Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

KELOMPOK 1:
YORI DESTIA ULANDARI 1826010044
NEZA FERTI MALINI 1826010064
CHELLY MASITA 1826010057
JEPRI DARWANSYAH PUTRA 1826010050

DOSEN PENGAMPU: NS.DEVI LISTIANA,S,Kep.M.Kep

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
KOTA BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Di setiap langkah kaki kita,di setiap tarikan nafas kita, sudah seharusnya kita
bersyukur atas kemudahan dan kenikmatan sehingga menginspirasi penulis dalam
merangkai untaian kata untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Asma”. Makalah ini ditujukan untuk prodi ilmu keperawatan dan mata
kuliah bahasa indonesia.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi mata kuliah Sistem Respirasi program
studi ilmu keperawatan dan menguraikan tentang penyakit asma yang sering terjadi
dikalangan masyarakat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Sistem Respirasi yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan dan membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.Semoga tuhan membalas semua kebaikan dan mendapat pahala atas ilmu yang
bermanfaat yang telah diberikan.

Dengan selesainya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat dijadikan salah
satu informasi tentang “Asuhan Keperawatan Asma” dan semoga makalah ini
bermanfaat.

Bengkulu,10 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 2
C. Tujuan …………………………………………...................….. 2
D. Manfaat ……………………………………….....................….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritas Penyakit …………………………………….4
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................20
BAB III KASUS ……………………………………………….30
A. Pengkajian …………………………………………………...33
B. Diagnosa …………………………………………………..…36
C. Perencanaan …………………………………………………37.
D. Implementasi ……………………………………………..…39
E. Evaluasi ……………………………………………………...41
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………… 42
B. Saran …………………………………………………………42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan


perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang
ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat
adalah penyakit asma.

Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan
terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor
alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.

Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai
pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus
selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan
edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan
yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya
mencegah terjadinya serangan asma.

Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan


penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia
seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma
meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin
meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang
menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di
rumah sakit dan bahkan kematian.
` Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia,
hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai
propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986
menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas)
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis
kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %.
Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan
bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di
Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies
in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent
asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Asma ?


2. Ada berapa jenis Penyakit Asma ?
3. Bagaimana tanda-tanda Gejala Asma ?
4. Apa penyebab terjadinya Asma ?

C . Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui Definisi Asma


2. Agar mengetahui jenis-jenis Penyakit Asma
3. Agar mengetahui tanda-tanda Gejala Asma
4. Agar mengetahui penyebab terjadinya Asma
5. Agar mengetahui cara mencegah Penyakit Asma
6. Agar mengetahui cara mengobati pnyakit Asma

D. Manfaat Penulisan

Untuk membantu peneliti-peneliti lain menambah literatur pengetahuan untuk


melatih diri agar terampil dalam menulis Untuk menambah wawasan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Teoritis Penyakit

a.definisi

Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya
gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran
nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan
saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental
yang berlebih (Prasetyo, 2010)

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang


disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel,
eosinophils,dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel
dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).

Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama
yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan
penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di
sini.

Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon


yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran
pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang
masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau
gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-
sengal, hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al, 2006).
Jenis-Jenis Penyakit Asma

Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut
banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:

1. Asma Ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan
karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak
membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.

Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas


bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh
alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman,
pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen
memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi
khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada
sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran
pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat
kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.

Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi


penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir
yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.

2. Asma Intrinsik

Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen.
Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti
cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga
yang berlebihan.

Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi


ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-
paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru
(pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena
asma intrinsik.
Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah
untuk mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian
asma yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun
dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu
dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita
seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi
ada pada satu orang.

b.Etiologi

Etiologi asma berhubungan dengan faktor-faktor risiko tertentu. Namun


pemahaman mengenai patofisiologi asma telah berkembang dan telah
mengidentifikasi bentuk asma yang heterogen hingga variasi secara molekular
yang disebut sebagai fenotip dan endotip.

Etiologi asma berhubungan dengan genetik dan fenotip. Asma merupakan


penyakit yang disebabkan oleh faktor genetika dan faktor lingkungan dengan
inflamasi kronis sebagai patologi utamanya. Walaupun begitu pasien asma
memiliki heterogenitas yang tinggi dan 30-45% pasien asma tidak respon dengan
pemberian kostikosteroid inhalasi. Dari heterogenitas asma dapat dinilai
perbedaan fenotipnya.

Fenotip adalah sifat atau karakteristik individu yang dapat diobservasi dan
merupakan hasil interaksi antara genotip dan lingkungan. Pembagian fenotip
asma dikelompokkan dalam berbagai level antara lain fenotip selular, fenotip
klinis, dan fenotip molekular.

1. Fenotip Selular
Fenotip selular mayoritas pasien asthma mengalami peningkatan eosinofil.
Pasien asma dengan peningkatan eosinofil umumnya respon terhadap tatalaksana
kortikosteroid inhalasi. Namun fenotip selular lainnya tidak respon. Kategori
fenotip selular pada asma antara lain:
 Eosinofilik, paling sering pada pasien asthma dengan atopi dan alergi
 Neutrofilik, paling sering pada asthma yang berkaitan dengan iritan,dan
obesitas
 Campuran eosinofilik dan neutrofilik, dihubungkan dengan asthma yang
refrakter Pausigranulositik

2. Fenotip Klinis
Fenotip klinis, yakni kelompok berdasarkan klinis pasien antara lain:
 Asma atopik onset dini, eosinofilia
 Asma dengan jumlah yang lebih besar pada pasien obesitas dan perempuan,
jarang eosinofilia
 Asma dengan penyakit ringan dan jarang eosinofilia

Beberapa pengelompokan fenotip klinis lainnya yang juga telah diajukan


antara lain:
 Induksi oleh virus
 Induksi oleh alergen
 Induksi oleh olahraga
 Obesitas
 Multifaktorial [4,5]

3. Fenotip Molekular
Fenotip molekular (endotip), alternatif pengelompokan asthma berdasarkan
biologi yang mendasarinya antara lain dikelompokkan berdasarkan sitokin.

4. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan asma dengan onset masa anak-anak
antara lain:
 Predisposisi genetik
 Riwayat alergi dan asma pada keluarga
 Atopi pada orang tua
 Infeksi virus saluran pernapasan
 Kolonisasi bakteri
 Sensitisasi alergen
 Paparan terhadap tembakau prenatal maupun post natal.
Sementara asma yang onsetnya terjadi saat dewasa masih belum jelas
faktor risikonya. Faktor atopi tidak jelas, namun prevalensinya lebih tinggi pada
perempuan. Beberapa faktor risiko yang dihubungkan dengan asma pada orang
dewasa antara lain:

 Asma okupasional, akibat pekerjaan yang berhubungan dengan industri


 Lingkungan yang tercemar oleh polutan, termasuk asap rokok baik oleh
perokok aktif maupun perokok pasif
 Hormon seks pada perempuan, prevalensi asthma ditemukan lebih tinggi pada
pasien perempuan dewasa dibandingkan pasien laki-laki dewasa, namun
prevalensinya lebih rendah pada pasien perempuan yang mendapatkan
kontrasepsi estrogen atau sulih estrogen
 Penyakit saluran napas atas seperti rinitis dan infeksi sistem pernapasan

c.klasifikasi

Klasifikasi klinis (untuk berumur ≥ 12 tahun)

Seringnya Gejala pada %FEV1 FEV1


Keparaha penggunaan
terjadi waktu sesuai Variabilita
n SABA
gejala malam hari diperkirakan s

≤2
intermiten ≤2/minggu ≤2/bulan ≥80% <20%
hari/minggu

Persisten >2
>2/minggu 3–4/bulan ≥80% 20–30%
ringan hari/minggu

Persisten
Harian >1/minggu 60–80% >30% harian
sedang

ersisten Secara Seringnya ≥dua


<60% >30%
berat kontinu (7×/minggu) kali/hari

Asma secara klinis diklasifikasikan berdasarkan seberapa sering gejala


muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik ((FEV1), dan (puncak laju aliran
ekspirasi. Asma bisa juga diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non-
atopik (intrinsik), berdasarkan pada gejala yang munculditimbulkan oleh alergen
(atopik) atau bukan (non-atopik). Klasifikasi asma sampai saat ini dibuat
berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pada saat ini tidak ada metode lain untuk
mengklasifikasikan subgrup asma di luar metode ini. Menemukan cara lain untuk
mengidentifikasi subgrup asma yang berespons baik terhadap jenis terapi yang
berbeda saat ini menjadi tujuan utama penelitian mengenai asma.
Meskipun asma adalah kondisi (obstruktif kronik, penyakit tersebut tidak
dianggap bagian dari penyakit paru obstruktif kronik sebab istilah ini digunakan
khusus untuk gabungan penyakit yang tidak dapat disembuhkan kembali seperti
sediakala seperti (bronkiektasis,(bronkhitis kronik, dan emfisema. Tidak seperti
penyakit diatas, obstruksi saluran napas pada asma biasanya dapat pulih kembali
seperti sediakala, akan tetapi bila dibiarkan tanpa terapi, proses peradangan kronis
pada asma dapat menyebabkan kondisi obstruksi pada paru-paru menjadi tidak
dapat disembuhkan karena perubahan bentuk pada saluran napas. Berbeda dengan
emfisema, asma akan mempengaruhi saluran pernapasan, dan bukannya (alveoli).
1.Serangan asma akut

tingkat keparahan serangan asma akut

Hampir menyebabkan (PaCO2 tinggi dan/atau membutuhkan bantuan alat


kematian ventilasi mekanik

Tanda-tanda klinis Pengukuran

(Puncak aliran <


Perubahan (tingkat kesadaran
33%

(Saturasi Oksigen <


Kelelahan
92%
Mengancam nyawa
(orang tertentu pada) Aritmia (PaO2 < 8 kPa

Rendah tekanan darah "Normal" PaCO2

Sianosis

Tidak ada aliran udara yang


terdengar

Upaya napas buruk

Sangat akut
(orang tertentu pada)
Puncak aliran 33–50%
Frekuensi pernapasan ≥ 25 bernapas setiap menit

Frekuensi denyut jantung ≥ 110 denyut setiap menit

Tidak dapat menyelesaikan kalimat dalam satu kali


tarikan napas

Gejala memburuk

Sedang Puncak aliran 50–80% terbaik atau diperkirakan

Tidak ada fitur asma sangat berat

Eksaserbasi asma akut biasanya dikenal sebagai suatu serangan asma.


Gejala klasiknya adalah sesak nafas, mengi, and (rasa berat di dada. Walaupun
gejala tersebut adalah gejala primer asma, namun beberapa orang dengan asma
datang dengan gejala batuk, dan pada kasus yang sangat parah, aliran udara
benar-benar terganggu sehingga tidak terdengar lagi suara mengi.
Tanda yang dapat ditemukan pada saat serangan asma yaitu penggunaan
otot tambahan untuk bernapas yaitu ((sternokleidomastoid dan (otot scalene di
leher), terdapat juga (denyut nadi paradoks (denyut nadi yang melemah pada saat
menarik napas dan denyut nadi menjadi kuat saat menghembuskan napas), serta
penggembungan dada yang berlebihan . warna biru di kulit dan kuku bisa terjadi
akibat kekurangan oksigen.
Pada asma serangan ringan (Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR) yaitu
≥200 L/men atau ≥50% dari perkiraan terbaik. Asma serangan sedang yaitu antara
80 sampai 200 L/men atau 25% sampai 50% sesuai dengan perkiraan sedangkan
bertambah parah berat yaitu ≤ 80 L/men atau ≤25% dari perkiraan. (Asma
serangan berat, sebelumnya dikenal sebagai status asmatikus, adalah bertambah
parahnya asma atau serangan asma akut yang tidak memberikan respons terhadap
terapi standar dengan bronkodilator dan kortikosteroid. Setengah dari kasus ini
terjadi karena infeksi dan yang lainnya terjadi karena alergen, polusi udara atau
pemakaian obat yang tidak cukup atau tidak sesuai. (Brittle asthma adalah jenis
asma yang menyebabkan serangan berat dan berulang. Tipe 1 asma brittle adalah
penyakit dengan puncak aliran yang sangat bervasiasi meskipun dengan
pengobatan yang memadai.
Tipe 2 brittle asma adalah asma yang sebelumnya sudah terkontrol dengan
baik, tiba-tiba mengalami serangan berat.
2. Asma yang Dipicu oleh Olahraga

Olahraga dapat memicu terjadinya penyempitan saluran pernapasan


(bronkokonstriksi pada penderita asma maupun bukan. Penderita asma lebih
sering mengalami hal ini dan hanya sekitar <20% orang tanpa asma yang
mengalaminya. Penyempitan saluran napas pada atlet lebih jamak ditemukan
pada kelompok atlet elit dengan angka beragam mulai 3% pada pembalap bobsled
sampai 50% pada pembalap sepeda dan 60% pada atlet ski lintas alam. Meskipun
asma bisa muncul dalam kondisi cuaca apapun, namun penyakit ini lebih sering
terjadi pada kondisi cuaca kering dan dingin. beta2 agonis hirup sepertinya tidak
meningkatkan performa atletik para atlet yang tidak mengidap penyakit asma
namun pemberian dosis secara oral bisa meningkatkan ketahanan dan kekuatan.

3.Asma yang Dipicu oleh Tempat Kerja

Asma sebagai akibat dari (atau yang diperburuk oleh) pajanan tempat
kerja biasanya dilaporkan sebagai (penyakit akibat kerja. Namun banyak kasus
yang tidak dilaporkan atau disebut sebagai penyakit akibat kerja. Diperkirakan,
ada 5–25% kasus asma pada orang dewasa yang terkait dengan pekerjaan. Sekitar
ratusan ragam jenis agensia dikaitkan dengan kasus-kasus ini. Di antaranya yang
paling umum adalah: isosianat, debu biji-bijian dan kayu, resin (colophony, cairan
solder (soldering flux, lateks latex, hewan, dan aldehida. Pekerja yang memiliki
risiko paling tinggi antara lain: pekerja yang menggunakan (cat semprot, pembuat
roti dan pemroses makanan lainnya, perawat, pekerja bahan kimia, pekerja
bersama hewan-hewan, (tukang las, pemangkas rambut, dan pekerja pemrosesan
kayu

d.Patofisiologi

Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran napas
yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi (otot polos.di sekeliling saluran
napas. Hal ini, bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran
napas sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran
napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian terapi.Adakalanya
saluran napas itu sendiri yang berubah.[16] Biasanya terjadinya perubahan di
saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan (lamina
retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah
ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain
yang terlibat yaitu: (Limfosit T, makrofag, dan neutrofil. Kemungkinan ada juga
keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu: antara lain sitokin, kemokin,
histamin, dan (leukotrien.

Ciri patofisiologi asma adalah inflamasi kronis dan hiperaktif bronkial


termasuk interaksi antara banyak sel dan mediatorradang.Selinfiltrate saluran
pernapasan yang radang termasuk Tselaktif,terdiri dari yang terbesar adalah
eosinofil dan limfosit TH2.Karena alasan ini lah,agenanti-inflamasi merupakan
hal pokok dalam pengawasan asma persisten.Walaupun kortikosteroid
mengurangi produksi sitokin dan chemokines pada pasien asma atau dengan
rhinitis dan alur pengobatan utama untuk banyak pasien,leukotriene modifiersan
dan tagonis juga bersifat anti-inflamasi.Timbulnya serangan asma disebabkan
terjadinya reaksi anti gen antibodi pada permukaan selmastparu,yang akan diikuti
dengan pelepasan berbagai mediator kimia untuk reaksi hipersentifitas
cepat.Terlepasnya mediator-mediator ini menimbulkan efek langsung cepat pada
otot polos saluran nafas dan permiabilitas kapiler bronkus. Mediator yang
dilepaskan meliputi bradikinin,leukotrien C,D,E, prostaglandin
PGG2,PGD2a,PGD2, dan tromboksan A2. Mediator-mediator ini menimbulkan
reaksi peradangan dengan bronkokonstriksi,kongestiva skuler dan timbulnya
edema,disamping kemampuan mediator-mediator ini untuk menimbulkan
bronkokontriksi, leukotrien juga meningkatkan sekresimukus dan menyebabkan
terganggunya mekanisme transpor mukosilia.
e.Manifestasi klinis
Penilaian secara subyektif tidak dapat secara akurat menentukan derajat
asma.Gejala klinik bervariasi mulaidari wheezing ringan sampai bronkokonstriksi
berat.Pada keadaan ringan,hipoksia dapat dikompensasi.

hiperventilasi.Namun,bila bertambah berat akan terjadi kelelahan yang


menyebab kanretensi O2 akibat hiperventilasi.Bila terjadi gagal napas,ditandai
asidosis,hiperkapnea,adanya pernapasan
dalam,takikardi,pulsusparadoksus,ekspirasi memanjang ,penggunaan ototasesoris
pernapasan,sianosissentral,sampai gangguan kesadaran.Keadaan ini bersifat
reversible dan dapat ditoleransi.Namun,pada kehamilan sangat berbahaya akibat
adanya penurunan kapasitas residu.Manifestasi klinis asma ditandai dengan
dyspnea,kesesakan dada,wheezing,dan batuk malam hari,dimana hanya menjadi
tanda dalam beberapa kasus.Pasien melaporkan gejala seperti gangguan tidur dan
nyeri dada.Batuk yang memicu spasme atau kesesakan dalam saluran
pernapasan,atau berlanjut terus,dapat berbahaya.Beberapa serangan dimulai
dengan batuk yang menjadi progresif lebih“sesak”,dan kemudian bunyi wheezing
terjadi.Ada pula yang berbeda,beberapa penderita asma hanya dimulai wheezing
tanpa batuk.Beberapa yang lain tidak pernah wheezing tetapi hanya batuk
selama serangan asma terjadi.Selama serangan asma,mucul cenderung menjadi
kering dan sukar,sebagian karena cepat,beratnya pernapasan umumnya terjadi
saat serangan asma.Mucul juga menjadi lebih kental karena sel-sel mati
terkelupas.Kontraksi otot bronkus menyebabkan saluran udara menyempit atau
konstriksi.
g.Penatalaksanaan dan Pengobatan Asma

Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup


normal, bebas dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin,
mengurangi reaktifasi saluran napas, sehingga menurunkan angka perawatan dan
angka kematian akibat asma Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam
jangka pendek dapat menyebabkan kematian , sedangkan jangka panjang dapat
mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang menahun.

Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit,


pemilihan obat yang tepat cara untuk menghindari faktor pencetus Dalam
penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan tentang cara penggunaan
obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor alergi. Faktor alergi banyak
ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah alergen dari hewan, jamur,
dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, ja mur, polusi
udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus
asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi
gejala asma.

Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai


berikut:
a. Pengetahuan

Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan


penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan
(GINA, 2005).

b. Monitor

Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani


penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang
mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang
dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).

c. Menghindari Faktor Resiko

Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi


gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan
gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan
sebagainya (GINA, 2005).

d. Pengobatan Medis Jangka Panjang

Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan


berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita
asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma
mild intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan
didukung oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate
persisten, menggunakan pilihan obat β.

Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma :

       Glukokortikosteroid Inhalasi

Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi gejala
inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi
hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup
(GINA, 2005).

Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal, menimbulkan iritasi pada


bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek sistemik, menekan kerja
adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).

       Glukokortikosteroid Oral

Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroid
inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja
hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma, obaesitas dan kelemahan
(GINA, 2005).
 Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)

Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat ini
dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada imun
nonspecific. Obat ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan
bentuk formulasi powder (GINA, 2005).

 β2-Agonist Inhalasi

Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah pemakaian. Obat
ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam, meningkatkan fungsi paru.
Obat ini dapat menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja
cardiovascular dan hipokalemia (GINA, 2005).

       β2-Agonist Oral

Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada waktu
malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan
menimbulkan tremor pada bagian muskuloskeletal (GINA, 2005).

 Teofiline

Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial
dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal.
Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit kepala,
insomnia dan iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan
hperglisemia, hipotensi, aritmia jantung, takikardi, kerusakan otak dan kematian.

 Leukotriens

Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi
gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan gejala asma
(GINA, 2005).
Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:

       β2-Agonist Inhalasi

Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk mengontrol
gejala asma, variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat ini dapat
menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).

       β2-Agonist Oral

Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor
otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).

       Antikolinergic

Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru. Obat ini
dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).
e.Metode Pengobatan Alternative
Metode pengobatan alternative ini sebagian besar masih dalam penelitian.
Buteyko merupakan salah satu pengobatan alternative yang terbukti dapat
menurunkan ventilasi alveolar terhadap hiperventilasi paru penderita asma, selain
itu memperbaiki gejala yang ditimbulkan asma. Buteyko ini merupakan tehnik
bernapas yang dirancang khusus untuk penderita asma dengan prinsip latihan
tehnik bernapas dangkal (GINA, 2005).
f.Terapi Penanganan Terhadap Gejala
Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada
pasien yang mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam
kondisi yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita
asma dengan menggunakan obat bronkodilator seperti: β2 -agonist inhalasi dan
glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).
g.Pemeriksaan Teratur
Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara
teratur kepada tim medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat
perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA, 2005).
Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola
hidup sehat akan sangat membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan
pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari stress, dan olahraga atau yang
biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The Asthma Foundation
of Victoria, 2002).
Pemenuhan nutrisi yang memadai dan menghindari stress akan menjaga
penderita asma dari serangan infeksi dari luar yang dapat memperburuk asma
dengan tetap menjaga kestabilan imunitas tubuh penderita asma (The Asthma
Foundation of Victoria, 2002).
Latihan fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar, sehingga tubuh
tidak menjadi lemas. Latihan fisik dapat merubah psikologis penderita asma yang
beranggapan tidak dapat melakukan kerja apapun, anggapan ini dapat
memperburuk keadaan penderita asma. Sehingga dengan latihan fisik, kesehatan
tubuh tetap terjaga dan asupan oksigen dapat ditingkatkan sejalan dengan
peningkatan kemampuan latihan fisik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002)
h.Inhaler

Inhaler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam
tubuh melalui paru-paru. Hal ini terutama digunakan dalam pengobatan asma.

Yang paling umum adalah MDI (Metered Dose Inhaler) yang diberi tekanan
udara dan diukur dosis pengisapnya. Pada MDI, obat-obatan biasanya disimpan
dalam bentuk larutan yang diberi tekanan udara dalam tabung kecil yang berisi
propellan, meskipun mungkin juga bisa dalam bentuk suspensi. Prosedur yang benar
untuk menggunakan MDI adalah pertama, mengambil nafas dan keluarkan
sepenuhnya, masukkan pompa ke dalam mulut kemudian ambil nafas, tekan ujung
tabung untuk melepaskan obat.

Cara penggunaan :

1. MDI menghasilkan kadar tertentu obat 1

PPOK dalam bentuk aerosol. MDI


memungkinkan bagi Anda untuk
menghirup obat PPOK Anda, bukan
minum pil. Dengan demikian, obat PPOK
anda kemudian langsung menuju ke paru-
paru Anda
2
2. Sebelum menggunakan MDI, lepaskan tutup
mulut dan kocok secara menyeluruh. Jika
Anda belum menggunakan inhaler selama
seminggu atau lebih, atau itu adalah pertama
kalinya anda menggunakan inhaler, semprot ke udara pertama untuk
memeriksa bahwa ia bekerja.

3 4
3. Ambil napas panjang
beberapa kali dan kemudian
bernapas keluar dengan
lembut.
4. Segera tempat corong di mulut
Anda dan menempatkan Anda di sekitar gigi itu (tidak di depan dan
jangan digigit), dan segel bibir Anda di sekitar mulut,
memegang di antara bibir Anda. 5
5. Mulai untuk bernapas dalam perlahan dan me
ndalam melalui corong telepon. Ketika Anda
bernapas dalam, secara bersamaan tekan ke bawah
tabung inhaler untuk melepaskan obat. Satu siaran
pers satu kali semprotan obat.Lanjutkan bernapas
dalam-dalam untuk memastikan obat masuk ke
paru-paru Anda.

6. Tahan nafas Anda selama 10 7 6


detik atau selama Anda
nyaman bisa, sebelum
bernapas perlahan-lahan.
7. Jika Anda perlu mengambil
puff lain, tunggu selama 30 detik.
8. kocok inhaler Anda lagi kemudian ulangi langkah 2 sampai
6. 9
8
9. Ingatlah untuk membilas mulut Anda secara menyeluruh dengan a ir
setelah setiap kali digunakan untuk membantu mengurangi efek
samping mengganggu.

h.Penjelasan diagnostik dan penunjang

1.spirometri

Di dalam tes ini, pasien akan diminta dokter untuk menarik napas dalam-
dalam dan mengembuskannya secepat mungkin ke sebuah alat yang dinamakan
spirometer. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kinerja paru-paru dengan
berpatokan kepada volume udara yang dapat pasien embuskan dalam satu detik
dan jumlah total udara yang diembuskan. Adanya hambatan pada saluran
pernapasan yang mengarah kepada asma dapat diketahui oleh dokter setelah
membandingkan data yang didapat dengan ukuran yang dianggap sehat pada
orang-orang seusia pasien. Selain berpatokan pada ukuran sehat, asma juga bisa
dideteksi melalui spirometri dengan cara membandingkan data awal dengan data
setelah pasien diberikan obat inhaler. Jika setelah diberikan inhaler hasilnya
menjadi lebih bagus, maka pasien kemungkinan besar menderita asma.

2.tes kadar arus ekspirasi puncak

Di dalam tes yang dibantu dengan alat bernama peak flow meter (PFM)
ini , kecepatan udara dari paru-paru dalam sekali napas yang bisa diembuskan
oleh pasien akan diukur guna mendapatkan data tingkat arus ekspirasi puncak
(PEFR). Dokter biasanya menyarankan pasien untuk membeli sebuah PFM untuk
digunakan di rumah, serta membuat sebuah catatan PEFR tiap harinya. Selain itu,
pasien juga akan disarankan untuk mencatat tiap gejala yang muncul agar dokter
bisa mengetahui kapan asma memburuk.

3.Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas.

Dalam tes ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas
ketika pasien bernapas. Jika kadar zat tersebut tinggi, maka bisa jadi merupakan
tanda-tanda peradangan pada saluran pernapasan. Selain oksida nitrat, dokter juga
akan mengambil sampel dahak untuk mengecek apakah paru-paru pasien
mengalami radang.

4.Tes responsivitas saluran napas (uji provokasi bronkus).

Tes ini digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan


pasien bereaksi ketika terpapar salah satu pemicu asma. Dalam tes ini, pasien
biasanya akan diminta menghirup serbuk kering (mannitol). Setelah itu pasien
akan diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spirometer untuk mengukur
seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah terkena pemicu. Jika
hasilnya turun drastis, maka dapat diperkirakan pasien mengidap asma. Pada
anak-anak, selain mannitol, media yang bisa dipakai untuk memicu asma adalah
olah raga.

5.Pemeriksaan status alergi.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah gejala-gejala asma


yang dirasakan oleh pasien disebabkan oleh alergi. Misalnya alergi pada
makanan, tungau, debu, serbuk sari, atau gigitan serangga.

6.CT Scan.

Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter apabila mencurigai bahwa


gejala sesak napas pada diri pasien bukan disebabkan oleh asma, melainkan
infeksi di dalam paru-paru atau kelainan struktur rongga hidung.

7.Pemeriksaan rontgen

Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini sama seperti pemeriksaan CT Scan,


yaitu untuk melihat apakah gangguan pernapasandisebabkan oleh kondisi lain.

i.Pencegahan Asma

Asma merupakan jenis penyakit yang dapat dikendalikan dengan


mengatur pola hidup sehat. Selain itu, sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut:
1.Mengenali & menghindari pemicu asma.

2.Mengikuti anjuran rencana penanganan asma dari dokter.

3.Melakukan langkah pengobatan yang tepat dengan mengenali penyebab


serangan asma.

4.Menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara


teratur.

5.Memonitor kondisi saluran napas.

Perlu diperhatikan, penggunaan inhaler dapat meningkatkan reaksi asma.


Oleh karena itu, wajib untuk mendiskusikannya dengan dokter, supaya rencana
penanganan asma disesuaikan dengan kebutuhan. Vaksinasi flu dan pneumonia
pun sangat disarankan untuk dilakukan, supaya asma tidak memburuk.

B.Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis

a.Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :

a. Riwayat kesehatan dahulu


 Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
 Kaji riwayat reaksi alergi, sentisifitas terhadap faktor
lingkungan dll.
 Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Aktifitas
 Tidak mampunya melakukan aktifitas, karena gangguan
bernafas.
 Adanya penurunan kemampuan, dan aktifitas pasien.
c. Aktifitas sehari-hari
 Tidur dalam posisi duduk tinggi
d. Pernafasan
 Dispnea saat istirahat atau latihan
 Nafas memburuk saat berbaring terlentang
 Menggunakan gerakan meninggikan bahu atau melebarkan
bahu, agar membantu pernafasan.
e. Hidung
 Ada bunyi nafas mengi
 Ada batuk berulang
f. Sirkulasi
 Adanya peningkatan tekanan darah
 Adanya peningkatan frekuensi jantung
 Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu,sianosis.
 Kemerahan atau berkeringat
g. Integritas Ego
 Ansietas
 Ketakutan
 Peka rangsangan
 Gelisah
h. Asupan Nutrisi
 Ketidakmampuan untuk makan, karena gangguan pernafasan.
 Penurunan bb karena anoreksia

b.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa 1 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas, peningkatan produksi


sekret

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam proses pernafasan pasien asma dalam
keadaan normal

Kriteria/hasil :1. sesak berkurang atau hilang

` 2. RR 18-24x/menit
3.Tidak ada retraksi pernafasan

Interverensi Rasional Evaluasi


1. Beri tambahan O2 1. Tambahan O2 akan membuat S : Pasien mengaku
pada pasien sesak nafasnya
kondisi pasien nyaman
berkurang
2. Posisikan pasien 2. Posisi ini akan mengurangi sesak
dengan posisi semi O : RR 16x/menit,
nafas dan memperlancar
fowler Td : 110/90mmhg
pernafasan
A : masalah teratasi
3. Lingkungan yang jauh dari
3. Pertahankan polusi sebagian
lingkungan pencetus alergi dapat
minimum P : Intervensi
mengurangi timbulnya asma
dilanjutkan

Diagnosa 2 : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia


akibat sesak nafas

Tujuan : setelah 3 x 24 jam perawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi


Kriteria hasil : 1. Berat badan pasien normal
2. Albumin, GDA, dan Hb Normal
3. Nafsu makan naik, tubuh sehat
4.Diet habis sebanyak 3 porsi/hari

Intervensi Rasional Evaluasi


1. Anjurkan pasien makan 1. Posisi ini akan S: Kebutuhan
dalam posisi duduk atau memudahkan nutrisi yang nutrisi pasien
semiflower dimakan masuk ke dalam tercukupi dan
sistem pencernaan dan sudah tidak
tidak mengganggu proses lemas
pernafasan O : BB naik
2. Diet sedikit tapi sering 2. Cara ini untuk menghindari A : masalah
dengan porsi 3x sehari pasien mengalami sesak teratasi total
nafas P : Intevensi di
3. Beri diet sesuai selera 3. Hal ini untuk memberikan hentikan
pasien tapi tidak tambahan nafsu makan
kontraindikasi pasien
4. Ciptakan lingkungan yang 4. Lingkungan yang nyaman
nyaman dan kondusif dapat memberikan
kenyamanan pada pasien
5. Beri motivasi pada pasien 5. Motivasi dapat
memberikan semangat
6. Sering melakukan dalam sugesti pasien yang
perawatan oral, buang dapat mempengaruhi kerja
sekret, berikan wadah tubuh
khusus untuk sekali pakai 6. Oral yang tidak bersih akan
7. Kolaborasi menjadi sarang penyakit
 Berikan oksigen sehingga bakteri mudah
tambahan selama menyerang
makan sesuai indikasi 7. Kolaborasi dapat
 Ahli gizi tentang memberikan perawatan
asupan makanan yang yang lengkap untuk
cukup menjaga kondisi klien.
 Dokter tentang
pemberian vitamin,
suplemen, dan anti
mual.

Diagnosis 3 : Intoleran aktifitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan


antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari
penurunan curah jantung
Tujuan : aktifitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya
kemampuan beraktivitas.
Kriteria hasi : klien menunjukkan kemampuan beraktifitas tanpa gejala-gejala
yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur

intervensi rasional Evaluasi

1. Tingkatkan istirahat, 1. Banyak istirahat S : pasien mengaku sudah


batasi aktifitas dan mengurangi kerja bisa bernapas normal
berikan aktifitas jantung sehingga
senggang yang tidak pernapasan tidak O : RR 22x/menit
berat semakin berat
A : masalah teratasi total
2. Anjurkan klien untuk 2. Posisi relaks dapat
menghindari mempengaruhi P : intervensi dihentikan
peningkatan tekanan pernapasan
pernapasan

3. Pertahankan rentang 3. Diam saat asma


gerak pasif selama sakit mengurangi kerja
kritis sistem pernapasan

4. Pemantauan ini dapat


4. Catat frekuensi dan
digunakan untuk
irama jantung serta
intervensi selanjutnya
perubahab tekanan darah
selama dan sesudah
aktifitas

5. Evaluasi tanda vital saat 5. Pemantauan ini dapat


kemajuan aktifitas digunakan untuk
terjadi iontervensi selanjutnya
BAB III
TINJAUAN KASUS

1.Pengkajian
Identitas

Tanggal Pengkajian : 6 Januari 2014

Jam : 16.00 WIB

Sumber Data : Pasien,Keluarga, Rekam Medis, Tim Kesehatan

Pasien

Nama : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 70 tahun

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : -

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Suku / Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Panggul Tengah Candirejo

Keluarga / Penanggung Jawab

Nama : Ny. N

Umur : 50 tahun

Hubungan dengan pasien : Anak


 Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit


Pasien mengatakan sakit perut, pasien mengatakan batuk dengan dahak,
pasien mengatakan di lehernya seperti ada dahak yang mengumpul, pasien
mengatakan sesak nafas, pasien mengatakan saat dibatukkan dahak susah untuk
keluar, pasien mengatakan jika untuk tidur semakin sesak dan nyeri dada. Pasien
mengatakan pada lehernya terdapat benjolan yang sudah dirasakan ± 5 bulan yang
lalu.
Keluhan Utama Saat Pengkajian
Saat pengkajian pasien pada tanggal 6 januari 2015 pasien mengatakan
sesak nafas, pasien terlihat batuk dan mengeluarkan dahak tetapi sulit untuk
dikeluarkan, sputum yang keluar berwarna putih kental, pasien mengatakan
pusing, saat benjolan leher di palpasi pasien mengatakan sakit , benjolan
berdiameter ± 3 cm dan keras.
Kesehatan sekarang
Pasien terpasang infus RL + 1/2 amp Aminophilin 20 Tpm, Pasien terpasang
O2 4 liter/menit, pasien mengatakan sesak nafas dan saat batuk tidak bisa
mengeluarkan dahaknya semua hanya sedikit-sedikit, pasien mengatakan pada
lehernya seperti ada dahak yang banyak dan susah untuk dikeluarkan, pasien
terlihat nafasnya dangkal dengan RR : 46 x/menit, Suhu : 36,5 ° C, TD : 140 /
70 mmHg, N : 94 x/menit.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien belum pernah menderita penyakit yang sama,
pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, keluarga pasien
mengatakan pasien merasa ada benjolan di leher sudah ± 5 bulan, pasien
mengatakan sesak nafas dialami sejak tanggal 31 Desember 2014 kemudian
diperiksakan ke dokter tetapi keluarga minta untuk di rawat di rumah kemudian
pada tanggal 5 januari 2015 sesak nafas semakin parah sehingga pasien di
periksakan kembali ke dokter kemudian pasien di rujuk ke RSUD Wonosari.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan kurang mengetahui ada tidaknya keluarga yang
menderita penyakit yang sama. Keluarga pasien mengatakan keluarganya tidak
memiliki penyakit keturunan seperti Asma, Hipertensi, Jantung dan Diabetes
Mellitus.
 Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan.
Pola Kebiasaan Pasien
 Riwayat Spiritual
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit shalat 5 waktu dengan rajin
tetapi selama sakit pasien tidak melaksanakan shalat 5 waktu karena kondisi yang
tidak memungkinkan.
 Pemeriksaan Fisik
Keluhan umum : lemas, lemah

Tingkat kesadaran : composmentis

Pengukuran antropometri

BB : 35 Kg

TB : 140 cm

IMT : 17,85 Kg/m2

 Tanda vital :

TD : 140/70 mmHg

N : 94 x / menit

RR : 35 x / menit

S : 36,5 °C

 Pemeriksaan Kepala
1.Kepala
Bentuk kepala Brakhiocephalus, simetris, tidak ada luka, rambut pasien
sudah berwarna putih, kulit kepala pasien bersih.
2.Leher
Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
terdapat stroma pada leher sinistra dengan diameter ± 3 cm, stroma saat
dipalpasi teraba keras.
Pemeriksaan Wajah
3.Mata
Konjungtiva tidak anemis, keluarga mengatakan mata pasien masih bisa
melihat dengan jelas.
4.Telinga
Keluarga pasien mengatakan pasien pendengarannya masih bisa
mendengar dengan jelas, telinga simetris, tidak ada luka, telinga pasien terlihat
bersih.
5.Hidung
Simetris, pada hidung pasien terdapat sekret, Hidung pasien tidak ada
pembesaran polip.
6.Mulut
Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada
stomatitis.
 Pemeriksaan Thoraks/ dada
Inspeksi
Bentuk dada asimetris, kulit keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi,
terdapat retraksi, pasien nafas dangkal.
Auskultasi
Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing +/+

 Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan, terdapat retraksi.

Auskultasi
Bising usus : 22 x/menit
Perkusi
Kuadran I : dull
Kuadran II : dull
Kuadran III : tympani
Kuadran IV : tympani
Palpasi
Saat abdomen dipalpasi pasien mengatakan tidak nyeri.
Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji, pasien memakai pampers.
 Pemeriksaan Ekstermitas
Ekstermitas atas : anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur, capillary
refill tidak lebih dari 3 detik, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik.
Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkap, tidak ada fraktur,
ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit terlihat tidak ada lesi, turgor kulit jelek, struktur keriput, akral dingin.
2.Diagnosa Keperawatan
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan Akumulasi mucus
ditandai dengan

DS :

Pasien mengatakan batuk dengan dahak

Pasien mengatakan di lehernya seperti ada dahak yang mengumpul,

Pasien mengatakan saat dibatukkan dahak susah untuk keluar,

sputum yang keluar berwarna putih kental

DO :

Pasien nafas dangkal.

Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing +/+

TTV

TD :140/70 mmHg

N : 94 x / menit
S : 36,5 °C

Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru


ditandai dengan

DS :

Pasien mengatakan sesak nafas

Pasien mengatakan jika untuk tidur semakin sesak dan nyeri dada
DO :

RR : 46 x/menit,
Pernafasan pasien terlihat dangkal
Bunyi nafas pasien abnormal terdapat sekret
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan

DS :

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan pusing


DO :

Tingkat kesadaran composmentis

Keadaan umum : lemah

Dalam beraktivitas pasien terlihat dibantu keluarga.

3.Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

6 januari 2015 6 januari 2015 6 januari 2015 6 januari 2015

17.00 WIB 17.00 WIB 17.00 WIB 17.00 WIB

Tidak efektifnya Setelah diasuhAuskultasi bunyi Beberapa derajat


bersihan jalan nafas keperawatan selama 3 nafas, catat spasme bronkus
berhubungan dengan x 24 jam jalan nafas adanya bunyi terjadi dengan
Akumulasi mucus pasien kembali nafas, misalnya : obstruksi jalan
ditandai dengan efektif dengan wheezing, ronkhi. nafas. Bunyi nafas
kriteria hasil redup dengan
DS :
ekspirasi mengi
Sesak berkurang,
Pasien (empysema), tak
batuk berkurang,
mengatakan ada fungsi nafas
batuk dengan Klien dapat (asma berat).
dahak mengeluarkan Kaji / pantau Takipnea biasanya
sputum, frekuensi ada pada beberapa
Pasien
mengatakan di Wheezing pernafasan catat derajat dan dapat

lehernya seperti berkurang rasio inspirasi dan ditemukan pada

ada dahak yang /hilang, ekspirasi. penerimaan

mengumpul, selama
vital dalam batas strest/adanya
Pasien normal keadaan proses infeksi
mengatakan saat umum baik. akut. Pernafasan
dibatukkan dapat melambat
dahak susah dan frekuensi
untuk keluar, ekspirasi

sputum yang memanjang

keluar berwarna dibanding

putih kental inspirasi.

Kaji pasien untuk Peninggian kepala


posisi yang aman, tidak
DO : misalnya : mempermudah
peninggian kepala fungsi pernafasan
Pasien nafas
tidak duduk pada dengan
dangkal.
sandaran menggunakan
Catatan Dokter : gravitasi.
vesikuler +/+ , Observasi Batuk dapat
Ronchi +/+, karakteristik menetap tetapi
Wheezing +/+ batuk, menetap, tidak efektif,
TTV batuk pendek, khususnya pada
basah. Bantu klien lansia, sakit
TD :140/70
tindakan untuk akut/kelemahan.
mmHg
keefektifan
N : 94 x / memperbaiki
menit upaya batuk.

S : 36,5 Berikan airPenggunaan cairan

°C hangat. hangat dapat


menurunkan
spasme bronkus.

6 januari 2015 6 januari 2015 6 januari 2015 6 januari 2015

17.00 WIB 17.00 WIB 17.00 WIB 17.00 WIB

Tidak efektifnya pola Setelah diasuhKaji frekuensiKecepatan biasanya


nafas berhubungan keperawatan selama 3 kedalaman mencapai
dengan Penurunan x 24 jam Pola nafas pernafasan dan kedalaman
ekspansi paru ditandai pasien kembali ekspansi dada. pernafasan
dengan efektif dengan Catat upaya bervariasi
kriteria hasil pernafasan tergantung derajat
DS :
termasuk gagal nafas.
Pola nafas efektif,
Pasien penggunaan otot Expansi dada
mengatakan bunyi nafas normal bantu pernafasan / terbatas yang
sesak nafas atau bersih, pelebaran nasal. berhubungan
dengan atelektasis
Pasien TTV dalam batas
dan atau nyeri dada
mengatakan jika normal, batuk
untuk tidur berkurang, Auskultasi bunyiRonki dan wheezing

semakin sesak nafas dan catat menyertai obstruksi


ekspansi paru adanya bunyi jalan nafas /
dan nyeri dada
mengembang. nafas seperti kegagalan
DO : krekels, pernafasan.

RR : 46 x/menit, wheezing.
Pernafasan Tinggikan kepala Duduk tinggi
pasien terlihat dan bantu memungkinkan
dangkal mengubah posisi. ekspansi paru dan
memudahkan
Bunyi nafas
pernafasan.
pasien abnormal
Observasi pola Kongesti alveolar
terdapat secret
batuk dan karakter mengakibatkan
( ronchi )
sekret. batuk sering/iritasi.

Dorong/bantu Dapat
pasien dalam meningkatkan/
nafas dan latihan banyaknya sputum
batuk. dimana gangguan
ventilasi dan
ditambah ketidak
nyaman upaya
bernafas.

6 januari 2015 6 januari 2015 6 januari 2015 6 januari 2015

17.00 WIB 17.00 WIB 17.00 WIB 17.00 WIB

Intoleransi aktivitas Setelah diasuh Evaluasi respons Menetapkan


berhubungan dengan keperawatan selama 3 pasien terhadap kebutuhan/
kelemahan fisik x 24 jam pasien dapat aktivitas. Catat
kemampuan pasien
ditandai dengan melakukan aktivitas laporan dyspnea
dan memudahkan
sehari-hari secara peningkatan
DS : pilihan intervensi.
mandiri. dengan kelemahan /
Pasien mengatakan kriteria hasil kelelahan dan
lemas perubahan tanda
KU klien baik,
vital selama dan
Pasien mengatakan
Badan tidak lemas, setelah aktivitas.
pusing
Klien dapat Jelaskan Tirah baring
DO :
beraktivitas secara pentingnya dipertahankan

Tingkat kesadaran mandiri, istirahat dalam selama fase akut


rencana untuk menurunkan
composmentis Kekuatan otot terasa pengobatan dan kebutuhan
pada skala sedang perlunya metabolik,
Keadaan umum : lemah
keseimbangan menghemat energi
Dalam beraktivitas pasien aktivitas dan untuk
terlihat dibantu istirahat. penyembuhan.
keluarga. Bantu pasien Pasien mungkin
memilih posisi nyaman dengan
nyaman untuk kepala tinggi atau
istirahat dan atau menunduk kedepan
tidur. meja atau bantal.

Bantu aktivitas Meminimalkan


keperawatan diri kelelahan dan
yang diperlukan. membantu
Berikan kemajuan keseimbangan
peningkatan suplai dan
aktivitas selama kebutuhan oksigen.
fase penyembuhan

Berikan Menurunkan stress


lingkungan tenang dan rangsangan
dan batasi berlebihan
pengunjung meningkatkan
selama fase akut istirahat.
sesuai indikasi.

4.Implementasi dan Evaluasi

Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


6 Jan Mengelola pemberian O2 S :
2014 kanul binasal 4 liter/menit
Pasien mengatakan sputum
Memberikan ventolin +
23.50 yang keluar berwarna putih,
fexotid dengan nebul
WIB kental.
Mengobservasi
Pasien mengatakan lebih
karakteristik batuk,
enakan setelah diberi O2
menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan Pasien mengatakan lebih
untuk keefektifan lega setelah di nebul
memperbaiki upaya batuk.
O:
Membantu memposisikan
pasien untuk posisi semi Pasien terpasang O2
fowler
Nebul ventolin + fexotid

Pasien dengan posisi semi


fowler

A : Masalah tercapai sebagian

P : lanjut intervensi

7 jan mengauskultasi bunyi S :


2014 nafas dan catat adanya
Pasien mengatakan
bunyi nafas seperti
06.00 semalaman tidak dapat
krekels, wheezing.
WIB tidur
Mendorong / membantu
pasien dalam nafas dan Pasien mengatakan saat
latihan batuk. melakukan batuk efektif
Berikan lingkungan sputum bisa keluar
tenang dan batasi
O:
pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi. Suaran nafas pasien ronchi

RR : 40 x /menit
Melatih pasien nafas dalam
dan latihan batuk efektif

Membatasi pengunjung

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjut intervensi

BAB IV
PENUTUP

a.Kesimpulan

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak
atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain
seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan
usia, baik muda atau tua.Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas,
namun ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang,
aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.

b.Saran

Setelah membaca makalah ini penulis memberikan beberapa saran yang kiranya berguna
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien asma hendaknya perawat terlebih dahulu mengetahui konsep dasar penyakit
dan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Buku Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit ECG, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia,Jakarta

Boushey H.A., 2001, Obat-obat Asma dalam Katzung, B.G., Farmakologi Dasar &
Klinik, Ed.I, diterjemahkan oleh Sjbana, D., dkk, Salemba Medika, Jakarta

Mulia, yuiyanti J, 20002, Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma bronchial.


Penerbit EGC, trisakti, Jakarta

Tanjung, dudut.2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronchial.USU Digital


library.Sumatra Utara

Adnyana, I Ketut dkk, 2008. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI.Jakarta

Fairawan, Sulfan.2008.Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit asma


dengan sikap penderita dalam perawatan asma pada pasien rawat jalan di balai
kesehatan paru masyarakat (BBKPM).Skripsi.Surakarta

Maryono.2009.hubungan antara faktor lingkungan dengan kekambuhan asma bronchial


pada klien pasien rawat jalan di poliklinik paru instalasi rawat jalan RSUD.DR
MOEWARDI Surakarta.Skripsi

Anda mungkin juga menyukai