KEDOKTERAN KELUARGA
PEMBIMBING :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, sehingga dengan
segala keterbatasan yang kami punya akhirnya penulisan laporan tutorial klinik
dengan judul modul “Kedokteran Keluarga” dapat selesai. Penulisan laporan
tutorial ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Keberhasilan
penyusunan laporan tutorial ini tidak luput dari bimbingan, dan bantuan moril dan
materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas
kepada yang terhormat dr. Darmawansyih, M.Kes sebagai pembimbing dalam
kepaniteraan klinik, serta semua pihak yang telah membantu.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
A. Skenario ................................................................................................. 6
D. Genogram ............................................................................................ 15
I. Penatalaksanaan................................................................................... 23
K. Pencegahan .......................................................................................... 26
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
1. ANAMNESIS
a. Riwayat Penyakit
Pasien datang ke puskesmas hari ini. Pada saat itu pasien mengeluh
sakit kepala. Pasien merasakan keluhan sakit kepala semenjak 2 hari
sebelum ke Puskesmas, namun hilang timbul. Sakit kepala yang
dirasakan berdenyut-denyut, tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas
pasien. Sakit kepala terasa membaik ketika pasien beristirahat. Nafsu
makan pasien dikatakan normal dan keluhan gangguan tidur disangkal.
Keluhan lain disangkal.
c. Riwayat Pengobatan
d. Riwayat Keluarga
6
diketahui. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
seperti diabetes dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.
e. Riwayat Sosial
2. Pemeriksaan Fisik
TB : 162 cm TB : 162 cm
BB : 45 kg BB : 45 kg
b. Status General:
Mata
7
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Thorak
Abdomen
8
Palpasi : tidak dievaluasi
Ekstremitas
Oedem - - , hangat + +
- - + +
c. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dikerjakan.
d. Diagnosis
Saat dilakukan kunjungan ke rumah pasien terlihat pasien dalam keadaan normal.
Pasien bisa menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan. Keluhan sakit
kepala dan pusing sudah berkurang setelah rutin meminum obat yang diberikan.
Pasien adalah ibu rumah tangga berusia 82 tahun dan tidak bekerja. Selama ini
kebutuhan hidup sehari-hari pasien terpenuhi dari anak dan menantunya. Pasien
dalam kesehariannya beraktifitas di sekitar rumah, seperti berjalan kaki dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan pasien dengan tetangga
sekitarnya juga cukup baik.
9
Kondisi Rumah Pasien
Rumah pasien tergolong cukup luas yang terdiri dari 2 bangunan dalam 1
halaman. Kedua bangunan tersebut saling berdempetan dan terdapat tembok
pemisah. Keduanya adalah rumah anak pasien, dan pasien tinggal di rumah anak
perempuan yakni bangunan di sebelah Barat. Rumah tersebut terdiri dari sebuah
ruang tamu dan keluarga dan 4 kamar tidur, kamar tidur pasien berada pada sisi
Timur Laut dan memiliki sebuah jendela. Rumah pasien sudah menggunakan
tehel dan termasuk kategori permanen. Terdapat 2 buah dapur dan sebuah kamar
mandi yang terletak terpisah dari bangunan kedua rumah tersebut. Dapur utama
terletak bersebelahan dengan kamar mandi,sedangkan dapur tambahan terletak di
selatan dekat dengan teras rumah. Untuk memasak pasien sudah menggunakan
kompor. Rumah pasien juga memiliki sumur namun jarang digunakan, sehingga
sumber air utama berasal dari air PAM.
DENAH RUMAH
Dapur Kamar
Utama mandi
Kamar
cucu KT Pasien
pasien RUMAH ANAK LAKI LAKI
PASIEN
R.Keluarga
Kamar Kamar
cucu Anak
pasien Pasien
Dapur
Tambahan
10
Gambar 2. Tampak depan rumah pasien
11
Gambar 4. Tampak kamar mandi di rumah pasien
12
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Keluhan Utama :
Sakit kepala semenjak 2 hari sebelum ke Puskesmas, namun hilang
timbul. Sakit kepala dirasakan berdenyut-denyut, tetapi tidak sampai
mengganggu aktivitas pasien. Sakit kepala membaik ketika pasien
beristirahat.
2. Riwayat Penyakit :
Pasien didiagnosis hipertensi sejak lebih 30 tahun yang lalu, dengan
keluhan sering sakit kepala. Pasien rutin kontrol ke puskesmas apabila
obat habis.Tekanan darah tertinggi mencapai 160/110mmHg. Pasien
juga memiliki riwayat penyakit maag sejak kecil.
3. Riwayat Pengobatan :
Pasien menjalani pengobatan rutin dengan terapi captopril 25mg 3x1
tablet/hari. Pasien juga mengonsumsi antasida 3x1 tablet/hari.
4. Riwayat Keluarga :
Kakak perempuan pasien juga menderita hipertensi. Riwayat
hipertensi dari ayah dan ibu pasien tidak diketahui.
5. Riwayat Sosial :
Pasien tidak bekerja, dan beraktifitas sehari-hari di dalam rumah.
Pasien suka mengkonsumsi makanan asin, terkadang pasien
menambahkan garam ke sayur yang akan dikonsumsi. Pasien memiliki
riwayat merokok sejak kecil, namun sekarang sudah tidak. Pasien juga
memiliki riwayat gemar minum kopi, namun sudah lama berhenti.
Pasien mengeluh timbul sesak jika berjalan sejauh sekitar 100 meter.
13
B. FAKTOR INTERNAL
1. Usia
Pasien berusia 80 tahun dan tergolong sebagai lansia. Pada lansia
terjadi penurunan fungsi fisiologis yang dapat berpengaruh pada
kejadian penyakit, terutama penyakit degenerative.
2. Keturunan/genetic
Keluarga (kakak perempuan menderita HT), kemungkinan orangtua
menderita HT ada namun tidak disebutkan. (belum pasti menjadi factor
risiko karena bisa jadi disebabkan oleh factor lain sseperti pola makan
dan pola hdup tidak sehat)
3. Jenis kelamin
Laki-laki lebih sering mengalami HT. hal tersebut berkaitan dengan
aktifitas dan gaya hidup (merokok, konsumsi kopi, konsumsi makanan
asin)
4. Keluarga
APGAR score baik, genogram terdapat keluarga dengan keluhan yang
sama dan mandala of health pasien lebih rinci dijelaskan
padapembahasan selanjutnya.
5. Psikologis
Pasien tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah, pasien kurang
mendapat perhatian dari anggota keluarganya.
C. FAKTOR EKSTERNAL
1. Ekonomi
Penghasilan keluarga relative cukup, kebutuhan hidup sehari-hari pasien
terpenuhi dari anak dan menantunya.
2. Lingkungan social
Aktifitas sehari-hari di dalam rumah seperti menonton televisi. Pasien
dalam kesehariannya beraktifitas di sekitar rumah, seperti berjalan kaki
14
dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. hubungan pasien
dengan kondisi social di sekitarnya baik.
3. Budaya
Menggunakan adat istiadat daerah asal dalam kehidupan sehari-hari.
4. Lingkungan fisik
Rumah pasien Ny. M adalah tipe rumah permanen dgn status
kepemilikan milik anaknya. Rumah tersebut terdiri dari 4 kamar tidur,
kamar pasien terletak di timur laut dan memiliki sebuah jendela,
terdapat 2 dapur dan 1 WC terletak terpisah dari bangunan rumah.
Rumah pasien juga memiliki sumur namun jarang di gunakan dan
sumber air utama adalah PAM.
5. Lingkungan kimia
Tidak terdapat paparan zat kimia berbahaya di rumah dan lingkungan
tempat tinggal pasien.
6. Gaya hidup
Pasien gemar mengonsumsi ikan dan sayur-sayuran serta tidak
konsumsi daging lainnya. Pasien juga suka masih suka mengkonsumsi
makanan asin, terkadang pasien menambahkan garam ke sayur yang
akan dikonsumsi. Pasien memiliki riwayat merokok sejak kecil gemar
minum kopi, namun sekarang pasien sudah berhenti.
D. GENOGRAM
15
E. MANDALA OF HEALTH
Mandala of health merupakan sebuah model yang menggambarkan
ekosistem manusia sebagai keterkaitan jaringan yang kompleks, dimana
setiap komponennya memiliki potensi yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia.
1. Fungsi Mandala Of Health
Menyediakan perspektif yang luas mengenai kesehatan diantara
tenaga kesehatan.
Saat digunakan sebagai bahan pelajaran, mandala of health lebih
menekankan pada kesehatan dibandingkan pada pengobatan dan
penyakit.
Pada pembelajaran klinis, mandala of health menggunakan
diagnosis holistic sebagai pendekatanpada kesehatan.
Mandala of health membantu tenaga kesehatan dalam mengetahui
peyebab sakit.
Mandala of health juga membantu tenaga kesehatan dalam
melakukan intervensi yang tepat pada kesehatan.
2. Komponen Mandala Of Health atau Penentu Kesehatan
Body
Mind
Spirit
Human Biology
Family
Personal Behaviour
Psycho-socio-economic environment
Physical environment
Sick care system
Work
Life styleThe Community
The Human Made Environment
16
Culture
Biosphere
Level Pertama
17
tempat tinggal pasien, terdapat 9 anggota
keluarga termasuk pasien.
18
juga cukup baik.
Level kedua
19
● The Human Made Dapur dan WC pasien Ny. M tampak kotor
Environment
Tidak
Kadang Selalu
APGAR Keterangan pernah
(1) (2)
(0)
Saya merasa puas karena saya bisa
meminta bantuan pada
Adaptasi 2
keluarga/(teman-teman) saya pada
saat saya merasa kesusahan.
Saya merasa puas dengan cara
keluarga/(teman-teman) saya
Partnership membicarakan sesuatu dengan saya 2
dan mengungkapkan masalah dengan
saya.
Saya merasa puas bahwa
keluarga/(teman-teman) saya
Growth menerima dan mendukung keinginan 2
saya untuk melakukan aktivitas atau
arah baru.
20
Saya merasa puas dengan cara
keluarga/(teman-teman) saya
mengekspresikan perhatian dan kasih
Afeksi 2
sayang dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai.
Saya puas dengan cara
keluarga/(teman-teman) saya
Resolve 2
menyediakan waktu bersama-sama
dengan saya.
Total nilai 10
Tabel 2. APGAR Score
Interpretasi :
21
Sumber Patologis
Aktifitas sehari-hari di dalam rumah seperti
menonton televisi. Pasien dalam kesehariannya
Social -
beraktifitas di sekitar rumah, seperti berjalan kaki
dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
Menggunakan adat istiadat daerah asal dalam
Culture -
kehidupan sehari-hari
Religious
Economic Penghasilan keluarga relative cukup -
Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga
Educational tentang kesehatan cukup akan tetapi kesadaran akan
+
kesehatan masih kurang
Mampu mendapatkan pelayanan Kesehatan yang -
Medical memadai
Tabel 3. Fungsi patologi SCREEM
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Alasan kedatangan : sakit kepala semenjak 2 hari sebelum ke
Puskesmas, namun hilang timbul. Sakit kepala dirasakan
berdenyut-denyut, tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas pasien.
Sakit kepala membaik ketika pasien beristirahat.
Kekhawatiran : merasa khawatir jika keluhan pasien memberat dan
menyebabkan komplikasi.
Persepsi : keluhan terjadi karena pasien belum memodifikasi gaya
hidup seperti suka mengonsumsi makanan asin.
Harapan : keluhan hilang dan tidak kambuh lagi
2. Aspek Klinis
Hipertensi stadium I (JNC 7)
Gastritis Kronik
22
3. Aspek Risiko Internal
Usia 80 tahun lansia
Riwayat kakak pasien menderita hipertensi
Kebiasaan pasien suka mengonsumsi makanan asin
4. Aspek Psikososial Keluarga
Hubungan keluarga baik
Sosial ekonomi cukup baik
Kurangnya pengetahuan keluarga pasien mengenai hipertensi
5. Derajat Fungsional
Derajat 2 yaitu masih mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-
hari di dalam maupun di luar rumah
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan komprehensif dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Patient Centered
Penatalaksanaan ini berfokus kepada pasien sebagai objek utama.
Penatalaksanaan ini terbagi atas medikamentosa dan non-
medikamentosa.
Medikamentosa
- Hipertensi : Captopril 25 mg 3 x 1 dalam sehari
- Gastritis : Antasida 3 x 1 tab/hari
Non-Medikamentosa
- Mengedukasi pasien untuk mengubah pola hidup yang sehat
dengan tidak mengonsumsi makanan-makanan yang beresiko
bisa memicu penyakit hipertensi maupun gastristis, seperti
makanan yang tinggi garam dan pedas. Serta mengatur waktu
makan yang teratur
- Melakukan pola diet untuk penderita hipertensi yaitu diet
DASH, yang berfokus pada diet rendah natrium (1 sendok teh
kecil dalam satu hari)
23
- Melakukan food recall sebelum dan sesudah pemberian diet
DASH
- Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari
2. Family Approached
Penatalaksanaan ini dilakukan dengan pendekatan terhadap
keluarga terdekat pasien. Pada scenario, diketahui pasien tinggal
bersama anak dan cucunya. Sehingga intervensi yang bisa kita lakukan
seperti:
Edukasi keluarga terdekat pasien mengenai penyakit yang diderita
oleh pasien mulai dari faktor resiko, penatalaksanaan, dan juga
pencegahannya.
Edukasi mengenai konsumsi obat pasien yang harus rutin diberikan
sehingga keluarga juga bisa berpartisipasi untuk memonitor
konsumsi obat dari pasien.
Edukasi keluarga mengenai selalu memberi dukungan kepada
pasien sehingga pasien tidak merasa terbebani dengan penyakit
yang diderita dan selalu bersemangat menjalani pengobatan.
Edukasi keluarga pasien tentang pola hidup yang harus dijalani
oleh pasien khususnya pola diet untuk hipertensi dengan cara
memberikan edukasi tentang porsi dan kadar natrium yang bisa
diberikan setiap harinya, makanan apa yang boleh dikonsumsi dan
makanan apa yang tidak boleh dikonsumsi. Kalau bisa, keluarga
membuat menu tersendiri untuk pasien.
Edukasi keluarga pasien untuk selalu mengingatkan atau bahkan
menemani pasien untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara rutin karena hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang
resikonya semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
3. Community Based
Penatalaksanaan ini dilakukan dengan pendekatan terhadap
keluarga terdekat pasien. Pada scenario, diketahui pasien tinggal
24
bersama anak dan cucunya. Sehingga intervensi yang bisa kita lakukan
seperti:
Edukasi keluarga terdekat pasien mengenai penyakit yang diderita
oleh pasien mulai dari faktor resiko, penatalaksanaan, dan juga
pencegahannya.
Edukasi mengenai konsumsi obat pasien yang harus rutin diberikan
sehingga keluarga juga bisa berpartisipasi untuk memonitor
konsumsi obat dari pasien.
Edukasi keluarga mengenai selalu memberi dukungan kepada
pasien sehingga pasien tidak merasa terbebani dengan penyakit
yang diderita dan selalu bersemangat menjalani pengobatan.
Edukasi keluarga pasien tentang pola hidup yang harus dijalani
oleh pasien khususnya pola diet untuk hipertensi dengan cara
memberikan edukasi tentang porsi dan kadar natrium yang bisa
diberikan setiap harinya, makanan apa yang boleh dikonsumsi dan
makanan apa yang tidak boleh dikonsumsi. Kalau bisa, keluarga
membuat menu tersendiri untuk pasien.
Edukasi keluarga pasien untuk selalu mengingatkan atau bahkan
menemani pasien untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara rutin karena hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang
resikonya semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
25
meningkat dan bisa melakukan deteksi dini kepada diri sendiri dan
juga orang terdekat.
3. Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan mengenai PHBS (pola hidup
sehat) seperti melakukan aktivitas fisik khususnya kepada lansia
sehingga menurunkan resiko terkena penyakit.
4. Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan mengenai asupan gizi
seimbang kepada warga sekitar terutama pada masyarakat dengan
resiko tinggi terkena penyakit.
5. Tenaga kesehatan memberikan pelatihan untuk bisa melakukan
pemeriksaan tekanan darah secara mandiri untuk memudahkan pasien
yang mungkin memiliki hambatan atau kesulitan mengunjungi faskes
untuk melakukan pemeriksaan rutin
Deteksi Dini :
1. Tenaga kesehatan melakukan skrining melalui pemeriksaan kesehatan
rutin seperti pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam
urat, berat badan, dll guna mengetahui faktor resiko apa yang bisa
menimbulkan penyakit
2. Tenaga kesehatan melakukan posyandu lansia yang berfokus pada
kesehatan lansia sehingga bisa meningkatkan derajat kesehatan lansia
3. Tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah rutin untuk mendeteksi
penyakit masyarakat terutama masyarakat memiliki resiko tinggi
terkena penyakit seperti lansia, masyarakat kurang mampu, dll
26
Edukasi Atau Penyuluhan Program CERDIK Yaitu :
Cek Kondisi Kesehatan Secara Berkala
Enyahkan Asap Rokok
Rajin Aktivitas Fisik
Diet Sehat Dengan Kalori Seimbang
Istirahat Yang Cukup
Kendalikan Stress
Promosi kesehatan ini berlaku untuk masyarakat yang masih sehat atau
memiliki factor risiko penyakit tidak menular. Adapun Program
PATUH Yaitu :
Periksa Kesehatan Secara Rutin Dan Iktii Anjuran Dokter
Atasi Penyakit Dengan Pengobatan Yang Tepat Dan Teratur
Tetap Diet Sehat Dengan Gizi Seimbang
Upayakan Beraktivitas Fisik Dengan Aman
Hindari Rokok, Alcohol Dan Zat Karsinogenik Lainnya
2. Spesific Protection
Mengubah pola hidup/intervensi non-farmakologis pada penderita
hipertensi lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat
menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah. beberapa pola
hidup yang harus diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika ada
kegemukan, mengurangi minum alcohol, meningkatkan aktivitas fisik
aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium
yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang
adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Kegiatan screening utnutk deteksi dini hipertensi dapat dilakukan
di masyarakat melalui kegiatan kemasyarakatan seperti posbindu ptm.
kegiatan ini dapat dilakukan oleh kader kesehatan yang telah di latih.
pemriksaan tekanan darah dilakukan dengan tensi meter digital
27
maupun air raksa. monitoring tekanan darah dapat juga dilakukan
secara mandiri di rumah sehingga tidak perlu datang ke fasilitas
layanan kesehatan.
4. Disability Limitation
Menurut JNC VII pilihan pertama untuk pengobatan pada
penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic atau penyekat beta. pada
hst, direkomendasikan penggunaan diuretic dan antagonis kalsium.
antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam
menurunkan angka kejadian kardiovaskuler.adanya penyakit penyerta
lainnya akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat
antihipertensi
5. Rehabilitation
Istilah “something is better than nothing” berlaku untuk latihan
fisik; latihan fisik walaupun kecil tapi konsisten (15 menit/hari atau 90
menit/ minggu) menunjukkan manfaat kesehatan yang signifikan,
terlepas dari status hipertensi, usia, risiko kardiovaskular, dan gaya
hidup seperti merokok dan alkohol. konsep yang berkaitan dengan
takaran atau dosis latihan fisik, yaitu Frequency- Intensity- Time- Type
(FITT):
Frequency adalah banyaknya unit latihan per satuan waktu untuk
meningkatkan kebugaran fisik. diperlukan latihan dengan frekuensi
3-5 kali per minggu dengan interval istirahat yang cukup.
Intensity menunjukkan derajat kualitas latihan fisik. intensitas
latihan aerobik diukur dengan kenaikan denyut jantung. latihan
fisik untuk peningkatan daya tahan jantung paru dapat dicapai pada
intensitas 70-85% denyut jantung maksimal.
Time (Durasi) adalah lama setiap sesi latihan. untuk meningkatkan
kebugaran dianjurkan berlatih selama 20-60 menit dalam intensitas
target latihan. Hasil latihan akan tampak setelah 8-12 minggu dan
akan stabil setelah lama latihan fisik selama 20 minggu.
28
Type (Model Latihan Fisik) tidak semua tipe gerak/model latihan
fisik sesuai untuk meningkatkan kebugaran. latihan fisik yang
dianjurkan adalah latihan aerobik (terutama bisa dikombinasikan
dengan latihan fisik resisten).
Beberapa jenis latihan fisik yang dianjurkan:
Jalan cepat (4,8-6,4 km per jam) selama 30-40 menit
Berenang selama 20 menit
Bersepeda santai jarak 8 km dalam 30 menit
Bermain voli selama 45 menit
Bermain bola basket selama 15-20 menit
Bermain golf tanpa caddy (mengangkat peralatan golf sendiri)
Berdansa selama 30 menit
Tabel 4. Pengaruh penurunan tekanan darah sistolik pada berbagai intervensi non-
farmakologis
L. INETGRASI KEISLAMAN
QS. Al-Ma'idah Ayat 88
Artinya :
Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai
rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.
29
Dari ayat diatas menjelaskan kepada kita untuk senantiasa
mengkonsumsi makan-makanan yang halal lagi baik. Halal dalam segi
memperoleh makan tersebut, seperti bukan merupakan makanan curian,
makanan yang di beli menggunakan uang haram atau makanan yang dari
kandungannya yang sudah haram, seperti daging babi dll. Selanjutnya,
selain halal haruslah baik bagi orang tersebut. Banyak makanan-makanan
yang halal namun tidak baik jika dikonsumsi orang tersebut, contohnya
seperti yang terdapat pada kasus, bahwa garam merupakan makanan yang
halal, namun apabila sering dikonsumsi pasien, yang menderita penyakit
hioertensi, malah hanya dapat memperparah hipertensinya.
30
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit hipertensi yang diderita oleh pasien sejak 30 tahun yang lalu dan
pasien rutin mengonsumsi obat antihipertensi yang didapatkan dari puskesmas.
Pasien sering mengeluhkan sakit kepala, dan hal ini merupakan salah satu gejala
dari hipertensi pasien tersebut. Dari hasil anamnesis, pasien suka mengonsumsi
makanan asin dan ini merupakan salah satu faktor risiko penyebab hipertensi.
Faktor inilah yang kemungkinan besar menyebabkan hipertensi pasien tinggi.
Kemudian untuk penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada pasien
yaitu mencakup pelaksanaan komprehensif, promosi kesehatan dan deteksi dini,
serta pencegahan dengan menggunakan five level of prevention.
31
DAFTAR PUSTAKA
32