Oleh :
Pembimbing :
dr. Nurul Rumila Roem, Sp.KK, M.Kes
- Skenario kasus
Seorang laki-laki berusia 70 tahun di konsultasi ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan
muncul ruam merah dan terasa gatal di daerah badan bagian belakang sejak 1 bulan yang
lalu. Ruam merah pada badan bagian belakang baru disadari oleh istri pasien saat pasien
mengeluh sedikit gatal pada daerah tersebut, ruam merah awalnya sedikit dan kemudian
menyebar hampir keseluruh tubuh bagian belakang. Gatal dirasakan hilang timbul dan
tidak dipengaruhi oleh faktor apapun. Gatal disertai dengan rasa nyeri. Riwayat
penggunaan salep dari Malaysia. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat
- Identitas Pasien
Nama : An. H
Umur : 70 Tahun
- Riwayat penyakit :-
- Riwayat alergi :-
- Riwayat operasi :-
- Riwayat trauma :-
III. Riwayat perjalanan penyakit : ruam merah dan terasa gatal di daerah badan bagian
belakang sejak 1 bulan yang lalu. Ruam merah pada badan bagian belakang baru disadari
oleh istri pasien saat pasien mengeluh sedikit gatal pada daerah tersebut, ruam merah
awalnya sedikit dan kemudian menyebar hampir keseluruh tubuh bagian belakang. Gatal
dirasakan hilang timbul dan tidak dipengaruhi oleh faktor apapun. Gatal disertai dengan
- Berat badan :-
- Tinggi badan :-
- Status gizi :-
- Nadi : Normal
- Pernapasan : Normal
- Suhu : Normal
- Mata : Normal
- THT : Normal
Status dermatologis: Pada kasus diatas tampak adanya lesi eritema dengan macula
berbatas tegas. Effloresensi: terdapat macula eritematosa, berbatas tegas, terdiri atas
berbagai ukuran dan berskuama halus.
- Belum dilakukan
VII. Resume
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 70 tahun konsultasi ke poli kulit dan kelamin
dengan keluhan muncul ruam merah dan terasa gatal di daerah badan bagian belakang
sejak 1 bulan yang lalu. Ruam merah pada badan bagian belakang baru disadari oleh istri
pasien saat pasien mengeluh sedikit gatal pada daerah tersebut, ruam merah awalnya
sedikit dan kemudian menyebar hampir keseluruh tubuh bagian belakang. Gatal
dirasakan hilang timbul dan tidak dipengaruhi oleh faktor apapun. Gatal disertai dengan
rasa nyeri. Riwayat penggunaan salep dari Malaysia. Riwayat alergi obat dan makanan
dermatologikus pasien:
Distribusi : regional
Susunan :-
Jumlah : multiple
Efloresensi : terdapat macula eritematosa, berbatas tegas, terdiri atas berbagai ukuran
dan berskuama halus.
VIII. Diagnosis
Ptiriasis Versikolor
A. Definisi
Ptriasis versicolor adalah infeksi kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi
genus Malassezia, umumnya tidak memberiksan gejala subyektif, ditandai oleh area
depigmentasi atau diskorasi berskuama halus, tersebar disekret atau konfluen, dan
B. Epidemiologi
remaja dan dewasa muda, jarang pada anak dan orang tua. Di Indonesia kelainan ini
akibat jamur.
C. Etiologipatogenesi
PV disebabkan oleh Malassezia spp. , ragi bersifat lipofilik yang merupakan flora
normal pada kulit. Jamur ini juga bersifat dimorfik, bentuk ragi dapat berubah
menjadi hifa. Dahulu ragi ini digolongkan sebagai genus Pityrosporum (terdiri atas
dan satu spesies yang kurang lipofilik dan biasa terdapat pada kulit hewan, M.
berkolonisasi pada area yang kaya sekresi kelenjar sebasea. Beberapa studi terpisah
menunjukkan bahwa M. g/obosa banyak berhubungan dengan PV, tetapi studi lain
Malassezia spp. yang semula berbentuk ragi saprofit akan berubah menjadi bentuk
miselia yang menyebabkan kelainan kulit PV. Kondisi atau faktor predisposisi yang
yang tinggi, dan tegangan co2 tinggi permukaan kulit akibat oklusi, faktor genetik,
jelas , tetapi satu studi menunjukkan pada pemeriksaan mikroskop elektron didapati
ukuran melanosom yang lebih besar dari normal. Lapisan keratin yang lebih tebal
D. Gambaran Klinis
Lesi PV terutama terdapat pada badan bagian atas, leher, dan perut, ektremitas sisi
proksimal. Kadang ditemukan pada wajah dan skalp; dapat juga ditemukan pada
aksila, lipat paha, genitalia. Lesi berupa makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi,
hiperpigmentasi dan kadang eritematosa, terdiri atas berbagai ukuran , dan berskuama
halus (pitiriasiformis). Umumnya tidak disertai gejala subyektif, hanya berupa keluhan
E. Diagnosis
A. Anamnesis
Pasien tinea versicolor umumnya datang dengan keluhan bercak pada kulit
yang disertai pruritus. Lesi umumnya muncul di dada dan punggung, namun juga
bisa melibatkan wajah, leher, dan lengan atas. Pada pasien dengan warna kulit
yang cerah, lesi depigmentasi dapat berwana putih hingga merah-kecoklatan. Pada
pasien berkulit gelap, area yang terkena bisa mengalami hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi.
Pasien akan mengeluhkan lesi yang bertambah banyak seiring waktu. Lesi juga
akan dirasakan lebih gatal ketika pasien berkeringat atau berada di tempat yang
B. Pemeriksaan Fisik
meregangkan kulit yang terinfeksi dengan kedua ibu jari tangan membuat
diidentifikasi.
C. Pemeriksaan Penunjang
lesi PV dan mendeteksi sebaran lokasi lesi. Perlu diwaspadai hasil pemeriksaan
fluoresensi positif palsu yang antara lain dapat karena penggunaan salap yang
mengandung asam salisilat, tetrasiklin . Hasil negative palsu dapat terjadi pada
kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang oval. Gambaran demikian
menyebabkan sebutan serupa 'spaghetti and meatballs' atau 'bananas and grapes'.
Sediaan diambil dengan kerokan ringan kulit menggunakan skalpel atau dengan
merekatkan selotip. Pemerik- saan dengan menggunakan larutan KOH 20%, dan
jamur.
F. Tatalaksana
merupakan hal yang penting dalam tatalaksana PV selain terapi. Terapi dapat
menggunakan terapi topikal atau sistemik, dengan beberapa pertimbangan, antara lain
luas lesi, biaya, kepatuhan pasien, kontra indikasi, dan efek samping.
Sebagai obat topikal dapat digunakan antara lain selenium sulfide bentuk sampo
1,8% atau bentuk losio 2,5% yang dioleskan tiap hari selama 1~-.30 menit dan
kemudian dibilas. Aplikasi yang dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi 2 kali
seminggu juga dapat digunakan, dengan perhatian akan kemungkinan reaksi iritasi.
bentuk sampo juga dapat digunakan serupa dengan sampo selenium sulfid . Alternatif
lain adalah solusio natrium hiposulfit 20%, solusio propilen glikol 50%. Untuk lesi
dan haloprogin. Obat topikal sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil pemeriksaan
dengan lampu Wood dan pemeriksaan mikologis langsung kerokan kulit negatif.
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan gagal dengan terapi
topikal, antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-1 O hari atau
kambuhan pada pasien yang sulit menghindari faktor predisposisi; antara lain dengan
sampo selenium sulfide secara periodis atau dengan obat sistemik ketokonazol 400 mg
sekali setiap bulan atau 200 mg sehari selama 3 hari tiap bulan.
A. DERMATITIS SEBOROIK
Definisi :
daerah kaya kelenjar sebasea , skalp , wajah dan badan. Dermatitis ini dikaitkan
perubahan cuaca , ataupun trauma , dengan penyebaran lesi dimulai dari derajat
Epidemiologi :
Penyakit ini dapat terjadi disemua usia, namun paling sering terjadi pada bayi usia
3 bulan pertama dan pada dewasa diusia 30 – 60 tahun. Dermatitis seboroik lebih
Etiopatogenesis :
berdasarkan beberapa referensi hal ini erat kaitannya dengan jamur malassezia,
kelainan imunologis, aktifitas kelenjar sebase, dan kerentanan pasien. Pada kasus DS
permukaan kulit, kaya akan lipid trigliserida dan kolesterol namun rendah asam
lemak dan skualen. Malassezia sp yang merupakan flora normal kulit memiliki
enzim lipase yang aktif yang dapat mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas.
Asam lemak bebas bersama dengan reactive oxygen species (ROS) bersifat anti
bakteri yang nantinya akan mengubah flora normal kulut. Perubahan ini akan
Gejala klinis :
Kelainan kulit yang didapatkan berupa eritema dan skuama yang berminya dan
agak kekuningan, batas agak kurang tegas, lesi pada kepala biasanya akan lebih merata
dan simetris.
Penatalaksanaan :
1. Sampo yang mengandung obat anti Malassezia, misalnya: selenium sulfida, zinc
terbinafine 1%.
2. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada kulit
Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan krim imidazol dan turunannya, bahan
3. Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat atau
sulfur
4. Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topikal potensi sedang ,
litium suksinat 5% .
6. Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional dapat digunakan
terapi sinar ultraviolet-B (UVB) atau pemberian itrakonazole 1OOmg/hari per oral
selama 21 hari.
7. Bila tidak membaik dengan semua modalitas terapi, pada dermatitis seboroik yang
B. ERITRASMA
Definisi
Eritrasma adalah infeksi kulit superfisial, ditandai oleh makula eritematosa hingga
bakteri batang pendek Gram positif, dengan granula subterminal. lnfeksi akibat bakteri
Infeksi ini umunya ditemukan di daerah lipatan yang tertutup (seperti inguinal,
prediskposisi adalah iklim lembab dan hangat, hingine yang buruk, hyperhidrosis,
Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan lesi berupa makula eritematosa hingga
coklat, berbatas tegas, dengan skuama halus di atasnya. Tempat predileksi adalah
daerah intertriginosa, terutama di aksila dan genito-krural, sela jari kaki ke-4 dan ke-5,
dan yang lebih jarang ditemukan, di sela jari kaki ke-2 dan ke-3. Lesi biasanya bersifat
asimtomatik, kecuali di daerah selangkangan, yang bisa terasa gatal dan menyengat.
Ko-eksistensi eritrasma dengan kelainan kulit akibat dermatofita dan kandida sering
Tatalaksana
Untuk eritrasma yang terlokalisir, khususnya pada sela-sela jari kaki, sabun dan
gel benzoil peroksida 5% merupakan terapi yang efektif pada Sebagian besar kasus.
Klindamisin atau eritromisin (solusio 2%) atau krim azol, merupakan beberapa pilihan
Eritromisin 4x250mg diberikan selama 1 minggu. Klaritromisin 1gr dosis tunggal juga
dapat digunakan.
C. PTRIASIS ALBA
Definisi
Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai
dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta
Etiologi
Menurut pendapat para ahli diduga adanya infeksi streptokokus , tetapi belum
dapat dibuktikan. Atas dasar riwayat penyakit dan distribusi lesi, diduga impetigo
dapat merupakan faktor pen- cetus. Pitiriasis alba juga merupakan manifestasi
dermatitis non spesifik, yang belum diketahui penyebabnya. Sabun dan sinar matahari
Gambaran Klinis
Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%).
Perempuan dan laki-laki sama banyak. Lesi berbentuk bulat, oval atau plakat yang tak
teratur. Wama merah muda atau sesuai dengan wama kulit disertai skuama halus.
Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama
halus. Pada stadium ini penderita datang berobat terutama pada orang dengan kulit
berwama. Bercak biasanya multipel 4 sampai 20 dengan luas hingga separuh wajah
(50-60%), paling sering di sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi dapat dijumpai
pada ekstremitas dan badan. Dapat simetris pada bokong, tungkai atas , punggung ,
dan ekstensor lengan, tanpa keluhan. Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai
Tatalaksana
dicoba dengan preparat ter misalnya likuor karbonis detergens 3-5% dalam krim atau
1. Menaldi Sri Linuwih SW, dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke 4. Jakarta ;
2. Widaty Sandra, Aninda Marina. 2016. Pilihan Pengobatan Jangka Panjang Pada
3. Hajar Sitti. 2015. Manifestasi Klinis Dermatitis Seboroik Pada Anak. Jurnal Kedokteran
4. Johan Reyshiani, R. Amir Hamzah. 2016. Gejala Klinis dan Terapi Psoriasis Pustulosa
5. Menaldi dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
6. Faiz dkk. Effectiveness and Safety of Dupilumab for The Treatment of Atopic Dermatitis in
a Real-Life French Multicenter Adult Cohort. J Am Acad Dermatol. Vol. 81. No. 1. 2019.
7. Rusu dkk. Prebiotics and Probiotics in Atopic Dermatitis (Review). Experimental and