latihan
fisik untuk peningkatan daya tahan jantung paru dapat dicapai pada
intensitas 70-85% denyut jantung maksimal.
 Time (Durasi) adalah lama setiap sesi latihan. untuk meningkatkan
kebugaran dianjurkan berlatih selama 20-60 menit dalam intensitas
target latihan. Hasil latihan akan tampak setelah 8-12 minggu dan
akan stabil setelah lama latihan fisik selama 20 minggu.

28
 Type (Model Latihan Fisik) tidak semua tipe gerak/model latihan
fisik sesuai untuk meningkatkan kebugaran. latihan fisik yang
dianjurkan adalah latihan aerobik (terutama bisa dikombinasikan
dengan latihan fisik resisten).
Beberapa jenis latihan fisik yang dianjurkan:
 Jalan cepat (4,8-6,4 km per jam) selama 30-40 menit
 Berenang selama 20 menit
 Bersepeda santai jarak 8 km dalam 30 menit
 Bermain voli selama 45 menit
 Bermain bola basket selama 15-20 menit
 Bermain golf tanpa caddy (mengangkat peralatan golf sendiri)
 Berdansa selama 30 menit

Tabel 4. Pengaruh penurunan tekanan darah sistolik pada berbagai intervensi non-
farmakologis

L. INETGRASI KEISLAMAN
QS. Al-Ma'idah Ayat 88

Artinya :

Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai
rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.

29
Dari ayat diatas menjelaskan kepada kita untuk senantiasa
mengkonsumsi makan-makanan yang halal lagi baik. Halal dalam segi
memperoleh makan tersebut, seperti bukan merupakan makanan curian,
makanan yang di beli menggunakan uang haram atau makanan yang dari
kandungannya yang sudah haram, seperti daging babi dll. Selanjutnya,
selain halal haruslah baik bagi orang tersebut. Banyak makanan-makanan
yang halal namun tidak baik jika dikonsumsi orang tersebut, contohnya
seperti yang terdapat pada kasus, bahwa garam merupakan makanan yang
halal, namun apabila sering dikonsumsi pasien, yang menderita penyakit
hioertensi, malah hanya dapat memperparah hipertensinya.

30
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit hipertensi yang diderita oleh pasien sejak 30 tahun yang lalu dan
pasien rutin mengonsumsi obat antihipertensi yang didapatkan dari puskesmas.
Pasien sering mengeluhkan sakit kepala, dan hal ini merupakan salah satu gejala
dari hipertensi pasien tersebut. Dari hasil anamnesis, pasien suka mengonsumsi
makanan asin dan ini merupakan salah satu faktor risiko penyebab hipertensi.
Faktor inilah yang kemungkinan besar menyebabkan hipertensi pasien tinggi.
Kemudian untuk penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada pasien
yaitu mencakup pelaksanaan komprehensif, promosi kesehatan dan deteksi dini,
serta pencegahan dengan menggunakan five level of prevention.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraini MT, Novitasari A, Setiawan MR. “Buku Ajar Kedokteran


Keluarga”. Semarang: Fakultas Kedokteran UNIMUS, 2017.
2. RA Tuty Kuswardhani. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut
Us1a.Divisi Geriatri. Bagian Penyakit Dalam FK. Unud, RSUP Sanglah
Denpasar.
3. Kemenkes RI. 2018. Manajemen Program Pencegahan Dan Pengendalian
Hipertensi Dan Perhitungan Pencapaian Spm Hipertensi. Subdit Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah Direktorat P2PTM. Ditjen Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit.
4. Arum Widi Sarastuti, Bambang Widyantoro. 2018. Latihan Fisik Bagi
Penderita Hipertensi. CDK Vol. 45 No. 12 Th. 2018
5. Kemenkes RI. 2013. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Hipertensi.

32

Anda mungkin juga menyukai