Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ ASMA“
2C KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Sari Anggela,M.Kep.,Sp.Kep.A

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
INDAH RATNA SYAFIRA (P032114401103)
JUNNI ARDILLA (P032114401128)
ELSA NOVIA ZULIANA (P032114401098)

POLTEKKES KEMENKES RIAU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
ciptaannya. Solawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Muhammad Saw yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan
bahasa yang sangat indah.

Kami sebagai penyusun disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang kami susun berjudul "Asma". Dalam makalah ini kami
mencoba untuk menjelaskan tentang Asma yang dimulai dari definisi, etiologi, patofisiologi,
dan pembahasan lainnya.

Kami sebagai penyusun makalah mengucapkan banyak terimakasih kepada semua


pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan kami memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat dibutuhkan guna
memperbaiki karya-karya di lain waktu.

Pekanbaru, Agustus 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. DEFINISI.......................................................................................................................3
B. ETIOLOGI.....................................................................................................................3
C. TANDA DAN GEJALA...............................................................................................4
D. PATOFISIOLOGI.........................................................................................................4
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................................5
F. PENATALAKSANAAN MEDIS.................................................................................6
G. ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................7
1. Pengkajian..................................................................................................................7
2. Analisa Data...............................................................................................................8
3. Rumusan Diagnosa Keperawatan..............................................................................8
4. Intervensi Keperawatan.............................................................................................9
5. Implementasi Keperawatan........................................................................................9
6. Evaluasi Keperawatan..............................................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................................14


A. KESIMPULAN...........................................................................................................14
B. SARAN........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di


negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global
Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah
penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian
yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012). Data WHO
juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam
tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh
pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian
gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008).
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible
dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah secara spontan yang ditandai dengan mengiepisodik, batuk, dan sesak
di dada akibat penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).
Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk, sesak napas,
rasa tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan
satu-satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara
dingin, biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai
dengan sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah,
tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa
batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan
sputum yang berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan
sesak napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi,
yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori
pernapasan. Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka
panjang dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan
atau ketika beraktivitas (Brunner & Suddard, 2002).
Asma mempunyai dampak yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala asma dapat mengalami komplikasi sehingga menurunkan produktifitas kerja
dan kualitas hidup (GINA, 2012). Pada penderita asma eksaserbasi akut dapat saja
terjadi sewaktu-waktu, yang berlangsung dalam beberapa menit hingga hitungan

1
jam. Semakin sering serangan asma terjadi maka akibatnya akan semakin fatal
sehingga mempengaruhi aktivitas penting seperti kehadiran di sekolah, pemilihan
pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik dan aspek kehidupan lain (Brunner &
Suddard, 2002).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan asma?


2. Apa etiologi dari asma?
3. Apa saja tanda dan gejala asma?
4. Apa patofisiologi dari asma?
5. Apa pemeriksaan penunjang asma?
6. Apa saja penatalaksanaan medis asma?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi Asma


2. Untuk mengetahui etiologi Asma
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Asma
4. Untuk mengetahui patofisiologi Asma
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Asma
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Asma

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Asma adalah gangguan pada bronkus dan trakhea yang memiliki reaksi
berlebihan terhadap stimulus tertentu dan bersifat reversibel (Padila, 2015). Definisi
asma juga disebutkan oleh Reeves dalam buku Padila yang menyatakan bahwa asma
adalah obstruksi pada bronkus yang mengalami inflamasi dan memiliki respon yang
sensitif serta bersifat reversible.
Asma merupakan penyakit kronis yang mengganggu jalan napas akibat
adanya inflamasi dan pembengkakan dinding dalam saluran napas sehingga menjadi
sangat sensitif terhadap masuknya benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan.
Akibatnya saluran nafas menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam paru-paru
berkurang. Hal ini menyebabkan timbulnya napas berbunyi (wheezing), batuk-batuk,
dada sesak, dan gangguan bernapas terutama pada malam hari dan dini hari
(Soedarto. 2012)

B. ETIOLOGI

Penyebab awal terjadinya inflamasi saluran pernapasan pada penderita asma


belum diketahui mekanismenya (Soedarto, 2012).Terdapat berbagai keadaan yang
memicu terjadinya serangan asma, diantara lain:
1. Kegiatan fisik (exercise)
2. Kontak dengan alergen dan irritan
Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di sekitar penderita
asma seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap hewan. Selain itu debu rumah yang
mengandung tungau debu rumah (house dust mites) juga dapat menyebabkan alergi.
Hewan seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi pemicu timbulnya alergi
bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti tepung sari dan ilalang serta
jamur (nold) juga dapat bertindak sebagai allergen. Irritans atau iritasi pada penderita
asma dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti asap rokok, polusi udara.
Faktor lingkungan seperti udara dingin atau perubahan cuaca juga dapat
menyebabkan iritasi. Bau-bauan yang menyengat dari cat atau masakan dapat
menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi emosi yang berlebihan (menangis,
tertawa) dan stres juga dapat memicu iritasi pada penderita asma.
Akibat terjadinya infeksi virus, Berbagai penyebab dapat memicu terjadinya
asma yaitu:
3
1. Obat-obatan (aspirin, beta-blockers)
2. Sulfite (buah kering wine)
3. Gastroesophageal reflux disease, menyebabkan terjadinya rasa terbakar pada
lambung (pyrosis, heart burn) yang memperberat gejala serangan asma terutama
yang terjadi pada malam hari
4. Bahan kimia dan debu di tempat kerja
5. Infeksi

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea, wheezing,


pusing-pusing, sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan,
diaphoresis, dan kelelahan. Hiperventilasi adalah salah satu gejala awal dari asma.
Kemudian sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing (di
apeks dan hilus). Gejala utama yang sering muncul adalah dipsnea, batuk dan mengi.
Mengisering dianggap sebagai salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma
muncul.

D. PATOFISIOLOGI

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE
yang berikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang menimbulkan asma
bersifat airbone. Alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode
waktu tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma. Namun, pada lain kasus
terdapat pasien yang sangat responsif, sehingga sejumlah kecil alergen masuk ke
dalam tubuh sudah dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang sering berhubungan dengan induksi fase akut asma adalah aspirin,
bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik dan bahan sulfat. Sindrom
khusus pada sistem pernafasan yang sensitif terhadap aspirin terjadi pada orang
dewasa, namun dapat pula dilihat dari masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya
berawal dari rhinitis vasomotor perennial lalu menjadi rhinosinusitis hiperplastik
dengan polip nasal akhirnya diikuti oleh munculnya asma progresif.
Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya dengan
pemberian obat setiap hari. Setelah pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat
dikurangi gejalanya dengan pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk
terapi ini, toleransi silang akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi nonsteroid.
Mekanisme terjadinya bronkuspasme oleh aspirin ataupun obat lainnya belum
4
diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi
secara khusus oleh aspirin.
Antagonis delta-agrenergik merupakan hal yang biasanya menyebabkan
obstruksi jalan nafas pada pasien asma, demikian juga dengan pasien lain dengan
peningkatan reaktifitas jalan nafas. Oleh karena itu, antagonis beta-agrenergik harus
dihindarkan oleh pasien. tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan
sebagai agen sanitasi dan pengawet dalam industri makanan dan farmasi juga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada pasien yang sensitif. Senyawa sulfat
tersebut adalah kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium sulfit dan
sulfat klorida. Pada umumnya tubuh akan terpapar setelah menelan makanan atau
cairan yang mengandung senyawa tersebut seperti salad, buah segar, kentang, kerang
dan anggur.
Faktor penyebab yang telah disebutkan di atas ditambah dengan sebab
internal pasien akan mengakibatkan reaksi antigen dan antibodi. Reaksi tersebut
mengakibatkan dikeluarkannya substansi pereda alergi yang merupakan mekanisme
tubuh dalam menghadapi serangan, yaitu dikeluarkannya histamin, bradikinin, dan
anafilatoksin. Sekresi zat-zat tersebut menimbulkan gejala seperti berkontraksinya
otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan peningkatan sekresi mukus.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2018), yaitu :


1. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri):
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih
dari 20%menunjukkan diagnosis asma bronkial.
2. Uji provokasi bronkus:
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum
dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 105 atau lebih.
3. Pemeriksaan tes kulit:
Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
B. Pemeriksaan Laboratorium :
1. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup):
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
2. Sputum:

5
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan trensudasi dari
edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitelnya dari
perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik.
3. Sel eosinofil:
Pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai1000- 1500/mm3 baik
asma instrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinosil normal
antara 100-200/mm3.
4. Pemeriksaan darah rutin dan kimia:
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan
hiperkapnea.
5. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien asma bronkial biasanya normal, tetapi
prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Prinsip umum dalam pengobatan saat terjadi serangan asma antara lain :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenali dan menghindarkan faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan atau
penanganan penyakit
Penatalaksanaan asma dapat dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :
1. Pengobatan dengan obat-obatan :
 Beta agonist (beta adregenik agent)
 Methylxanlines (enphy bronkodilator)
 Anti kolinergik (bronkodilator)
 Kortekosteroid
 Mast cell inhibitor (inhalasi)
2. Tindakan yang spesifik
 Pemberian oksigen

6
 Pemberian agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau
terbutalin 10 mg), inhalasi nebulezer dan pemberiannya dapat diulang
setiap 30 - 60 menit.
 Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB
 Kortekosteroid hidrokortison 100-200 mg, digunakan jika tidak ada
respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan yang sangat berat

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Anak M. S usia 2 tahun 4 bulan jenis kelamin perempuan dirawat diruang


Kenanga RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang masuk dari tanggal 24 Mei 2019
dengan keluhan batuk dan sesak napas. Diagnosa medik: asma bronchial.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Mei 2019, Jam 08.00 WITA. Anak nampak
sakit sedang, dengan GCS = 15, kesadaran Composmentis, Tanda vital : Suhu 370 C,
Pernapasan 32x/ menit, Nadi 112x/ menit. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan
adanya ronchi dan wheezing. Orang tua mengatakan anak batuk berdahak dan
lendir susah untuk dikeluarkan. Nafsu makan baik dan anak kooperatif selama
dirawat. Anak baru pertama kali dirawat dengan sakit ini sehingga orang tua juga
bingung, khawatir dengan kondisi anak serta mengharapkan segera sembuh. Selama
ini hanya berobat ke puskesmas saja dengan keluhan batuk dan sesak napas.
Dampak hospitalisasi pada anak yang ditemukan adalah ketakutan pada suasana
baru di rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan anak nampak sakit
sedang, dengan GCS = 15, kesadaran Composmentis, Tanda vital : Suhu 370 C,
Pernapasan 32x/ menit, Nadi 112x/ menit. Pada pemeriksaan auskultasi
ditemukan adanya ronchi dan wheezin, tinggi badan 80 cm, berat saat ini 9 kg, berat
sebelum sakit 8,9 kg, lingkaran kepala: 47 cm, konjungtiva anemis, sklera putih,
hidung terdapat sekret, mukosa lembab, dada simteris, bunyi paru adanya ronchi
dan wheezing di lobus kanan atas, tidak pemakaian otot bantu pernapasan, bising
usus 32 kali per menit, mual muntah tidak ada.
Hasil pemeriksaan laboratorium anak pada tanggal 25 Mei 2019
ditemukan Hb 11,2 g/dl (11-15 g/dl), hematokrit 34,2 L % (30-60 %). Saatperawatan
pasien mendapat therapi obat ambroxol pulvis 3 x 1 mg. Ambroxol pulvis adalah
obat yang digunakan untuk mengencerkan dahak, umumnya digunakan untuk
mengatasi gangguan pernapasan akibat produksi dahak yang berlebihan. Dahak yang

7
diproduksi akan lebih encer sehinggan mudah dikeluarkan dari tenggorokan saat
batuk. Efek samping dari pengguan obat ini adalah gangguan pencernaan ringan,
mual dan munta, sakit uluh hati.

2. Analisa Data

Bersadarkan hasil pengumpulan data maka di tegakan beberapa masalah


keperawatan. Adapun masalah keperawatan yang dialami pasien berdasarkan hasil
pengumpulan data adalah: Data subjektif : Ibu mengatakan anaknya batuk dan sesak
napas. Data Obyektif : pernapasan 25 kali per menit menit, anak batuk dan sesak
napas, terdengar bunyi ronchi dan wheezing. Masalah: peningkatan produksi mukus
dan adanaya eskudat dalam alveoli, penyebab : Ketidakefektifan bersihan jalan
Data subjektif: ibu mengatakan anaknya selama ini batuk dan sesak napas
tapi berobat ke puskesmas saja ibu mengatakan anak baru pertama kali dirawat dan
tidak tahu anaknya sakit asma. Data objektif: Ibu nampak khawatir dan sering
bertanya tentang sakit. Masalah: kurang terpapar terhadap informasi, penyebab:
Kurang pengetahuan orang tua.
Data subjektif: Ibu mengatakan anak takut karena baru pertama kali
dirawat. Data objektif: Anak nampak ketakutan, rewel dan hanya mau didekat
ibunya. Masalah: dampak hospitalisasi, penyebab: Cemas

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan data pendukung yang


ditemukan saat melakukan pengkajian pada An. M. S Adapun masalah keperawatan
yang diangkat adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus dan adanaya eskudat dalam alveoli
2. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar
terhadap informasi
3. Cemas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Adapun prioritas masalah yang ditegakkan berdasarkan 3 prinsip yaitu
apakah mengancam kehidupan, mengancam kesehatan atau mengancam tumbuh
kembang pasien. Prioritas masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut : 1)
Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan peningkatan produksi mukus
dan adanaya eskudat dalam alveoli; 2) Kurang pengetahuan orang tua berhubungan
dengan kurang terpapar terhadap informasi; 3) Cemas berhubungan dengan dampak
hospitalisasi.

8
4. Intervensi Keperawatan

Untuk diagnosa keperawatan 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan peningkatan produksi mukus dan adanya eskudat dalam alveoli,
goal : pasien akan mampu meningkatkan bersihan kjalan napas yang efektif.
Objekltif: dalam jangka waktu 3×24 jam bersihan jalan napas efektif dengan kriteria
hasil : frekuensi napas normal (30-39 kali per menit), tidak ada retraksi dinding dada,
wheezing dan rochi berkurang, batuk dan sesak napas berkurang. Adapun intervensi
keperawatan yang akan dilakukan adalah 1)kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan
ekspansi dada, catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan.
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing,
observasi pola batuk dan karakter sekret. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk
sering/iritasi, dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk 3) Kolaborasi :
pemberian oksigen dan humidifikasi tambahan, dan obat pengencer dahak.
Untuk diagnosa keperawatan 2: Kurang pengetahuan orang tua berhubungan
dengan kurang terpapar terhadap informasi. Goal :orang tua atau keluarga
meningkatkan peningkatkan pengetahuan dalam perawatan. Objektif: dalam jangka
waktu 1×30 menit pengetahuan klien dan keluarga mampu meningkatkan tingkat
pengetahuan selama dalam perawatan. Intervensi keperawatan : 1)Kaji pengetahuan
orang tua tentang penyakit. 2) Berikan Penyuluhan kesehatan tentang penyakit
Gagal ginjal kronik. 3) Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan.
informasi yang didapat, dapat mengatasi ketidakmampuannya dan juga menerima
perasaan tidak nyaman yang lama.
Untuk diagnosa keperawatan 3; Kecemasan anak berhubungan dengan
dampak hospitalisasi. Goal : anak akan menunjuakn kecemasan berkurang. objektif:
Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 jam kecemasan anak menurun atau hilang,
dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada
perawat, secara verbal mengatakan tidak takut. Intervensi keperawatan antara lain 1)
validasi perasaan takut atau cemas anak sebagai upaya memantapkan hubungan
saling percaya dan meningkatkan ekspresi perasaan; pertahankan kontak dengan
klien untuk mengurangi ketakutan; 2) upayakan ada keluarga (orang tua) yang
menunggu untuk meminimalkan dampak hospitalisasi; 3) anjurkan orang tua utnuk
membawakan mainan; 4)rencanakan terapi bermain sesuai usia anak

5. Implementasi Keperawatan

9
Tindakan keperawatan dilakukan setelah perencanaan selesai disusun dengan
baik. Tindakan keperawatan dimulai sejak tanggal 25 Mei 2019.
Hari pertama tanggal 25 Mei 2019.
Tindakan keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas,
1)08.00 implementasi yang dilakukan antara lain mengkaji frekuensi kedalaman
pernafasan dan ekspansi dada : RR 25x/ menit, dalam dan teratur, mencatat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan: tidak ada pemakaian otot
bantu pernapasan, 2)08.30 melakukan auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi
nafas: terdengar ronchi, wheezing, mengobservasi pola batuk dan karakter sekret:
batuk dan sekret susah dikeluarkan; kolaborasi dokter : 3)10.00 pemberian obat
ambroxol 3x1 dan nebulizer ventolin + NaCl frekuensi 1x sehari. Untuk diagnosa
kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar terhadap
informasi tindakan yang dilakukan: melakukan pengkajian tingkat pengetahuan
orang tua ditemukan orang tua belum mengetahui apa itu asma dan bagaimana
perawatan dan pencegahan dirumah serta belum pernah mendapat informasi jelas
dari petugas kesehatan
Hari kedua tanggal 26 Mei 2019
Tindakan keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
yaitu : 1)08.40 implementasi yang dilakukan antara lain mengkaji frekuensi
kedalaman pernafasan dan ekspansi dada : RR 25x/ menit, dalam dan teratur,
mencatat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan: tidak ada
pemakaian otot bantu pernapasan, 2)08.55 melakukan auskultasi bunyi nafas dan
catat adanya bunyi nafas: terdengar ronchi, wheezing, mengobservasi pola batuk dan
karakter sekret: batuk dan sekret susah dikeluarkan; kolaborasi dokter : 3)10.00
pemberian obat ambroxol 3x1 dan nebulizer ventolin + NaCl frekuensi 1x sehari.
Tindakan keperawatan untuk diagnosa kurangpengetahuan orang tua berhubungan
dengan kurang terpapar terhadap informasi diskusikan mengenai kemungkinan
proses penyembuhan. informasi yang didapat, dapat mengatasi ketidakmampuannya
dan juga menerima perasaan tidak nyaman yang lama.
Hari ketiga 27 Mei 2019
Tindakan keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
1)08.40 implementasi yang dilakukan antara lain mengkaji frekuensi kedalaman
pernafasan dan ekspansi dada : RR 25x/ menit, dalam dan teratur, mencatat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan: tidak ada pemakaian otot
bantu pernapasan, 2)08.55 melakukan auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi
nafas: tidak terdengar ronchi, wheezing, mengobservasi pola batuk dan karakter
sekret: batuk dan sekret sudah dikeluarkan; kolaborasi dokter : 3)10.00 pemberian
10
obat ambroxol 3x1 dan nebulizer ventolin + NaCl frekuensi 1x sehari. kondisi sesak
napas berkurang, bunyi ronchi dan wheezing pada hari ketiga menghilang, kondisi
anak membaik, pengobatan tetap diberikan.
Tindakan keperawatan untuk diagnosa kurang pengetahuan orang tua
berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi dilakukan penyuluhan
kesehatan dengan menggunakan media lembar balik yang berisi pengertian asma
bronchial, faktor penyebab, tanda dan gejala penyakit, mcara pencegahan dan
perawatan dirumah. Setelah dilakukan penyuluhan orang tua mampu menjelaskan
kembali tentang penyakit asma dan cara perawatan serta pencegahan dirumah.
Tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan kecemasan anak berhubungan
dengan dampak hospitalisasi yaitu 1) mempertahankan kontak dengan klien : anak
sering rewel sehingga butuh waktu lama. 2) Mengupayakan ada keluarga (orang tua)
yang menunggu untuk mmeminimalkan dampak hospitalisasi: orang tua selalu ada
selama anak dirawat. 3) menganjurkan orang tua utnuk membawakan mainan : orang
tua membawakan boneka; merencanakan terapi bermain sesuai usia anak dengan
meniup balon

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan


untuk menilai keberhasilan tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi pada An.M.S dilaksanakan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan
baik secara objektif maupun secara subjektif menggunakan evaluasi SOAP.
Hari pertama tanggal 25 Mei 2019
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
pada ditemukan yaitu S : ibu mengatakan anaknya masih batuk dan sesak napas; O:
frekuensi napas : 25x/ menit, anak nampak batuk dan terlihat sesak napas, bunyi
ronchi dan wheezing terdengar, ada pemakaian otot bantu napas, A: masalah belum
teratasi; P: intervensi tetap dilanjutkan dengan modifikasi pemberian fisioterapi dada
dan anjuran banyak minum air hangat. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kurang
pengetahuan yaitu S : ibu mengatakan belum paham tentang sakit anaknya dan akan
merawat dengan baik dirumah; O: keluarga belum dapat menyebutkan kembali
pengertian, tanda dan gejala serta cara perawatan nantinya dirumah; A: masalah
teratasi, P: intervensi dihentikan.
Hari kedua tangal 27 Mei 2019
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
pada ditemukan yaitu S : ibu mengatakan anaknya masih batuk sesekali; O: frekuensi
napas : 22x/ menit, anak nampak batuk tapi tidak disertai lendir/ sputum, bunyi
11
ronchi dan wheezing tidak ada, tidak ada pemakaian otot bantu napas,; A: masalah
teratasi; P: intervensi tetap dilanjutkan dengan modifikasi pemberian fisioterapi dada
dan anjuran banyak minum air hangat.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kurang pengetahuan pada S : ibu
mengatakan belum paham tentang sakit anaknya dan akan merawat dengan baik
dirumah; O: keluarga belum dapat menyebutkan kembali pengertian, tanda dan
gejala serta cara perawatan nantinya dirumah; A: masalah teratasi, P: intervensi
dihentikan
Hari ketiga tanggal 27 Mei 2019
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
pada ditemukan yaitu S : ibu mengatakan anaknya masih batuk sesekali; O: frekuensi
napas : 22x/ menit, anak nampak batuk tapi tidak disertai lendir/ sputum, bunyi
ronchi dan wheezing tidak ada, tidak ada pemakaian otot bantu napas,; A: masalah
teratasi; P: intervensi tetap dilanjutkan dengan modifikasi pemberian fisioterapi dada
dan anjuran banyak minum air hangat.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kurang pengetahuan pada yaitu S : ibu
mengatakan sudah paham tentang sakit anaknya dan akan merawat dengan baik
dirumah; O: ibu dapat menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala serta cara
perawatan nantinya dirumah; A: masalah teratasi, P: intervensi dihentikan.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa kecemasan anak pada yaitu : S: ibu
mengatakan anaknya masih sering rewel; O: anak masih nampak rewel, susah diajak
bermain; A : masalah belum teratasi; P: intervensi dilanjutkan

12
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Asma adalah gangguan pada bronkus dan trakhea yang memiliki reaksi
berlebihan terhadap stimulus tertentu dan bersifat reversibel (Padila, 2015). Definisi
asma juga disebutkan oleh Reeves dalam buku Padila yang menyatakan bahwa asma
adalah obstruksi pada bronkus yang mengalami inflamasi dan memiliki respon yang
sensitif serta bersifat reversible.
Asma merupakan penyakit kronis yang mengganggu jalan napas akibat
adanya inflamasi dan pembengkakan dinding dalam saluran napas sehingga menjadi
sangat sensitif terhadap masuknya benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan.
Akibatnya saluran nafas menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam paru-paru
berkurang. Hal ini menyebabkan timbulnya napas berbunyi (wheezing), batuk-batuk,
dada sesak, dan gangguan bernapas terutama pada malam hari dan dini hari
(Soedarto. 2012)

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan kita mampu memahami dan


mengetahui asuhan keperawatan dan konsep/teori dari gangguan pada sistem
Endokrin terutama penyakit diabetes insipidus. Tentunya kita sebagai seorang
perawat harus mampu berkolaborasi dalam menentukan jenis dan etiologi untuk
rencana terapi karena dengan diagnosis dan terapi yang tepat akan mempercepat
penyembuhan dan membantu meningkatkan kualitas hidup pasien

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7940343/MAKALAH_ASMA_
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru-kronik-dan-
gangguan-imunologi/asma-bronkial-faq
https://aido.id/health-articles/asma-bronkial/detail
https://m.merdeka.com/sumut/gejala-asma-bronkial-pengertian-penyebab-
beserta-cara-mengobatinya-kln.html
https://hellosehat.com/pernapasan/asma/pengertian-asma/

15

Anda mungkin juga menyukai