KELOMPOK 1:
YORI DESTIA ULANDARI 1826010044
NEZA FERTI MALINI 1826010064
CHELLY MASITA 1826010057
JEPRI DARWANSYAH PUTRA 1826010050
Di setiap langkah kaki kita,di setiap tarikan nafas kita, sudah seharusnya kita
bersyukur atas kemudahan dan kenikmatan sehingga menginspirasi penulis dalam
merangkai untaian kata untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Asma”. Makalah ini ditujukan untuk prodi ilmu keperawatan dan mata
kuliah bahasa indonesia.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi mata kuliah Sistem Respirasi program
studi ilmu keperawatan dan menguraikan tentang penyakit asma yang sering terjadi
dikalangan masyarakat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Sistem Respirasi yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan dan membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.Semoga tuhan membalas semua kebaikan dan mendapat pahala atas ilmu yang
bermanfaat yang telah diberikan.
Dengan selesainya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat dijadikan salah
satu informasi tentang “Asuhan Keperawatan Asma” dan semoga makalah ini
bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 2
C. Tujuan …………………………………………...................….. 2
D. Manfaat ……………………………………….....................….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritas Penyakit …………………………………….4
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................20
BAB III KASUS ……………………………………………….30
A. Pengkajian …………………………………………………...33
B. Diagnosa …………………………………………………..…36
C. Perencanaan …………………………………………………37.
D. Implementasi ……………………………………………..…39
E. Evaluasi ……………………………………………………...41
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………… 42
B. Saran …………………………………………………………42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan
terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor
alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai
pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus
selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan
edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan
yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya
mencegah terjadinya serangan asma.
B. Rumusan Masalah
C . Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
a.definisi
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya
gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran
nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan
saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental
yang berlebih (Prasetyo, 2010)
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama
yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan
penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di
sini.
Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut
banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
1. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan
karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak
membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.
2. Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen.
Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti
cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga
yang berlebihan.
b.Etiologi
Fenotip adalah sifat atau karakteristik individu yang dapat diobservasi dan
merupakan hasil interaksi antara genotip dan lingkungan. Pembagian fenotip
asma dikelompokkan dalam berbagai level antara lain fenotip selular, fenotip
klinis, dan fenotip molekular.
1. Fenotip Selular
Fenotip selular mayoritas pasien asthma mengalami peningkatan eosinofil.
Pasien asma dengan peningkatan eosinofil umumnya respon terhadap tatalaksana
kortikosteroid inhalasi. Namun fenotip selular lainnya tidak respon. Kategori
fenotip selular pada asma antara lain:
Eosinofilik, paling sering pada pasien asthma dengan atopi dan alergi
Neutrofilik, paling sering pada asthma yang berkaitan dengan iritan,dan
obesitas
Campuran eosinofilik dan neutrofilik, dihubungkan dengan asthma yang
refrakter Pausigranulositik
2. Fenotip Klinis
Fenotip klinis, yakni kelompok berdasarkan klinis pasien antara lain:
Asma atopik onset dini, eosinofilia
Asma dengan jumlah yang lebih besar pada pasien obesitas dan perempuan,
jarang eosinofilia
Asma dengan penyakit ringan dan jarang eosinofilia
3. Fenotip Molekular
Fenotip molekular (endotip), alternatif pengelompokan asthma berdasarkan
biologi yang mendasarinya antara lain dikelompokkan berdasarkan sitokin.
4. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan asma dengan onset masa anak-anak
antara lain:
Predisposisi genetik
Riwayat alergi dan asma pada keluarga
Atopi pada orang tua
Infeksi virus saluran pernapasan
Kolonisasi bakteri
Sensitisasi alergen
Paparan terhadap tembakau prenatal maupun post natal.
Sementara asma yang onsetnya terjadi saat dewasa masih belum jelas
faktor risikonya. Faktor atopi tidak jelas, namun prevalensinya lebih tinggi pada
perempuan. Beberapa faktor risiko yang dihubungkan dengan asma pada orang
dewasa antara lain:
c.klasifikasi
≤2
intermiten ≤2/minggu ≤2/bulan ≥80% <20%
hari/minggu
Persisten >2
>2/minggu 3–4/bulan ≥80% 20–30%
ringan hari/minggu
Persisten
Harian >1/minggu 60–80% >30% harian
sedang
Sianosis
Sangat akut
(orang tertentu pada)
Puncak aliran 33–50%
Frekuensi pernapasan ≥ 25 bernapas setiap menit
Gejala memburuk
Asma sebagai akibat dari (atau yang diperburuk oleh) pajanan tempat
kerja biasanya dilaporkan sebagai (penyakit akibat kerja. Namun banyak kasus
yang tidak dilaporkan atau disebut sebagai penyakit akibat kerja. Diperkirakan,
ada 5–25% kasus asma pada orang dewasa yang terkait dengan pekerjaan. Sekitar
ratusan ragam jenis agensia dikaitkan dengan kasus-kasus ini. Di antaranya yang
paling umum adalah: isosianat, debu biji-bijian dan kayu, resin (colophony, cairan
solder (soldering flux, lateks latex, hewan, dan aldehida. Pekerja yang memiliki
risiko paling tinggi antara lain: pekerja yang menggunakan (cat semprot, pembuat
roti dan pemroses makanan lainnya, perawat, pekerja bahan kimia, pekerja
bersama hewan-hewan, (tukang las, pemangkas rambut, dan pekerja pemrosesan
kayu
d.Patofisiologi
Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran napas
yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi (otot polos.di sekeliling saluran
napas. Hal ini, bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran
napas sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran
napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian terapi.Adakalanya
saluran napas itu sendiri yang berubah.[16] Biasanya terjadinya perubahan di
saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan (lamina
retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah
ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain
yang terlibat yaitu: (Limfosit T, makrofag, dan neutrofil. Kemungkinan ada juga
keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu: antara lain sitokin, kemokin,
histamin, dan (leukotrien.
b. Monitor
Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi gejala
inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi
hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup
(GINA, 2005).
Glukokortikosteroid Oral
Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroid
inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja
hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma, obaesitas dan kelemahan
(GINA, 2005).
Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)
Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat ini
dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada imun
nonspecific. Obat ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan
bentuk formulasi powder (GINA, 2005).
β2-Agonist Inhalasi
Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah pemakaian. Obat
ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam, meningkatkan fungsi paru.
Obat ini dapat menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja
cardiovascular dan hipokalemia (GINA, 2005).
β2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada waktu
malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan
menimbulkan tremor pada bagian muskuloskeletal (GINA, 2005).
Teofiline
Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial
dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal.
Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit kepala,
insomnia dan iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan
hperglisemia, hipotensi, aritmia jantung, takikardi, kerusakan otak dan kematian.
Leukotriens
Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi
gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan gejala asma
(GINA, 2005).
Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:
Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk mengontrol
gejala asma, variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat ini dapat
menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor
otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).
Antikolinergic
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru. Obat ini
dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).
e.Metode Pengobatan Alternative
Metode pengobatan alternative ini sebagian besar masih dalam penelitian.
Buteyko merupakan salah satu pengobatan alternative yang terbukti dapat
menurunkan ventilasi alveolar terhadap hiperventilasi paru penderita asma, selain
itu memperbaiki gejala yang ditimbulkan asma. Buteyko ini merupakan tehnik
bernapas yang dirancang khusus untuk penderita asma dengan prinsip latihan
tehnik bernapas dangkal (GINA, 2005).
f.Terapi Penanganan Terhadap Gejala
Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada
pasien yang mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam
kondisi yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita
asma dengan menggunakan obat bronkodilator seperti: β2 -agonist inhalasi dan
glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).
g.Pemeriksaan Teratur
Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara
teratur kepada tim medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat
perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA, 2005).
Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola
hidup sehat akan sangat membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan
pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari stress, dan olahraga atau yang
biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The Asthma Foundation
of Victoria, 2002).
Pemenuhan nutrisi yang memadai dan menghindari stress akan menjaga
penderita asma dari serangan infeksi dari luar yang dapat memperburuk asma
dengan tetap menjaga kestabilan imunitas tubuh penderita asma (The Asthma
Foundation of Victoria, 2002).
Latihan fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar, sehingga tubuh
tidak menjadi lemas. Latihan fisik dapat merubah psikologis penderita asma yang
beranggapan tidak dapat melakukan kerja apapun, anggapan ini dapat
memperburuk keadaan penderita asma. Sehingga dengan latihan fisik, kesehatan
tubuh tetap terjaga dan asupan oksigen dapat ditingkatkan sejalan dengan
peningkatan kemampuan latihan fisik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002)
h.Inhaler
Inhaler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam
tubuh melalui paru-paru. Hal ini terutama digunakan dalam pengobatan asma.
Yang paling umum adalah MDI (Metered Dose Inhaler) yang diberi tekanan
udara dan diukur dosis pengisapnya. Pada MDI, obat-obatan biasanya disimpan
dalam bentuk larutan yang diberi tekanan udara dalam tabung kecil yang berisi
propellan, meskipun mungkin juga bisa dalam bentuk suspensi. Prosedur yang benar
untuk menggunakan MDI adalah pertama, mengambil nafas dan keluarkan
sepenuhnya, masukkan pompa ke dalam mulut kemudian ambil nafas, tekan ujung
tabung untuk melepaskan obat.
Cara penggunaan :
3 4
3. Ambil napas panjang
beberapa kali dan kemudian
bernapas keluar dengan
lembut.
4. Segera tempat corong di mulut
Anda dan menempatkan Anda di sekitar gigi itu (tidak di depan dan
jangan digigit), dan segel bibir Anda di sekitar mulut,
memegang di antara bibir Anda. 5
5. Mulai untuk bernapas dalam perlahan dan me
ndalam melalui corong telepon. Ketika Anda
bernapas dalam, secara bersamaan tekan ke bawah
tabung inhaler untuk melepaskan obat. Satu siaran
pers satu kali semprotan obat.Lanjutkan bernapas
dalam-dalam untuk memastikan obat masuk ke
paru-paru Anda.
1.spirometri
Di dalam tes ini, pasien akan diminta dokter untuk menarik napas dalam-
dalam dan mengembuskannya secepat mungkin ke sebuah alat yang dinamakan
spirometer. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kinerja paru-paru dengan
berpatokan kepada volume udara yang dapat pasien embuskan dalam satu detik
dan jumlah total udara yang diembuskan. Adanya hambatan pada saluran
pernapasan yang mengarah kepada asma dapat diketahui oleh dokter setelah
membandingkan data yang didapat dengan ukuran yang dianggap sehat pada
orang-orang seusia pasien. Selain berpatokan pada ukuran sehat, asma juga bisa
dideteksi melalui spirometri dengan cara membandingkan data awal dengan data
setelah pasien diberikan obat inhaler. Jika setelah diberikan inhaler hasilnya
menjadi lebih bagus, maka pasien kemungkinan besar menderita asma.
Di dalam tes yang dibantu dengan alat bernama peak flow meter (PFM)
ini , kecepatan udara dari paru-paru dalam sekali napas yang bisa diembuskan
oleh pasien akan diukur guna mendapatkan data tingkat arus ekspirasi puncak
(PEFR). Dokter biasanya menyarankan pasien untuk membeli sebuah PFM untuk
digunakan di rumah, serta membuat sebuah catatan PEFR tiap harinya. Selain itu,
pasien juga akan disarankan untuk mencatat tiap gejala yang muncul agar dokter
bisa mengetahui kapan asma memburuk.
Dalam tes ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas
ketika pasien bernapas. Jika kadar zat tersebut tinggi, maka bisa jadi merupakan
tanda-tanda peradangan pada saluran pernapasan. Selain oksida nitrat, dokter juga
akan mengambil sampel dahak untuk mengecek apakah paru-paru pasien
mengalami radang.
6.CT Scan.
7.Pemeriksaan rontgen
i.Pencegahan Asma
a.Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :
b.Diagnosa Keperawatan
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam proses pernafasan pasien asma dalam
keadaan normal
` 2. RR 18-24x/menit
3.Tidak ada retraksi pernafasan
1.Pengkajian
Identitas
Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : -
Nama : Ny. N
Umur : 50 tahun
Pengukuran antropometri
BB : 35 Kg
TB : 140 cm
Tanda vital :
TD : 140/70 mmHg
N : 94 x / menit
RR : 35 x / menit
S : 36,5 °C
Pemeriksaan Kepala
1.Kepala
Bentuk kepala Brakhiocephalus, simetris, tidak ada luka, rambut pasien
sudah berwarna putih, kulit kepala pasien bersih.
2.Leher
Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
terdapat stroma pada leher sinistra dengan diameter ± 3 cm, stroma saat
dipalpasi teraba keras.
Pemeriksaan Wajah
3.Mata
Konjungtiva tidak anemis, keluarga mengatakan mata pasien masih bisa
melihat dengan jelas.
4.Telinga
Keluarga pasien mengatakan pasien pendengarannya masih bisa
mendengar dengan jelas, telinga simetris, tidak ada luka, telinga pasien terlihat
bersih.
5.Hidung
Simetris, pada hidung pasien terdapat sekret, Hidung pasien tidak ada
pembesaran polip.
6.Mulut
Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada
stomatitis.
Pemeriksaan Thoraks/ dada
Inspeksi
Bentuk dada asimetris, kulit keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi,
terdapat retraksi, pasien nafas dangkal.
Auskultasi
Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing +/+
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan, terdapat retraksi.
Auskultasi
Bising usus : 22 x/menit
Perkusi
Kuadran I : dull
Kuadran II : dull
Kuadran III : tympani
Kuadran IV : tympani
Palpasi
Saat abdomen dipalpasi pasien mengatakan tidak nyeri.
Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji, pasien memakai pampers.
Pemeriksaan Ekstermitas
Ekstermitas atas : anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur, capillary
refill tidak lebih dari 3 detik, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik.
Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkap, tidak ada fraktur,
ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit terlihat tidak ada lesi, turgor kulit jelek, struktur keriput, akral dingin.
2.Diagnosa Keperawatan
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan Akumulasi mucus
ditandai dengan
DS :
DO :
TTV
TD :140/70 mmHg
N : 94 x / menit
S : 36,5 °C
DS :
Pasien mengatakan jika untuk tidur semakin sesak dan nyeri dada
DO :
RR : 46 x/menit,
Pernafasan pasien terlihat dangkal
Bunyi nafas pasien abnormal terdapat sekret
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
DS :
3.Intervensi Keperawatan
mengumpul, selama
vital dalam batas strest/adanya
Pasien normal keadaan proses infeksi
mengatakan saat umum baik. akut. Pernafasan
dibatukkan dapat melambat
dahak susah dan frekuensi
untuk keluar, ekspirasi
RR : 46 x/menit, wheezing.
Pernafasan Tinggikan kepala Duduk tinggi
pasien terlihat dan bantu memungkinkan
dangkal mengubah posisi. ekspansi paru dan
memudahkan
Bunyi nafas
pernafasan.
pasien abnormal
Observasi pola Kongesti alveolar
terdapat secret
batuk dan karakter mengakibatkan
( ronchi )
sekret. batuk sering/iritasi.
Dorong/bantu Dapat
pasien dalam meningkatkan/
nafas dan latihan banyaknya sputum
batuk. dimana gangguan
ventilasi dan
ditambah ketidak
nyaman upaya
bernafas.
P : lanjut intervensi
RR : 40 x /menit
Melatih pasien nafas dalam
dan latihan batuk efektif
Membatasi pengunjung
P : Lanjut intervensi
BAB IV
PENUTUP
a.Kesimpulan
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak
atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain
seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan
usia, baik muda atau tua.Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas,
namun ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang,
aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
b.Saran
Setelah membaca makalah ini penulis memberikan beberapa saran yang kiranya berguna
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien asma hendaknya perawat terlebih dahulu mengetahui konsep dasar penyakit
dan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998, Buku Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit ECG, Jakarta
Boushey H.A., 2001, Obat-obat Asma dalam Katzung, B.G., Farmakologi Dasar &
Klinik, Ed.I, diterjemahkan oleh Sjbana, D., dkk, Salemba Medika, Jakarta