Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn.

S DENGAN
SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONCHIAL DI IGD RUMAH SAKIT
SRI PAMELA TEBING TINGGI TAHUN 2022 - 2023

Oleh :

NAMA : AYU PURNAMA SARI

NIM : 2014901084

SEMESTER : I (Satu)

PEMBIMBING :

LAPORAN PRAKTEK PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
MAHASISWA/I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
2022/2023
DAFTAR ISI

SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
LAPORAN I PENDAHULUAN 1
Konsep Asma Bronchial ……………………................
1. Pengertian Asma Bronchial 1
c. Etiologi Asma Bronchial 3
d. Klasifikasi Asma Bronchial 4
e. Tanda dan Gejala Asma Bronchial 5
f. Patofisiologi Asma Bronchial 6
g. Pathway 8
h. Komplikasi 9
i. Pemeriksaan Diagnostik 10
j. Penatalaksanaan Asma Bronchial 11
2. Konsep Dasar Keperawatan 12
a. Pengkajian 13
b. Pemeriksaan Fisik 13
c. Diagnosa 13
d. Implementasi 14
e. Evaluasi 14
f. Daftar Pustaka 15
BAB III LAPORAN KASUS 16
1. Pengkajian 16
2. Analisa Data 25
3. Diagnosa 26
4. Rencana Keperawatan 29
5. Pelaksanaan 30
6. Evaluasi 31
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Asma Bronchial


a. Pengertian Asma Bronchial
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar
penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma
adalah ganngun pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam hari
atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala tersebut memburuk pada
malam hari, adanya alergen ( seperti debu, asap, dan rokok) atau saat sedang
menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan atau tamba pengobatan.
Didefenisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala sesak napas yang
terjadi pada salah satu atau lebih. Kondisi: terpapar udara dingin dan/atau
kelelahan dan/atau asap rokok dan/atau stees dan/atau flu atau infeksi dan/atau
kelelahan dan/atau alergi obat, dan/atau alergi makanan dengan disertai salah
satu atau lebih. Gejala: mengi dan/sesak nafas berkurang atau menghilang tanpa
pengobatan dan/atau dan/atau sesak napas lebih bert dirasakan pada malam hari
atau menjelang pagi dan jika pertama kali merasakan sesak napas saat berumur
<40 tahun (usia serangan terbanyak) (RISKESDAS, 2013).
Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas yang
dikarakteristikan dengan hiperresponsivitas, edema, mukosa, dan produksi
mukus. Inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode gejala asma
yang berulang: batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Asma suatu penyakit
kronik yang paling sering munculpada masa kanak-kanak dapat dialami oleh
berbagai kelompok usia. Faktor risiko asma mencangkupi riwayat keluarga,
alergi (faktor paling kuat), dan terpapar zat iritan atau alergen dalam waktu yang
lama( misalnya rumput, serbuk sari, jamur, debu, atau binatang). Pencetus yang
paling sering dimunculkan oleh gejala asma dan eksaserbi adalah iritan jalan
napas (misalnya polusi, suhu dingin, bau menyengat, panas, asap, dan parfum),
latihan fisik, stress atau perasaan (Brunner dan Suddarth, 2013).

b. Etiologi Asma Bronchial


1. Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non
infeksi
a. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit,dan bakteri sedangkan
b. faktor non infeksi seperti faktor alergi, perubahan cuaca, kegiatan
jasmani dan psikis

2. Faktor pencetus serangan asma bronkial, adalah:


a. Allergen
Allergen adalah zat-zat tertentu yang bila dihisab atau dimakan
dapat menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, tungau debu
rumah (Dermatophogoides pteronissymis), spora jamur, bulu kucing,
bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.

b. Infeksi saluran nafas


Infeksi saluran nafas terutama disebabkn oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang palin sering
menimbulkan asma bronkial. Diprkirakan, dua pertiga penderita asma
dewasa, serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran napas.

c. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma,
karena banyak orang mendapat tekanan jiwa menjadi penderita asma
bronkial. Faktor ini berperan pencetus serangan asma terutama pada
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada
wanita dan anak-anak.

d. Olahraga/ kegiatan jasmani yang berat


Sebagian penderita asma bronkial akan mendapatkan serangan
asma apabila melakukan olahraga atau aktifitas fisik yang berlebihan.
Lari cepat dan bersepeda adlah dua jenis kegiatan paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani
terjadi setelah olahraga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang
serangan timbul beberapa jam serelah olahraga.

e. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitive atau alergi
terhadap obat tertentu seperti salisilat, beta blocker, kodein, dan
sebagainya.

f. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik,
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokomikal, serta bau yang tajam.

g. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkial.
c. Klasifikasi Asma Bronchial
a. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial, hiperensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti dari rumah, bulu binatang, asap dan
bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculanya sangat mendadak,
sehingga gannguan asma bisa datang secara tiba tiba. Jika tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya, risikokematian bisa datang.
Gannguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkaan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.

b. Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma
kardial biasannya terjadi pada malam hari, disertai dengan sesak napas
yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paraxymul dyspnea.
Biasanya terjadi saat penderita sedang tidur.

c. Asma Ekstrinsik
Muncul pada waktu kanak-kanak

d. Asma intrinsik
Ditemukan tanda tanda reaksi hipersensitivitas terhadap alergen.

d. Tanda dan Gejala Asma


Asma ditandai dengan gejala-gejala yang mengganggu saluran napas, yaitu:
1. Mengi. Suara mengi atau ngik ngik yang terdengar tanpa atau menggunakan
stetoskop merupakan salah satu gejala asma yang paling dominan. Suara
mengi ini terjadi karena adanya penyempitan saluran napas.
2. Batuk. Batuk merupakan gejala yang umum pada penyakit saluran napas,
termasuk asma.
3. Sesak napas. Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan
penderitanya merasakan sesak napas
4. Sensasi terikat atau nyeri dada. Penyempitan saluran napas tersebut dapat
menyebabkan sensasi yang tidak enak seperti dada yang diikat oleh tali yang
erat.
Faktor pencetus adalah faktor yang dapat memicu timbulnva asma. Tiap individu
mempunvai faktor pencetus yang tidak selalu sama atau berbeda. Adapun factor-
faktor pencetus asma antara lain:
 Bulu binatang.
 Asap rokok
 Debu pada bantal dan kasur
 Bau-bauan yang menusuk
 Obat semprot pembunuh serangga
 Tepung sari dan bunga/tumbuhan
 Perubahan cuaca
 Recapaian, kelelahan
 Psikologis/ stress
 Sakit flu
 Makanan/minuman tertentu.: ikan laut, udans. kedelai. telur, susu.
minuman bersoda.
 Obat-obatan tertentu: aspirin, antibiotik, steroid

e. Patofisiologi Asma Bronchial


Asma merupakan obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi
bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkaan membran
yang melapisi bronkhi, atau penghisab bronkhi dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronkhian dan kelenjar mukosa membesar, sputum
yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hipeinflansi, dengan
udara terperngkap di dalam jaringan paru.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru, pemanjaan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksi dari substansi yang bereaksi lambat.
Pelepasa mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan
kelejar jalan nafas, menyebabkan bronkuspasme, pembengkaan membran
mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Hal ini
menyebabkan jalan nafas menjadi bengkak/edema, kemudian
meningkatkan kontruksi otot polos. Obstruksi jalan nafas merupakan
kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk
efektif. Dapat desebabkan oleh sekresi kelenjar otot bronkus meningkatdan
kental. Hipersekresi saluran pernafasan yang menghasilkan lendir
sehingga partike partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah
menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini akan mengakibatkan
sumbatan sehingga ada udara yang menjebak disalurkan perdafasan.,
karena itu individu akan berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara
tersebut. Sehingga terjadi sesak nafas, kemudian muncul bunyi abnormal,
yang merupakan tanda dari ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Karena adanya edema pada jalan dapas, maka kontraksi oksigen
dalam darah menurun, terjadilah hipoksemia ang menyebabkan gannguan
pertukaran gas. Hal tersebut mengakibatkan suplai darah dan oksigen ke
jantung berkurang sehingga terjadi penurunan cardiac. Jika suplai darah
dan oksigen keseluruh tubuh menurun maka tubuh akan menjadi lemah
dan merasa kelelahan. Saat individu berusaha keras mengeluarkan udara
karena tersumbat, tekanan partial di alveoli menurun kemudian
menyebabkan hiperkapnea, suplai oksigen ke jaringan menurun dan terjadi
penyempitan jalan napas. Karena jalan napas menyempit, kemudian kerja
otot pernafasan meningkat maka menyebabkan ketidakefektifan jalan
nafas (Nurarif dan Kusuma, 2015).
f. Pathway
Infeksi Merokok Polusi Alergen Genetik

Masuk saluran pernapasan

Iritasi mukosa saluran pernapasan

Reaksi inflasi

Hipertropi dan hyperplasia


Mukosa bronkus

Metaplasia sel globet Produksi Sputum


meningkat
Jalan tidak efektif penyempitan saluran
pernafasan Batuk

Potensial tidak
Penurunan Ventilasi Obstruksi
efektifnya jalan
Supply O2 Penyebaran udara ke nafas
Menurun alveoli

Kelemahan Vasokonstriksi pembuluh Gangguan


darah paru- paru Pertukaran Gas

Intoleran Supply oksigen berkurang


aktivitas
Sesak Nafas

Kebutuhan tidur tidak efektif


Gangguan Istirahat Tidur

(Brunner & Suddarth, 2002)

g. Komplikasi Asma Bronchial


Menurut Wijaya dan Yessie (2013), berbagai komplikasi yang mungkin
timbul adalah:
1. Pneumothorak
2. Emfisema
3. Atelektasis
4. Aspirasi
5. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung
6. Sumbatan saluran jalan napas yang meluas/gagal napas
7. Asidosis respiratorik

h. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan sputum
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
b. Spiral curshmhmann, yakni merupakan cast sell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
c. Creole yang merupakan figmen dari epitel bronkus.
d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plig.

2. Pemeriksaan Darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponetramia dan kadar leukosit kadang kadang diatas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

3. Permeriksaan radiologi
Pada klien dengan asma bronkial biasanya normal, tetapi prosedur
ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pncumomcdinstinum, atclckansis dan lain-lain.

4. Pemeriksaan tes kulit


Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisemi paru yaitu:
a. Perubahan aksis jantung yaitu pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clockwise ratation.
b. Terdapat tanda-tanda hipertropi otot janjtung, yaitu terdapatnya Right
Bundle Block (RBB).
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES
d. Dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.

6. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan napas yang reversible,
cara yang paling cepat dan sedrhana diagnosis asma adalah dengan
melihat respon pengobatan dengan bronkadilator. Pemeriksaan ini
dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler
atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma.

7. Uji provokasi brokus


Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar
20% atau lebih setelah ter provoksi dan denyut jantung 80-90% dari
maksimum dianggap bermakna bila penurunan PEFR 10% atau lebih.

i. Penatalaksanaan Asma Bronchial


Menurut GINA (2015), tujuan jangka panjang dari terapi asma bronkial
adalah tercapainyakontrol gejala yang baik dan meminimalkan risiko
kekambuhandimasa depan, keterbatasan aliran udara dan efek samping
pengobatan. Setiap pasien perlu menetukan sendiri tujuan terapinya masing-
masing terkait dengan kondisi asma dan macam pengobatannya.
Penatalaksanaan asma bronkial yang efektif membutuhkan kerja sama
yang baik antara pasien (atau orang tua/pengasuhnya) dengan tenaga
kesehatan yang memberikan perawatan(dokter, apoteker, perawat).
Mengajarkan kemampuan komunikasi kepada tenaga kesehatan dapat
meningkatkan kepuasan pasien, outcome yang lebih baik, dan mengurangi
penggunaan obat yang tidak diperlukan. Pasien perlu di edukasi mengenai
dasar-dasar pengetahuan tentang asma dan pengolahanya.
Penatalaksaaan asma bronkial adalah berbasis pada pengontrolan asma
dimana terapi dapat disesaikan dalam suatu siklus yang berkesinambungan
antara terapi dan respon pasien terhadap pengobatannya. Terapi, disesuaikan
juga berdasarkan tingkat kontrol/keparahan. Selain itu, untuk pasien secara
individual, keputusan terapi harus didasarkan pada klarifikasi atau penotif
asma pasien yang dapat memprediksi kemungkinan respon pasien terhadap
pengobatan (Ikawti, 2016).
Klarifikasi menurut Ikawati (2016), adalah sebagai berikut:
1. terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi meliputi 2 komponen utama, yaitu edukasi
pada pasien atau yang merawat mengenai bebagai hal tentang asma, dan
kontol terhadap faktor-faktor pemicu serangan. Berbagai pemicu serangan
antara lain adalah debu, polusi, merokok, olah raga, perubahan temperatur
secara ekstrim, dll., termasuk penyakit-penyakit yang seringmempengaruhi
kejadin asma, seperti, rinitis, sinusitis, gastro esophagal refluks disease
(GERD), dan inveksi virus.
Untuk memastikan macam alergen pemicu serangan pasien, maka
direkomendasikan untuk mengetahui riwayat kesehatan pasienserta uji
kulit (skin test). Jika penyebab serangan sudah diidentifikasi, pasien
perludiedukasi mengenai berbagai cara mencegah dan mengatasi diri dalam
serangan asma. Edukasi kepada pasien juga meliputi pengetahuam tentang
potogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu asmanya dan mengenal
tanda-tanda awal keparahan gejala, cara penggunaan obat yang tepat
terutama teknik inhalasi yang benar, dan bagaimana memonitor fungsi
paru-parunya, selain itu, juga dapat dilakukan fisioterapi napas (senam
asma), vibrasi atau perkusi toraks, dan batuk yang efesien.

2. Terapi farmakologi
Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan
pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah
kekambuhan. Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma terbagi dalam
tigas golongan yaitu:
a. Obat pengontrol
Digunakan secara rutin untuk terapi pemeliharan/ pencegahan
kekambuhan. Golongan obat ini dapat mengurangi inflamasi saluran
nafas, mengontrol gejala mengurangi risiko kekambuhan dan
penurunan fungsi paru. Beberapa obat yang digunakan untuk terapi
pemelihraan antara lain inhalasi steroid, β2 agonis aksi panjang,
sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modofier leukotrien,
dan golongan metil ksantin.
b. Obat pelega (reliever)
Digunakan bila perlu untuk meredakan gejala pada saat
eksasebasi/kekambuhan asma, termasuk pada saat terjadi pemburukan
gejala asma. Golongan obat ini direkomendasikan juga untuk mencegah
bronkokonstriksi akibat olahraga. Pengurangan kebutuhan penggunaan
obat pelega merupakan tujuan penatalaksanaan asma dan menjadi
ukuran keberhasilan teapi asma, karena berarti pasien semakin jarang
kambuh. Obat yang sering digunakan untuk terapi pelega adalah suatu
bronkodilator (β2 agonis aksi cepat, antikolinergik, metilksantin), dan
kortikosteroid oral (sistemik).
c. Obat tambahan (add-on therapies)
Untuk pasien dengan asma berat, digunakan jika pasien mengalami gejala
yang menetap (persisten) dan/atau mengalami eksaserbasi walaupun sudah
mendpatkan terapi pengontrol yang optimal dengan dengan dosis tinggi. Jiga
digunakan untuk mengatasi fakto-faktor risiko yang biasa dimodifikas,
termasuk obat golongan ini adalah antagonis leukotrien omalizumab (anti
IgE).
3. Pencegahan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), upaya yang dilakukan untuk
mencegah kekambuhan pada penderita asma bersama keluarga, yaitu:
a. Kenali alergen yang dapat memicu timbulnya gejala asma.
b. Hindari faktor pemicu seperti debu, bulu binatang dan sebagainya.
c. Fokuskan perawatan diri dirumah.
d. Pelajari cara-cara penggunaan obat-obata asma (inhalasi).
e. Pelajari cara penggunan pertama pada asma dan cara menggunakan
obat asma secara teratur.
f. Pelajari tanda-tanda bahaya yang akan muncul.
g. Keluarga harus memahami tentang pengobatan, nama obat, efek
samping, dan waktu pemberin.
h. Lakukan istirahat yang cukup dan melakukan latihan seperti latihan
napas.
i. Pelajari cara mengontol cemas, takut, dan stress.
j. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul setelah diobati
dengan kartikosteroid oral dan inhalasi.

2. Konsep dasar keperawatan


a. Pengkajian
Dalam meberika asuhan keperawatan pada pasien yang
membtuhka perawatan tidak lepas dari pendekatan dengan proses
keperawatan. Proses keperawatan yaitu suatu proses pemecahan yang dinamis
dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien sampai ke taraf optimun
melalui suatupendekatan yang istematis untuk mengenal, membantu
memenuhi kebutuhan sehari-hati dengan melalui langkah-langkah yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperwatan yang
berkesinambungan (Wijaya dan Yessie, 2013).
Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap penting dari proses
pemberian asuhan keperawatan yang sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh
karena itu, pengkajian yang akurat, lengkap sesuai kenyataan, dan
kebenaran data sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai respons individu (Arif Muttaqin,
2008).
Menurut Wijayaningsih (2013) yang harus dilakukan pada saat
pengkajian pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Awitan distress pernafasan tiba-tiba
2. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar.
3. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan
4. Diaforesis
5. Sianosis : Area sirkumoral, dasar kuku.
6. Distensi vera leher
7. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit.
8. Perubahan tingkat kesadaran.
9. Hipokria.
10. Hipotensi.
11. Pulpus paradokus >10 mm.
12. Dehidrasi.
13. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati.

b. Pemeriksaan fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,meliputi
pemeriksaan
 Status kesehatan umum perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi,frekuensi pernapasan
yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk
denganlendir dan posisi istirahat klien.
 Integumen Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,
turgor kulit, kelembapan, mengelupasatau bersisik, perdarahan, pruritus,
ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis padarambut di
kaji warna rambut, kelembabandan kusam.
 Thorak
a) Inspeksi dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesimetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior , retraksi otot otot interkostalis, sifatdan
irama pernafasanserta frekuensi pernafasan
b) Palpasi pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan tektil
premitus
c) Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah
d) Auskultasi terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3xinspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
wheezing.
 Sistem pernafasan
a) Batuk mula mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula mula encer dan kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder
b) Frekuensi pernafasanmeningkat
c) Otot-otot bantu nafas menjadi hipertofi
d) Bunyi pernafasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronkhi kering dan weezhing
e) Ekspirasi lebih dari pada 4 detik atau 3x lebih panjang dari pada inspirasi
atau mungkin lebih
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan hiperinflasi paru.

c. Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan
pasien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data hasil pengkajian (Asmadi, 2013).
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) Diagnosis keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien asma adalah:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam
alveoli dan bronkospasme.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan dan deformitas dinding dada.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbondioksida
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan laju metabolik dispnea saat makan, kelemahan otot mengunyah.

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang akan dilakukan berupa tindakan mandiri
maupun kolaborasi perawat dengan tim petugas kesehatan lainnya. Selain itu,
implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkain kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil
yang optimal (Asmadi, 2008 dalam regita cahyani 2018).
e. Evaluasi keperawatan
Asmadi (2008) pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi
respon pasien terhadap perawatan yang di berikan untuk memastikan bahwa
hasil yang di harapkan telah tercapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan eperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungan
nya dengan hasil yang di harapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi keperawatan atau hasil pasien yang mungkin di perlukan.
Evaluasi dapat terbagi menjadi dua yakni evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dapat dilakukan dengan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan, yang meliputi:
1. S (subjek) : Pernyataan atau keluhan pasien
2. O (0bjek ) : Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga
3. A (Analisis) : Kesimpilan dari data subjektif dan objektif
4. P (Planing) : Rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan analisis
Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan, berguna untuk
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin & Zafrullah. (2008). Perbandingan Kadar Potasium Darah Penderita
Cedera Kepala Sedang dan Cedera Kepala Berat di Ruang Emergensi Bedah
diRS. dr. Hasan Sadikin Bandung. http:// pustaka.unpad.ac.id/archives/26259/.
Asmadi (2008), (Asmadi, 2008 dalam regita cahyani 2018). Menurut Nurarif dan
Kusuma (2015). Menurut Wijayaningsih (2013). (Arif Muttaqin, 2008). (Ikawti,
2016). GINA (2015), Wijayaningsih (2013). Wijaya dan Yessie (2013), (Brunner
& Suddarth, 2002). (Brunner dan Suddarth, 2013). (RISKESDAS, 2013).

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Nama : Ayu Purnama Sari


Nim : 2014901084

A. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 4 Mei 2021
Alasan Masuk : Sesak nafas
Diagnosa Medis : Asma Bronchial

Initial Survey
Alert (A) :√
Verbal (V) :
Pain (P) :
Unrespon (U) :
Warna Triase :
P1 P2 P3 P4 P5

SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI


AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL
1. Keadaan Jalan Nafas
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Pernafasan : Spontan
Upaya bernafas : Ada
Benda asing di jalan nafas : Sputum (dahak)
Bunyi nafas : Ronchi kering
Hembusan nafas : Ada
2. Diagnosa Keperawatan a. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan benda asing
dalam jalan napas (sputum) ditandai dengan pasien mengeluh sesak, sesak bertambah
saat tidur terlentang, pasien mengatakan tidak mampu mengeluarkan dahak saat
batuk, tampak adanya sputum berlebih di jalan napas, terdengar suara napas
tambahan ronchi kering, pasien tampak sesak, pasien tampak gelisah, tampak
frekuensi dan pola napas berubah (frekuensi 30 x/menit, irama teratur, kedalaman
dangkal)
3. Intervensi/Implementasi
a. Atur posisi semifowler atau fowler.
b. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.
c. Monitor pola napas
d. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
e. Berikan minum hangat
f. Berikan oksigen, jika perlu
g. Ajarkan teknik batuk efektif
h. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
i. Auskultasi bunyi napas
j. Monitor saturasi oksigen
k. Monitor nilai AGD
l. Monitor hasil x-ray thorax
m. Latihan pursed lips breathing
4. Evaluasi
S : Pasien mengatakan sesaknya masih dirasakan, pasien mengatakan dahknya sulit
keluar.
O : Pasien tampak masih sesak, pasien tampak tidak mampu batuk secara efektif,
pasien tampak gelisah, RR : 30x/menit, Saturasi oksigen 96%, napas pasien cepat
dan dangkal, terdapat bunyi napas tambahan yaitu ronchi kering, terpasang
simple mask 8 lpm.
A : Bersihan jalan napas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor pola napas
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Berikan minum hangat
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thoraks
- Ajarkan Latihan pursed lips breathing

BREATHING
1. Fungsi pernafasan
Jenis pernafasan : Spontan
Frekuensi pernafasan : 30 x/menit
Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada
Kelainan dinding thoraks : Tidak ada
Bunyi nafas : Ronchi kering
Hembusan nafas : Ada
SpO2 : 93%

2. Diagnosa Keperawatan :
-
3. Intervensi/Implementasi :
-
4. Evaluasi :
-
CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Perdarahan : Tidak ada
Kapilari Refill : < 2 detik
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi radial : 100 x/menit
Akral perifer : Hangat
2. Diagnosa Keperawatan :
-
3. Intervensi/Implementasi :
-
4. Evaluasi :
-

DISABILITY
1. Pemeriksaan Neurologis
GCS : 15 (E4, V5, M6)
Reflek fisiologis : +/+
Reflek patologis : -/-
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
2. Diagnosa Keperawatan :
-
3. Intervensi/Implementasi :
-
4. Evaluasi :
-

PENGKAJIAN SEKUNDER / SURVEY SEKUNDER


(dibuat bila pasien lebih dari 2 jam diobservasi di IGD)
1. Riwayat Kesehatan
a. RKD
Keluarga pasien mengatakan pasien sempat masuk rumah sakit kurang lebih 3 bulan
yang lalu dan dirawat selama 5 hari karena sesak napas. Keluarga mengatakan saat
dirawat sebelumnya pasien didiagnosa asma bronchial oleh dokter.
b. RKS
Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengeluh batuk namun sulit mengeluarkan dahak,
3 hari yang lalu pasien mengeluh sesak namun masih bisa diatasi, kurang lebih 1 jam
yang lalu pasien mengeluh sesak dan sulit bernapas dan tidak bisa tidur terlentang,
maka dari itu keluarga membawa Ny.S ke IGD RSUP Sanglah Denpasar untuk
mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan thorax AP dan pemeriksaan laboratorium pasien ditetapkan
dengan diagnose medis pneumonia berat. Selama dirawat di IGD pasien mendapatkan
terapi medis berupa terapi oksigen dengan simple mask 8 lpm, terapi mukolitik
dengan salbutamol sirup C 1/ oral tiap 8 jam, dan terapi lainnya berupa IVFD NaCl
0,9% 500 ml 20 tetes per menit, Levofloxacin 750 mg/ intra vena tiap 8 jam,
Cefoperazone 1 gram/ intra vena tiap 12 jam.
c.RKK
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit yang dialami Ny.S, dan tidak ada Riwayat penyakit keturunan maupun
penyakit menular.

2. Riwayat dan Mekanisme Trauma


-
3. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a. Kepala
Kulit Kepala : Kulit kepala tampak bersih, dengan warna rambut hitam. Tidak
terdapat lesi dan tidak teraba massa.
Mata : Kelopak mata simetris, konjungtiva tampak tidak ikterik, skelra tidak anemis,
pupil kiri dan kanan positif
Telinga : Pada pemeriksaan telinga didapatkan hasil bentuk simetris, bersih tidak
terdapat cairan yang keluar melalui telinga
Hidung : Hidung tampak bersih, tidak terdapat secret Mulut dan gigi : Mukosa
kering dan gigi lengkap.
Wajah : Bentuk simetris, tidak ada lesi.
Leher : Bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
b. Dada/thoraks paru-paru
Inspeksi : terlihat pergerakan dada simetris, tidak terdapat retraksi dada
Palpasi : palpasi tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi paru redup
Auskultasi : terdengar ronchi kering Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung Lup-Dup (Bunyi Jantung 1/S1- bunyi jantung 2/S2)
c. Abdomen
Inspeksi : terlihat perut simetris
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran organ
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : bisisng usus normal 10x/menit.
d. Pelvis
Tidak terkaji
e. Perineum dan rectum
Tidak terkaji
f. Genetalia
Tidak terkaji
g. Ekstremitas
Status sirkulasi : CRT < 2 detik, akral teraba hangat
Keadaan injury : Tidak ada
h. Neurologis
Fungsi sensorik : Tidak mengalami penurunan kesadaran GCS 15
Fungsi motorik : Tidak mengalami kelemahan pada tubuh

4.Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hasil Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Darah Lengkap WBC 22.20 10ᶺ3/µL 4.1-11.0 Tinggi
NE% 96.90 % 4.1-11.0 Tinggi
LY% 1.60 % 13-40 Rendah
MO% 1.00 % 2.0-11.0 Rendah
EO% 0.00 % 0.0-5.0 Tinggi
BA% 0.50 % 0.0-0.2
NE# 21.50 10ᶺ6/µL 2.50- 7.50 Tinggi
LY# 0.35 10ᶺ6/µL 1.00- 4.00 Rendah
MO# 0.23 10ᶺ6/µL 0.10- 1.20
EO# 0.01 10ᶺ6/µL 0.0-0.50
BA# 0.03 10ᶺ6/µL 0.0-0.1
RBC 2.93 10ᶺ6/µL 4.0-5.2 Rendah
HGB 11.30 g/dL 12.0- 16.0 Rendah
HCT 39.80 % 36.0- 46.0 Rendah
MCV 98.50 fL 80.0- 100.0
MCH 28.00 pg 26.0- 34.0
MCHC 28.40 g/dL 31-36 Rendah
RDW 15.90 % 11.6-14- 8 Tinggi
PLT 205.0 10ᶺ3/µL 140-440 Rendah
MPV 11.60 fL 6.80- 10.0 Tinggi
NLR 60.56 <=3.13 Tinggi
PPT 13.3 detik 10.8- 14.4
INR 1.18 0.9-1.1
APTT 39.5 detik 24-36 Tinggi
SGOT AST/SGOT 15.1 U/L 5-34
SGPT AST/SGPT 6.80 U/L 11.0- 34.0 Rendah
Albumin Albumin 2.35 g/dL 3.40- 4.80 Rendah
BS Acak Gula darah 109 mg/dL 70-140
sewaktu
Creatinin Kreatinin 4.00 mg/dL 0.57- 1.11 Tinggi
e-LFG 10.30 >= 90 Rendah
Analisa Gas pH 7.50 7.35- 7.45 Tinggi
Darah (AGD) +
Elektrolit
pCO2 43.0 mmHg 35.00- 45.00
pO2 120.00 mmHg 80.00- 100.00 Tinggi
BEecf -6.0 mmol/L -2-2
HCO3- 32.30 mmol/L 22.00- 26.00 Tinggi
SO2c 99.0 % 95%- 100%
TCO2 22.10 mmol/L 24.00- 30.00 Rendah
Natrium (Na) 158 mmol/L 136-145 Tinggi
Kalium 4.20 mmol/L 3.50- 5.10

5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Hasil pemeriksaan thorax AP tanggal 10 maret 2023
- Cor : ukuran normal, tampak klasifikasi aortic knob
- Pulmo : perselubungan parahilar dan paracardial kanan kiri, saat ini tampak disertai
dengan gambaran cavitas kecil-kecil
- Sinus phrenicocostalis kanan dan kiri tampak tajam
- Hemidiafragma kanan dan kiri normal
- Soft tissue dan tulang-tulang tidak tampak kelainan
Kesan :
Dibandingkan dengan foro sebelumnya tanggal 23 februari 2023
- Pneumonia kesan perselubungan bertambah, dd/TB paru – Aortosklerosis

6. Terapi Dokter
- Salbutamol sirup C 1/ oral tiap 8 jam
- IVFD NaCl 0,9% 500 ml 20 tetes per menit
- Levofloxacin 750 mg/ intra vena tiap 8 jam
- Cefoperazone 1 gram/ intra vena tiap 12 jam
B. ANALISA DATA
DATA FOKUS ANALISIS MASALAH
Data subjektif : Infeksi saluran pernapasan Bersihan jalan napas tidak
- Pasien mengatakan sesak (pneumonia) efektif
sejak 3 hari yang lalu dan
memberat saat 1 jam Ketidakmampuan
SMRS. membersihkan secret
- Pasien mengatakan
mengalami batuk Benda asing dalam jalan
berdahak sejak 1 minggu napas (sputum)
yang lalu dan tidak
mampu mengeluarkan Ditandai dengan pasien
dahak mengeluh sesak (dispnea),
- Pasien mengatakan sesak tidak mampu batuk secara
bertamabah saat berbaring efektif, tidak mampu batuk,
Data Objektif tampak sputum berlebih pada
- Pasien tampak sesak jalan napas pasien, terdengar
- Pasien tampak tidak suara napas tambahan yaitu
mampu batuk secara ronchi kering, pasien tampak
efektif gelisah, tampak perubahan
- Tampak adanya pada pola napas dan frekuensi
akumulasi sputum napas pasien
berlebih di jalan napas
- Terdengar suara napas Bersihan jalan napas tidak
tambahan yaitu ronchi efektif
kering
- Pasien tampak gelisah
- Frekuensi napas pasien
30 x/menit, irama teratur,
kedalaman dangkal

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan
napas (sputum) ditandai dengan pasien mengeluh sesak, sesak bertambah saat tidur
terlentang, pasien mengatakan tidak mampu mengeluarkan dahak saat batuk,
tampak adanya sputum berlebih di jalan napas, terdengar suara napas tambahan
ronchi kering, pasien tampak sesak, pasien tampak gelisah, tampak frekuensi dan
pola napas berubah (frekuensi 30 x/menit, irama teratur, kedalaman dangkal).
D. RENCANA KEPERAWATAN

Standar Diagnosis Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI) (SIKI)

Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Intervensi Utama


tidak efektif asuhan keperawatan 1. Latihan Batuk Efektif Tindakan
berhubungan dengan selama … x … jam Observasi
benda asing dalam maka diharapkan a. Identifikasi kemampuan batuk.
jalan napas (sputum) bersihan jalan napas b. Monitor tanda dan gejala infeksi
ditandai dengan pasien meningkat dengan saluran napas.
mengeluh sesak, sesak kriteria hasil : Terapeutik
bertambah saat tidur 1. Batuk efektif a. Atur posisi semifowler atau
terlentang, pasien meningkat. fowler.
mengatakan tidak 2. Produksi sputum Edukasi
mampu mengeluarkan menurun. a. Jelaskan tujuan dan prosedur
dahak saat batuk, 3. Dispnea menurun batuk efektif.
tampak adanya sputum 4. Gelisah menurun. b. Anjurkan tarik napas dalam
berlebih di jalan napas, 5. Frekuensi napas melalui hidung selama 4 detik,
terdengar suara napas membaik. ditahan selama 2 detik kemudian
tambahan ronchi 6. Pola napas keluarkan dari mulut dengan bibir
kering, pasien tampak membaik mencucu selama 8 detik.
sesak, pasien tampak c. Anjurkan mengulang tarik
gelisah, tampak napas dalam hingga 3 kali.
frekuensi dan pola d. Anjurkan batuk dengan kuat
napas berubah langsung setelah tarik napas dalam
(frekuensi 30 x/menit, yang ke-3.
irama teratur, Kolaborasi
kedalaman dangkal) a. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu.
2. Manajemen Jalan Napas
Tindakan
Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman usaha napas) Monitor
bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
b. Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
a. Berikan minum hangat
b. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
3. Pemantauan Respirasi Tindakan
Observasi
a. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
c. Monitor kemampuan batuk
efektif
d. Auskultasi bunyi napas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil xray thoraks

Anda mungkin juga menyukai