DISUSUN OLEH:
ERLINA PUJIAWATI
(2111012)
TA 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Rasulullah
Muhammad SAW. Puji syukur dan shalawat selalu menagawali penulis dalam setiap
langkah, sehingga dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini yang berjudul “Asuhan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis bukanlah manusia yang sempurna sehingga
menyadari adanya kekurangan dalam penulisan karya tulis asuhan keperawatan ini.
Terselesaikannya karya tulis asuhan keperawatan ini tidak terlepas dari bimbingan,
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka yang telah
berjasa. Semoga karya tulis asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
ASKEP GIGITAN BINATANG................................................................................................. 1
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................... 1
A. PENGKAJIAN..................................................................................................... 1
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................ 2
C. INTERVENSI...................................................................................................... 3
iii
ASKEP GIGITAN BINATANG
I. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan Marilynn E. Doenges (2000: 871-873), dasar data pengkajian pasien,
yaitu:
Gejala : Malaise.
2. Sirkulasi
Tanda: Tekanan darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal (selama hasil curah jantung
3. Integritas Ego
menarikdiri.
4. Eliminasi
Gejala : Diare.
5. Makanan/cairan
6. Neorosensori
1
7. Nyeri/Kenyamanan
8. Pernapasan
Gejala: Suhu umunya meningkat (37,95oC atau lebih) tetapi mungkin normal, kadang
9. Seksualitas
10. Integumen.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral, respon
fisik, proses infeksi, misalnya gambaran nyeri, berhati-hati dengan abdomen, postur tubuh
langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperatur,
proses infeksi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi
2
III. INTERVENSI
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : Menunjukkan bunyi napas jelas,
Intervensi:
endotoksin.
ketidakseimbangan ventelasi/perfusi.
menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh tubuh rileks, berpartisipasi dalam aktivitas dan
Intervensi:
3
a. Kaji tanda-tanda vital.
Rasional: Dapat menentukan pengobatan nyeri yang pas dan mengetahui penyebab nyeri.
Rasional: Memblok lintasan nyeri sehingga berkurang dan untuk membantu penyembuhan
luka.
langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperatur,
proses infeksi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : Mendemonstrasikan suhu dalam batas
Intervensi :
b. Pantau asupan dan haluaran serta berikan minuman yang disukai untuk mempertahankan
Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan klien dan membantu menurunkan suhu tubuh.
4
Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam, karena alkohol dapat membuat kulit
kering.
Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : Menyatakan kesadaran perasaan dan
Intervensi:
b. Tunjukkan keinginan untuk mendengar dan berbicara pada pasien bila prosedur bebas
dari nyeri.
dan bahwa pembrian asuhan tertarik pada orang tersebut tidak hanya merawat luka.
5
Rasional: Pada awal, pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk
dan status mental waspada, menunjukkan disosiasi kenyataan, yang juga merupakan
mekanisme perlindungan.
Rasional: Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat
e. Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan
jawaban terbuka/jujur.
pasien/orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : Mencapai penyembuhan luka tepat
Intervensi:
Rasional: Mencegah kontaminasi silang dan mencegah terpajan pada organisme infeksius.
c. Ingatkan klien untuk tidak memegang luka dan membasahi daerah luka.
6
e. Periksa luka setiap hari, perhatikan/catat perubahan penampilan, bau luka.
7
GIGITAN ANJING, MONYET, KUCING
A. DEFENISI
Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang
berakibat fatal.
B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, famih Rhabdoviridae
dan menginfeksi manusia melalui secret yang terinfeksi pada gigitan binatang atau ditularkan
melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Nama lainnya ialah
hydrophobia la rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (spanyol), die tollwut (Jerman), atau di
1. Virus rabies.
C. MASA INKUBASI
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari – 14 hari). Pada manusia
2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi
bias bervariasi antara 7 hari – 7 tahun, hanya 1% kasus dengan inkubasi 1-7 tahun. Karena
lamanya inkubasi kadang-kadang pasien tidak dapat mengingat kapan terjadinya gigitan. Pada
anak-anak masa inkubasi biasanya lebih pendek dari pada orang dewasa. Lamanya inkubasi
dipengaruhi oleh dalam dan besarnya gigitan, lokasi gigitan (jauh dekatnya kesistem saraf pusat),
8
derajat pathogenesis virus dan persarafan daerah luka gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-48
D. CARA PENULARAN
Setelah virus rabies masuk ke tubuh manusia, selama dua minggu virus menetap pada tempat
masuk dan jaringan otot didekatnya. Virus berkembang biak atau lansung mencapai ujung-ujung
menjadi satu dengan membrane plasma dan protein ribonukleus dan memasuki sitoplasma.
junction di susunan saraf pusat (SSP). Dari saraf perifer virus menyebar secara sentripetal
melalui endoneurium sel-sel Schwan dan melalui aliran aksoplasma mencapai ganglion dorsalis
dalam waktu 60-72 jam dan berkembang biak. Selanjutnya virus menyebar dengan kecepatan 3
mm/jam kesusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Melalui cairan serebrospinal.
Diotak virus menyebar secara luas dan memperbanyak diri dalam semua bagian neuron,
kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun pada
saraf otonom. Penyebaran selanjutnya dari SSP ke saraf perifer termasuk saraf otonom, otot
skeletal, otot jantung, kelenjar adrenal (medula), ginjal, mata, dan pankreas. Pada tahap
berikutnya virus akan terdapat pada kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, sistem respirasi. Virus
juga tersebar pada air susu dan urin. Pada manusia hanya dijumpai kelainan pada midbrain dan
medula spinalis pada rabies tipe furious (buas) dan pada medula spinalis pada tipe paralitik.
Perubahan patolgi berupa degenerasi sel ganglion, infiltrasi sel mononuklear dan perivaskular,
neuronovagia dan pembentukan nodul pada glia pada otak dan medula spinalis.
Dijumpai Negri bodies yaitu benda intrasitoplasmik yang berisi komponen virus terutama protein
ribonuklear dan fragmen organela seluler seperti ribosomes. Negri bodies dapat ditemukan pada
seluruh bagian otak, terutama pada korteks serebri, batang otak, hipothalamus, sel purkinje
9
serebrum, ganglia dorsalis dan medula spinalis. Pada 20% kasus rabies tidak ditemukan Negri
E. PATOFISIOLOGI
Virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada hewan lainnya
atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak utuh . Virus akan masuk
melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka
berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui
Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke
seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi
mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi
kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.Kejang otot
tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan
pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini.
Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia (takut air).
Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam keadaan sebenarnya
2. Ensefalitis akut
10
4. Koma dan kematian
1. Inkubasi < 30 hari (25%) 30-90 hari (50%) 90 hari-1 tahun (20%) >1 tahun (5%) Tidak ada
2. Prodromal 2-10 hari Parestesia, nyeri pada luka gigitan, demam, malaise, anoreksia, mual
Neurologik Akut
3. Furious (80%)
4. Paralitik
5. Koma
2-7 hari
2-7 hari
0-14hari
Halusinasi, bingung, delirium, tingkah laku aneh, takut, agitasi, menggigit, hidropobia,
H. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya timbul pada fase koma.
Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intra cranial: kelainan pada
hypothalamus berupa diabetes insipidus, sindrom abnormalitas hormone anti diuretic (SAHAD);
disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertermia, hipotermia, aritmia dan
henti jantung. Kejang dapat local maupun generalisata, dan sering bersamaan dengan aritmia
dan gangguan respirasi. Pada stadium pradromal sering terjadi komplikasi hiperventilasi dan
depresi pernapasan terjadi pada fase neurolgik. Hipotensi terjadi karena gagal jantung kongestif,
11
Table Komplikasi Pada Rabies dan Cara Penanganan
mulut
Atelektasis Ventilator
12
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah
dalam otak.
5. Uji laboratorium
c. Panel elektrolit
e. GDA
g. BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
h. Elektrolit : K, Na
13
k. Natrium ( N 135 –)
J. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Pengobatan
a. Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit
hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies. Orang yang
digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi
bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan
b. Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera
mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam
disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum
c. Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan
pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan
pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi
yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
d. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan
berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin
kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat
14
dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang
perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan
otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat
2. Pencegahan
a. Penanganan Luka
Untuk mencegah infeksi virus rabies pada penderita yang terpapar dengan virus rabies
melalui kontak ataupun gigitan binatang pengidap atau tersangka rabies harus dilakukan
perawatan luka yang adekuat dan pemberian vaksin anti rabies dan imunoglobulin.
Vaksinasi rabies perlu pula dilakukan terhadap individu yang beresiko tinggi tertular
rabies.
b. Vaksinasi
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau
segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang
1) Dokter hewan
3) Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun,
15
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian mengenai :
1. Status Pernafasan
b. Takikardi
d. Menggigil
2. Status Nutrisi
e. status gizi
3. Status Neurosensori
4. Keamanan
a. Kejang
b. Kelemahan
5. Integritas Ego
16
1. Tanda – tanda vital:
a. Suhu
b. Pernapasan
c. Denyut jantung
d. Tekanan darah
e. Tekanan nadi
Reaksi pupil
• Ukuran
• Kesamaan respon
• Iritabilitas
e. Afek
• Alam perasaan
• Labilitas
f. Aktivitas kejang
• Jenis
• Lamanya
17
g. Fungsi sensoris
h. Refleks
• Reflek patologi
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. INTERVENSI
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia Setelah diberikan tindakan keperawatan,
Intervensi:
18
3) Beri posisi yang nyaman.
b. Gangguan pola nutrisi berhubungn dengan penurunan refleks menelan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
• pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan /dibutuhkan.
Intervensi:
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
5) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
R/: Antiemetik membantu pasien mengurangi mual dan muntah dan diharapkan nutrisi pasien
meningkat.
19
c. Demam berhubungan dengan viremia Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Intervensi:
R/: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
R/: Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat Penurunan suhu
badan.
R/: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
20
DAFTAR PUSTAKA
• Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadbrata, Siti Setiati; Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV
• Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta
• http://www.rusari.com
• Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta : EGC ; 2000 p. 174-175
• Rohmi Nur. Insect Bites. [online] 2006 [cited 2008 June 04] : [ 3 screens]. Available from :
http://www.fkuii.org/tiki-index.php?page=Insect+Bites7
• Bites and Sting. In: Bolognia JL Lorizzo JL, Rapini RP,eds. Dermatology Volume.1. London: Mosby;
2003.p.1333-35
• Ngan Vanessa. Insect Bites and Stings. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [4 screnns]. Available from :
http://www.dermnet.com/image.cfm?imageID=1875
• Rube J. Parasites, Arthropods And Hazardous Animals Of Dermatologic Significance. In: Moschella SL,
Hurley HJ, eds. Dermatology Volume 1. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1985.p.1923-88
• Wilson C.Arthropod Bites And Sting. In: Fitzpetrick TB Eisen AZ, Wolf K, Freedberg IM, Austen KF.eds.
Dermatology in General Medicine, 4th ed.USA: McGraw-Hill; 1993.p.2685-95
• Burns.D.A. Dissease Caused by Arthropoda and other Noxious Animals. In: Rook, Wilkinson, Ebling.eds.
Textbook of Dermatology 7 th ed. London: Blackwell Science.1998.p.1085-1125.
• Elston Dirk M. Insect Bites. [Online] 2007. [cited 2008 June 4] : [16 screens]. Available from :
http://emedicine.com/derm/topic467.htm#section~Treatment.
• Habif TP,ed.Clinical Dermatology: A. Color Guide To Diagnosis and therapy. 4th ed. Edinburgh; Mosby;
2004.p.531-36
• Hardin MD. Fire Ant Bite. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen]. Available from :
http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/tamu/fireants5.html
• Hardin MD. Bee Sting Picture. [Online] 2008 [cited 2008 June 4] : [1 screen]. Available from :
http://www.lib.uiowa.edu/HARDIN/MD/dermnet/beesting1.html
• New Zealand Dermatological Society Incorporated. Prurigo Nodularis. [Online] 2008 [cited 2008 june 4] :
[4 screens]. Availablel from : http://www.dermnet.com/image.cfm?
imageID=1875&moduleID=8&moduleGroupID=216&groupindex=0&passedArrayIndex=2
• Wiryadi Be. Prurigo. In : Djuanda Adhi: Mochtar H, Siti A, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 3th ed.
21
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1999.p.272-275
• Kucenic MJ. Contact Dermatitis. [Online] 2007 [cited 2008 june 4] : [8 screens]. Available from :
http://www.umm.edu/imagepages/2387.htm
• E. Duldner, Jr., MD. Insect Bites And Stings. [online] 2008 [cited 2008 june 4] : [5 screens]. Available from
: http://about.com/adam_health_tropic:79/12.pages/342.htm
1990
22