Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “H” DENGAN


KASUS ASMA BRONKIAL DI RUANGAN CAMAR
RS BHAYANGKARA MAKASSAR

Oleh Kelompok 2

Jupriada 14420202168
Atri Wahyuni 14420202189
Faikatul Nisa 14420202171
Radovan Hilika 14420202153
Fatimah 14420202169

PRECEPTOR INSTITUSI PRECEPTOR KLINIK

Haeril Amir,S.Kep.,Ns.,M.Kep Hawiana, S.Kep.,Ns,MM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020/ 2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan preceptor


institusi dan preceptor klinis sebagai salah satu tugas akhir pada Departemen
Keperawatan Maternitas Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Juli 2021

Preceptor Instiusi Preceptor Klinis

Haeril Amir,S.Kep.,Ns.,M.Kep Hawiana, S.Kep.,Ns,MM

i1
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., atas rahmat dan

hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga laporan seminar

kelompok ini dapat terselesaikan, dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan

salawat kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah mengantarkan kita dari alam

kegelapan menuju ke alam yang terang benderang sampai sekarang ini.

Dalam usaha menyusun laporan seminar kelompok, dihadapkan dengan

berbagai hambatan dan tantangan, namun atas bantuan, bimbingan,serta izin Allah

SWT akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat diatasi serta mencapai

tahap penyelesaian.

Dalam penyusunan ini tidak menutup kemungkinan adanya

kekurangan.Oleh karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan sangat penulis

harapkan. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

Amin.

Makassar, Juli 2021

Penulis

1ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 24


A. Konsep Medis.............................................................................. 24
1. Definisi................................................................................... 24
2. Anatomi fisologi..................................................................... 24
3. Etiologi................................................................................... 26
4. Patofisologi............................................................................. 29
5. Tanda dan gejala..................................................................... 31
6. Pemeriksaan diagnostik.......................................................... 31
7. Komplikasi.............................................................................. 31
8. Pentalaksanaan........................................................................ 32
B......................................................................................................Konse
p Asuhan Keperawatan....................................................................... 33
1. Pengkajian............................................................................... 33
2. Diagnosis Keperawatan.......................................................... 34
3. Intervensi Keperawatan.......................................................... 35

BAB II LAPORAN KASUS..........................................................................

A. Pengkajian..........................................................................................
B. Diagnosis Keperawatan............................................................... 13
C. Intervensi Keperawatan............................................................... 14
D. Implemetasi................................................................................. 17
E. Evaluasi....................................................................................... 17
Daftar Pustaka

1
BAB I
iii PUSTAKA
TINJAUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian Asma
iii
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas

yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada

yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi

akibat penyumbatan saluran pernapasan (Jasmir, 2017).

Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan

menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya

bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar (Sitinjak, 2016).

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan. (Amin & Hardi, 2016)

Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur pasien, status

atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan.

Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni :

1. Asma bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap

rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan

bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat

mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.

Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang

1
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian

bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran

pernapasan, 18 pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan

timbunan lendir yang berlebihan.

2. Asma kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma

kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang

hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya

terjadi pada saat penderita sedang tidur.

2. Etiologi Asma

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

1. Reaksi antigen-antibodi

2. Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

1. Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

2. Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

3. ritan : kimia - Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

4. Emosional : takut, cemas dan tegang

5. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

(Setiawan & Syafriati, 2020).

1
3. Klasifikasi Asma

Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat

obat yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal

ini dapat dinilai jika pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk

beberapa bulan. Yang perlu dipahami adalah bahwa keparahan asma

bukanlah bersifat statis, namun bisa berubah dari waktu-waktu, dari

bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun,(Nuraruf & Kusuma, 2015).

Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :

a. Asma Ringan

Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau

tahap 2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat

pengontrol dengan intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis

rendah atau antogonis leukotrien, atau kromon.

b. Asma Sedang

Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi

dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long

acting beta agonist (LABA).

c. Asma Berat

Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu

terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus

long acting beta agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau

asma yang tidak terkontrol meskipun telah mendapat terapi.

1
Perlu dibedakan antara asma berat dengan asma tidak terkontrol.

Asma yang tidak terkontrol biasnya disebabkan karena teknik

inhalasi yang kurang tepat, kurangnya kepatuhan, paparan alergen

yang berlebih, atau ada komorbiditas. Asma yang tidak terkontrol

relatif bisa membaik dengan pengobatan. Sedangkan asma berat

merujuk pada kondisi asma yang walaupun mendapatkan

pengobatan yang adekuat tetapi sulit mencapai kontrol yang baik.

4. Manifestasi Klinik

Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016),

tanda dan gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni :

a. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

1. Batuk dengan dahak maupun tanpa pilek

2. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya

hilang timbul

3. Wheezing belum ada

4. Belum ada kelainana bentuk thorak

5. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE

6. Blood gas analysis (BGA) belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Wheezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

1
d. Penurunan tekanan parial O2

b. Stadium lanjut/kronik

1. Batuk, ronchi

2. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan

3. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

4. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)

5. Thorak seperti barel chest

6. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

7. Sianosis

8. Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %

9. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan

dan kiri

10. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik

Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop,

batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti

tertekan, ekspirasi memanjang

5. Patofisiologi

Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan

penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja,

sehingga terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti

betaegonis dan golonganmetil ksantin saja. Namun, para ahli

mengemukakan konsep baru ayng kemudian digunakan hingga kini,

yaitu bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran

1
pernafasan, yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan

respon yang berlebihan terhadap rangsangan (hyperresponsiveness).

Selain itu juga terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan

penurunan kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus.

Akibatnya terjadi hiperinflasi distal, perubahan mekanis paruparu, dan

meningkatnya kesulitan bernafasan. Selain itu juga dapat

terjadipeningkatan sekresi mukus yang berlebihan (Zullies, 2016).

Secara klasik, asma dibagi dalam dua kategori berdasarkan faktor

pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik atau

idiosinkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan

karena menghirup alergen, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang

memiliki keluarga dan riwayat penyakit alergi (baik eksim, utikaria

atau hay fever). Asma instrinsik mengacu pada asma yang disebabkan

oleh karena faktor-faktordi luar mekanisme imunitas, dan umumnya

dijumpai pada orang dewasa. Disebut juga asma non alergik, di mana

pasien tidak memiliki riwayat alergi. Beberapa faktor yang dapat

memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat-obatan, stress,

dan olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga. Khusus

untuk asma yang dipicu oleh olahraga dikenal dengan istilah (Zullies,

2016).

Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit

inflamasi saluran napas. Meskipun ada berbagai cara untuk

menimbulkan suatu respons inflamasi, baik pada asma ekstrinik

1
maupun instrinsik, tetapi karakteristik inflamasi pada asma umunya

sama, yaitu terjadinya infiltrasi eosinofil danlimfosit serta terjadi

pengelupasan sel-sel epitelial pada saluran nafas dan dan peningkatan

permeabilitas mukosa. Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga pada

penderita asma yang ringan. Pada pasien yang meninggal karena

serangan asma , secara histologis terlihat adana sumbatan (plugs) yang

terdiri dari mukus glikoprotein dan eksudat protein plasma yang

memperangkap debris yang berisi se-sel epitelial yang terkelupas dan

sel-sel inflamasi. Selain itu terlihat adanya penebalan lapisan

subepitelial saluran nafas. Respons inflamasi ini terjadi hampir di

sepanjang saluran napas, dan trakea samapi ujung bronkiolus. Juga

terjadi hiperplasia dari kelenjar-kelenjar sel goblet yang menyebabkan

hiperserkesi mukus yang kemudian turut menyumbat saluran napas

(Zullies, 2016).

Penyakit asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel

inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel

inflamasi utama yang turut berkontribusi pada rangkaian kejadian

pada serangan asma antara lain adalah sel mast, limfosit, dan

eosinofil, sedangkan mediator inflamasi utama yang terlibat dalam

asma adalah histamin, leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil dan

beberapa sitokin yaitu : interleukin (Zullies, 2016).

Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari

meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya

1
rangsangan dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian

akan memicu pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang

merupakan mediator inflamasi, yaitu histamin, leukotrien, dan faktor

kemotaktik eosinofil. Histamin dan leukotrien merupakan

bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktorkemotaktik eosinofil

bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofilmenuju tempat

terjadinya peradangan yaitu di bronkus (Zullies, 2016).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Yaniswari & Amin (2018), ada beberapa pemeriksaan

diagnostik bagi para penderita asma, antara lain :

a. Uji faal paru

Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,

menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan

mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji

faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup

flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam

melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan

dicatat hasil.

b. Foto toraks

Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung

pertama kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada

penyakit lain. Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat

jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi dan atelektasis.

1
c. Pemeriksaan darah

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret

hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain

itu juga, dilakukan uji tuberkulin dan uji kulit dengan

menggunakan allergen

7. Komplikasi

Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama,

maka akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk

toraks, yaitu toraks menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto

rontgen toraks terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran jantung

menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma

kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan tampak

sulkus Harrison (Sitinjak (2016).

Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat

sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobussegmen yang sesuai.

Mediastinum tertarik ke arah atelektasis. Bila atelektasis berlangsung

lama dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada infeksi akan

terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan

berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan

obat-obat yang biasa disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong

dengan semestinya dapat menyebabkan kematian, kegagalan

pernafasan dan kegagalan jantung Sitinjak (2016).

1
8. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma

terkontrol sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa

hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya

penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan asma

jangka panjang dan penatalaksanaan asma akut/saat serangan.

1. Tatalaksana Asma Jangka Panjang

Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat

Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam

asma). Obat pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol

ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka

panjang dan terus menerus.

2. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa

Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:

a. Mengatasi gejala serangan asma

b. Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan

c. Mencegah terjadinya kekambuhan

d. Mencegah kematian karena serangan asma

Menurut Kusuma (2016), ada program penatalaksanaan asma

meliputi 7 komponen, yaitu :

1. Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti.

Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi

1
juga pihak lain yang membutuhkan energi pemegang keputusan,

pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.

2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala

Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh

penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal

tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :

a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan

perubahan terapi

b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami

perubahan pada asmanya

c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu

direview, sehingga membantu penanganan asma terutama

asma mandiri.

3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus

4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit,

disebut sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu

dipertimbangkan :

a. Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah

gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.

b. Tahapan pengobatan

1. Asma Intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu

sedangakan alternatif lainnya tidak ada.

1
2. Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian

diberikan Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati

atau ekivalennya), untuk alternati diberikan Teofilin lepas

lambat, kromolin dan leukotriene modifiers.

3. Asma Persisten Sedang, medikasi pengontrol harian

diberikan Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-

800 ug BD/hari atau ekivalennya), untuk alternatifnya

diberikan glukokortikosteroid ihalasi (400-800 ug Bd atau

ekivalennya) ditambah Teofilin dan di tambah agonis beta

2 kerja lama oral, atau Teofilin lepas lambat.

4. Asma Persisten Berat, medikasi pengontrol harian

diberikan ihalasi glukokortikosteroid (> 800 ug Bd atau

ekivalennya) dan agonis beta 2 kerja lama, ditambah 1

antara lain : Teofilin lepas lambat, Leukotriene, Modifiers,

Glukokortikosteroid oral. Untuk alternatif lainnya

Prednisolo/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg

ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah Teofilin

lepas lambat.

c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)

Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat

untuk terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma.

Rencanakan pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi

1
penderita, realistik/ memungkinkan bagi penderita dengan

maksud mengontrol asma.

5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut

Pengobatan pada serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis beta

2 tiap 4 jam, alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin IV,

Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin

Kortikosteroid sistemik.

6. Kontrol secara teratur

Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting

diperhatikan oleh dokter yaitu:

a. Tindak lanjut (follow-up) teratur

b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila

diperlukan

7. Pola hidup sehat

a. Meningkatkan kebugaran fisik

Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum.

Walaupun terdapat salah satu bentuk asma yang timbul

serangan sesudah execrise, akan tetapi tidak berarti penderita

EIA dilarang melakukan olahraga. Senam asma Indonesia

(SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan

karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan

khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.

1
b. Berhenti atau tidak pernah merokok

c. Lingkungan kerja

Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan

asma.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :

1. Biodata

Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah

dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan

mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi

timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan

riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan

eskrim).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit

turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya

penyakit yang sama pada anggota keluarganya.

1
5. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

1. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada

posisi duduk

2. Dada diobservasi

3. Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah

4. Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan

kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang

belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.

5. Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan

kesimetrisan pergerakkan dada.

6. Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung

pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu

pernapasan.

7. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi

(I) dan fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya

1:2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya

obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada klien

Chronic Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive

Pulmonary Diseases (COPD)

8. Kelainan pada bentuk dada

1
9. Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan

pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada

mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura

10. Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama

inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

b. Palpasi

1. Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada

dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan

keadaan kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus

(vibrasi)

2. Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji

saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.

3. Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan

ketika berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)

c. Perkusi

Suara perkusi normal :

1. Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada

jaringan paru normal.

2. Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas

bagian jantung, mamae, dan hati

3. Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut

yang berisi udara

1
4. Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah

dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru

yang berisi darah.

5. Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih

tinggi. Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana

areanya seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf & Kusuma,

2015)

d. Auskultasi

1. Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup

mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan

(abnormal).

2. Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika

melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat

bersih.

3. Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan

vesikular.

4. Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction

rub, dan crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut diagnosis keperawatan Nanda (2015), diagnosa

keperawatan yang dapat diambil pada pasien dengan asma adalah :

1
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus

dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat

dalam alveoli dan bronkospasme

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan dan deformitas dinding dada

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon

dioksida

4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan

volume sekuncup jantung

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan laju metabolic, dispnea saat makan,

kelemahan otot penguyah

7. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita

1
1
3. Intervensi keperawatan

Menurut Nuraruf & Kusuma, (2015)

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil (Noc) Intervensi (Nic)

1. Ketidakefektifan bersihan setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management :

jalan napas berhubungan pasien akan mempertahankan bersihan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan

dengan mucus dalam jumlah jalan napas yang efektif.: kesehatan ventilasi,

berlebihan, peningkatan Fisiologis, saluran trakeobronkial yang 2. keluarkan sekret dengan batuk (teknik

produksi mucus, eksudat terbuka dan lancar untuk pertukaran udara batuk efektif),

dalam alveoli dan berat menjadi ringan dengan 3. monitor vital sign (RR),

bronkospasme indikator :Kemampuan untuk 4. observasi suara tambahan,

mengeluarkan sekret, frekuensi pernafasan, 5. latih napas dalam (teknik relaksasi).

suara napas tambahan, batuk.

1
2. Ketidakefektifan pola napas setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Pernapasan

berhubungan dengan keletihan pasien akan mempertahankan pola napas 1. Monitor kecepatan, irama, kedalam dan

otot pernafasan dan yang efektif. kesehatan Fisiologis, kesulitan bernafas,

deformitas dinding dada pertukaran karbondioksida dan oksigen di 2. Monitor saturasi oksigen,

alveoli untuk mempertahankan konsentrasi 3. palpasi kesimetrisan ekspansi paru,

darah arteri berat menjadi ringan dengan 4. monitor pola napas.

indikator : Saturasi oksigen, sianosis,

gangguan kesadaran, keseimbangan

ventilasi dan perfusi.

3. Gangguan pertukaran gas setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi oksigen :

berhubungan dengan retensi pasien akan mempertahankan pertukaran 1. Pertahankan kepatenan jalan napas,

karbon dioksida kepatenan pertukaran gas. pertukaran 2. Berikan oksigen seperti yang

karbondioksida dan oksigen di alveoli diperintahkan,

1
untuk mempertahankan konsentrasi darah 3. Monitor aliran oksigen, 4)Batasi

arteri berat menjadi ringan dengan merokok.

indikator : Saturasi oksigen, Sianosis,

Gangguan kesadaran, Keseimbangan

ventilasi dan perfusi.

4. Penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan jantung :

berhubungan dengan pasien akan mempertahankan curah 1. Catat tanda dan gejala penurunan curah

kontakbilitas dan volume jantung yang stabil dengan kriteria hasil : jantung,

sekuncup jantung kesehatan Fisiologis, jantung paru, Denyut 2. Monitor EKG,

nadi apikal, Tekanan darah sistol dan 3. Evaluasi perubahan tekanan darah,

distol, Ukuran jantung, Intoleransi aktivitas 4. Monitor sesak, kelelahan, takipnea

5. Intoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energi :

berhubungan dengan antara pasien akan mempertahankan toleransi 1. Monitor respirasi pasien selama kegiatan,

suplai dan kebutuhan oksigen aktivitas yang adekuat dengan kriteria hasil 2. Bantu pasien identifikasi pilihan-pilihan

1
(hipoksia) kelemahan : fungsi kesehatan, pemeliharaan energi, aktivitas,

Saturasi oksigen ketika beraktivitas, 3. Bantu pasien untuk menjadwalkan

Frekuensi nadi ketika beraktivitas, periode istirahat,

Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas, 4. Monitor respon oksigen pasien.

Warna kulit, Tekanan darah sistolik dan

diastolik ketika beraktivitas.

6. Ketidakseimbangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemberian makan :

kurang dari kebutuhan tubuh pasien akan mempertahankan nutrisi yang 1. Tanyakan pasien makanan yang disukai,

berhubungan dengan laju adekuat dengan kriteria hasil: kesehatan 2. Atur makanan sesuai dengan kesenangan

metabolic, dispnea saat fisiologi, pencernaan & nutrisi, Asupan pasien,

makan, kelemahan otot makanan, Asupan cairan, Energi, Rasio 3. Beri minum pada saat makan,

penguyah tinggi badan/berat badan. 4. Catat asupan

7. Ansietas berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan kecemasan :

1
penyakit yang diderita pasien akan menurunkan tingkat 1. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk

kecemasannya dengan kriteria hasil: meningkatakan kepercayaan,

kesehatan psikososial, kesejahteraan 2. Instruksikan klien untuk menggunakan

psikologis, Perasaan gelisah, Kesulitan teknik relaksasi,

berkonsentrasi, Meremas-remas tangan, 3. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal

Wajah tegang. kecemasan,

4. Dorong keluarga untuk mendampingi

klien.

1
1
1
4. Implementasi Keperawatan

1. Hindari alergen

Salah satu penatalaksanaan asma adalah menghindari

eksaserbasi. Anak yang rentan tidak dibiarkan untuk terpajan

cuaca yang sangat dingin, berangin, atau cuaca ekstrem lainnya,

asap,spray, atau iritan lainnya.

2. Meredakan bronkospasme

Anak diajarkan untuk mengenali tanda dan gejala awal

serangan sehingga dapat dikendalikan sebelum gejala tersebut

semakin berat. Tanda-tanda objektif yang dapat diobservasi

orang tua antara lain rinorea, batuk, demam ringan, iritabilitas,

gatal (terutama leher bagian depan dan dada), apati, ansietas,

gangguan tidur, rasa tidak nyaman pada abdomen, kehilangan

nafsu makan.

Anak yang menggunakan nebulizer, MDI, diskhaler, atau

rotahaler untuk memberikan obat perlu mempelajari cara

penggunaan alat tersebut dengan benar, Nanda (2015).

5. Evaluasi Keperawatan

Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan dengan

pengkajian ulang yang kontinu dan evaluasi perawatan berdasarkan

panduan observasi dan hasil yang diharapkan berikut ini:

1. Tanyakan keluarga mengenai upaya membasmi atau

menghindari allergen

1
2. Amati anak untuk adanya tanda-tanda gejala pernapasan

3. Kaji kesehatan umum pasien.

1
BAB 1I
LAPORAN KASUS

1. Pengkajian

1. Identitas

a. Pasien

Nama Pasien : Ny “H”

Tempat tanggal lahir : Makassar , 15 Maret 1975

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Status Perkawinan : Kawin

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Alamat : BTN Rokeng permai Blok 6/01

Diagnosa Medis : Asma Bronkial

No.RM : 353644

Tanggal Masuk RS : 1 Juni 2021

b. Penanggung Jawab/ Keluarga

Nama : Tn. A

Umur : 53 Th

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : petani

Alamat : BTN Rokeng permai Blok 6/01

1
Status perkawinan : Kawin

Hubungan dengan pasien : Istri

2. Primary Survey

a. A (Airway)

Jalan nafas tidak paten

b. B (Breathing)

Pernafasan 30 x/i

c. C (Circulation)

1. TD : 110/80 mmHg

2. Nadi : 78 x/i

3. Suhu : 37 0C

d. D (Disability)

1. Kesadaran Compos Mentis

2. Pupil isokhor

3. Ukuran pupil 2mm/2mm

4. Refleks cahaya +/+

e. E (Exposure)

Tidak ada cidera pada tubuh klien

f. F (Foley Cateter)

Klien terpasang kateter

3. Secondary Survey

1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1
Pasien datang ke RS Bhayangkara pukul 09.30 WITA dengan

keluhan punggung terasa sakit, dada sakit, nafas sesak, batuk

kering sejak 2 hari yang lalu. Sesak nafas dirasakan memberat pada

malam hari atau saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan dan

hampir setiap malam sesak nafas datang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien sebelumnya pernah dirawat sebanyak 2 kali

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan mengalami sesak nafas semenjak kecil, di

keluarganya ada yang punya penyakit asma (kakak) dan penyakit

tekanan darah tinggi serta DM yaitu ibu dan kakaknya.

1
Genogram :

ibu ayah

x x x
x

50 53

30 26

Simbol genogram :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
x : Meninggal
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Tinggal serumah
Keterangan :
Generasi I : Kakek dan nenek klien dari ayah telah meninggal dunia dan
kakek dan nenek klien dari ibu telah meninggal dunia
Generasi II : saudara-saudaranya dari ayah dan ibu tidak ada yg memiliki
riwayat asma
Generasi III : anak tidak memiliki penyakit hipertensi

1
2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : baik

b. Tanda-tanda Vital

TD=130/80 mmHg,

N=80 x/i, P=30 x/i,

S=37 0C

c. Kepala/Rambut

I : Pertumbuhan rambut merata,terdapat uban

P : Tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada ketombe

d. Hidung

I : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, nafas cepat terdapat pernafasan

cuping hidung

P : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada sekret

e. Telinga

I : tidak ada serumen dan lesi, fungsi pendengaran baik

f. Mata

I : mata isokhor, tidak ada anemis, sklera tidak ikterik

g. Bibir

Tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab

h. Paru

I : bentuk dada simetris

P : tidak ada nyeri tekan

P : suara hipersonor

1
A : terdapat bunyi wheezing dan ronkhi

i. Jantung

I : ictus cordis tidak terlihat pada ica 4-5

P : ictus cordis teraba pada ics 4-5

P : pekak

A : bunyi jantung normal

j. Abdomen

I : bentuk agak cembung, tidak ada asites

A : bising usus terdengar 7 x/i

P : tidak ada nyeri tekan

P : tidak ada pekak

k. Ekstremitas

Simetris kiri dan kanan, fungsi ekstremitas normal, tidak ada

menggunakan alat bantu, fungsi kekuatan otot normal.

555 555

555 555

l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

No Aktivitas Sehat Sakit


1. Nutrisi 1. Pasien 1. Pasien makan 3x
mengatakan sehari dengan
makan 3 x porsi sedikit
sehari dengan karena batuk
komposisi nasi, 2. Pasien minum 5-7
lauk pauk, sayur gelas/hari
2. Pasien minum

1
6-7 gelas sehari
2. Eliminasi 1. Pasien 1. Pasien BAB
mengatakan sebanyak 3-4 x
BAB 1x sehari per hari dan
dengan berwarna kuning
konsistensi
lembek, warna
kuning, berbau
khas
3. Kebersihan 1. Pasien mandi 2x 1. Saat sakit pasien
Diri sehari dan hanya dilap
gosok gigi, badannya dengan
keramas 3x air hangat serta
seminggu gosok gigi 2x
sehari
4. Istirahat dan 1. Pasien tidur 7-8 1. Pasien
tidur jam perhari mengatakan saat
sakit tidur
terganggu karena
sesak nafas dan
batuk pasien
hanya tidur lebih
kurang 4 jam

1
3. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal pemeriksaan 4 Juni 2021

Parameter Result Unit Ref. Range

Hemoglobin 14.0 g/dl 10.8-15.6

Ertrosit 5.27 10^6/uL 3.80-5.80

Hematokrit 39.9 % 33.0-45.0

MCV 75.7 fL 69.0-93.0

MCH 26.6 pg 22.0-34.0

MCHC 35.1 g/L 32.0-36.0

RDW-CV 13.1 % 11.0-16.0

Leukosit 23.91 10^3/uL 4.50-13.50

Eosinofil 0.9 % 1.0-5.0

Basoil 0.1 % 0.1

Neutrofil 84.3 % 25.0-60.0

Limosit 7.5 % 25.0-50.0

Monosit 7.2 % 1.0-6.0

Eosinofil 0.22 10^3/uL 0.00-0.40

Basofil 0.02 10^3/uL 0.00-0.10

Neutrofil 20.15 10^3/uL 1.50-7.00

Limfosit 1.80 10^3/uL 1.00-3.70

Monosit 1.72 10^3/uL 0.00-0.70

Trombosit 527 10^3/uL 184-488

1
PDW 8.7 fL 9.0-17.0

MPV 8.8 fL 9.0-13.0

PCT 0.46 % 0.17-0.35

Glukosa 107 Mg/dl 70-150

sewaktu

4. Penatalaksanaan Medis/Terapi
a. IVFD D5 ¼ 500 cc

b. Drip Aminophilin 10 mg

c. Puyen batuk pilek 3x1

d. Nebulisasi combivent

5. Data Fokus

1. Data Subjektif

a. Pasien mengatakan sesak nafas

b. Pasien mengatakan jika terlalu banyak aktifitas cuaca dingin nafas

sesak

c. Pasien mengatakan tidurnya terganggu karena sesak nafas dan

batuk

2. Data Objektif

a. pasien tampak letih dan lemah

b. Nafas pasien tampak sesak

c. Pasien tampak batuk kering

1
d. Pernafasan pasien cuping hidung

e. Terdengar ada suara wheezing

f. Pasien sesak nafas pada malam hari

g. TD= 130/80 mmHg, N= 80 x/i, P=30 x/i, S=370C

1
6. Analisa Data

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Bersihan jalan Peningkatan
1. Pasien mengatakan sesak nafas nafas tidak produksi
2. Pasien mengatakan jika terlalu efektif sputum
banyak aktifitas nafas sesak
DO :
1. Nafas pasien tampak sesak
2. Pasien tampak batuk kering
3. Pernafasan pasien cuping
hidung
4. Terdengar ada suara wheezing
5. Pasien sesak nafas pada malam
hari
6. TD=130/80 mmHg,
7. N= 80 x/i,
8. P=30 x/i,
9. S=37 0C
2. DS : Gangguan pola Batuk terus
1. Pasien mengatakan tidurnya tidur menerus
terganggu karena sesak nafas
dan batuk
DO :
1. Pasien tampak letih dan lemah
2. TD= 130/80 mmHg,
3. N= 80 x/i,
4. P=30 x/i,
5. S=37 0C
3. DS : Intoleransi suplai dan
1. Keluarga pasien mengatakan aktivitas kebutuhan
masih sulit beraktifitas oksigen
DO : (hipoksia)
2. Nampak terbaring lemah kelemahan
3. ADL di bantu
4. P=30 x/i,

1
7. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum

Adalah suatu keadaan dimana individu mengalami ancaman yang nyata

atau potensi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara

efektif (Yusuf & Awaluddin.2019).

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk terus menerus

Adalah kelainan dari pola tidur seseorang. Hal ini akan menimbulkan

penurunan kualitas tidur yang berdampak pada kesehatan dan keselamatan

penderitanya (Sibarani 2020).

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan

oksigen (hipoksia) kelemahan

Adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk

mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari yang

harus atau yang ingin dilakukan (Yuliana & Riza 2017).

1
1
8. Rencana Keperawatan

Diagnosa

No Keperaw Tujuan dan KH (NOC) Intervensi (NIC)

atan

1. Bersihan jalan Noc: Nic :


nafas Respiratory status : ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
tidak Respiratory status : airway patency 2. Berikan oksigen
efektif Aspiration control 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
selama 1x24 jam pasien menunjukkan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan 6. Ajarkan tehnik batuk efektif
kriteria hasil 7. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 8. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis 9. Berikan bronkodilator
dan dyspneu (mampu mengeluarkan 10. Monitor status hemodinamik
sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada 11. Berikan pelembab udara kassa basah nacl lembab
pursed lips) 12. Berikan antibiotik
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten

1
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, 13. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
frekuensi pernafasan dalam rentang 14. Monitor respirasi dan status o2
normal, tidak ada suara nafas abnormal) 15. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan
3. Mampu mengidentifikasikan dan secret
mencegah faktor yang penyebab. 16. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
4. Saturasi o2 dalam batas normal peralatan : o2, suction, inhalasi.
5. Foto thorak dalam batas normal
2. Gangguan setelah dilakukan tindakan keperawatan Nic :
pola tidur selama 1x24 jam Gangguan pola tidur sleep enhancement
pasien teratasi dengan kriteria hasil 1. evaluasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
1. jumlah jam tidur dalam batas normal 2. jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2. pola tidur,kualitas dalam batas normal 3. fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
perasaan fresh sesudah tidur/istirahat (membaca)
3. mampu mengidentifikasi halhal yang 4. ciptakan lingkungan yang nyaman
meningkatkan tidur 5. kolaburasi pemberian obat tidur
3. Intoleransi Respon fisiologi terhadap aktivitas yang 1. Identifikasi adanya keluhan fisik lainnya
aktivitas membutuhkan tenaga meningkat dengan 2. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
kriteria hasil: energy yang adekuat
1. Frekuensi nadi sedang 3. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri

1
2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas 4. Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan
sehari-hari meningkat perawatan diri mandiri
3. Keluhan lelah menurun 5. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan
6. Bantu pasien dalam aktivitas sehari hari
7. Mempertahankan gizi yang cukup
8. Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat
dalam perawatan pasien

1
9. Implementasi Keperawatan

Tangg
Dx
al/
NO Keperawa Implementasi Evaluasi
Ja
tan
m

1. Rabu Bersihan jalan 1. Memastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning S:


3 Juni nafas tidak 2. Memberikan oksigen 4-6 liter/ menit 1. Klien mengatakan sesak nafas sudah
2021 efektif 3. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam sedikit berkurang
09.00 berhubung 4. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi O:
an dengan 5. Melakukan fisioterapi dada jika perlu 1. Klien tampak sedikit rileks dan sesak
peningkata 6. Mengajarkan tehnik batuk efektif sudah berkurang
n produksi 7. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau suction 2. TD= 130/80 mmHg,
sputum 8. Melakukan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara 3. RR= 25x/i
tambahan A : masalah teratasi sebagian
9. Melakukan kolaborasi pemberian bronkodilator P: intervensi 1,3,4,5,7,8 dilanjutkan
10. Melakukan kolaborasi pemberian antibiotik 1. Memastikan kebutuhan oral / tracheal
11. Memonitor respirasi dan status o2 suctioning

1
12. Mempertahankan hidrasi yang adekuat untuk 2. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan
mengencerkan secret napas dalam
13. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang 3. Memposisikan pasien untuk
penggunaan peralatan : o2, suction, inhalasi memaksimalkan ventilasi
4. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
5. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
suction
6. Melakukan Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan

2. Rabu Gangguan 1. Mengevaluasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur S:


3 Juni pola tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat 1. Klien mengatakan tidur masih terganggu
2021 berhubung 3. Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum O:
09.00 an dengan tidur (membaca) 1. Pasien tampak lemah - Batuk berdahak
batuk terus 4. Menciptakan lingkungan yang nyaman 2. Sesak nafas pada malam hari
menerus 5. Melakukan kolaborasi pemberian obat tidur 3. TD=130/80 mmHg,
4. N=80x/i,
5. S=37 0C
A : masalah teratasi sebagian

1
P : intervensi dilanjutkan

3 Rabu Intoleransi 1. Mengidentifikasi adanya keluhan fisik lainnya S : Klien beraktivitas masih dibantu
3 Juni aktivitas 2. Memonitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui O : ku sedang,klien napak lemah
2021 berhubung sumber energy yang adekuat A : Intoleransi aktivitas teratasi belum
09.00 an dengan 3. Memonitor kemampuan perawatan diri secara mandiri teratasi
kelemahan 4. Memberikan bantuan sampai pasien mampu P : lanjutkan intervensi
melakukan perawatan diri mandiri
5. Menentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
6. Membantu pasien dalam aktivitas sehari hari
7. Mempertahankan gizi yang cukup
8. Mengidentifikasi kemampuan anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan pasien
4. Kamis Bersihan jalan 1. Memastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning S:
4 Juni nafas tidak 2. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam 1. Pasien mengatakan sekret sudah
2021 efektif 3. Melakukan fisioterapi dada jika perlu berkurang
09.00 berhubung 4. Melakukan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara O:
an dengan tambahan 1. Pasien tampak lebih relaks

1
peningkata 5. Melakukan kolaborasi pemberian antibiotik A : masalah teratasi sebagian
n produksi 6. Memonitor respirasi dan status o2 P : intervensi dilanjutkan
sputum 7. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan peralatan : o2, suction, inhalasi
5 Kamis Gangguan 1. Mengevaluasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur S:
4 Juni pola tidur 2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat 1. Klien mengatakan tidurnya sudah mulai
2021 berhubung 3. Memfasilitasi untuk mempertahankan enak
09.00 an dengan O:
batuk terus 1. Batuk sudah mulai berkurang
menerus 2. Pasien tampak lebih relaks
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

6 Kamis Intoleransi 1. Mengidentifikasi adanya keluhan fisik lainnya S : Klien beraktivitas masih dibantu
4 Juni aktivitas 2. Memonitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui O : ku sedang,klien napak lemah
2021 berhubung sumber energy yang adekuat A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
09.00 an dengan 3. Memonitor kemampuan perawatan diri secara mandiri P : lanjutkan intervensi
kelemahan 4. Memberikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri mandiri

1
5. Menentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
6. Membantu pasien dalam aktivitas sehari hari
7. Mempertahankan gizi yang cukup
8. Mengidentifikasi kemampuan anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan pasien

1
BAB III

REVIEW JURNAL

REVIEW JURNAL

Judul Asli : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN


KEUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN ASMA
BRONKHIAL DI RSUD HAJI MAKASSAR
Penulis : Hardiyanti Anastasia Yusuf, Sukma Saini, Sri Wahyuni
Awaluddin
Dipublikasikan : Vol 10 No 01.2019

Abstrak

Latar Belakang : Asma Bronkhial adalah penyakit pernapasan pada jalan napas
obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan ronchi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Pasien ini mengalami proses peradangan
di saluran napas yang mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran
napas penyakit penyebab terganggunya kebutuhan dasar manusia oksigenasi
kurang dari kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari
kebutuhan fisiologi menurut Maslow yang sangat penting dalam kelangsungan
hidup manusia. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk menggambarkan
asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien Asma
Bronkhial di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar.
Metode yang digunakan adalah penelitian studi kasus berupa pendekatan
asuhan secara kompherensif sesuai proses keperawatan/pendekatan asuhan
keperawatan fokus pada prosedur rencana keperawatan. Hasil penelitian
menunjukkan dari pengkajian didapatkan hasil pasien I, II dan III sama-sama
menderita penyakit asma bronkhial dengan gejala yang sama pada pasien I dan
II yaitu sesak napas disertai nyeri dada dan batuk berdahak disertai pilek,
ronchi sedangkan pasien III hanya dengan. Sedangkan diagnosa keperawatan

1
yang ditetapkan untuk pasien I, II, III adalah: pola napas tidak efektif dengan
keluhan sesak napas disertai nyeri dada dan terdengar wheezing. Pada tahap
pelaksanaaan tindakan keperawatan didapatkan kesesuaian dengan rencana
yang telah disusun pada ketiga subjekbahwa Kesimpulan studi kasus
menunnjukkan bahwa dari ketiga pasien didapatkan asuhan keperawatan pada
pasien pertama dan ketiga teratasi sedangkan pasien kedua tidak teratasi karena
pemenuhan kebutuhan oksigensi dalam tubuh belum terpenuhi.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Oksigenasi, Asma Bronkhial

A. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Pemilihan Jurnal
Kebutuhan oksigenasi harus selalu terpenuhi karena berhubungan
erat dengan terjadinya kekambuhan penyakit asma. Oleh karena itu,
kekambuhan penyakit asma seharusnya dicegah dengan menghindari
alergen yang menyebabkan gejala asma muncul, tetapi apabila tidak
dicegah kekambuhannya akan mengakibatkan kematian.
2. Latar Belakang Penelitian dalam Jurnal
Kematian pada pasien asma dapat terjadi akibat suplay oksigen
dalam tubuh tidak terpenuhi, allergen, stress dan cuaca yang
mengakibatkan antigen pada permukaan sel mast/basofil lalu
mengeluarkan mediator, yang mengakibatkan tekanan parsial O2
dialveoli menurun menyebabkan penyempitan jalan pernapasan
mengakibatkan kebutuhan O2 meningkat menyebabkan terjadi
hiperventilasi kemudian terjadi retensi O2 dan menyebabkan terjadinya
Asidosis Respiratorik. Kondisi ini dapat dicegah dengan menghindari
faktor pencetusnya
B. TUJUAN
1. Tujuan Review Jurnal
Tujuan review jurnal yaitu untuk mereview pengaruh pemberian
therapy oksigenasi pada pasien asma bronchial.
2. Tujuan Penelitian dalam Jurnal

1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien Asma
Bronkhial di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Makassar.

C. METODE

Desain penelitian ini menggunakan studi kasus berupa pendekatan asuhan


secara kompherensif.

D. HASIL
Pada pasien asma dengan gangguan kebutuhan oksigensi dapat
dilakukan beberapa intervensi diantaranya yaitu memonitor frekuensi,
kedalaman napas dan bunyi napas tambahan pasien, memberikan posisi semi
fowler pada pasien, memberikan oksigen pada pasien, memberikan terapi
nebulizer pada pasien, berkolaborasi pemberian obat pada pasien,
mengajarkan mengidentifikasi dan menghindari pemicu pada pasien.

E. PEMBAHASAN
Dari pengkajian didapatkan hasil pasien I, II dan III sama-sama
menderita penyakit asma bronkhial dengan gejala yang sama pada pasien I
dan II yaitu sesak napas disertai nyeri dada dan batuk berdahak disertai pilek,
ronchi sedangkan pasien III hanya dengan. Sedangkan diagnosa keperawatan
yang ditetapkan untuk pasien I, II, III adalah: pola napas tidak efektif dengan
keluhan sesak napas disertai nyeri dada dan terdengar wheezing.

F. ANALISIS JURNAL
1. Kelebihan
- Responden dapat bekerja sama dengan penelitian yang dilakukan

1
- Menjelaskan secara terperinci beberapa intervensi yang dapat
dilakukan pada pasien asma dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi.
- Beberapa intervensi yang disajikan dapat mempermudah seseorang
khususnya perawat yang mendapatkan pasien asma dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi karena menyajikan intervensi yang
disajikan cukup terperinci
- Dalam jurnal dipaparkan mulai dari tahap pengakjian sampai
evaluasi pada pasien asma dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
- Menggunakan reverensi terbaru yang dijadikan sebagai bahan
acuan dalam penelitian
2. Kekurangan
- Jumlah sampel yang dalam penletian tidak dipaparkan
- Tidak menjelaskan terkait intervensi terbaru untuk pasien asma
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
- Tidak menjelaskan dampak yang akan akan terjadi jika tidak
dilakukan penanganan yang tepat pada pasien asma yang
mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi.

G. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Setelah mengajarkan, mengidentifikasi dan menghindari pemicu pada
pasien asma dengan gangguan kebutuhan oksigenasi hasilnya diberikan
health education dengan perawat, pasien mampu mengidentifikasi pemicu
penyakit asmanya mucul yaitu debu dan asap, pasien juga akan berusaha
menghindari pemicu penyakitnya, setelah mengetahui factor pemicu perawat
dapat langsung memberikan tindakan keperawatan dengan tepat dan cepat
diantaranya yaitu dengan memberikan memonitor frekuensi, kedalaman napas
dan bunyi napas tambahan pasien, memberikan posisi semi fowler pada
pasien, memberikan oksigen pada pasien, memberikan terapi nebulizer pada
pasien, dan lainya.

1
H. APLIKASI RUMAH SAKIT
Pasien asma dengan gangguan kebutuhan oksigenasi sering dijumpai di
rumah sakit yang mana beberapa tindakan keperawatan yang dipaparkan
dalam jurnal diantaranya yaitu memberikan memonitor frekuensi, kedalaman
napas dan bunyi napas tambahan pasien, memberikan posisi semi fowler pada
pasien, memberikan oksigen pada pasien, memberikan terapi nebulizer pada
pasien, sering diterapkan dirumah sakit akan tetapi dirumah sakit belum
ditemukan atau diterapkan intervensi terbaru untuk pasien asma dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi.

I. HAMBATAN DAN SOLUSI APLIKASI JURNAL


Pada penelitian ini hanya mengaplikasikan intervensi terbaru untuk
penanganan pasien asma dengan gangguan kebutuhan oksigenasi sehingga
diharapkan untuk penelitian selanjutnya bias menggunakan intervensi yang
didapat dari referensi terbaru terkait metode penanganan pada pasien asma
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
disampaikan peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada pasien asma dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi dapat dilakukaan beberapa intervensi
diantaranya yaitu memonitor frekuensi, kedalaman napas dan bunyi napas
tambahan pasien, memberikan posisi semi fowler pada pasien, memberikan
oksigen pada pasien, memberikan terapi nebulizer pada pasien, berkolaborasi
pemberian obat pada pasien, mengajarkan mengidentifikasi dan menghindari
pemicu pada pasien.

1
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Asma Bronchial Dengan


Gangguan Pola Tidur Menggunakan Terapi Relaksasi Otot Progresif
di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Tahun 2020.

Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan keperawatan praktis : berdasarkan


penerapan diagnosa Nanda, Nic, Noc. (2015)Yokyakarta : Mediaction
Jogja.

Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem Pernafasan.


Yogyakarta : Bursa Ilmu.

Jasmir (2017). Proses Pembelajaran Dengan Backpropagasi Pada Kasus Penyakit

Asma. Jurnal Processor, 5(1).

Setiawan & Syafriati (2020). Literatur Review: Faktor-Faktor Penyebab

Terjadinya Asma Yang Berulang. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi

Science Kesehatan, 12(2).

Sitinjak (2016). Tingkat Pengetahuan Klien Tentang Penyakit Asma Di

Puskesmas Kelurahan Kayu Manis Kecamatan Matraman Jakarta

Timur. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 2(1).

Sitinjak (2016). Tingkat Pengetahuan Klien Tentang Penyakit Asma Di


Puskesmas Kelurahan Kayu Manis Kecamatan Matraman Jakarta
Timur. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 2(1).

Yaniswari & Amin (2018). Hubungan Kadar Periostin Serum dan Nilai Asthma
Control Test pada Pasien Asma di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Jurnal Respirasi, 4(2), 33-37.Sibarani (2020).

1
Yuliana & Riza (2017). Analisa Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi
Inovasi Pemberian Posisi Semi Fowler dan Pursed LipBreathing
Terhadap Penurunan Respiratory Rate (RR) dan Peningkatan Pulse
Oxygen Saturation (SPO2) pada Pasien Asma di Ruang IGD RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Yusuf & Awaluddin (2019). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan


Oksigenasi pada Pasien Asma Bronkhial di RSUD. Haji
Makassar. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan
Makassar, 10(01).

Anda mungkin juga menyukai