Anda di halaman 1dari 13

Laporan Studi Kasus “Asma”

KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH:

-Dewi Hafsari Munir/R011221128


-Dhini Nabila Maulidha Firmadi Siddik/R011221114
-Fenny Buntu Madika/R011221096
-Raihanul Afni MG/R011221134
-Nurul Firdausia/R011221018

UNIVERSITAS NEGERI HASANUDDIN


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN REGULER
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat umur nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga pada hari ini kita masih
menjalankan aktivitas seperti biasanya,semoga aktivitas yang kita laksanakan
bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin..
Sholawat bermutiarakan salam kita hadiahkan kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW, dan para sahabatnya, yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang.
Kami juga membuka kritik dan juga saran apabila pada makalah yang kami
buat ini terdapat kekurangan dan kesalahan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin

Makassar,2 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................. 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.2 Ketepatan mengenali topik/penugasan pada kasus. ........................................... 6
2.2 Ketepatan merumuskan pemeriksaan/pengukuran yang akan dilaksanakan. 6
2.3 Ketepatan pelaksanaan pengukuran.................................................................... 8
2.4 Ketepatan menginterpretasikan hasil pengukuran dengan nilai
normal/standar. ............................................................................................................ 8
2.5 Ketepatan menjelaskan analisis dari hasil pengukuran/pemeriksaan. ............ 9
2.6 Ketepatan menentukan edukasi berdasarkan hasil pengukuran/pemeriksaan.
........................................................................................................................................ 9
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP............................................................................................................................... 12
1.4 Kesimpulan ................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang
menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan
(inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran
nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Dapat disimpulkan bahwa pada penderita asma saluran pernapasannya
memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial
hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas) seperti polusi udara (asap, debu, zat
kimia), serbuk sari, udara dingin, makanan, hewan berbulu, tekanan jiwa, bau/aroma
menyengat (misalnya;parfum) dan olahraga.
Selain itu terjadinya serangan asma sebagai akibat dampak penderita
mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) baik flu ataupun sinisitis. Serangan
penyakit asma juga bisa dialami oleh beberapa wanita dimasa siklus menstruasi, hal ini
sangat jarang sekali.
Angka peningkatan penderita asma dikaitkan dengan adanya faktor resiko yang
mendukung seseorang menderita penyakit asma, misalnya faktor
keturunan.Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat
mengeluarkan nafas (exhalation). Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan
yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya terdegar wheezing adalah
penderita asma!
Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki
(bronchiale).Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.Adanya
keluhan penderita yang merasakan dada sempit..Serangan asma yang hebat
menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur
pernafasan.Pada usia anak-anak, gejala awal dapat berupa rasa gatal dirongga dada
atau leher. Selama serangan asma, rasa kecemasan yang berlebihan dari penderita
dapat memperburuk keadaanya. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga
akan mengeluarkan banyak keringat.
1.2 Rumusan Masalah
2.1 Ketepatan mengenali topik/penugasan pada kasus.
2.2 Ketepatan merumuskan pemeriksaan/pengukuran yang akan dilaksanakan.
2.3 Ketepatan pelaksanaan pengukuran.
2.4 Ketepatan menginterpretasikan hasil pengukuran dengan nilai normal/standar.
2.5 Ketepatan menjelaskan analisis dari hasil pengukuran/pemeriksaan.
2.6 Ketepatan menentukan edukasi berdasarkan hasil pengukuran/pemeriksaan.
1.3 Tujuan Masalah
3.1 Mengetahui topik apa yang dibahas pada kasus.
3.2 Mengetahui dan memahami cara pemeriksaan/pengukuran terhadap kasus.
3.3 Mengetahui cara pelaksanaan pengukuran.
3.4 Memahami cara menginterpretasikan hasil pengukuran dengan nilai normal.
3.5 Memahami analisis hasil pengukuran pada studi kasus.
3.6 Mengetahui edukasi yang tepat dari kasus yang dibahas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.2 Ketepatan mengenali topik/penugasan pada kasus.

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea dan bronkhus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Muttaqin, 2008). Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma
bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran
pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih. (Nurarif &
Kusuma, 2015).
2.2 Ketepatan merumuskan pemeriksaan/pengukuran yang akan dilaksanakan.
Selama proses diagnosis atau perawatan asma, pengidap asma kemungkinan akan
menjalani berbagai jenis pemeriksaan. Beberapa pemeriksaan mungkin cukup sering dijalani
pengidap, sementara yang lainnya mungkin belum pernah dijalani. Dokter akan melakukan
sejumlah pemeriksaan sebelum mendiagnosis penyakit asma. Selanjutnya mungkin juga
diperlukan untuk mengunjungi ahli alergi, ahli paru, atau spesialis lain untuk menentukan
apakah penyebab terjadinya asma. Berikut ini beberapa jenis pemeriksaan yang perlu dijalani
pengidap asma:(Zamrodah 2016)
1. Peak Flow
Peak flow bisa dikatakan menjadi pemeriksaan yang paling sederhana yang bisa digunakan
untuk melihat seberapa baik kondisi asma pengidap dan menjadi bagian integral dari rencana
perawatan asma.
Peak flow bisa dilakukan dengan mudah di rumah dengan perangkat yang disebut peak meter.
Peak meter mengukur seberapa cepat udara dapat dihembuskan keluar dari paru-paru.
2. Spirometri
Spirometri sedikit lebih rumit dibandingkan peak flow. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter,
untuk mengetahui seberapa cepat udara keluar dari paru-paru. Spirometri memungkinkan
dokter untuk dapat mengukur tingkat keparahan asma dari waktu ke waktu. Pemeriksaan ini
penting, baik dalam diagnosis maupun pengelolaan asma. (Lapangan 2018)
3. Pulmonary Test
Saat melakukan pemeriksaan ini, dokter mungkin ingin menentukan volume paru-paru dan
kapasitas penyebarannya. Pemeriksaan ini sering dilakukan jika diagnosis asma seseorang
tidak diketahui secara jelas. Pulmonary test mengharuskan pengidap untuk duduk di dalam
kotak khusus yang membantu menentukan berapa banyak udara yang dihirup dan
dihembuskan.
4. Rontgen Dada
Rontgen dada adalah pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk pengidap yang mengi. Dokter
biasanya akan melakukan sekali pemeriksaan rontgen dada untuk memastikan tidak ada kondisi
lain yang mungkin menyebabkan gejala, seperti infeksi paru-paru. Pada asma, rontgen dada
kemungkinan menunjukkan adanya udara yang terperangkap atau hiperekspansi.
5. Bronchoprovocation Challenge Testing
Saat melakukan pemeriksaan ini, kamu akan menghirup zat tertentu melalui nebulizer,
metakolin, atau histamin. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah paru-paru pengidap
teriritasi, hiperresponsif, dan menyebabkan perkembangan gejala asma.
Pemeriksaan ini memiliki nilai prediksi negatif yang tinggi. Artinya, jika hasil tes negatif, maka
kecil kemungkinan seseorang menderita asma. Pemeriksaan ini sering dilakukan ketika dokter
mencurigai adanya asma tapi tidak bisa membuat diagnosis yang jelas.
6. Pulse Oksimetri
Pulse oksimetri adalah cara non-invasif untuk mengukur oksigenasi darah atau seberapa baik
pertukaran oksigen antara paru-paru dan darah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menempatkan sensor di ujung jari atau bagian tubuh lain yang kurus dengan pembuluh darah
dekat dengan kulit. Sensor tersebut mengukur perubahan panjang gelombang cahaya dan
mampu memperkirakan oksigenasi dalam darah.
7. Arterial Blood Gas
Pemeriksaan ini melibatkan sampel darah arteri yang digunakan untuk menentukan seberapa
baik darah teroksigenasi, penanda pertukaran oksigen antara paru-paru dan darah.
Biasanya, sampel darah akan diambil dari salah satu arteri di dekat pergelangan tangan.
Pemeriksaan ini dilakukan selama eksaserbasi asma akut dan lebih bisa diandalkan
dibandingkan pulse oksimetri.
2.3 Ketepatan pelaksanaan pengukuran.
Demikian merupakan klasifikasi asma berdasarkan derajat asma :

2.4 Ketepatan menginterpretasikan hasil pengukuran dengan nilai normal/standar.

PH darah manusia normal berkisar antara


7.35-7.45.

Pada pasien asma PH dalam darah berada


dibawah 7.35

Pada kasus kali ini asma memiliki PH dalam


darah berada di titik 7.32 yang mana
tergolong Asidosis
2.5 Ketepatan menjelaskan analisis dari hasil pengukuran/pemeriksaan.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan, dimana aliran
udara terhambat dan inflamasi kronis mengakibatkan kerusakan epitel bronkus. Pada sebagian
penderita asma, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal
paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Sebagai kompensasinya, penderita bernapas pada
volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran napas. Hal ini
meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda berupa sesak napas, hiperinflasi dan
sebagainya. Penyempitan saluran pernapasan yang menghambat keluarnya CO2 dan terjadilah
pengumpulan CO2 di darah. Maka, CO2 akan berikatan dengan H2O dan membentuk H2CO3.
Kemudian, H2CO3 terurai menjadi H+ dan HCO3-. Semakin banyak CO2, semakin banyak
juga terbentuk H+. Dan jika H+ banyak di darah, maka darah akan bersifat asidosis (asam).
Dengan demikian, apabila darah sudah bersifat asam, maka proses metabolisme dan fungsi
organ mulai terganggu.
Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun
2004, diketahui bahwa asma masih menempati urutan ke 3 dari 10 penyebab kematian utama
di Indonesia dan prevalensi penyakit asma berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 4%.
Sedang berdasarkan tanda dan gejala yang responden rasakan dalam satu tahun terakhir
prevalensnya lebih besar lagi yaitu 6%. Angka mortalitas penyakit asma di dunia mencapai
17,4% dan penyakit ini menduduki peringkat 5 besar sebagai penyebab kematian. Michel et al
melaporkan bahwa prevalensi asma pada anak sebesar 8 – 10%, orang dewasa 3 – 5% dan
dalam 10 tahun terakhir meningkat sampai 50% di seluruh dunia. Menurut data WHO,
penyandang asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diprediksi jumlah ini
akan meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025 mengingat asma adalah penyakit yang un-
derdiagnosed (Sihombing, 2010).(Patel 2019)
2.6 Ketepatan menentukan edukasi berdasarkan hasil pengukuran/pemeriksaan.
Penyakit Asma yang Bersifat Kronis dan dapat Kambuh
• Faktor risiko yang memicu penyakit asma
• Asap rokok
• Debu
• Bulu bintang
• Udara dingin
• Alergi makanan
• Infeksi virus
• Paparan zat kimia
• Aktivitas fisik
• Infeksi paru-paru dan saluran napas bagian atas
• Emosi yang berlebihan (tertawa terbahak-bahak atau kesedihan yang berlarut-larut);
• Penyakit asma yang dibiarkan tanpa penanganan bisa memicu berbagai komplikasi,
seperti:
• Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi);
• Menurunnya performa di sekolah atau pekerjaan;
• Tubuh sering terasa lelah;
• Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak;
• Status asmatikus, yaitu kondisi asma yang parah dan tidak dapat merespon dengan
terapi normal;
• Pneumonia;
• Gagal pernapasan;
• Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru;
• Kematian.

❖ Cara Penggunaan Obat-obat Inhalasi


Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara hirupan kedalam saluran pernafasan.
Jenis inhaler yang banyak digunakan oleh para penderita penyakit pernafasan
adalah MDI (Metered Dose Inhaler).
1. Ketika menggunakan inhaler ambil posisi yang nyaman, seperti duduk tegak atau
berdiri tegak Sebelum menggunakannya kocok inhaler terlebih dahulu.
2. Ketika Anda menekan inhaler segera tarik napas, tahan napas minimal 10 detik setelah
menghirupnya.Selama hisapan hindari menarik dan membuang napas terlalu cepat.
3. Berikan jeda waktu isapan ketika Anda menggunakan lebih dari satu isapan per dosis.
Apalagi bila menggunakan bronkodilator kerja cepat jeda yang diperlukan sekitar 3-5
menit. Namun, untuk jenis lainnya berikan jeda 1 menit.
4. Jangan lupa ingat atau catat berapa banyak dosis obat asma yang telah terhirup agar
Anda dapat senantiasa mengetahui berapa sisa dosis inhaler yang masih ada.

❖ Kebutuhan Penggunaan Obat-obatan Jangka Panjang


• Mengonsumsi obat asma jangka panjang harus dilakukan setiap hari, guna
mengendalikan dan mengurangi kekambuhan serangan asma.
• Mengonsumsi obat asma jangka panjang dapat mengurangi tingkat kekambuhan
serangan asma, sehingga meminimalisir penggunaan obat asma reaksi cepat.

❖ Perbedaan antara Obat Controllers dan Relievers


• Obat kontrol jangka panjang (Controller)
Obat kontrol jangka panjang adalah obat-obatan yang harus diminum setiap hari untuk
mengendalikan gejala asma.
• Adapun obat pereda cepat (Reliever)
yang dimana obat-obatan ini bekerja dengan mengendurkan otot-otot di saluran pernapasan
yang menyempit sehingga saluran pernapasan terbuka dan para penderitanya dapat
bernapas kembali dengan mudah.

❖ Melanjutkan Penggunaan Obat-obatan Walau tidak Ada Gejala


Asma adalah penyakit kronis yang dapat kambuh secara tiba-tiba. Itu sebabnya,
pengidapnya tidak boleh melewatkan obat asma meski tubuh merasa sehat. Pasalnya,
kekambuhan asma bisa dipicu oleh alergen seperti cuaca, debu, asap rokok, dan lain-lain.
Untuk mengantisipasi serangan asma mendadak, sebaiknya selalu membawa obat asma ke
mana pun pengidap pergi. Usahakan juga untuk menghindari asap rokok karena dapat
menghambat kinerja obat.
❖ Pola Hidup Sehat untuk Mengendalikan Asma
• Perbanyak konsumsi buah dan sayuran, serta makanan yang mengandung asam lemak
omega-3,
• Hindari makanan yang dapat menyebabkan alergi, karena alergi dapat memicu
serangan asma
• Hindari makanan berpengawet, karena pada beberapa orang, hal ini dapat memicu
serangan asma
• Batasi asupan makanan berkalori tinggi
• Jaga berat badan ideal, karena obesitas dapat memperberat gejala asma
• Lakukanlah olahraga secara teratur, seperti yoga, berenang, bersepeda, aerobik, jalan
kaki, dan joging
• Jagalah kebersihan lingkungan, terutama di sekitar tempat tinggal.
BAB III

PENUTUP

1.4 Kesimpulan
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak
akibat peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua
golongan usia, baik muda maupun tua. Penyakit asma juga merupakan penyebab umum
penyakit asidosis respiratorik dimana penderitanya mengalami kondisi paru-paru yang tidak
dapat mengeluarkan semua karbon dioksida (CO2) akibat kondisi medis tertentu. (Edukasi,
Penggunaan, and Publikasi 2013)
Akibatnya pH darah dan cairan tubuh lainnya menurun hingga tubuh menjadi terlalu
asam, padahal tubuh normalnya bisa menyeimbangkan kadar ion untuk mengontrol derajat
Keasaman (ph). Kondisi tubuh yang terlalu asam dapat menyebabkan sejumlah gejala serius
yang mengancam jiwa, mulai dari rasa kantuk berlebihan hingga koma. Asidosis respiratorik
bisa dihindari dengan menjaga kesehatan fungsi pernapasan. jika Anda memiliki riwayat asma
dan penyakit paru lainnya, usahakan untuk mengelolanya dengan baik. Selain itu, kebiasaan
yang dapat merusak sistem pernapasan seperti merokok perlu dihindari. Menjaga berat badan
tetap ideal juga diperlukan agar sistem pernapasan tidak terganggu(Patel 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Edukasi, Pengaruh, Terhadap Penggunaan, and Naskah Publikasi. 2013. “Fakultas Farmasi
Universitas Muhamadiyah Surakarta 2013.”
Lapangan, Pengalaman Belajar. 2018. Asma Bronkial.
Patel. 2019. No Title.” : 9–25.
Zamrodah, Yuhanin. 2016. “済No Title.” 15(2): 1–23.

Anda mungkin juga menyukai