Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASMA

DISUSUN OLEH:

1. Islamiyah : 19.06.03.0033
2. Dwyko Andriyani : 19.0603.0043
3. Ahmad Sigit Prabowo : 19.0603.0047
4. Sulistiyani Purna Sari : 19.0603.0054

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................
C. Tujuan Pembahasan .............................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi .................................................................................
B. Patofisiologi .........................................................................
C. Manifestasi Klinis ................................................................
D. Faktor Risiko Mengalami Serangan Berat ...........................
E. Pengkajian dan Metode Diagnostik .....................................
F. Penatalaksanaan Medis ........................................................
G. Penatalaksanaan Keperawatan .............................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................


KATA PENGANTAR

Pertama-tama, penulis ucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini kiranya tak tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa
pihak yang mendorong penulis untuk menyelesaikannya.

Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Puguh W, M.Kep, Ns selaku


dosen pengampu Keperawatan Medikal Medah yang senantiasa memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.

Tak lupa, penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelas paralel
S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang angkatan 2019 yang telah
memberikan semangat dan motivasi sehingga makalah ini bisa penulis selesaikan
tepat waktu.

Penyusunan makalah yang berjudul “Asma” dibuat sebagai penugasan dari


mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Asma menjadi materi yang menarik
untuk dibahas mengingat bahwa asma merupakan penyakit yang tidak asing lagi
ditelinga, karena sangat sering dijumpai di dunia.

Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan
penulis menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan
masih memiliki banyak kelamahan.

Besar harapan penulis, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya.

Magelang, 5 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang tidak asing lagi bagi telinga kita,
karena sangat sering dijumpai di dunia. Ada banyak macam
penyebab dari asma bronchial ini. Secara umum, pernapasan
penderita penyakit ini akan terengah-engah disertai bunyi mengi dan
sesak nafas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penyakit Asma?
2. Bagaimana patofisiologi Asma?
3. Bagaimana manifestasi klinis Asma?
4. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan serangan Asma
berat?
5. Apa saja pengkajian dan metode diagnostik Asma?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Asma?
7. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan Asma?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi penyakit Asma
2. Mengatahui patofisiologi Asma
3. Mengetahui manifestasi klinis Asma
4. Mengetahui faktor risiko mengalami serangan Asma berat
5. Mengetahui pengkajian dan metode diagnostik Asma
6. Mengetahui penatalaksanaan medis Asma
7. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan Asma
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas yang
dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, edema mukosa, dan produksi
mucus. Inflamesi ini akhirnya berkembang menjadi episode gejala asma yang
berulang: batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. (Susan C. Smeltzer 2017)
Asma diartikan sebagai inflamasi kronis saluran nafas yang menyebabkan
saluran nafas yang berdiameter kecil (bronkus) bersifat sangat hiperaktif
(hiperaktifitas bronkus) terhadap berbagai rangsangan (allergen dan
lingkungannya), yang ditandai dengan gejala yang bersifat kumat kumatan,
seperti: sesak nafas, mengi, batuk dan rasa berat di dada terutama malam hari
dan dini hari akibat obstruksi bronkus, yang umumnya bersifat reversible (dapat
kembali seperti sediakala) baik dengan atau tanpa pengobatan (dr. Nicodemus
Triatmojo and dr. JB Suharjo B Cahyono, SpPD 2015).
Eksaserbasi Asma (serangan asma atau akut) merupakan episode
peningkatan progresif sesak nafas, batuk, mengi (wheezing) atau dada sempit,
atau kombinasi simtom tersebut. Eksaserbasi ditandai dengan penurunan fungsi
paru (diukur menggunakan arus puncak ekspirasi / APE atau volume ekspirasi
paksa/VEP).
Status Asmatikus merujuk suatu serangan (obstruksi bronkial) yang
semakin memberat dan memburuk, yang tidak membaik dengan terapi
konvesional yang menyebabkan gagal nafas atau menimbulkan ancaman
kematian (dr. Nicodemus Triatmojo and dr. JB Suharjo B Cahyono, SpPD
2015).
1. Gambaran Asma Bronchial Ekstrinsik
Asma Bronchial ekstrinsik ini biasanta terjadi pada usia muda, dan lebih
sering terjadi pada anak kecil. Gejala awal pada penyakit ini biasanya
berupa ekzema. Hal ini ditandai dengan serangan bersin-bersin dan ingus
yang encer. Ekzema dapat timbul pada penderita yang pada dasarnya peka
terhadap allergen, yaitu bahan-bahan yang terdapat di dalam udara. Keadaan
ini disebut atopi. Allergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari
bunga, rumput-rumputan, atau pohon. Walaupun begitu, bulu kucing dan
debu rumah juga dapat menjadi suatu allergen pada anak-anak (Sholeh S.
Naga 2014).
2. Gambaran Asma Bronchial Intrinsik
Penyakit asma bronchial intrinsik ini biasanya timbul pada usia yang lebih
lanjut. Hamper sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan faktor
alergi yang menjadi penyebabnya, tetapi ditemukan sejumlah kepekaan
yang berlebihan dari brinkus terhadap sejumlah stimulus nonalergi,
misalnya infeksi virus atau bakteri dari bronkus. Terkadang, kegiatan
jasmani seperti menghirup udara dingin juga dapat menjadi penyebab dari
penyakit ini. Asma intrinsik cenderung lebih lama berlangsung disbanding
dengan bentuk ekstrinsik pada anak muda. Tipe penyakit ini memang
cenderung lama, bahkan sampai terjadi dispnea yang menetap dan disertai
mengi. Akan tetapi, pada kondisi ini tidak terdapat faktor atopi,
sebagaimana kondisi tipe penyakit asma bronchial yang pertama (Sholeh S.
Naga 2014).
B. PATOFISIOLOGI
Beberapa sumber penyebab penyakit asma antara lain:
1. Pada awalnya, mungkin asma hanya disebabkan adanya kepekaan yang
berlebihan (hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervus vagus, sehingga
merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus dan menimbulkan batuk
serta sekresi lender melalui satu refkles. Begitu hipersensitifnya serabu-
serabur nervus vagus ini sehingga langsung menimbulkan konstriksi
bronkus.
2. Adanya lender sangat lengket yang akan diekspresi. Bahkan, pada kasus-
kasus berat, lender ini dapat menghambat saluran napas secara total,
sehingga berakibat munculnya status asmatikus, kegagalan pernapasan, da
akhirnya kehilangan nyawa.
3. Penyebab yang penting dari asma ini adalah asanya infeksi saluran
pernapasan oleh flu, adenovirus, dan juga oleh bakteri seperti hemophilus
influenza.
4. Asap rokok, asap industri, dan udara dingin juga dapat menjadi penyebab
penyakit ini, karena gas iritatifnya terlah mencemari udara.

Selain beberapa hal tersebut, ternyata emosi juga dapat menjadi salah satu
penyebab penting munculnya asma (Sholeh S. Naga 2014).

C. MANIFESTASI KLINIS
Serangan asma sering terjadi pada tengah malam dengan batuk-batuk kering
tanpa sputum. Penderita serta orang disekitarnya akan mendengar suara napas
mengi. Penderita juga merasakan adanya konstriksi di dalam dadanya, misalnya
nyeri seperti ada luka di dada (Sholeh S. Naga 2014).
Eksaserbasi asma sering kali didahului oleh peningkatan gejala selama
berhari-hari, namun dapat pula terjadi secara mendadak (Susan C. Smeltzer
2017).
Gejala-gejala seperti ini tidak akan menghilang begitu saja saja bahkan bisa
jadi akan bertambah parah. Pada kondisi seperti ini, kita bisa melihat bahwa
penderita menjadi sangat gelisah, napas sangat sesak, pucat, dan sianosis. Nadi
juga akan berdenyut dengan cepat dan dapat hilang saat inspirasi (pulse
paradoxus).
Pada saat asma menyerang, otot pernapasan pembantu juga akan terasa lebih
aktif, mata menonjol saat sedang batuk-batuk, dan penderita merasakan sesak.
Apabila dilakukan pemeriksaan dada akan tampak mengembang, perkusi paru
hipersonor, diafragma terletak sangat rendah dan hamper tidak bergerak saat
terjadi pernapasan. Dan, pada penderita asma yang sangat berat, bising napas
tidak akan terdengar. Ini biasa dikenal dengan istilas silent chest, yang
merupakan satu tanda bahaya, karena penderita telah sampai pada kondisi yang
disebut dengan status asmatikus (Sholeh S. Naga 2014).
Asma yang disebabkan oleh latihan fisik: gejala maksimal selama menjalani
latihan fisik, tidak terdapat gejala pada malam hari dan terkadang hanya muncul
gambaran seperti “tercekik” selama menjalani latihan fisik.
Eksema, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi yang biasanya
menyertai asma (Susan C. Smeltzer 2017).
D. FAKTOR RISIKO MENGALAMI SERANGAN BERAT
Beberapa hal beikut merupakan faktor risiko yang berkaitan dengan
peningkatan risiko kematian pada penyakit asma:
1. Riwayat mengalami eksaserbasi asma
2. Riwayat mengalami intubasi akibat serangan asma
3. Riwayat menjalani rawat inap akibat asma
4. Dua atau lebih mendapat rawat inap atau mengunjungi unit hawat darurat
rumah sakit berhubungan dengan asma dalam 1 tahun terakhir.
5. Menggunakan > 2 kali beta 2 agonist inhalasi/bulan.
6. Sedang menggunakan atau baru saja menghentikan steroid oral.
7. Mengalami gangguan psikiatris atau problem psiko-sosial.
8. Ketidakpatuhan terhadap jadwal pengobatan asma.
E. PENGKAJIAN DAN METODE DIAGNOSTIK
Melakukan assesmen pada pasien asma yang mengalami ekaserbasi
mempunyai tujuan untuk mengklasifikasikan serangan (ringan, sedang, berat
atau mengancam nyawa) dan berkaitan dengan strategi pengobatan serta
indikasi rawat inap. Menilai tingkat keparahan asma dilakukan dengan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, fungsi paru (arus puncak ekspirasi atau volume
paksa paru), pulse oxymetri dan Analisa gas darah (dr. Nicodemus Triatmojo
and dr. JB Suharjo B Cahyono, SpPD 2015).
Tabel tingkatan serangan eksaserbasi asma
Serangan
Parameter Ancaman henti
Ringan Sedang Berat
napas
Sesak napas Berjalan Bicara Istirahat
sudah sudah sudah sesak
sesak, sesak, lebih
enak duduk
masih dapat
berbaring
Bicara Dapat Dapat suku Kata demi
kalimat kata kata
Kesadaran Mungkin Biasanya Agitasi Mengantuk
agitasi agitasi
Frekuensi Meningkat Meningkat >30x/menit
napas
Retraksi otot Tidak ada Biasanya Biasanya Gerakan
tambahan & ada ada torakoabdominal
suprasternal paradoksal
Mengi Sedang, Keras Biasanya Mengi (-)
pada akhir Keras
ekspirasi
Nadi/menit <100 100-120 >120 Bradikardia
Pulse Tidak ada Biasanya Sering ada Jika (-) dicurigai
paradoksus <10mmHg ada 10-25 >25 mmHg kelelahan nafas
mmHg
APE paska >80% 60-80% <60% -
bronkodilator,
% dari terbaik
PaO2 dan atau Normal >60 mmHg >60 mmHg -
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg <45 mmHg
mungkin
gagal napas
Saturasi O2 >95% 91-95% <90%

Keluarga, lingkungan, dan riwayat pekerjaan merupakan hal esensial yang


harus dikaji (Susan C. Smeltzer 2017).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tatalaksana didasarkan atas tingkat keparahan eksaserbasi asma
2. Oksigenasi diberikan untuk menjaga Saturasi O2 >90%
3. Eksaserbasi asma ringan: terapi dimulai dengan 2-4 inhalasi setiap 20 menit
dalam 2 jam pertama, diikuti 2-4 dosis setiap 4 jam.
4. Eksaserbasi asma sedang-berat: berikan beta 2 agonist aksi cepat 6-10 dosis
tiap 4-10 menit atau salbutamol 2,5-5 mg secara nebulasi setiap 30 menit.
Bila pasien belum membaik, berikan ipratropium bromide 4-8 inhalasi
(18ug/ inhalasi) setiap 10-15 menit atau 0,5 mg setiap 20 menit bila
menggunakan nebulizer.
5. Asma dengan ancaman gagal nafas berikan nebulasi beta 2 agonist dan
ipratropium bromide. Berikan steroid intravena. Indikasi intubasi dan
pemasangan ventilator mekanik adalah:
a. Kesadaran menurun
b. Tanda kelehahan sekalipun dalam terapi obat bronkodilator
c. Hemodinamik tidak stabil
d. Koma atau apneu
e. Hipoksemia refrakter (PaO2<60 mmHg)
f. Hipercapnea refrakter (PaCO2 > 55-77 mmHg) (dr. Nicodemus
Triatmojo and dr. JB Suharjo B Cahyono, SpPD 2015)
6. Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan:
a. Serangan asma tingkat sedang diobat dengan obat berupa beta-2
mimetik, seperti salbutamol (3kali, 2-4 mg/oral). Jika perlu diberikan
inhaler yang setiap semprotnya mengandung 0,1 mg. Obat ini berbeda
dengan betamimetim lainnya, karena tidak memiliki efek samping
terhadap hantung, hanya saja penderita juga dapat mengalami tremor.
Selain itu penderita juga bisa diberikan aminofilin 500-1200 mg, yang
dikonsumsi setiap hari secara oral. Jika hal ini terjadi pada kasus akut,
maka gunakan obat ini kira-kira 250 mg yang dilarutkan dalam 50ml
glukosa 20%, yang kemudian diberikan secara perlahan-lahan melalui
media suntik intravena. Apabila diperlukan, aminufilin diberikan secara
infus intravena.
b. Apabila serangan asma lebih berat, maka diberikan prednisone 40 mg
oral. Pada sebagian besar penderita asma, dosis obat tersebut dapat
diturunkan dengan segera, tetapi beberapa penderita yang lain
membutuhkan prednisone dengan dosis pemeliharaan. Artinya,
dibutuhkan resep dokter untuk mengatur dosis yang digunakan,
disesuaikan kondisi tinggi rendahnya.
c. Untuk asma ekstrinsik, perlu diberikan disodiumcromoglcate di antara
dua serangan. Obat ini akan melindungi sel mast pada saat diserang oleh
allergen dan mencegah pengeluaran histamin dan prostaglandin. Perlu
diketahui bahwa pada saat serangan terjadi, obat ini tidak berguna sama
sekali. Jadi obat ini diberikan sebagai bentuk pencegahan.
d. Beda halnya dengan kondisi status asmatikus. Karena tingkatannya
sangat tinggi, maka dibutuhkan penanganan (pengobatan) serius. Status
asmatikus merupakan keadaab darurat yang harus segera diberi infus
yang berisi aminofilin dosis tinggi disertai pemberian hidrokortison
200mg. apabila terdapat bronkopneumonia, harus diobat terlebih
dahulu. Sebenarnya, pemberian O2 dapat membantu. Namun bila kadar
CO2 dalam darah arteri cukup tinggi dan penderita berpanas semata-
mata karena kekurangan oksigen (anoxix drive), maka pemberian
oksigen justru dapat membahayakan. Sebab, kadar CO2 yang semakin
tinggi dapat menyebabkan narkose. Apabila kita tidak dapat mengukur
PCO2, maka lakukan dengan menanyakan langsung pada penderita
apakah dengan pemberian oksigen meringankan atau tidak. Jika tidak
memberikan efek apa-apa, segera hentikan agar tidak terjadi hal yang
fatal (Sholeh S. Naga 2014).
7. Terapi yang tidak boleh
a. Sedatif
b. Mukolitik (dapat memperberat asma)
c. Fisioterapi dada
d. Hidrasi cairan jumlah banyak
e. Efinefrin/ adrenalin (hanya boleh diberikan pada terapi akut dengan
anafilaksis dan edema angioneurotic) (dr. Nicodemus Triatmojo and
dr. JB Suharjo B Cahyono, SpPD 2015).
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan yang harus segera dilakukan pada pasien
bergantung pada tingkat keparahan gejala. Pasien dan keluarga kerap merasa
takut dan cemas karena sesak napas yang dialami pasien. Oleh sebab itu,
pendekatan yang tenang merupakan aspek yang penting dalam asuhan.
1. Kaji status respirasi pasien dengan memonitor tingkat keparahan gejala,
suara napas, peak flow, oksimetri nadi, dan tanda-tanda vital.
2. Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat sebelum memberikan medikasi
3. Identifikasi medikasi yang tengah digunakan oleh pasien
4. Berikan medikasi sesuai yang diresepkan dan monitor respons pasien
terhadap medikasi tersebut. Medikasi mungkin mencakup antibiotic jika
pasien telah lebih dulu mengalami infeksi pernapasan.
5. Berikan terapi cairan jika pasien mengalami dehidrasi
6. Bantu prosedur intubasi, jika diperlukan.
7. Meningkatkan asuhan di rumah dan komunitas:
Mengajarkan pasien tentang perawatan diri:
a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai asma
(inflamasi kronis), tujuan dan kerja obat, faktor pencetus yang harus
dihindari dan cara menghindarinya, dan Teknik inhalasi yang tepat.
b. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor peak-flow
c. Ajarkan kepada pasien cara melaksanakan rencanq tindakan dan
bagaimana serta kapan mereka perlu mencari pertolongan.
d. Berikan materi edukasi terkini untuk pasien, didasarkan pada diagnosis
pasien, faktor kausatif, tingkat pendidikan, dan latar belakang budaya

Melanjutkan asuhan:

a. Tekankan pentingnya kepatuhan terhadap terapi yang telah


diprogramkan, tindakan preventif, dan perlunya tindak lanjut
b. Tujuk pasien ke home health nurse jika diindikasikan.
c. Anjurkan pasien untuk bergabung dengan komunitas pendukung
d. Ingatkan pasien dan keluarga mengenai pentingnya strategi promosi
kesehatan dan skrining kesehatan yang direkomendasikan.
DAFTAR PUSTAKA

dr. Nicodemus Triatmojo, and dr. JB Suharjo B Cahyono, SpPD, eds. 2015.
Simposium Clinical Updates 2015 Kapita Selekta Penanganan Kegawatan
Medis. Jogjakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Global Initiative for Asthma. 2019. “Global Strategy For Asthma Management and
Prevention.” www.ginasthma.org.
Sholeh S. Naga. 2014. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:
DIVA Press.
Susan C. Smeltzer. 2017. Keperawatan Medikal-Bedah. 12th ed. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai