Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KARDIOVASKULER

PEMERIKSAAN ASMA BRONCHIALE PADA LANSIA

Oleh:
Priscilla Rosita N 5211009
Solihah 5211010
Vania Angelina 5211012
Naninda Jeinihara 5211014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur.
Untuk itu, Kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, saya dapat
menyusun proposal ini dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi saya bisa
melaluinya sehingga makalah berjudul "Pemeriksaan Asma Bronchiale pada
Lansia" ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Ninik yang sudah bersedia menjadi probandus
dalam mtugas kami, dan teman-teman sekelompok yang sudah menyelesaikan
tugas tepat waktu. Mereka telah memberikan dukungan. Tanpa kesediaan mereka,
kami tidak akan mendapatkan pemeriksaan yang lengkap untuk menyusun
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai
penulis, kami berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya
jauh lebih baik. Di sisi lain, kami berharap pembaca menemukan pengetahuan
baru dari laporan penelitian ini. Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus,
kami berharap ada manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca. Demikian sepatah
dua patah kata dari kami. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma bronchiale adalah penyakit peradangan kronis pada saluran
udara.Penyakit ini adalah hiperfungsi bronkus dan obstruksi jalan napas.
Gejala asma adalah kesulitan bernafas (sesak nafas), batuk sangat efektif di
malam hari ini masih pagi dan dada terasasesak. Pengetahuan asma bronchial
sangat penting bagi pasien dan keluaga dalam manajemen control asma
bronchial. Pengertian asma bronchial untuk menghindari faktor pencetus asma
bronchial. Seperti asap, debu, bau sengatan, pilek, virus, emosi,stres, Cuaca
dan polusi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2020, Asma
merupakan salah satu jenis penyakit yang paling banyak diidap oleh
masyarakat Indonesia, hingga akhir tahun 2020, jumlah penderita asma di
Indonesia sebanyak 4,5 persen dari total jimlah penduduk Indonesia atau
sebanyak 12 juta lebih. Asma adalah salah satu jenis penyakit yang ditandai
dengan penyempitan dan peradangan saluran pernapasan yang mengakibatkan
sesak (sulit bernapas). Selain membuat pengidapnya sulit bernapas, asma juga
bisa menimbulkan gejala lainnya seperti mengi, batuk-batuk, dan nyeri dada.
Karena kondisi ini, maka saluran pernapasan pada pengidap asma lebih
sensitif dibandingkan dengan orang lain tanpa asma. Ketika paru teriritasi
akibat zat pemicu (asap rokok, debu, bulu binatang, dan lain-lain), maka otot-
otot saluran pernapasan pada pengidapnya menjadi kaku dan menyempit.
Asma merupakan kondisi kronis alias jangka panjang dan sifatnya kambuhan,
selain itu sampai saat ini, asma belum bisa disembuhkan sama sekali. Namun
dengan kontrol dan pengobatan yang tepat, penderita asma bisa menjalankan
aktivitas secara normal dan memiliki harapan hidup yang tinggi. Asma bisa
menyerang orang-orang tanpa mengenal usia dan seringkali dimulai sejak
masa kanak-kanak, atau bisa juga terjadi setelah seseorang dewasa karena
beberapa faktor, seperti obesitas, stress yang berlebihan, pola hidup dan
lingkungan yang tidak sehat dan lain sebagainya.
Penyakit asma merupakan salah satu kasus yang dapat
ditangani oleh fisioterapi. Problematika yang muncul pada kondisi asma
yaitu berupa adanya sesak napas, kesulitan mengeluarkan sputum, dan
biasanya di sertai dengan hambatan dalam melakukan aktivitas seharihari
bila tidak segera ditangani oleh fisioterapi. Fisioterapi sebagai bagian
dari tim medis yang memiliki peran penting dalam memberikan
intervensi pada asma bronchiale, intervensi yang diberikan berupa

4
pemberian Nebulizer untuk mengurangi sekresi bronkus,. Serta
memberikan breathing exercise.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana catatan klinis yang terkena asma bronchiale?
2. Apa saja gejala pada lansia yang terkena asma?
3. Bagaimana pemberian intervensi yang tepat pada lansia dengan asma
bronchiale?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui catatan klinis yang terkena asma bronchiale
2. Mengetahui gejala asma pada lansia
3. Mengetahui intervensi yang tepat pada lansia dengan asma bronchiale

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan edukasi kepada pasien yang terkena asma bronchiale agar
dapat melakukan Latihan mandiri di rumah untuk mengurangi sesak
nafas.
2. Memberikan informasi mengenai gejala asma brochiale agar
masyarakat lebih waspada
3. Memberikan informasi mengenai intervensi fisioterapi pada kasus asma
bronchiale yang di derita oleh lansia

5
BAB II

ANALISIS TEORI
A. Definisi Asma Bronchiale
Asma (bronkiale) merupakan gangguan inflamasi pada jalan nafas
yang di tandai oleh obstruksi aliran udara nafas dan respon jalan nafas
yang berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan. Obstruksi jalan
nafas yang menyebarluas tetapi bervariasi ini disebabkan oleh
bronkospasme, edema mukosa jalan nafas dan peningkatan produksi
mukus (lendir) disertai penyumbatan (plugging) serta remodelling jalan
nafas

B. Patofisiologi Asma Bronchiale


Hiperesponsivitas saluran nafas dan keterbatasan aliran udara
merupakan dua manifestasi utama dari gangguan fungsi paru pada
penderita asma. Episode berulang dari keterbatasan aliran udara pada asma
mempunyai empat bentuk, yaitu bronkokonstriksi akut, penebalan dinding
saluran nafas, pembentukan mukus plug kronis dan remodeling dinding
saluran nafas, masing-masing saling berhubungan dengan respon inflamasi
saluran nafas.

C. Etiologi Asma Bronchiale


Secara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas faktor genetik,
faktor lingkungan dan beberapa factor lain. Faktor genetik meliputi
atopi/alegri, hiperaktivitas bronkus, jenis kelamin, ras/etnik dan obesitas.
Sedangkan faktor lingkungan meliputi alergen di dalam rumah dan alergen
di luar rumah. Faktor lainnya meliputi allergen makanan, alergen obat-
obatan tertentu, bahan yang mengiritasi, ekspresi emosi berlebih, asap
rokok bagi perokok aktif maupun pasif, polusi udara dari luar dan dalam
lingkungan, exercised induced astma,perubahan cuaca dan status ekonomi.

D. Penyebab Asma Bronchiale


Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab asma
bronkial. Namun, kombinasi faktor lingkungan dan genetik diketahui
berhubungan dengan penyakit ini. Beberapa faktor yang dapat memicu
terjadinya asma bronkial adalah sebagai berikut:
1. Polusi udara, seperti asap industri maupun asap dari kendaraan.
2. Perubahan cuaca atau suhu yang terjadi secara ekstrem.

6
3. Paparan zat atau partikel asing, seperti serbuk sari, debu, bulu
binatang, pasir, dan lain-lain.
4. Stres dan kecemasan yang berlebihan.
5. Asap rokok, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif.
6. Parfum atau wewangian.
7. Refluks asam lambung (GERD).
8. Infeksi saluran pernapasan, seperti pilek/flu dan pneumonia.
9. Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman,
misalnya bahan penyedap, pewarna, dan pengawet. Obat-obatan,
seperti aspirin, beta blocker, ibuprofen, dan sejenisnya.

E. Gejala Asma Bronchiale


Gejala asma dapat berbeda-beda, namun sejumlah gejala yang
umumnya menandakan penyakit asma bronkial adalah sebagai berikut:
1. Napas berbunyi seperti siulan (mengi).
2. Sesak napas.
3. Batuk.
4. Dada terasa sesak.
5. Lemah dan lesu.
6. Sensasi nyeri pada dada.
7. Gangguan tidur karena sesak napas, mengi, dan batuk.

F. Faktor resiko Asma Bronchiale


1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (tidak dapat diubah) ada
riwayat atopi pada penderita atau keluarganya, hipersensitif saluran
napas, jenis kelamin, ras atau etnik.
2. Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor lingkungan meliputi:

a. Bahan-bahan di dalam ruangan : tungau, debu rumah, binatang,


kecoa
b. Bahan-bahan di luar ruangan : tepung sari bunga, jamur
c. Makanan-makanan tertentu: Seperti ikan laut, udang, kedelai,
telur, susu, minuman bersoda, serta makanan yang mengandung
bahan pengawet, penyedap dan pewarna makanan.
d. Obat-obatan tertentu seperti aspirin, antibiotic, steroid
e. Parfum dan bau-bauan yang merangsang.
f. Ekspresi emosi yang berlebihan.

7
g. Asap rokok
h. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan.
i. Infeksi saluran napas.
j. Asma kambuh ketika melakukan aktivitas fisik tertentu
k. Perubahan cuaca.

G. Diagnosa
Sebelum menegakkan diagnosis, terapis akan melakukan
anamnesis (wawancara medis) untuk mengetahui gejala yang dialami
pasien, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, riwayat alergi, serta
riwayat obat-obatan yang digunakan. Kemudian, dokter akan melanjutkan
dengan melakukan pemeriksaan fisik. Biasanya, terapis juga akan
menyarankan pasien untuk menjalani beberapa tes fungsi paru-paru dan
sistem pernapasan secara keseluruhan.

Adapun beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk menegakkan


diagnosis asma bronkial adalah sebagai berikut:

a. Spirometri: Tes untuk menilai fungsi paru-paru. Hasil tes ini akan
memperlihatkan seberapa banyak udara yang bisa dihirup dan
dikeluarkan dari paru-paru pasien setiap kali bernapas, serta
menilai kelancaran aliran udara pada sistem pernapasan.
b. Rontgen dada: Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk
melihat gambaran kondisi paru-paru dan saluran pernapasan lain.

H. Intervensi Fisioterpai

1. Pursed Lip Breathing

Bertujuan untuk meningkatkan volume udara keluar (ekspirasi),


mengontrol pola nafas, menurunkan RR dan meningkatkan
saturasi. Penatalaksanaan: Pasien diinstruksikan untuk menarik
napas perlahan dan rileks melalui hidung, dan menghembuskan
melalui mulut (mulut seperti meniup lilin). Dilakukan 3x sehari
sesuai toleransi pasien 8 kali repetisi sebanyak 2 set.

2. Thoracic Expansioon Exercise

Bertujuan : untuk meningkatkan ekspansi sangkar thorax.


Penatalaksanaan: Posisi pasien: Sitting di bed Instruksikan pasien
untuk menarik nafas panjang dan dalam secara perlahan dan
kemudian menghembuskan secara perlahan hingga udara dalam

8
paru-paru habis dan dibantu untuk palpasi dengan sedikit
penekanan. Dilakukan 3x sehari sesuai toleransi pasien 3x repetisi.

3. Mobilisasi Sangkar Thoraks

Bertujuan : untuk meningkatkan mobilitas sangkar toraks dan


merileksasikan otot bantu pernapasan. Penatalaksanaan: Posisi
pasien duduk terapis menginstruksikan pasien untuk menekuk siku
dan bahunya ketengah tubuh kemudian lipat dan buka bahu nya
sampai scapula terasa bersentuhan. Dilakukan 3x sehari sesuai
toleransi pasien 3 x repetisi.

Anda mungkin juga menyukai