Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KELAINAN


KONGENITAL PADA SISTEM RESPIRASI “
(NS.NASRIANI,S.KEP,M.KES)

OLEH
KELOMPOK 5
LELA NUR
MELISYA S. LOLULUAN
MASITA

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FANI MITRA KARYA MAKASSAR


PERODE 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT karna berkat beliaulah kelompok kami masih
di beri kesempatan untuk menyusun makalah ini yang berjudul PATOFISIOLOGI DAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KELAINAN KONGENITAL PADA SISTEM
RESPIRASI.OKI, kami sngat berharap semoga dengan adanya makalah ini kami bisa memahami
sepenuhnya kelainan apa saja yang yang terdapat pada anak..

SELASA, 16 OKTOBER 2017-10-02

KELOMPOK 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………… 4
B. TUJUAN……………………………………………………………………. 5
BAB II : PEMBAHASAN
A. DEFENISI………………………………………………………………….. 6
B. KLASIFIKASI ASMA…………………………………………………….. 7
C. ETIOLOGI…………………………………………………………………. 8
D. ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PATOFISIOLOGI………………………. 9
E. MANIFESTASI KLINIS…………………………………………………… 13
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG………………………………………….. 14
G. KOMPLIKASI………………………………………………………………. 14
H. PENCEGAHAN……………………………………………………………… 15
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN………………………………………………………………. 17
B. DIAGNOSA…………………………………………………………………. 17
C. INTERVENSI……………………………………………………………….. 18
D. EVALUASI…………………………………………………………………. 19
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………………… 20
B. SARAN……………………………………………………………………… 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Asma merupakan salah satu penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai
pada anak dengan angka rawat inap yang tinggi.Dimana asma merupakan kelainan yang
kompleks dengan banyak faktor berperan dalam patogenesisnya.Oleh karena itu, tidak mudah
untuk membuat definisi secara sederhana yang memuaskan semua pihak. Para perumus
Konsensus Nasional Asma Anak 2002, mendefinisikan asma sebagai mengi berulang dan atau
batuk persisten dengan karakteristik seebagai berikut; timbul secara episodic, cenderung pada
malam / dini hari (nocturnal), musiman, setelah aktifitas fisik serta adanya riwayat asma atau
atopi lainnya pada pasien dan / keluarga.
Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara sedang
berkembang.Peningkatan tersebut diduga berkaitan dengan pola hidup yang berubah dan peran
faktor lingkungan terutama polusi baik indoor maupun outdoor. Jumlah prevalensi asma di
seluruh dunia diperkirakan 7,2% (10% pada anak-anak) dan bervariasi antara negara. Prevalensi
Asma di Indonesia berdasarkan penelitian pada tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 6-
7%. Prevalensi asma bervariasi dalam berbagai penelitian di seluruh dunia, antara lain
dipengaruhi oleh definisi asma yang digunakan oleh peneliti dan metode dalam melaksanakan
penelitian. Penelitian yang didapat dengan menggunakan kuesioner umumnya lebih rendah dari
pada prevalensi yang diperoleh dalam penelitian klinik. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
keadaan geografis dan lingkungan serta ras. Prevalensi asma pada anak berkisar antara 2-30%.
Di Indonesia prevalensi asma pada anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar, dan sekitar 6,5%
pada usia sekolah menengah pertama.

Penyakit ini dapat timbul pada semua usia meskipun paling banyak pada anak. Asma
dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan

4
mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian. Pedoman nasional asma anak di dalam batasan
operasionalnya menyepakatinya kecurigaan asma apabila anak menunjukkan gejala batuk
dan/atau mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal),
musiman, setelah aktivitas fisik, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien atau
keluarganya.
Menurut jurnal tentang “Karakteristik Asma Pada Anak yang Rawat Inap di RS Prof. R.D
Kandouw Malalayang Manado” bahwa prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di
Negara maju maupun Negara dalam berkembang. Oleh demikian, maka semakin memacu dunia
kesehatan khususnya keperawatan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan
dalam membantu program pemerintah dengan upaya mengurangi angka kesakitan terutama asma
pada anak di Indonesia.

B.     Tujuan
Mahasiswa Mampu mengidentifikasi teori dan konsep penyakit asma pada anak dan
mampu mengintegrasikannya dalam asuhan keperawatan sesuai standard.

5
BAB II
KONSEP DASAR

A.    Definisi
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus
terhadap alergen.Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada
mukosa bronkus.(Sukarmain, 2009).
Pada penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan hal ini membuat sulit bernapas.
Terjadi beberapa perubahan pada saluran napas penyandang asma, yaitu dinding saluran napas
membengkak, adanya sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian saluran
napas, hidung mengalami iritasi dan mungkin menjadi tersumbat, dan otot-otot saluran napas
mengencang tetapi semuanya dapat dipulihkan ke kondisi semula dengan terapi yang tepat.
Selama terjadi serangan asma, perubahan dalam paru-paru secara tiba-tiba menjadi jauh lebih
buruk, ujung saluran napas mengecil, dan aliran udara yang melaluinya sangat jauh berkurang
sehingga bernapas menjadi sangat sulit

6
B.     Klasifikasi Asama
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam
rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas
diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah
mendapat pengobatan.
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional
(Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak
langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI,
2007). Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan
wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas),
kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi),
pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea
dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di
bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya
gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.
2. Klasifikasi asma (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008) yaitu:
a. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi
alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap
orang yang sehat.
b. Asma intrinsik
c. Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal
dari allergen.Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang
buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang
berlebihan.

7
3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan
beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
Tabel Klasifikasi Derajat Asma
Derajat Gejala Gejala Fungsi Paru
Asma Malam
Intemitten    Gejala <1x/minggu. ≤ 2 kali VEPI atau APE ≥ 80 %.
Mingguan    Tanpa gejala diluar serangan. Sebulan

   Serangan singkat.


   Fungsi Paru asimtomatik dan
normal luar serangan.
Persisten    Gejala <1x/ minggu tapi < ≤ 2 kali VEPI atau APE ≥ 80 %
Ringan 1x/hari. seminggu Normal
Mingguan    Serangan dapat menganggu
aktivitas dan tidur.
Persisten    Gejala harian. > sekali VEPI atau APE > 60 %
Sedang    Menggunakan obat setiap hari. seminggu Tetapi ≤ 80% normal.
Harian    Serangan dapat menganggu
aktivitas dan tidur.
   Serangan 2x/minggu bisa
berhari-hari.
Persisten    Gejala terus-menerus. Sering VEPI atau APE ≥ 80 %
berat    Aktivitas fisik terbatas. Normal
Kontinue    Sering serangan.

C.    Etiologi
Penyebab hipersensitifitas saluran pernapasan pada kasus asma banyak diakibatkan oleh
faktor genetik (keturunan). Sedangkan faktor pemicu timbulnya reaksi hipersensistifitas saluran
pernapasan dapat berupa:
1. Hirup debu yang didapatkan dijalan raya maupun debu rumah tangga.
2. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran.
3. Hirup aerosol (asap pabrik yang bercampur gas buangan seperti nitrogen).

8
4. Pajanan hawa dingin.
5. Bulu binatang.
6. Stress yang berlebihan.
Selain faktor-faktor diatas kadang juga ada individu yang sensitife terhadap faktor pemicu diatas
tetapi penderita lain tidak. (Sukarmin, 2009).

D.    Anatomi, Fisiologi dan Patofisiologi Asma


1. Anatomi
Organ-organ pernapasan terdiri dari:
a. Hidung
Hidung atau naso atau  nasal merupakan saluran udara  yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk  menyaring  udara,  debu,  dan  kotoran  yang 
masuk  ke  dalam lubang hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke
atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama
istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang
lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat
ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri
dari tulang-tulang  rawan  yang  berfungsi  pada  waktu  kita  menelan  makanan
menutupi laring.
d. Trakea

9
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi  oleh  selaput  lendir  yang  berbulu 
getar    yang  disebut  sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9
sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah
dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak   terdapat   cincin   lagi,   dan   pada  
ujung   bronkioli   terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli).Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel.Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara, O2  masuk ke dalam darah dan CO2  dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri
dan kanan) Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan
paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior.Tiap lobus
tersusun oleh lobulus.Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan
lobus inferior.Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-
paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah
segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada
lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
2. Fisiologi Asma

10
Proses terjadinya Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan
udara masuk kedalam darah dan CO2  dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian
CO2  dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis  kemudian  massuk  ke serambi  kiri  jantung 
(atrium  sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel),
di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah  CO2   dan 
dikeluarkan  melalui  peredaran  darah  vena  masuk  ke jantung (serambi kanan atau atrium
dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel  dekstra)  dan  dari  sini  keluar  melalui  arteri 
pulmonalis  ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari
alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa
dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan  panjang 
menuju  paru-paru  (sampai  alveoli).  Pada  laring terdapat epiglotis yang berguna untuk
menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak  masuk ke trakhea, sedangkan
waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam
laring,maka  akan  mendapat  serangan  batuk,  hal  tersebut  untuk  mencoba mengeluarkan
makanan tersebt dari laring.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan
napas).Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama,
dan terus menerus.Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot
pernapasan.Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum
penyambung (medulla oblongata).Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat,
atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh
korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2  dalam darah
dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat
rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.

11
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian
mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum
(tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura
akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan
masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian  rongga  dan  dengan  demikian 
rongga  dada  menjadi  kecil kembali,   maka   udara   didorong   keluar.   Jadi   proses  
respirasi   ataupernapasan  ini  terjadi  karena  adanya  perbedaan  tekanan  antara  rongga
pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada  yang lunak,  yaitu
pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka  ini  dinamakan 
pernapasan  perut.  Kebanyakan  pada  orang  tua, Karena tulang rawannya tidak begitu
lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di
dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.

3. Patofisiologi Asma
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-
benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenalioleh system ditubuh penderita sehingga
dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu
dikeluarkannya antibody yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensistif seperti
neuropil, basofil, dan immunologlobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu
reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci).
Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi
seperti histamine, neurophil chemotactic slow acting, epinefrin, norepinefrin, dan
prostaglandin. Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan merangsang penungkatan
permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan (terutama bronkus).
Pembengkakan yang hamper merata pada semua bagian bronkus akan menyebabkan
penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak napas. Penyempitan bronkus

12
(bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan meurunkan jumlah oksigen
luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang darah. Kondisi ini akan
berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mucus dan
meningkatakan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi
mucus yang cukup banyak.

E.     Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang muncul pada penderita asma (Sujono Riyadi, 2009) antara lain:
1. Sesak napas
Sesak napas yang dialami penderita asma terjadi setelah berpaparan dengan bahan allergen
dan menetap beberapa saat.
2. Batuk
Batuk yang terjadi pada penderita asma merupakan usaha saluran pernapasan untuk
mengurangi penumpukan mucus yang berlebihan pada saluran pernapasan dan partikel asing
yang melalui gerakan silia mucus yang ritmik keluar.Batuk yang terjadi pada penderita asma
sering bersifat produktif.
3. Suara pernapasan wheezing
Suara ini dapat digambarkan sebagai bunyi yang bergelombang yang dihasilkan dari tekanan
aliran udara yang melewati mukosa bronkus yang mengalami pembengkakan tidak merata.
Whezing pada penderita asma akan terdengarpada saat ekspirasi.
4. Pucat
Pucat pada penderita asama tergantung pada tingkat penyempitan bronkus. Pada
penyempitan yang luas penderita mengalami sianosis karena kadar karbondioksida yanag ada
lebih tinggi daripada jaringan.
5. Lemah
Oksigen didalam tubuh difungsikan untuk respirasi sel yang akan digunakan untuk
prosesmetabolisme sel termasuk pembentukan energi yang bersifat aerobik seperti glikolisis.
Kalau jumlah oksigen berkurang maka proses pembentukan energi secara metabolik juga
menurun sehingga penderita mengeluh lemah.

13
F.     Pemeriksaan Penunjang
Uji faal paru dan analisis gas darah dapat menggambarkan derajat serangan asma (lihat
tabel). Uji provokasi bronkus dilakukan dengan menggunakan histamin, metakolin, atau beban
lari.Hiperreaktivitas positif bila Peak Flow Rate (PFR), FEV1 (force expiratory volume in 1
second) turun > 15% dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah diberi bronkodilator nilainya
kembali normal.Bila PFR dan PEV1 sudah rendah dan setelah diberi bronkodilator naik > 15 %,
berarti hiperreaktivitas bronkus positif dan uji provokasi tidak diperlukan.
Pada foto dada PA akan tampak corakan paru yang meningkat. Hiperinflasi terdapat pada
serangan akut dan asma kronik.Atelektasis sering ditemukan pada ≥ 6 tahun.Foto sinus
paranasalis diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
Pemeriksaan eosinofil dalam darah, secret hidung, dan dahak dapat menunjang diagnosis
asma. Dalam sputum dapat ditemukan Kristal Charcot-Leyden dan spiral Curshman. Uji
tuberculin penting bukan saja karena Indonesia masih banyak tuberculosis, tetapi jika ada
tuberculosis dan tidak diobati, asmanya mungkin akan sukar dikontrol. (MArif Mansjoer, 2000).

G.    Komplikasi
Adapun komplikasi dari asma, yaitu:
1. Pneumothoraks
adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura, yang terjadi secara
spontan atau sebagai akibat trauma.
2. Emfisema
adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya kondisi klinis berupa
melebarnya saluran udara bagian distal bronkhiolus terminal yang disertai dengan kerusakn
dinding alveoli.
3. Atelektasis
adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan adanya proses penyakit parenkim yang
disebabkan oleh obstruksi bronkhus.
4. Gagal nafas
adalah ketika pertukaran gas antara oksigen dengan karbon dioksida di paru tidak dapat
mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida pada sel tubuh. Kondisi

14
ini mengakibatkan tekanan oksigen arterial kurang dari 50mmHg (hipoksemia) dan tekanan
karbon dioksida arterial meningkat lebih dari 45mmHg (hiperkapnea).
5. Brokitis
adalah peradangan dari satu atau lebih bronkus yang dapat disebabkan oleh karena terkena
dingin,penghirupan bahan-bahan iritan dan oleh karena infeksi akut.
6. Status Asmatikus  
adalah bentuk hebat dari asma akut dimana obstruksi jalan nafas tahan terhadap terapi obat
konvensional dan berakhir lebih dari 24 jam.
7. Disritmia
adalah gangguan pada frekuensi jantung regular atau irama yang disebabakan oleh perubahan
pada konduksi elektrik atau otomatisasi(Rab,1996).

I.       Pencegahan
Berikut beberapa cara untuk mencegah serangan asma dan penyakit komplikasi lainnyan yang
timbul karena asma, khususnya pada anak antara lain:
1. Menghindari atau memimnimalisir dari factor penyebab asma pada anak, seperti: kelelahan
bermain, berolaraga, asap rokok, debu, polusi dari lingkungan, sekitar tempat tinggal,
konsumsi ice krim dan beberapa jenis makanan lainnya yang memicu alergi.
2. Berolaraga ringan yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi tubuh itu sendiri, seperti:
berenang, jogging dengan track yang mudah dipagi hari. Hal yang perlu diingit jangan terlalu
berlebihan dalam melakukan jenis olaraga jenis apapun.
3. Bila anak memiliki berat badan yang berlebih, disarankan untuk mengurangi berat badan
agar timbunan lemak, kalori dan zat tubuh yang tidak diperlukan dalam tubuh agar keluar
dan tidak menyebabkan terjadinya sesak napas dan penyakit komplikasi kronis lainnya,
seperti Diabetes Melitus, kolestrol, jantung dsb.
4. Mencegah sebaik mungkin dari penyakit saluran pernapasan, seperti: flu, pilek, batuk.
5. Jika memelihara suatu jenis binatang peliharaan, seperti kucing, anjing dsb, perhatikan akan
kebersihan kandangnya, makanan dan tubuh binatang tersebut agar bulu-bulu halusnya tidak
rontok dan berterbangan.
6. Menghindari atau mengurangi mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu yang bersifat
terlalu manis, seperti: ice cream, kue-kue dengan tingkat rasa yang terlalu manis.

15
7. Selalu menjaga lingkungan sekitar rumah terutama bagian dalam rumah. Jika rumah
memiliki peralatan atau perabotan rumah tangga yang cukup banyak atau pajangan rumah
lainnya, cobalah ditata sedemikian rupa agar rumah terlihat lebih luas dan upayakan agar
sirkulasi udara dalam rumah tetap berjalan baik dan berbagai sudut rumah.
Pengobatan :
1. Pengobatan farmakologi
2. Pengobatan non farmakologi.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWTAN

A.    Pengkajian
1. Data pasien
a. Riwatyat penyakit masa lalu
b. Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Status penampilan kesehatan : Lemah.
b. Tingkat kesadaran : Composmentis atau apatis.
3. Tanda-tanda vital
 Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
 Frekuensi pernapasan: Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernapasan.
 Suhu tubuh :Suhu tubuh pasien asma biasanya masih batas normal 36-37 oC.
4. Berat badan dan tinggi badan
Kecenderung an berat badan anak mengalami penurunan.
5. Integumen
a. Kulit
Warna : pucat sampai sianosis
b. Suhu
Pada hipertermi kulit teraba panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit anak
akan teraba dingin.
c. Kepala dan Mata
Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada: Thorax dan paru-
paru.

17
B.     Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (spasme bronkus).
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi brhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas.
6. Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius) berhubungan dengan hipoventilasi.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit asma.

C.    Intervensi Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
 Sesak berkurang, batuk berkurang,
 Klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, tanda vital dalam
batas normal keadaan umum baik.

Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas
redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3. Berikan posisi fowler atau semi fowler.
Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan.

18
4. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali konraindikasi) tawarkan air hangat daripada
air dingin.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi kekentalan dahak sehingga
mudah dikeluarkan.
5. Lakukan fisioterapi dada
Rasional : Merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum mudah
bergerak keluar.
6. Berikan obat bronkilator, ekspektoran, dan mukolitik secara oral (kalau sudah
memungkinkan).
Rasional : mengurangi spasme bronkus, mengencerkan dahak dan mempermudah
pengeluaran dahak melalui silia dan mokus pernapasan.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan bronkodilator dan mokolik melalui
inhalasi (nebulizer). Contoh pemberian obat flexotid dan ventolin atau flexotid dan bisolvon.
Rasional : Memudahkan pengeceran, dan pembuangan secret dengan cepat.

D. EVALUASI
1. Klien sidah bisa bernafas dengan normal
2. Tidk ada lagi bunyi tambahan saat bernafas
3. Kembang kempis dada normal
4. Suhu tubunya normal.

19
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus
terhadap alergen.Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada
mukosa bronkus.Dalam penanganan keperawatan gawat darurat status asma dapat disesuaikan
dengan etiologi atau faktor pencetusnya.

B.     Saran
Diharapkan setelah mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Gawat darurat II pada
gangguan sistem pernafasan pada anak : status asma” pembaca khususnya mahasiswa/ aakademi
keperawatan dapat mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai rencana
keperawatan secara komprehensif.

 
 

20
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Suprohaita dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Edisi
Ketiga. Halaman 461-462.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.Diakses pada
darihttp://www.who.int/child-adolescent-health/).Pada tanggal 30 Desember 2014.Pukul : 22.00
WITA.
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Felix. 2014. Askep Kegawatdaruratan Akibat Asma.Diakses dari


http://felixnurse87.wordpress.com/2012/04/20/askep-kegawatdaruratan-akibat-asma-2./. Pada
tanggal 31 Desember 2014 pada pukul 01.45 WITA.
http://penyakitasma.com/pencegahan-dan-pengobatan-asma-pada-anak/. Diakses pada tanggal 31
Desember 2014 pada pukul 01.45 WITA.
Kuzemo. 2001. Atshma pada Anak. Jakarta: Yayasan Essentia Medika. Edisi Pertama. Halaman 87-89.

Sujono Riyadi, Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Edisi
Pertama. Halaman 83-95.

Tanjung, dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses dari http://google.com.Tanggal 31
Desember 2014.Pukul 02.15 WITA.

21

Anda mungkin juga menyukai