S DENGAN
SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONCHIAL DI IGD RUMAH SAKIT
SRI PAMELA TEBING TINGGI TAHUN 2022 - 2023
Oleh :
NIM : 2014901084
SEMESTER : I (Satu)
PEMBIMBING :
SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
LAPORAN I PENDAHULUAN 1
Konsep Asma Bronchial ……………………................
1. Pengertian Asma Bronchial 1
c. Etiologi Asma Bronchial 3
d. Klasifikasi Asma Bronchial 4
e. Tanda dan Gejala Asma Bronchial 5
f. Patofisiologi Asma Bronchial 6
g. Pathway 8
h. Komplikasi 9
i. Pemeriksaan Diagnostik 10
j. Penatalaksanaan Asma Bronchial 11
2. Konsep Dasar Keperawatan 12
a. Pengkajian 13
b. Pemeriksaan Fisik 13
c. Diagnosa 13
d. Implementasi 14
e. Evaluasi 14
f. Daftar Pustaka 15
BAB III LAPORAN KASUS 16
1. Pengkajian 16
2. Analisa Data 25
3. Diagnosa 26
4. Rencana Keperawatan 29
5. Pelaksanaan 30
6. Evaluasi 31
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
c. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma,
karena banyak orang mendapat tekanan jiwa menjadi penderita asma
bronkial. Faktor ini berperan pencetus serangan asma terutama pada
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada
wanita dan anak-anak.
e. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitive atau alergi
terhadap obat tertentu seperti salisilat, beta blocker, kodein, dan
sebagainya.
f. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik,
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokomikal, serta bau yang tajam.
g. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkial.
c. Klasifikasi Asma Bronchial
a. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial, hiperensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti dari rumah, bulu binatang, asap dan
bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculanya sangat mendadak,
sehingga gannguan asma bisa datang secara tiba tiba. Jika tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya, risikokematian bisa datang.
Gannguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkaan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.
b. Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma
kardial biasannya terjadi pada malam hari, disertai dengan sesak napas
yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paraxymul dyspnea.
Biasanya terjadi saat penderita sedang tidur.
c. Asma Ekstrinsik
Muncul pada waktu kanak-kanak
d. Asma intrinsik
Ditemukan tanda tanda reaksi hipersensitivitas terhadap alergen.
Reaksi inflasi
Potensial tidak
Penurunan Ventilasi Obstruksi
efektifnya jalan
Supply O2 Penyebaran udara ke nafas
Menurun alveoli
h. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan sputum
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
b. Spiral curshmhmann, yakni merupakan cast sell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
c. Creole yang merupakan figmen dari epitel bronkus.
d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plig.
2. Pemeriksaan Darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponetramia dan kadar leukosit kadang kadang diatas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
3. Permeriksaan radiologi
Pada klien dengan asma bronkial biasanya normal, tetapi prosedur
ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pncumomcdinstinum, atclckansis dan lain-lain.
6. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan napas yang reversible,
cara yang paling cepat dan sedrhana diagnosis asma adalah dengan
melihat respon pengobatan dengan bronkadilator. Pemeriksaan ini
dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler
atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma.
2. Terapi farmakologi
Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan
pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah
kekambuhan. Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma terbagi dalam
tigas golongan yaitu:
a. Obat pengontrol
Digunakan secara rutin untuk terapi pemeliharan/ pencegahan
kekambuhan. Golongan obat ini dapat mengurangi inflamasi saluran
nafas, mengontrol gejala mengurangi risiko kekambuhan dan
penurunan fungsi paru. Beberapa obat yang digunakan untuk terapi
pemelihraan antara lain inhalasi steroid, β2 agonis aksi panjang,
sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modofier leukotrien,
dan golongan metil ksantin.
b. Obat pelega (reliever)
Digunakan bila perlu untuk meredakan gejala pada saat
eksasebasi/kekambuhan asma, termasuk pada saat terjadi pemburukan
gejala asma. Golongan obat ini direkomendasikan juga untuk mencegah
bronkokonstriksi akibat olahraga. Pengurangan kebutuhan penggunaan
obat pelega merupakan tujuan penatalaksanaan asma dan menjadi
ukuran keberhasilan teapi asma, karena berarti pasien semakin jarang
kambuh. Obat yang sering digunakan untuk terapi pelega adalah suatu
bronkodilator (β2 agonis aksi cepat, antikolinergik, metilksantin), dan
kortikosteroid oral (sistemik).
c. Obat tambahan (add-on therapies)
Untuk pasien dengan asma berat, digunakan jika pasien mengalami gejala
yang menetap (persisten) dan/atau mengalami eksaserbasi walaupun sudah
mendpatkan terapi pengontrol yang optimal dengan dengan dosis tinggi. Jiga
digunakan untuk mengatasi fakto-faktor risiko yang biasa dimodifikas,
termasuk obat golongan ini adalah antagonis leukotrien omalizumab (anti
IgE).
3. Pencegahan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), upaya yang dilakukan untuk
mencegah kekambuhan pada penderita asma bersama keluarga, yaitu:
a. Kenali alergen yang dapat memicu timbulnya gejala asma.
b. Hindari faktor pemicu seperti debu, bulu binatang dan sebagainya.
c. Fokuskan perawatan diri dirumah.
d. Pelajari cara-cara penggunaan obat-obata asma (inhalasi).
e. Pelajari cara penggunan pertama pada asma dan cara menggunakan
obat asma secara teratur.
f. Pelajari tanda-tanda bahaya yang akan muncul.
g. Keluarga harus memahami tentang pengobatan, nama obat, efek
samping, dan waktu pemberin.
h. Lakukan istirahat yang cukup dan melakukan latihan seperti latihan
napas.
i. Pelajari cara mengontol cemas, takut, dan stress.
j. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul setelah diobati
dengan kartikosteroid oral dan inhalasi.
b. Pemeriksaan fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,meliputi
pemeriksaan
Status kesehatan umum perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi,frekuensi pernapasan
yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk
denganlendir dan posisi istirahat klien.
Integumen Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,
turgor kulit, kelembapan, mengelupasatau bersisik, perdarahan, pruritus,
ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis padarambut di
kaji warna rambut, kelembabandan kusam.
Thorak
a) Inspeksi dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesimetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior , retraksi otot otot interkostalis, sifatdan
irama pernafasanserta frekuensi pernafasan
b) Palpasi pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan tektil
premitus
c) Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah
d) Auskultasi terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3xinspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
wheezing.
Sistem pernafasan
a) Batuk mula mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula mula encer dan kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder
b) Frekuensi pernafasanmeningkat
c) Otot-otot bantu nafas menjadi hipertofi
d) Bunyi pernafasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronkhi kering dan weezhing
e) Ekspirasi lebih dari pada 4 detik atau 3x lebih panjang dari pada inspirasi
atau mungkin lebih
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan hiperinflasi paru.
c. Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan
pasien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data hasil pengkajian (Asmadi, 2013).
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) Diagnosis keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien asma adalah:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam
alveoli dan bronkospasme.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan dan deformitas dinding dada.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbondioksida
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan laju metabolik dispnea saat makan, kelemahan otot mengunyah.
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang akan dilakukan berupa tindakan mandiri
maupun kolaborasi perawat dengan tim petugas kesehatan lainnya. Selain itu,
implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkain kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil
yang optimal (Asmadi, 2008 dalam regita cahyani 2018).
e. Evaluasi keperawatan
Asmadi (2008) pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi
respon pasien terhadap perawatan yang di berikan untuk memastikan bahwa
hasil yang di harapkan telah tercapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan eperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungan
nya dengan hasil yang di harapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi keperawatan atau hasil pasien yang mungkin di perlukan.
Evaluasi dapat terbagi menjadi dua yakni evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dapat dilakukan dengan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan, yang meliputi:
1. S (subjek) : Pernyataan atau keluhan pasien
2. O (0bjek ) : Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga
3. A (Analisis) : Kesimpilan dari data subjektif dan objektif
4. P (Planing) : Rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan analisis
Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan, berguna untuk
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin & Zafrullah. (2008). Perbandingan Kadar Potasium Darah Penderita
Cedera Kepala Sedang dan Cedera Kepala Berat di Ruang Emergensi Bedah
diRS. dr. Hasan Sadikin Bandung. http:// pustaka.unpad.ac.id/archives/26259/.
Asmadi (2008), (Asmadi, 2008 dalam regita cahyani 2018). Menurut Nurarif dan
Kusuma (2015). Menurut Wijayaningsih (2013). (Arif Muttaqin, 2008). (Ikawti,
2016). GINA (2015), Wijayaningsih (2013). Wijaya dan Yessie (2013), (Brunner
& Suddarth, 2002). (Brunner dan Suddarth, 2013). (RISKESDAS, 2013).
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 4 Mei 2021
Alasan Masuk : Sesak nafas
Diagnosa Medis : Asma Bronchial
Initial Survey
Alert (A) :√
Verbal (V) :
Pain (P) :
Unrespon (U) :
Warna Triase :
P1 P2 P3 P4 P5
BREATHING
1. Fungsi pernafasan
Jenis pernafasan : Spontan
Frekuensi pernafasan : 30 x/menit
Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada
Kelainan dinding thoraks : Tidak ada
Bunyi nafas : Ronchi kering
Hembusan nafas : Ada
SpO2 : 93%
2. Diagnosa Keperawatan :
-
3. Intervensi/Implementasi :
-
4. Evaluasi :
-
CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Perdarahan : Tidak ada
Kapilari Refill : < 2 detik
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi radial : 100 x/menit
Akral perifer : Hangat
2. Diagnosa Keperawatan :
-
3. Intervensi/Implementasi :
-
4. Evaluasi :
-
DISABILITY
1. Pemeriksaan Neurologis
GCS : 15 (E4, V5, M6)
Reflek fisiologis : +/+
Reflek patologis : -/-
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
2. Diagnosa Keperawatan :
-
3. Intervensi/Implementasi :
-
4. Evaluasi :
-
6. Terapi Dokter
- Salbutamol sirup C 1/ oral tiap 8 jam
- IVFD NaCl 0,9% 500 ml 20 tetes per menit
- Levofloxacin 750 mg/ intra vena tiap 8 jam
- Cefoperazone 1 gram/ intra vena tiap 12 jam
B. ANALISA DATA
DATA FOKUS ANALISIS MASALAH
Data subjektif : Infeksi saluran pernapasan Bersihan jalan napas tidak
- Pasien mengatakan sesak (pneumonia) efektif
sejak 3 hari yang lalu dan
memberat saat 1 jam Ketidakmampuan
SMRS. membersihkan secret
- Pasien mengatakan
mengalami batuk Benda asing dalam jalan
berdahak sejak 1 minggu napas (sputum)
yang lalu dan tidak
mampu mengeluarkan Ditandai dengan pasien
dahak mengeluh sesak (dispnea),
- Pasien mengatakan sesak tidak mampu batuk secara
bertamabah saat berbaring efektif, tidak mampu batuk,
Data Objektif tampak sputum berlebih pada
- Pasien tampak sesak jalan napas pasien, terdengar
- Pasien tampak tidak suara napas tambahan yaitu
mampu batuk secara ronchi kering, pasien tampak
efektif gelisah, tampak perubahan
- Tampak adanya pada pola napas dan frekuensi
akumulasi sputum napas pasien
berlebih di jalan napas
- Terdengar suara napas Bersihan jalan napas tidak
tambahan yaitu ronchi efektif
kering
- Pasien tampak gelisah
- Frekuensi napas pasien
30 x/menit, irama teratur,
kedalaman dangkal