Oleh
KELOMPOK 4
Kelas A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan Asma” dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ns. Andi mursyidah M,Kep selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu ,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
2. Teman-teman kelompok 4 yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan
4. Serta pihak yang tidak dapat diesbutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan agar terciptanya laporan yang lebih baik lagi.
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
A. Defenisi………………………………………………………………………..1
B. Etiologi………………………………………………………………………...2
C. Manifestasi Klinis……………………………………………………………..3
D. Patofisiologi/Patomekanisme………………………………………………….4
E. Klasifikasi……………………………………………………………………...5
F. Prognosis……………………………………………………………………....6
G. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………..…6
H. Penatalaksanaan………………………………………………………..……..7
I. Komplikasi……………………………………………………………….…..8
J. Pencegahan…………………………………………………………………..8.
A. Pengkajian……………………………………………………………………10
B. Pathway………………………………………………………………………14
C. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….15
D. Rencana Intervensi Keperawatan…………………………………………….16
E. Implementasi Keperawatan……………………………………………….…24
F. Evaluasi………………………………………………………………………24
G. Dokumentasi………………………………………………………………….24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………28
ii
BAB I
KONSEP MEDIS
1. Defisini
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan
banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflamasi
kronik ini berhubungan dengan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan episode
berulang dari mengi (wheezing), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada
malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan napas
yang bersifat reversibel baik secara spontan atau dengan pengobatan (Wijaya,2018).
Menurut Departemen Kesehatan RI penyakit asma adalah suatu kelainan berupa
inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa
batuk,sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang
umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma bersifat
fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas
tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan
kematian (Wijaya,2018).
Asma adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan serangan sesak napas
dan mengi berulang, yang bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke
orang. Gejala dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau seminggu pada individu yang
terkena, dan bagi sebagian orang menjadi lebih buruk selama aktivitas fisik selama di
malam hari. Selama serangan asma,lapisan tabung bronkial membengkak, menyebabkan
saluran udara menyempit dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru
(Kementrian Kesehatan RI,2019).
2. Etiologi
Obtraksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh:
a. Kontaksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan nafas
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental
1
Adapun faktor predisposisi pada asma,yaitu:
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa
diturunkan (Normah,2017).
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan
dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan
(seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini
menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus
alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin
dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma (Normah,2017).
1. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan
yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa
saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan
dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing.
2
Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan
(Normah,2017).
2. Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada
asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan
mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif
pada sistem bronchial (Normah,2017).
3. Stress
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati (Normah,2017).
4. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau (Normah,2017).
3. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea dan mengi.
Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya sebagai berikut
(Mubarak 2016) :
1. Batuk
2. Takipnea dan Orthopnea
3. Gelisah
4. Sulit tidur
5. Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan.
6. Kelelahan
7. Sulit bicara dan makan akibat sulit bernafas
8. Rasa sesak dalam dada disertai pernafasan lambat
9. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi.
10. Denyut jantung meningkat (Normah,2017).
3
4. Patofisiologi asma
Patofisiologi asma yaitu adanya debu, asap rokok,bulu binatang,hawa
dingin,terpapar pada penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak
dikenali oleh system di tubuh penderita sehingga dianggap sebagai bendaa asing
(antigen). Angggapan itu kemudian memicu dikeluarkanya antibody yang berperan
sebgai respon reaksi hipersensistifitas seperti neutrophi,basophil dan immunolgobulin E.
Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi
antigen-antibody yang membentuk ikatan seperti key dan lock (kunci dan gembok).
Ikatan antigen-antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator
kimiawi seperti histamin,neutrophil chemotatic,show acting,epinefrin,nerepinefrin, dan
progtagandin. Peningkatan mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan
permiabilitas kapiler,pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus).
Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian pada bagian bronkus akan
memyebabkan penyempitan pada bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi
sehingga menurunkan oksigen dari darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan
oksigen jaringan sehingga penderita akan terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres mucus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa.penderita jadi sering batuk dan produksi
mucus yang cukup banyak (Harwina widya Astuti,2010).
5. Klasifikasi asma
a. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial,hiperaktif dan hipersensitif terhadap rangsangan dari
luar,seperti aspa kendaraan,bulu binatang,debu dalam rumah, dan bahan lain yang
menyebabkan alergi. Gejala kemunculanya sangat mmendadak sehingga
serangannya bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak segera mendapatkan
pertolngan,kematian bisa terjadi pada penderita tersebut. Gejala pada sma
4
bronkial bisa terjadi adanya radang yang menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan. Pembengkakan saluran lendir,dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.
b. Asma Kardial
Asma yang ditimbulkan akibat adamya kelainan jantung. Gejala yang dialami
penderita asma kardial biasanya adanya sesak nafas yang hebat dan terjadi pada
malam hari.
Pada paduan natiolnal asthma eduction da prevention prgram
(NAEPP),klasifikasi tingkat keparahan asma dibedakan pada 3 kategori umur,
yaitu umur 0-4 tahun, umur 5-11 tajun dan umur >12 tahun-dewasa.
Perbedaannya sebagai berikut (Masriadi,2016):
1. Katregori umur 0-4 tahun
Fungsi paru tidak menajadi parameter gangguan. Karena anak dibawah usia 4
tahun masih sulit dilakukan uji fungsi paru. Pada kategori usia ini dikatakan
asma persisten jika dalam 6 bulan terjadi > 2 serangan dan membutuhkan
steroid oral atau episode mengi sebanyak > 4 episode pertahun,lamanya lebih
dari sehari,memiliki faktor resiko untuk asma persiten.
2. Kategori umu 5-11 tahun dan umu > 12 tahun-dewasa,terdapat perbedaan
yaitu pada ukuran uji fumgsi paru.
Klasifikasi tingkat asma berdasarkan berat ringanya gejala dibedakan menjadi
3 yaitu:
7. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan pada penderita asma diantaranya:
1. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),positif jika
peningkatan VEP/KVP > 20%.
2. Sputum
Eosinofil meningkat
3. AGD
Analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes darah yang
diambil melalui pembuluh darah arteri untuk mengukur kadar oksigen, karbon
dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah
Secara umum, nilai normal analisa gas darah adalah sebagai berikut:
-pH darah normal (arteri): 7,38-7,42
-Bikarbonat (HCO3): 22-28 miliekuivalen per liter
-Tekanan parsial oksigen: 75 sampai 100 mm Hg
-Tekanan parsial karbon dioksida (pCO2): 38-42 mm Hg
-Saturasi oksigen: 94 sampai 100 persen.
6
Adapun hasil abnormal dapat menjadi tanda dari kondisi medis tertentu, sebagai
berikut:
-pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah => Asidosis Metabolik,
contohnya pada gagal ginjal, syok, dan ketoasidosis diabetik (KAD).
-pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Asidosis Respiratorik,
contohnya pada penyakit paru-paru, termasuk pneumonia atau PPOK.
-pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Alkalosis Metabolik,
contohnya pada muntah kronis, kalium darah rendah (hipokalemia).
-pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah => Alkalosis Respiratorik,
contohnya pada Bernapas terlalu cepat, rasa sakit, atau kecemasan.
(Amin Huda Nararif & Hardhi Kusuma,2015).
4. Pengukuran arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
Pengukuran arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter merupakan
pemeriksaan yang sangat sederhana yang dapat memberikan peringatan dini adanya
penurunan fungsi paru. Pengukuran arus puncak ekspirasi tergantung pada otot dan
tingkat stres dari subjek dievaluasi, dan karena memerlukan ekspirasi maksimal
(Barcala 2008)
5. Tes Provokasi Bronkus
provokasi bronkus digunakan pada pasien dengan nilai spirometri normal atau
mendekati normal. Tes provokasi bronkus dapat dilakukan dengan berbagai teknik
antara lain:
-Pemberian metakolin atau histamin
-Tes olahraga
-Inhalasi alergen dan manitol
8. Penatalaksanaan
Terdapat 2 jenis penatalaksanaan pada penderita asma,yaitu:
a. Penatalaksaan medis
i. Agonis adrenergik- beta 2 kerja- pendek
ii. Antikolinergik
iii. Kontikosteroid: inhaler dosis-terukur (MDI)
7
iv. Inhibitor pemodifikasi leukotrien/ antileukotrien
v. Metilxantin
b. Penatalaksanaan keperawatan
i. Kaji status respirasi pasien dengan memonitori tingkat keparahan
gejala,suara nafas,oksimetri nadi,dan tanda-tanda vital.
ii. Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat tertentu sebelum memberikan
medikasi.
iii. Identifikadi medikasi yang tengah digunkan oleh pasien.
iv. Berikan medikasi yang telah diresepkan dan monitor respon pasien sesuai
medikasi tersebut.
v. Berikan terai cairan jika pasien mengalami dehidrasi.
vi. Bentu prosedur intubasi,jika diperlukan.
vii. Menetapkan pengobatan pada serangan akut (Bruner & Suddarth,2017).
9. Komplikasi
a. Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua paru-paru
yang biasanya disebabkan oleh infeksi.
b. Atelektasis
Adalah penggerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus).
c. Gagal nafas
Terjadi bila pertukaran oksogen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi pembentukan karbondioksida
dalam sel-sel tubuh.
d. Bronkhitis
Adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-paru
yang kecil (bronkiolus) mengalami bengkak. Selain begkak juga terjdi
8
peningkatan lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-
ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.
e. Fraksi iga
Adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernafas secara
berlebihan pada obstruksi jalan nafas maupun gangguan ventilasi oksigen
(Kurniawan Adi Utomo,2015).
10. Pencegahan
Ada beberapa pencegahan untuk penyakit asma diantaranya:
a. Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan anatara lain, makan-makanan yang bergizi baik, minum
banyak air putih,istirahat yang cukup,rekreasi dan olahraga yang sesuai.
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari, saluran
pembungan air haru lancar,kamar tidur harus diperhatikan kebersihannya
terutama dari debu.
c. Menghindari faktor pemicu asma
Sebeiknya penderita asma menghindari debu,berbagai alergen seperti
kucing,anjing, da tikus, emnghindari tempat yang terllau sesak atau
ramai,kelelahan yang berlebihan,asap rokok, dan udara kot lainnya.
d. Menggunakan obat-obatan anti asma
Pada penderita ringan boleh memakai bronkodilator, baik bentuk tablet,kapsul,
maupun sirup. Tetapi jika gelaja asma ingin cepat hilang, aerosol lebih baik.
Sedangkan pada penderita asma kronis bila keadaanya sudah terkendali dapat di
coba obat-obatan anti asma. Tujuanya untuk mencegah terjadinya serangan asma
dan diharpakan agar penggunaan obat-obatan bronkofilator dan steroid dapat
dikurangi atau bahkan dihentikan (Mariadi,2016).
9
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Pada pengkajian identitas hal yang perlu dikaji diantaranya, nama atau inisial
klien, umur, nomor register, agama, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan,
tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
I. Keluhan utama
Pada pengkajian keluhan utama ini dibagi menjadi dua yaitu, keluhan utama saat
masuk rumah sakit dan keluhan utama saat pengkajian. Pada pasien asma keluhan
utama yang dirasakan adalah sesak nafas pada saat belum diberikan oksigen.
II. Status Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang, kita perlu mengkaji bagaimana kondisi klien saat
dirumah, apa yang dirasakan, tindakan apa yang sudah dilakukan dan sampai
akhirnya di bawa ke rumah sakit. Pada pasien asma, klien mengeluhkan nafasnya
berbunyi, sesak nafas, batuk yang timbul secara tiba – tiba dan dapat hilang secara
spontan atau dengan pengobatan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya factor predisposisi timbulnya penyakit ini,
di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian
bawah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit
yang sama pada anggota
keluarganya.
III. Pola Kesehatan Sehari-hari
a. Nutrisi
10
Pasien biasanya makan 3x sehari, tetapi terjadi penurunan nafsu makan sehingga
hanya habis setengah porsi saja, dan ada beberapa pasien yang mempunyai alergi
tethadap makanan seperti, seafood.
b. Eliminasi
Pada pasien asma tidak ada kesulitan maupun keluhan saat BAK maupun
BAB.Pasien BAB 1 kali sehari dan BAK 5 – 6 kali sehari dengan bantuan
keluarga karena terjadi kelemahan mobilitas fisik yang disebabkan oleh adanya
rasa sesak pada dada.
c. Istirahat
Adanya keletihan, kelemahan, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi karena merasakan sesak nafas dan sering terbangun apabila
merasakan sesak di malam hari.
d. Aktivitas
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari karena sulit bernafas.
Selama beraktivitas dibantu oleh keluarga maupun perawat karena merasa
badannya lemas dan takut apabila rasa sesaknya kambuh.
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum lemas, tanda – tanda vital dalam rentang normal, kecuali pada
pernafasan terjadi peningkatan pada saat bernafas karena adanya rasa sesak,
kesadaran composmentis.
b. Pemeriksaan kepala
Kepala bersih, rambut hitam, tidak ada kelainan bentuk kepala, tidak ada benjolan
pada kepala, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
c. Pemeriksaan hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat sekret di dalam hidung, tidak
terpasang NGT, tidak ada nyeri tekan pada hidung, jumlah RR > 20 x / menit.
d. Pemeriksaan mulut
Mukosa bibir telihat kering karena terjadi penurunan nafsu makan dan kurang
minum air putih. Sedangkan pada kemampuan menelan tidak ada gangguan.
e. Pemeriksaan telinga
11
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen pada telinga, tidak ada nyeri tekan
pada telinga.
f. Pemeriksaan leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan pada leher.
g. Pemeriksaan thorak
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk.
b) Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang lainnya.
c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
d) Ispeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa,
dan gangguan tulang belakang, sperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
e) Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan, dan kemestrian pergerakakan dada.
f) Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung pernapasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernapasan.
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi(I) dan fase
eksifirasi (E) Rasio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukan adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada klien
Chronic Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive Pulmonary Diseases
(COPD)
h) Kelainan pada bentuk dada
i) Observasi kesemetrian pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
j) Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile
premitus (vibrasi).
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti : mata, lesi, bengkak.
c) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara
3) Perkusi Suara perkusi normal.:
12
a) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru
normal.
b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung,
mamae, dan hati.
c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara perkusi abnormal :
a) Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat
didengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi jaringan.
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan bunyi
nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara.
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas
dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, pleural friction rub, dan crackles.
g. Pemeriksaan genetalia
Tidak terdapat hemoroid, dan tidak terpasang kateter. Keadaan bersih dan tidak
terdapat tanda – tanda iritasi kulit, tidak ada penyakit kulit.
h. Pemeriksaan ekstremitas
Tidak ada edema pada ekstremitas, akral hangat.
i. Sistem integumen
Turgor kulit menurun karena adanya penurunan nafsu makan, akral hangat, dan
tidak ada luka atau lesi.
13
B. Pathway
Iritan : kimia
Intoleransi
Aktivitas Gangguan Pola Kurang pajanan informasi
Tidur
Defisit Pengetahuan
15
16
C. Diagnosa Keperawatan
Tabel Pes
Do :
- Diaforesis Hipoksemia
- Gelisah
- Nafas cuping
hidung
- Pola napas Gangguan pertukaran gas
abnormal
- Sputum
berlebih/ Rangsangan batuk
obstruksi di
jalan napas
- Gelisah Bersihan Jalan nafas tidak
- Frekuensi nafas efektif
berubah
- Pola napas
berubah
17
3 Ds : Edema dinding Bronkiolus Pola nafas tidak efektif
- Dispnea
- Ortopnea
Obstruksi saluran nafas
Do :
- Pola napas
abnormal Pola nafas tidak efektif
- Pernapasan
cuping hidung
- Mengeluh sulit
tidur
Spasme otot brongkus
Do : -
(Bronkosspasme)
Dispnea
Asma
18
5 Ds : Kelelahan Otot Intercostae Intoleransi Aktivitas
- Mengeluh lelah
- Dispnea
saat/setelah Tubuh Lemah
aktivitas
Do : - Intoleransi aktivitas
Dispnea
Asma
Defisit pengetahuan
19
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Kategori : fisiologis
Subkategori : respirasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Kategori : fisiologis
Subkategori : respirasi
3. Pola napas tidak efektif (D.0005)
Kategori : fisiologis
Subkategori : respirasi
4. Gangguan pola tidur (D.0055)
Kategori : fisiologis
Subkategori : aktivitas/istirahat
5. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Kategori : fisiologis
Subkategori : aktivitas/istirahat
6. Defisit pengetahuan (D.0111)
Kategori : perilaku
Subkategori : penyuluhan dan pembelajaran
23
efektif Setelah di mengidentifikasi keberhasilan
(D.0001) lakukan dan mengelola pola napas
Data tindakan kepatenan jalan (frekiensi,
subjektif: keperawatan napas kedalaman,
1. Dispnea selama 3x24 Observasi : usaha napas)
2. Ortopnea jam masalah 1. Monitor pola napas 2. Untuk
Data bersihan jalan (frekuensi, kedalaman, mengetahui
objektif: nafas dapat usaha napas) bunyi napas
1. Sputum teratasi dengan 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
berlebi indikator : tambahan (mis. Gurgling, Gurgling,
h/ mengi, wheezing, ronkhi mengi,
-Produksi
obstruk spurum kering) wheezing,
si di menurun 3. Monitor sputum (jumlah, ronkhi kering)
jalan -Dispnea warna, aroma) 3. Untuk
napas/ menurun Terapuetik : mengetahui
mekoni -Ortopnea 4. Pertahankan kepatenan jumlah, warna ,
um di menurun jalan napas dengan head-tilt dan aroma
jalan dan chin-lift (jauh-thrust sputum)
-gelisah
napas menurun jika curiga trauma Terapeutik :
2. Gelisah servikasl) 4. Agar klien
-Frekuenzi
3. Frekue nafas membaik 5. Posisikan semi-fowler atau dapat
nsi fowler mempertahanka
-Pola nafas
napas membaik 6. Berikan minum hangat n kepatenan
berubah 7. Lakukan fisioterapi dada jalan napas
4. Pola jika perlu dengan head-tilt
napas 8. Lakukan penghisapan dan chin-lift
berubah lendir kurang dari 15 detik (jauh-thurst jika
9. Lakukan hiperoksigenasi curiga trauma
sebelum penghisapan servikal)
endetrakeal 5. Untuk
10. Keluarkan sumbatan benda memberikan
padat dengan forsep McGill posisi nyaman
24
11. Berikan oksigen,jika perlu kepada klien
Edukasi : 6. Untuk
12. Anjurkan asupan cairan 2.000 membantu
ml/hari, jika tidak melancarkan
kontraindikasi pernafasan
13. Ajarkan teknik batuk efektif 7. Untuk
Kolaborasi: mengetahui
14. Kolaborasi pemberian keadaan dada
bronkodilator, ekspetoran, pasien jika
mukolitik, jika perlu. perlu
8. Agar tidak
terjadi
penumpukan
lendir yang
berlebihan
9. Untuk
mengurangi
terjadinya
penurunan
saturnasi
oksigen
10. Untuk
membebaskan
jalan nafas dari
sumbatan benda
padat
11. Agar klien
mendaptkan
oksigen yang
cukup
12. Edukasi
13. Agar pasien
25
mendapatkan
asupan cairan
yang cukup
perhari
14. Untuk
membantu
pasien
mengeluarkan
secret
Kolaborasi
15. Untuk
membantu
dalam
pemeberian
bronkodilator,e
kspektroran,mu
kolitik,jika
perlu
3 Pola napas Pola nafas Pemantuan Observasi
tidak (L.01004) respirasi 1. Untuk
mengetahui
efektif (I.01014)
Kriteria Hasil : frekuensi,irama,
(D.0005) Definisi : kedalaman dan
Data Setelah di Mengumpulkan upaya nafas
paseien
subjektif: lakukan dan menganilisis
2. Untuk
1. Dispnea tindakan data untuk mengetahui
2. Ortopnea keperawatan memastikan tingkat
keberhasilan
Data selama 3x24 kepatenan jalan
pola napas
objektif: jam masalah napas dan (seperti
1. Pola pola nafas dapat keefektifan bradipnea,takip
napas teratasi dengan pertukaran gas nea,hiperventila
si)
abnorm indikator : Observasi : 3. Untuk
al 1. Monitor frekuensi, irama, mengtahui
26
2. Pernapa -Dispnea kedalaman dan upaya napas adanya
san menurun 2. Monitor pola napas (seperti sumbatan pada
jalan nafas
cuping bradipnea, takipnea.
-Ortopnea 4. Untuk
hidung Hiperventilasi mengetahui
menurun
3. Memonitor kemampuan kemampuan
batuk efektif
-Pernafasan batuk efektif
pasien
cuping hidung 4. Meminitor adanya produksi 5. Untuk
menurun sputum mengetahui
adanya produksi
5. Moniot adanya sumbatan
- frekuensi sputum
jalan napas 6. Untuk
nafas membaik
6. Palpasi kesimetrissan mengetahui
ekspansi paru kesimetrisan
paru
7. Auskultasi bunyi nafas 7. Untuk
8. Monitor saturasi oksigen mengetahui
9. Monitor niai AGD bunyi nafas
pasein
10. Monitor hasil x-ray toraks
8. Untuk
Terapeutik : mengetahui
11. Atur interval pemantauan saturasi
oksigem
respirasi sesuai kondisi
9. Untuk
pasien mengetahui
12. Dokumentasikan hasil nilai AGD
pasien
pemantauan
10. Untuk
Edukasi : mengetahui
13. Jelaskan tujuan dan hasil x-ray
prosedur pemantauan Terapeutik
11. Untuk
14. Informasikan hasil mengetahui
pemantauan jika perlu interval
respirasi sesuai
dengan kondisi
pasien
12. Untuk mentahui
hasil
pemantauan
27
Edukasi
13. Agar
mengetahui
tujuan dan
prosedur
pemantau
14. Untuk
memberikan
informasi hasil
pemantauan jika
perlu
7. Solusikan untuk
menanyakan
informasi dari
30
sumber yang
tepat sehingga
tidak terjadi
keselahan
penanganan
8. Memberikan
tips-tips untuk
kehidupan
sehari-hari yang
bisa mencegah
terjadi
sesak/asma yang
kambuh
N Hari/Tgl/Ja
No Dx. Implementasi Keperawatan Evaluasi Proses Ttd
O m
1 Minggu/ 18 Ganguuan Terapi oksigen S : tidak terkaji
Oktober perukaran gas O:
(I.01026)
2020/ 13.00 (D.0003) - dispnea menurun
Definisi : - diaforesis menurun
Memberikan tambahan oksigen - gelisah hilang
untuk mencegah dan mengatasi - nafas cuping hidung
menurun
kondisi kekurangan oksigen
- pola nafas membaik/
jaringan normal
A : Masalah gangguan
Observasi :
pertukaran gas telah teratasi
1. Memonitor aliran oksigen P : Intervensi dihentikan
2. Memonitor posisi alat terapi oksigen
3. Memonitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4. Memonitor efektifitas terapi oksigen
(mis.oksimetri analisa gas darah),jika
perlu
31
5. Memonitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
6. Memonitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Memonitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
8. Memonitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
9. Memonitor integritas mukosa hidung
akibat pemasagan oksigen
Terapeutik :
10. Membersihkan sekret pada mulut,hidung
dan trakea,jika perlu
11. Mempertahankan kepatenan jalan napas
12. Menyiapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
13. Memberikan oksigen tambahan jika
perlu
14. Tetap berikan oksigen saat ditransportasi
15. Menggunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi :
16. Mengajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi :
17. Mengkolaborasi penentuan dosis oksigen
18. Mengkolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan / atau tidur
2 Minggu/ 18 Bersihan jalan Manejemen jalan napas S : tidak terkaji
Oktober O:
napas tidak (I.01011)
2020/ 13.00 -Produksi spurum menurun
efektif Definisi : -Dispnea menurun
-Ortopnea menurun
Mengidentifikasi dan
(D.0001) -gelisah menurun
mengelola kepatenan jalan -Frekuenzi nafas membaik
-Pola nafas membaik
napas.
A : Masalah bersihan jalan
Observasi : napas tidak efektif telah
teratasi
1. Memonitor pola napas (frekuensi,
P : Intervensi dihentikan
kedalaman, usaha napas)
2. Memonitor bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
32
3. Memonitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapuetik :
4. Mempertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jauh-thrust jika curiga trauma
servikasl)
5. Memposisikan semi-fowler atau fowler
6. Memberikan minum hangat
7. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
8. Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
9. Melakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endetrakeal
10. Mengeluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
11. Memberikan oksigen,jika perlu
Edukasi :
12. Menganjurkan asupan cairan 2.000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
13. Mengajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
14. Mengkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran, mukolitik,
jika perlu.
34
Edukasi
3. Menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Edukasi
3. Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
4. Mengkolaborasikan dengan ahli
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
6 Minggu/ 18 Defisit Observasi S: Klien Mengerti dengan
Oktober Pengetahuan 1. Mengidentifikasi persiapan dan informasi dan penjelasan
2020/ 13.00 tentang kemampuan menerima informasi yang diberikan dan dapat
(spesifikkan) menerapkannya
(D.0111) Terapeutik
2. menyediakan materi dan media O: Klien dapat melakukan
pendidikan kesehatan penanganan mandiri dalam
3. Menjadwalkan pendidikan aktivitas sehari-hari
kesehatan sesuai kesepakatan A: Masalah Defisit
4. Memberikan kesempatan untuk Pengetahuan teratasi
bertanya gunakan variasi metode
pembelajaran P: Hentikan Intervensi
5. Menggunakan pendekatan promosi
kesehatan dengan memperhatikan
pengaruh dan hambatan dari
lingkungan , sosial , serta budaya.
Edukasi
6. Menjelaskan penanganan masalah
kesehatan
7. Menginformasikan sumber yang
tepat yang tersedia di masyarakat
8. Mengajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari hari
35
9. Mengajarkan pencarian dan
penggunan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan
10. Mengajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
36
Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan RI. 2018. You Can Control You Asthma. Jakarta : kemenkes RI
Marsiadi . Epidemiologi penyakit tidak menular
Normah,siti.2017.asuhan keperawatan pada pasien asma diruang kemuning RSUD
DR.kanujdoso djatiwibowo.balikpapan.politeknik kesehatan Kalimantan timur
Wijaya, A . S & Putri, Y.M. (2018). Keperawatan medical bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
37