MUHAMAD HAFIZH F
1022031132
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengaruh terapi nebulizer untuk
pasien asma bronkial” tepat pada waktu nya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu. Ns.Eka Ernawati, S.Kep. M.Kep. selaku
pembimbing mata kuliah EBP yang telah membimbing,mengarahkan serta memotivasi sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni
Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuan nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat jauh dari kata sempurna karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang
bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5
2.1 Konsep Asma....................................................................................................................5
2.1.1 Definisi......................................................................................................................5
2.1.2 Etiologi......................................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi asma.........................................................................................................6
2.1.4 Manifestasi klinis.......................................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi...............................................................................................................8
2.1.6 Penatalaksanaan.........................................................................................................9
2.1.7 Komplikasi...............................................................................................................10
2.2 Konsep terapi nebulizer...................................................................................................11
2.2.1 Definisi terapi nebulizer...........................................................................................11
2.2.2 Manfaat teraoi bekam..............................................................................................11
2.2.3 Jenis jenis nebulizer.................................................................................................11
2.2.4 Prosedur terapi nebulizer.........................................................................................12
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.1 Definisi
Asma adalah kondisi peradangan kronis pada saluran napas yang melibatkan berbagai
jenis sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin, dan lainnya. Peradangan kronis ini
berhubungan dengan respons yang berlebihan dari saluran napas yang menyebabkan
seringnya terjadi episode mengi (wheezing), sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk
terutama pada malam hari dan pagi dini. Kejadian ini sering kali ditandai dengan obstruksi
pada saluran napas yang dapat diperbaiki baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
(Wijaya & Toyib, 2018)
Asma bronkhial merupakan suatu jenis penyakit saluran pernapasan yang bersifat kronis
atau jangka panjang. Pada kondisi ini, terjadi peradangan dan penyempitan saluran napas
yang menyebabkan kesulitan bernapas atau sesak napas. Selain kesulitan bernapas, penderita
asma juga dapat mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma
dapat terjadi pada semua kelompok usia, baik itu pada anak-anak maupun orang dewasa.
(Astuti & Derliana, 2018)
Asma adalah kondisi di mana saluran napas mengalami penyempitan karena sensitivitas
yang tinggi terhadap rangsangan tertentu. Penyempitan ini terjadi secara berulang dan di
antara episode penyempitan bronkus, fungsi ventilasi saluran napas cenderung normal.
Penderita asma bronkial memiliki sensitivitas dan reaktivitas yang tinggi terhadap
rangsangan eksternal, seperti debu rumah, bulu hewan, asap, dan zat alergen lainnya. Gejala
asma dapat muncul secara tiba-tiba dan dengan cepat, sehingga jika tidak mendapatkan
pertolongan segera, dapat meningkatkan risiko kematian. Penyempitan saluran napas pada
asma bronkial juga dapat terjadi akibat peradangan yang menyebabkan otot polos saluran
napas berkontraksi, pembengkakan membran lendir, dan produksi lendir yang berlebihan.
(Purwanto, 2016)
2.1.2 Etiologi
Obstruksi pada saluran napas pada asma disebabkan oleh:
a. Kontraksi otot di sekitar bronkus yang menyebabkan penyempitan napas.
b. Pembengkakan pada membran bronkus.
c. Penumpukan lendir yang kental di dalam bronkus.
Faktor predisposisi pada asma adalah Faktor genetik, di mana adanya kecenderungan alergi
yang diturunkan dari keluarga dekat meningkatkan risiko seseorang terkena asma jika terpapar
faktor pemicu.
Faktor pemicu asma meliputi:
a. Alergen, yang terbagi menjadi tiga jenis: inhalan (seperti debu, bulu binatang, serbuk
bunga, bakteri, dan polusi udara), ingestan (makanan dan obat-obatan tertentu), dan
kontaktan (bahan yang berkontak langsung dengan kulit).
b. Infeksi saluran pernapasan, terutama disebabkan oleh virus seperti virus Influenza.
c. Perubahan cuaca, terutama cuaca lembab dan udara dingin.
d. Lingkungan kerja, terutama di tempat kerja yang memiliki paparan tertentu seperti pabrik
kayu, polisi lalu lintas, atau penyapu jalanan.
e. Olahraga, terutama aktivitas berat yang dapat memicu serangan asma. f. Stres, gangguan
emosional yang dapat menjadi pemicu atau memperberat serangan asma. (Wahid &
Suprapto, 2013)
2.1.3 Klasifikasi asma
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien asma, seperti yang dijelaskan
oleh Halim Danokusumo (2000) dalam (Padila, 2013), meliputi:
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1. Batuk dengan produksi dahak yang lengket dan sulit dikeluarkan, bisa disertai
atau tidak disertai pilek.
2. Terdapat suara ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, dengan sifat
hilang timbul.
3. Terdengar suara mengi (wheezing).
4. Tidak ada kelainan pada bentuk dada.
5. Terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam darah dan IgE.
6. Hasil analisis gas darah (BGA) belum menunjukkan kelainan patologis.
b. Stadium lanjut/kronik:
1. Batuk, ronchi
2. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5. Thorak seperti barel chest
6. Tampak tarikan otot
7. Sianosis
8. BGA Pa O2 kurang dari 80%
9. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen
paru
10. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
2.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi asma pada anak, menurut IDAI (2015), dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Obstruksi saluran napas
Inflamasi pada saluran napas pada pasien asma merupakan dasar
terjadinya gangguan fungsi paru. Obstruksi saluran napas menyebabkan
pembatasan aliran udara yang dapat pulih baik secara spontan maupun setelah
pengobatan. Perubahan fungsional yang terjadi terkait dengan gejala khas asma
seperti batuk, sesak napas, wheezing, dan hiperreaktivitas saluran napas terhadap
berbagai rangsangan. Gejala batuk disebabkan oleh stimulasi saraf sensorik pada
saluran napas oleh mediator inflamasi. Pada anak, batuk berulang sering kali
menjadi salah satu gejala asma yang sering dijumpai.
Penyempitan saluran napas pada asma dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos pada bronkus yang diperkuat oleh
pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi. Agonis tersebut meliputi histamin,
triptase, prostaglandin D2, dan leukotrien C4 yang dilepaskan oleh sel mast,
neuropeptida dari saraf sensorik lokal, serta asetilkolin dari saraf eferen pasca-
ganglionik. Kontraksi otot polos saluran napas diperkuat oleh penebalan dinding
saluran napas akibat edema akut, infiltrasi sel-sel inflamasi, dan perubahan
struktural seperti hiperplasia dan hipertrofi kronis pada otot polos, pembuluh
darah, dan sel-sel sekretori. Selain itu, hambatan saluran napas juga meningkat
akibat produksi sekret yang berlimpah, kental, dan lengket oleh sel goblet dan
kelenjar submukosa, keluarnya protein plasma melalui mikrovaskular bronkus,
serta penumpukan debris seluler pada dinding saluran napas.
Pada anak, seperti pada orang dewasa, terjadi perubahan patologis pada
bronkus yang dikenal sebagai remodeling saluran napas. Inflamasi ini dipicu oleh
berbagai faktor seperti alergen, virus, aktivitas fisik, dan lain-lain yang
menyebabkan respons hiperreaktivitas pada saluran napas penderita asma.
1. Pneumonia
Peradangan terjadi pada jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh
infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru.
2. Atelektasis
Terjadi penyempitan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara, baik bronkus maupun bronkiolus.
3. Gagal nafas
Terjadi ketika pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru
tidak mampu mempertahankan laju konsumsi oksigen yang cukup dan
menyebabkan akumulasi karbondioksida di dalam sel-sel tubuh
4. Bronkitis
Adalah kondisi di mana terjadi pembengkakan pada lapisan dalam saluran
pernapasan kecil di paru-paru (bronkiolus) dan peningkatan produksi lendir
(dahak). Hal ini menyebabkan kesulitan pernapasan pada penderitanya.
2.2 Konsep terapi nebulizer
2.2.1 Definisi terapi nebulizer
Terapi nebulizer adalah metode pengobatan di mana larutan obat diubah menjadi kabut
atau uap dengan menggunakan perangkat bernama nebulizer, yang kemudian dihirup oleh pasien.
(Aryani, 2009)
2.2.2 Manfaat teraoi bekam
Terapi nebulizer umumnya digunakan dalam pengobatan penyakit pernapasan seperti
asma, bronkitis, atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Beberapa manfaat yang umumnya
dikaitkan dengan terapi nebulizer meliputi:
1. Membantu meredakan gejala sesak napas: Nebulizer dapat menghasilkan kabut
obat yang dapat langsung dihirup ke dalam saluran pernapasan, membantu
membuka saluran udara yang sempit dan meredakan sesek nafas.
2. Mengurangi peradangan dan pembengkakan.Terapi nebulizer sering
menggunakan obat-obatan antiinflamasi atau bronkodialator yang dapat
membantu mengurangi peradangan dan pembengkakan pada saluran
pernafasan,sehingga memperbaiki fungsi nafas pernafasan
3. Memberikan obat secara tepat dan efektif. Nebulizer memberikan obat-obatan
secara langsung ke saluran pernafasan,memastikan obat mencapai area yang
terkena langsung dan memberikan efek yang lebih cepat dan efektif di
bandingkan dengan obat yang di minum secara oral. (Kemenkes, Manfaat terapi
nebulizer, 2019)
2.2.3 Jenis jenis nebulizer
Ada 3 jenis nebulizer di antaranya yaitu:
tekanan gas tinggi untuk mengubah obat cair menjadi uap. Alat inhalasi ini efektif
dalam menghantarkan obat cair yang tidak dapat diolah oleh inhaler biasa, seperti
harga yang terjangkau dan dilengkapi dengan fitur canggih yang memudahkan
pengguna. Namun, kekurangan jet kompresor nebulizer adalah suara yang lebih
2. Ultrasonic Nebulizer
mengubah obat cair menjadi uap aerosol. Generasi terbaru dari nebulizer ini
memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis nebulizer lainnya.
3. Mesh Nebulizer
Mesh nebulizer merupakan salah satu pilihan terbaik dalam alat hirup, karena
memiliki efisiensi tinggi, tidak berisik, dan mampu menghasilkan tetesan uap
cairan yang sangat halus dibandingkan dengan jenis nebulizer lainnya. Selain itu,
mana saja. Namun, perlu diingat bahwa harga nebulizer ini cenderung lebih mahal
dan mungkin kurang efektif dalam mengolah obat dengan konsistensi yang kental.
dokter atau perawat mengenai cara penggunaannya dan untuk mengklarifikasi segala
pertanyaan yang mungkin ada. Meskipun setiap alat nebulizer dapat memiliki sedikit
perbedaan dalam pengoperasiannya, ada beberapa langkah umum yang dapat diikuti:
1. Pastikan tangan dalam keadaan bersih sebelum menyentuh alat nebulizer dan
obat-obatannya.
2. Persiapkan obat yang diresepkan oleh dokter dan tuangkan ke dalam wadah
3. Pasang selang atau saluran udara pada nebulizer dan pastikan saluran udara
wajah dan menutupi hidung dan mulut dengan rapat. Jika menggunakan
corong mulut, pegang corong dengan rapat di antara gigi dan bibir.
5. Nyalakan nebulizer sesuai instruksi yang diberikan oleh produsen. Biasanya, alat
6. Bernapaslah secara perlahan dan dalam melalui mulut atau hidung, tergantung
pada jenis alat yang digunakan. Usahakan untuk tetap tenang dan santai
7. Terus menghirup uap obat sampai semua obat dalam nebulizer habis atau
8. Setelah selesai, matikan nebulizer dan bersihkan alat sesuai petunjuk yang
3.1 Kesimpulan
Dalam merawat pasien dalam berbagai kondisi medis, terdapat tiga tujuan utama yang
perlu diperhatikan, yaitu mencegah kematian, mengurangi risiko kerusakan organ, dan
meningkatkan kebahagiaan atau kualitas hidup pasien. Pada pasien yang menderita asma,
berbagai hasil pemeriksaan seperti FEV1 (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik), PEF (peak
expiratory flow), gejala, serta sputum, digunakan sebagai acuan utama dalam menilai tingkat
kontrol asma dan secara umum menjadi penilaian apakah tujuan perawatan pasien asma telah
tercapai. Pasien dengan asma yang berat cenderung mengalami gangguan kualitas hidup yang
lebih buruk dibandingkan dengan pasien yang mengalami gangguan asma yang ringan.
Asma memiliki dampak negatif pada kualitas hidup penderitanya. Gangguan yang
disebabkan oleh asma dapat membatasi berbagai aktivitas sehari-hari, termasuk olahraga, absensi
di sekolah, dan dapat menyebabkan kehilangan hari kerja. Tujuan dari penatalaksanaan asma
adalah mencapai kontrol asma, yaitu kondisi yang optimal yang menyerupai orang yang sehat
sehingga penderita dapat menjalankan aktivitas harian seperti orang normal, dan hal ini berarti
meningkatkan kualitas hidup penderita.
Asma adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Penderita asma sering
mengalami kekambuhan terkait dengan gejala asma yang mereka alami. Namun, asma dapat dikendalikan
melalui terapi medis dan gaya hidup yang sehat. Kontrol asma yang baik akan mengurangi frekuensi
kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Menurut penelitian oleh Priyanto et al. (2011) di
wilayah Asia Pasifik, hanya sekitar 5% pasien asma yang menganggap kondisi asma mereka sepenuhnya
terkontrol, sedangkan 35% pasien menganggapnya terkontrol sebagian. Hanya 10% pasien yang
menggunakan inhalasi steroid untuk mengontrol asma, sementara 68% menggunakan bronkodilator. Oleh
karena itu, penatalaksanaan asma bertujuan untuk mencapai kondisi asma yang terkontrol. Kondisi
terkontrol dalam konteks ini merujuk pada keadaan optimal yang menyerupai orang sehat, sehingga
penderita asma dapat menjalankan aktivitas sehari-hari layaknya orang normal dan meningkatkan kualitas
hidup mereka
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, T., & Endiyono. (2019). Penerapan Terapi Nebuliser Terhadap Pasien Asma.
Organization, W. H. (2022).
Simon, G. (2021, Agustus 27). RUPA-RUPA. ICA. ICA. ICA. LA TINGUINA. PARCONA. SUBTANJALLA.
CHINCHA ALTA. CHINCHA ALTA. GROCIO PRADO. PUEBLO NUEVO. SUNAMPE. PISCO. PISCO. SAN
ANDRÉS. Retrieved from /blog/nebulizer-mengenal-manfaat-cara-pemakaian-dan-jenis-
nebulizer/: ://www.ruparupa.com
Wahid, & Suprapto. (2013). Asma Bronkial. Wahid dan Suprapto, 38.