BAB I PENDAHULUAN
C. Perencanaan/Intervensi..................................................................................................33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi
juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA)
penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus
Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat
dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh pasien
asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap
Penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia.
Pada tahun 2005 Survei Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal karena
asma (Dinkes Jogja, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional
tahun 2007, penyakit asma ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi nasional,
sedangkan di Sumatera Barat Departemen Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2012
jumlah penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2011). Jumlah kunjungan
penderita asma di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang sebanyak 12.456 kali di
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible dengan ciri
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan yang ditandai dengan mengi episodik,
batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).
Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk, sesak napas, rasa tertekan di
dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala.
Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya bermula
mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan
mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik
batuk pada penderita asma adalah berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non
produktif, kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang
tersumbat menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot
aksesori pernapasan. Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka
panjang dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau
ketika beraktivitas
Tingkat gejala asma yang dialami oleh penderita asma telah diklasifikasikan menjadi empat
jenis yaitu: 1) intermiten merupakan jenis asma yang terjadi bulanan dengan gejala kurang
dari satu kali seminggu, tidak menimbulkan gejaladi luar serangan dan biasanya terjadi dalam
waktu singkat. 2) Persisten ringan yang serangannya terjadi mingguan dengan gejala lebih
dari satu kali seminggu tetapi kurang dari satu kali sehari, yang dapat mengganggu aktivitas
dan tidur. 3) Persisten sedang dengan gejala yang muncul setiap hari dan membutuhkan
bronkodilator setiap hari. 4) Persisten berat yang terjadi secara kontinyu, gejala terus menerus,
sering kambuh dan aktivitas fisik terbatas (GINA, 2012).Asma mempunyai dampak yang
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala asma dapat mengalami komplikasi sehingga
menurunkan produktifitas kerja dan kualitas hidup (GINA, 2012). Pada penderita asma
eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu-waktu, yang berlangsung dalam beberapa menit
hingga hitungan jam. Semakin sering serangan asma terjadi maka akibatnya akan semakin
pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik dan aspek kehidupan lain (Brunner & Suddard,
2002) Tujuan perawatan asma adalah untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang ditandai
dengan penurunan gejala asma yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali, sehingga
penderita dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh asmanya. Pengontrolan terhadap
gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari alergen pencetus asma, konsultasi asma
dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, dan
menghindari stres. Gejala asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara
lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga menggunakan terapi
nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala yang timbul serta mengurangi
keparahan gejala asma yang dialami ketika terjadi serangan. (Wong, 2008). Terapi non
farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan asma adalah dengan melakukan
terapi pernapasan. Terapi pernapasan bertujuan untuk melatih cara bernapas yang benar,
dengan penurunan gejala dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderitanya. Pada penderita
asma terapi pernapasan selain ditujukan untuk memperbaiki fungsi alat pernapasan, juga
bertujuan melatih penderita untuk dapat mengatur pernapasan pada saat terasa akan datang
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa/i dapat memenuhi tugas asuhan keperawatan pada
f. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan asuhan keperawatan dengan klien asma
1. Bab I terdiri dari : Latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
2. Bab II terdiri dari : Tinjauan teoritis, konsep dasar, pengertian, etiologi, patofisiologi,
dan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, rencana keeperawatan,
3. Bab III terdiri dari : Tinjauan kasus, pengertian, etiologi, patofisiologi, manisfestasi klinis,
4. Bab IV terdiri dari : Pembahasan kasus, resume, pengkajian, diagnosa keperawatan,
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan
nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Nelson (1996) dalam Purnomo (2008)
mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk
dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada
malam hari/dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik
dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya
riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah
disingkirkan. Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for
Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang
rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi,
yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi
ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan.
1. Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
2. Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
3. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi
saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
Kesimpulan : asma merupakan radang kronik saluran pernafasan, jalan nafas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol
pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang
cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
d. Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :
gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika,
berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun,
saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah
perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan
yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-
gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya
penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut),
1. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
a. Alergen
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga,
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang
inhibitor, kromolin).
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam
tangan.
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen
utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi
reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat
mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease
a. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut
latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan
oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma.
Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah
mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem
bronkial.
4. Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi
masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan
polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang
C. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal,
sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara
yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan
udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu
bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan
menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka
dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan
meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru. Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
Pathway
D. Manisfestasi Klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah
dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-
satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada. Tetapi untuk melihat
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan
khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita
terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi
dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes
fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan
sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi. Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat
b. Sianosis
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapaserangan asma
yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada
dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
E. Komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang lebih
berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare,
2002).
ASMA
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang
bronkus
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat
a) Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
b) Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan
e) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma, gambaran
ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga
interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya
dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC
selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah
jarum jam
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya
relatif ST depresi.
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik.
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma
sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya,
serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent,
metrapel ).
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg
empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800
empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping
maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau
a. Pengkajian
a. Airway
a) Peningkatan sekresi pernafasan
b. Breathing
c. Circulation
d) Papiledema
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat
bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari
tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan
kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma
bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas.
Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba
dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria
atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi
peranfasan.
b) Palpasi.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar
dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih
a. Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih
tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
d. Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
e. Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin
lebih.
1) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada
2) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar
3) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi
mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa
b) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
1. Diagnosa I :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
3) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
Intervensi :
a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Diagnosa II :
Tujuan dam kriteria hasil :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien
mampu :
2) Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
Intervensi :
a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
mampu :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
4. Diagnosa IV :
mampu :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
satu
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
5. Diagnosa V :
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien
mampu :
a. Anxiety control
b. Coping
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
Intervensi :
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien
mampu :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
Intervensi :
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
h. Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang
l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
c. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Asma Bronchial dilaksanakan sesuai
d. Evaluasi
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan menyajikan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Ny. D dengan
diagnosa medis “ Asma Bronchial “ di Ruang IGD Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso
Jakarta Utara yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2017 – 02 Juni 2017.
Dalam melakukan pengkajian, penulis mendapatkan data dari klien, dan keluarga klien,
catatan medic, perawat ruangan dengan melakukan wawancara dan observasi. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 pada Ny. D dengan diagnose medis “ Asma Bronchial
“di Ruang IGD Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta Utara.
Klien bernama Ny. D berusia dua puluh tahun (20 tahun), jenis kelamin perempuan, belum
menikah, BB 55 Kg, masuk IGD RSPI Sulianti Saroro pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 09.00
WIB di ruang IGD . No Rekam Medis klien 36-48-98 dengan diagnosa medis klien adalah “
Asma Bronchial “ pendidikan tamat SMK, perkerjaan pelajar, pasien beragama islam, suku
bangsa Indonesia, alamat rumah Jl. Tipar Cakung No. 5 RT. 007 RW. 006 kelurahan semper,
Ny. D 20 tahun masuk ke IGD RSPI Sulianti Saroso melalui pintu IGD pada tanggal 31 Mei
2017 dan klien di diagnose oleh dokter dengan diagnose medis “ Asma Bronchial “ klien
mengatakan sesak + 2 hari dan mempunyai riwayat asma sudah 2 tahun, klien mengatakan
tidak bisa bernafas, klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas, lelah saat bernafas, klien
mengatakan lemas, klien mengatakan berkeringat lebih banyak, klien mengatakan perlu
dibantu saat aktivitas, kemudian setelah pemeriksaan fisik di dapatkan hasil kesadaran
compos mentis, GCS 15, klien tampak pucat, klien tampak lesu, turgor kulit tidak elastis,
mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa pucat, klien tampak lemas, RR klien 34
x/menit, klien menggunakan otot bantu pernafasan, bunyi nafas klien wheezing.
Dari data tersebut, makaditemukan masalah keperawatan : pola nafas tidak efektif
intervensi dan implementasi keperawatan kaji TTV klien, monitor RR klien, monitor bunyi
nafas klien, atur posisi klien senyaman mungkin, dan kolaborasi dengan dokter dalam
pembeian obat inhalasi ventolin + filxotide, sanbutamol 2 mg 3x1, metilprenisolon 3x1, dan
ambroxol.
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang adalah sesak mempunyai riwayat asma, factor pencetus
2. Riwayat kesehatan masa lalu yang di dapatkan berdasarkan wawancara dengan klien yaitu
klien tidak memiliki riwayat kecelakaan, tidak ada riwayat alergi obat atau pun makanan
a. Airway
Bersih, tidak ada sumbatan, tidak ada sputum, tidak ada edema, tidak ada spasme, tidak ada
darah, pangkal lidah tidak jatuh, tidak ada benda asing, dan tidak ada batuk. Tidak ada
b. Breathing
RR klien 34 x / menit irama nafas irregular, pola nafas dispnu, suara nafas wheezing,
mengatur posisi semi fowler, monitor frekuensi, irama, dan kedalaman nafas, monitor retraksi
dan pengembangan paru, kolaborasi O2 : 3 liter/ menit memakai inhalasi. Evaluasi masalah
c. Circulation
Nadi teraba , frekuensi 100 x/ menit, irama nadi teratur, tekanan darah 119/80 mmHg, suhu
36oC , luka bakar tidak ada ral hangat, klien pucat, klien tidak ada sianosis, tidak ada
pendarahan, kulit/ mukosa lembab, mata normal, fontanel datar, tidak ada lika bakar. Tidak
ada masalah keperawatan, tidak ada implementasi. Evaluasi tidak ada masalah dalam
pengkajian circulation.
d. Disability
Kesadaran compos mentis, GCS 15 ( E=4, C=6, S=5), pupil isokor, tidak ada muntah
proyektil, tidak ada riwayat kejang, fungsi bicara normal, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5,
e. Eksprosure
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik klien tidak didapatkan cedera dibagan
seluruh tubuhnya.
reflek mengisap normal, tidak kesulitan menelan, nafsu makan baik, tidak mual, tidak muntah,
jenis makanan padat, abdomen datar, bising usus 9 X/menit, tidak hepatomegaly, tidak
splenomegaly, tidak ada masalah kepearawat, tidak ada implementasi, evaluasinya tidak ada
masalah.
Jumlah tidur : malam 8 jam, siang 3 jam, kebiasaan sebelim tidur berdoa, gangguan dalam
tidur sesak, pergerakan bebas, kekuatan sendi normal, tidak ada kelemahan, kekuatan otot
kuat, integritas kulit normal, tidak ada masalah keperawata, tidak ada implementasi,
c. Pengkajian
1. Kepala
Bagian kepala simetris, tidak ada ketombe, kepala bersih, tidak ada rambut rontok, tidak ada
2. Leher
Bagian leher simetris, tidak ada kelenjar getah bening, tidak ada benjolan, tidak ada edema,
3. Thorak
Bagian thorak tidak ada benjolan, tidak ada massa, thorak simetris.
4. Abdomen
Bagian abdomen lembek, tidak kembung, tidak ada benjolan/ massa, bising usus 9 x/ menit,
5. Ekstremitas
Bagian ekstremitas normal, tidak ada kelainan, tidak ada kelainan pada sendi atau kekuatan
6. Integument
Turgor kulit elastis, temperature kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada
1. Radiologi
2. Laboratorium
Data Subjektif :
klien mengatakan sesak + 2 hari dan mempunyai riwayat asma sudah 2 tahun, klien
mengatakan tidak bisa bernafas, klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas, lelah saat
bernafas, klien mengatakan lemas, klien mengatakan berkeringat lebih banyak, klien
Data Objektif :
klien tampak pucat, klien tampak lesu, turgor kulit tidak elastis, mata cekung, konjungtiva
anemis, membrane mukosa pucat, klien tampak lemas, RR klien 34 x/menit, klien
Analisa Data
Nama klien : Ny. D
Dx
bernafas
bernafas
lebih banyak
Data Objektif
34 x/menit
pernafasan
Suhu : 36 oC
RR : 34 x/ menit
Diagnosa keperawatan:
Data subjektif :
klien mengatakan sesak + 2 hari dan mempunyai riwayat asma sudah 2 tahun, klien
mengatakan tidak bisa bernafas, klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas, lelah saat
bernafas, klien mengatakan lemas, klien mengatakan berkeringat lebih banyak, klien
Data objektif:
klien tampak pucat, klien tampak lesu, turgor kulit tidak elastis, mata cekung, konjungtiva
anemis, membrane mukosa pucat, klien tampak lemas, RR klien 34 x/menit, klien
Tujuan :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
c. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
Dx
chin lift atau jaw thrust bila perlu b. Untuk mempermudah jalan napas
d. Pasang mayo bila perlu e. Untuk mengetahui adanya komplikasi
h. Lakukan suction pada mayo i. Untuk mencairkan cairan pada rongga
hipoventilasi hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien
g. Untuk mengetahui adanya kecemasan
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 3. Vital sign monitoring
abnormal pernapasan
k. Monitor sianosis perifer i. Untuk mengetahui pola napas yang tidak
peningkatan sistolik)
Dx dan jam
ventilasi
jalan napas
paru-paru
tambahan
tambahan
mulut
mulut
Lembab
keseimbangan.
hidung
dilakukan
klien
hipoventilasi
oksigenasi
kurang
atau berdiri
bandingkan
pernapasan
tambahan
i. Monitor pola pernapasan abnormal
abnormal
berwarna biru
sistolik)
berwarna biru
Evaluasi Keperawatan
Dx dan jam
WIB O:
A:
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan
nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik
secara spontan maupun dengan pengobatan,jadi asma merupakan radang kronik saluran
pernafasan, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat. Asma dapat terjadi
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma menurut (Smeltzer
& Bare, 2002) adalah Faktor ekstrinsik (alergik) dan Faktor intrinsik(non-alergik)
Komplikasi yang sering terjadi biasanya Mengancam gangguan pada keseimbangan asam
basa dan gagal nafas, Chronic persisten bronchitis, Bronchitis, Pneumonia dan Emphysema
penyakit asma dan Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus
2. Pengobatan farmakologik biasanya dilakukan pengobatan Agonis beta adalah termasuk obat
dan yang terkhir pengobatan Atroven yaitu antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol
Implementasi yang biasa diberikan adalah Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
dengan limfoma maligna dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
B. Saran
1. Hendaknya kita selaku mahasiswa keperawatan dapat memahami dengan baik dan benar
mengenai konsep Asma Bronchial agar lebih memudahkan kita untuk mengaplikasikannya
2. Hendaknya kita dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronchial
agar dapat memudahkan kita dalam membuat asuhan keperawatan pada praktik lapangan
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta : Fakultas
Carpenoto, L. J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma). 2006. Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In
Santosa, Budi. 1007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta : Prima Medika.
Sundaru H. 2006. Apa yang Diketahui Tentang Asma. Jakarta : Departermen Ilmi Penyakit Dalam.