Oleh:
70700120013
Pembimbing:
dr. Andi Tenrisanna Devi,Sp.M (K).,MARS
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua bahwa dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dan referat
“Retinoblastoma” Departemen Ilmu Keehatan Masyarakat dan Kedokteran Keluarga Program
Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan laporan ini adalah berkat bimbingan, kerja sama, serta bantuan
moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga segala rintangan yang
dihadapi selama penulisan dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis siap menerima kritik
dan saran serta koreksi yang membangun dari semua pihak.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi
Dokter UIN Alauddin Makassar
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................21
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ..........................................................................................................3
Gambar 2.2 ..........................................................................................................4
Gambar 3.1 ..........................................................................................................8
Gambar 3.2 ..........................................................................................................9
Gambar 3.3 ..........................................................................................................11
Gambar 3.4 ..........................................................................................................12
Gambar 3.5 ..........................................................................................................17
Gambar 3.6 ..........................................................................................................18
Gambar 3.7 ..........................................................................................................18
v
BAB I
PENDAHULUAN
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat fatal.
Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga; walaupun jarang,
dilaporkan kasus-kasus yang timbul di segala usia. Tumor bersifat bilateral pada
sekitar 30% kasus dan bersifat herediter. Retinoblastoma semula diperkirakan
terjadi akibat mutasi suatu gen dominan otosom, tetapi sekarang diduga bahwa
suatu alel di satu lokus di dalam pita kromosom 13q14 mengontrol tumor bentuk
herediter dan non herediter. Gen retinoblastoma yang normal, terdapat pada semua
orang, adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit
yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya; apabila
alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan,
terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang non herediter, kedua alel gen
retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi
spontan. Pada pengidap yang bertahan hidup (5% dari kasus baru yang
orangtuanya sakit atau mereka yang mengalami mutasi sel germinativum)
memiliki kemungkinan hampir 50% menghasilkan anak yang sakit.
Pada sejumlah besar (diperkirakan berkisar dari 20% sampai 90%) pengidap
retinoblastoma bilateral yang bertahan hidup, timbul tumor ganas primer kedua,
terutama osteosarkoma, setelah beberapa tahun. Para pasien ini harus dievaluasi
secara cermat seumur hidupnya.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Subjektif
Anamnesis Terpimpin : Disadari orang tua sejak anak berusia 2 bulan. Anak
sering menangis dari lahir hingga sekarang. Anak tidak respon terhadap cahaya
sejak usia 3 bulan, mata kucing (+) sejak lahir. Riwayat kelahiran: anak ke 2 dari
2 bersaudara, lahir normal, cukup bulan, berat badan lahir 3900 gram. Riwayat
keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.
B. Objektif
STATUS
PRESENT
OD OS
KEDUDUKAN
DAN GERAK
BOLA MATA
Pemeriksaan Penunjang
a. USG
Echo : Baik
Lensa : Jernih
Vitreus : Tampak massa berupa lobus-lobus hiperechoic
Retina, :
Koroid :
Kesan Intak
Sklera :
N. Optik :
b. Laboratorium
c. Patologi Anatomi : Retinoblastoma undifferentiated dengan struktur kornea, sklera,
3
koroid, processus silisaris dan nervus optikus bebas tumor
Interpretasi
- Tampak lesi hiperdens (55 HU) tanpa kalsifikasi, batas tegas, tepi irreguler
dalam posterior chamberkesan pada retina dengan volume melebih 2/3
bulbus okuli. Kontur bulbus okuli masih normal.
4
- M. Rektus lateralis, m.rektus medialis, m.rektus superior, m.rektus
inferior, m.obliqus superior, m. Obliqus inferior: posisi, densitas,
dan ketebalan dalam batas normal.
Foto Pasien
C. Assassement
OD Retinoblastoma
D. Planning
OD Enukleasi
Konsul TS Anak untuk tata laksana anemia
14/12/2017
VOD : 0 (Anoftalmus) Th/ GV topikal
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Retinoblastoma
a. Definisi
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut, sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor
6
ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional.1,3
Retinoblastoma dapat tumbuh keluar (eksofitik) atau kedalam (endofitik).
Retinoblastoma endofitik kemudian meluas kedalam korpus vitreum. Kedua
jenis ini secara bertahap akhirnya mengisi mata dan meluas melalui saraf
optikus ke otak dan disepanjang saraf dan pembuluh-pembuluh emisari di
sklera ke jaringan orbita lainnya.
b. Epidemiologi
Retinoblastoma adalah tumor intraokular terbanyak pada anak-anak.
Di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, dimana melanoma uvea relatif jarang,
retinoblastoma adalah yang tumor primer intraocular yang paling umum. Di
Eropa dan Amerika Serikat, tumor berada di peringkat kedua diantara semua
prevalensi, merefleksikan kecenderungan dari orang Eropa yang berkulit
terang yang mengidap melanoma uvea. Insiden retinoblastoma
diestimasikan sekitar 1 dalam 15,000 hingga 1 dalam 34,000 kelahiran.
Retinoblastoma bersifat kosmpolitan dan bisa mengenai semua ras. Kedua
jenis kelamin dapat menderita dengan proporsi yang sama, dan tumor tidak
memiliki daerah predileksi untuk mata kanan atau kiri. Usia rata-rata saat
diagnosis adalah 18 bulan. Walaupun banyak kasus yang telah dilaporkan
pada orang dewasa, namun retinoblastoma jarang ditemui setelah usia 4
tahun. 2
c. Anatomi
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding
bola mata. Retina membentang keluar anterior hampir sejauh corpus
siliar dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata.
Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di
belakang garis schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm pada sisi
nasal. Permukaan luas retina sensoris bertumpuk dengan lapisan
epitel berpigmen retina sehingga juga berhubungan dengan
membrana Bruch,koroid dan skelera. Disebagian besar tempat, retina
dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga terbentuk suatu
ruang subretina, tetapi pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan
epitel pigmen retina saling melekat kuat.2
7
Gambar 3.1 Anatomi Retina
8
8. Membrana limitans eksterna merupaka membran ilusi.
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapisan terluar retina terdiri
atas sel batang dan sel kerucut.
10. Epitel pigmen retina.
10
retinoblastoma. Pada literatur terdahulu, penemuan ini disamakan dengan
adanya pantulan cahaya pada mata kucing (amaurotic cat’s eye reflex).
Refleks pupil menjadi putih karena adanya tumor pada korpus vitreus
(tumor endofitik) atau detachment total pada retina (tumor eksofitik).
Tergantung dari posisi tumor pada mata, leukokoria dapat muncul pada
pasien hampir pada setiap kasus (seperti retinoblastoma makular) atau
ketika anak melihat ke arah tertentu (retinoblastoma periferal). 2,6
Strabismus adalah gejala lain yang menyertai retinoblastoma, dan esotropia lebih
banyak ditemukan daripada eksotropia. Keduanya disebabkan oleh adanya tumor atau
pelepasan yang mempengaruhi penglihatan sentral, biasanya dari makula atau
keterlibatan nervus optik. Strabismus adalah gejala paling banyak kedua dari seluruh
kasus (20% dari kasus). Inilah alasan mengapa pemeriksaan fundus pada pupil yang
dilatasi wajib dilakukan pada semua kasus strabismus anak. Adakalanya, pasien dengan
tumor yang kecil memiliki gejala adanya kesulitan untuk melihat walaupun tidak
ditemukan strabismus. Strabismus yang terjadi adalah non-paralitik sehingga sudut
deviasi sama, terlepas dari arah penglihatan. Mata berdeviasi karena penglihatan
terganggu dan hal ini bisa terjadi pada mata dengan kelainan pada penglihatan. 6,10,11
2. Stadium Glaukomatosa
Stadium ini berkembang jika retinoblastoma tidak diterapi selama
stadium tenang. Stadium ini ditandai oleh adanya rasa nyeri yang sangat
hebat, kemerahan, dan mata berair. Bola mata membesar dengan adanya
proptosis yang menonjol, kornea menjadi keruh, tekanan intra okular
meningkat.9
11
Inflamasi (uveitis, endoftalmitis, panoftalmitis, hipopion), atau
yang jarang terjadi, hifema, glaukoma, heterokromia, rubeosis, pitiris
bulbi, dan penurunan penglihatan adalah gejala penyerta lain pada tumor
ini. Pseudouveitis, dengan mata merah dan nyeri berhubungan dengan
hipopion dan hifema, adalah kasus yang jarang. Gejala ini terjadi karena
retinoblastoma yang berinfiltrasi dimana sel-sel tumor menginvasi retina
secara difus, tanpa membentuk massa tumor yang berlainan. 10,11
A Tidak ada tumor >3 mm; jauh dari fovea dan nervus
optic
B Tidak termasuk Grup A tanpa vitreous seeding, cairan
subretinal <5 mm dari dasar tumor
C Tumor dengan vitreous seeding fokal atau cairan
subretinal (kurang dari 1 kuadran)
D Vitreous seeding yang massif atau difus, dengan massa
subretinal yang meluas
E Unsalvageable eyes, glaukoma neovaskular, tumor
menyentuh lensa, tumor pada bilik mata depan, phthisis,
retinoblastoma infiltrasi difus
13
g. Diagnosis
1. Anamnesis
14
dapat divisualisasi dengan baik menggunakan mikroskop atau handheld
slit lamp. Penemuan seperti adanya invasi pada bilik mata depan oleh
tumor, neovaskularisasi dari iris, hifema atau pseudohipopion, harus
dicatat.12
4. Pengukuran Tekanan Intraokular
Pengukuran tekanan intraokular harus dilakukan pada kedua mata
dengan menggunakan tonometer Schiotz, Perkins, atau Tonopen. Diameter
kornea harus diukur sebagai tanda adanya perubahan bentuk pada bola
mata, pembesaran, atau glaukoma sekunder. 12
5. Oftalmoskop Indirek
Oftalmoskopi indirek binocular adalah tahap yang paling penting
pada diagnosis pasien dengan suspek retinoblastoma. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan di klinik dan juga bisa diulangi ketika pasien berada
dalam keadaan anestesi dengan evaluasi yang lebih jelas untuk
mendokumentasikan lokasi, ukuran, dan penampakan tumor, ablasio
retina, perdarahan, dan juga detail lainnya. 12
6. Konseling Genetik
Konseling genetic kepada keluarga pasien dengan retinoblastoma
merupakan sesuatu yang sulit dan menantang. Kedua orang tua dari pasien
dan saudara perlu diperiksa. Pada 1% kasus, di orang tua bisa saja
ditemukan lesi pada fundus yang menjelaskan regresi retinoblastoma atau
retinositoma yang spontan. Tes genetic untuk retinoblastoma tersedia
namun memiliki keterbatasan. Studi karyotypic hanya dapat
mengidentifikasi large deletions yang mencakup 2 sampai 5 juta pasangan
basa, dimana hanya dapat dihitung pada 3 hingga 5 % pasien dengan
retinoblastoma
7. Pemeriksaan Penunjang 5
1) Radiologi
h. Diagnosis banding
Terdapat jumlah yang cukup besar penyakit mata pada anak-anak yang
dapat memicu terjadinya retinoblastoma. Akan tetapi, beberapa kondisi yang
paling sering memunculkan kesulitan diagnostik adalah PHPV (persisten
hyperplastic primary vitreous), toksokariasis ocular, dan penyakit Coat
(congenital retinal telangiectasis).7
16
1. PHPV
PHPV biasanya unilateral dan sering terdeteksi setelah kelahiran
karena leukokoria dan mikroftalmia. Massa kalsifikasi pada retina tidak
ditemukan, tetapi leukokoria karena adanya opasifikasi pada retrolental
dan katarak.7
i. Penatalaksanaan
18
direkomendasikan untuk tumor yang berukuran sedang dengan
ukuran <12 mm
- Cryotherapy
Cryotherapy diindikasikan untuk tumor yang berukuran kecil
(diameter < 4,5 mm dan ketebalan < 2,5 mm) dan terletak dibagian
anterior k equator)
- Laser Photocoagulation
Digunakan untuk tumor yang berukuran kecil dengan lokasi
posterior ke equator <3mm dari fovea
- Thermotherapy
Thermotherapy dengan laser diode digunakan untuk tumor yang
berukuran kecil dan terletak posterior k equator menjauh dari
macula.
b) Enukleasi
Enukleasi digunakan sebagai penanganan pada retinoblastoma ketika :
o Tumor melibatkan lebih dari setengah retina
o Melibatkan nervus optic
o Terdapat glaucoma dan melibatkan anterior chamber
c) Terapi Paliatif
Terapi paliatif diberikan pada kasus di mana prognosis untuk hidup
dianggap buruk
Retinoblastoma dengan ekstensi orbital,
Retinoblastoma dengan ekstensi intrakranial
Retinoblastoma dengan metastasis jauh.
19
1. Keterlibatan nervus optic : Diluar titik operasi dihubungkan dengan
rasio mortalitas berjumlah 65%. Jika nervus optic tidak terlibat, rasio
mortalitas hanya sekitar 8%, tetapi jika melibatkan lamina kribrosa
maka rasio meningkat menjadi 15%. Invasi koroid secara massif juga
adalah factor prognostic.7
2. Ukuran dan lokasi tumor : Merupakan hal yang sangat penting karena
tumor kecil yang berada di posterior memiliki angka keselamatan
70%, tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara tipe endofitik dan
eksofitik.7
3. Diferensiasi seluler : Tumor yang berdiferensiasi dengan baik,
dicirikan oleh Flexner-Wintersteiner rosettes. Sama dengan The
Homer-Wright rosettes kecuali, sebagai gantinya ia memiliki segitiga
dari serat-serat sentral.7
4. Usia pasien : Adalah hal yang signifikan karena anak-anak yang lebih
tua memiliki prognosis yang lebih buruk karena adanya keterlambatan
diagnosis. 7
5. Pasien dengan tumor bilateral : Biasanya memiliki angka keselamatan
yang tinggi dibandingkan dengan tumor unilateral, tetapi rasio
keselamatan jangka panjang lebih buruk karena akan terjadi kematian
dari tumor midline intracranial atau keganasan primer kedua. 7
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Hardy RA. Retina dan Tumor Intraokular. Dalam : Vaughan DG, Asbury T,
Riordan-Eva P, editor. Oftalmologi Umum.Ed 14. Jakarta : Widya Medika
2000:p.208-9
2. Eagle RC Jr. Retinoblastoma and Stimulating Lesions. In : Tasman W, Jaeger
E, eds. Duane’s Foundations of Clinical Ophthalmology. 2007th Ed.
Hagerstown: 2007. Chapter 21
3. Netter F. Atlas of Human Anatomy. Eyeball. 5th Ed. USA : Saunders 2011
4. Snelli R. Anatomi Klinik. Kepala dan Leher. Ed 6. Jakarta: EGC 2006:p.780-2
5. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket Atlas of Ophthalmology.
Anatomy. 2006th Ed. USA : Thieme New York, p:7
6. Char DH. Clinical Ocular Oncology. Retinoblastoma. 2nd Ed. Philadelphia :
Lippincott Reven Publishers. 1997:p.216-9
7. Harbour JW. Retinoblastoma : Pathology and Diagnosis. p:253-65
8. Maitra A, Kumar V. Penyakit Genetik pada Anak. Dalam : Kumar V, Cutran
RZ, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. Ed 7. Jakarta : EGC 2007 p.287-8
9. Khurana AK. Comprehensive Ophthalomology. Diseases of The Retina. 4th Ed.
New Delhi : New Age International Publisher, Ltd. 2007:p.279-83
10. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. ABC of Eyes. Squint. 4th Ed. British : BMJ
Books 2004: p.64-8
11. Kansky JJ. Clinical Ophthalmology. Tumours of the Eye. 3rd ed. British :
Buttewoz-Heinemann Ltd. 1994:p.222-5
12. Ganguly A, Nichols KE. Genetics of Retinoblastoma : Molecular and Clinical
Aspects. In: Ramasbramanian A, Shields CL. Retinoblastoma. India: Jaypee
Brothers Medical Publisher. 2012:p.43-62.
13. Barrios PC, Gombos DS. Clinical Feature, Diagnosis, Pathology. In:
Rodriguez-Galindo C, Wilson MW, eds. Retinoblastoma Pediatric Oncology.
New York: Springer 2010:p.25-38.
14. Shields JA, Shields CL. Pediatric Ophtamology and Strabismus: Chapter 26.
Pediatric Oculardand Periocular Tumor. American Academy of
Ophtalmology 2011-2012. p: 364-366
21