Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIAL

Disusun oleh:
NAMA : ABRIAN
NIM : P07120423040

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

------------------------------------- -------------------------------------

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI PROFESI NERS
2023
A. Konsep Asma Bronckhial

1) Pengertian Asma Bronkhial

Asma adalah kondisi yang dikarakteristikan dengan inflamsi

lapisan jalan napas bronkial. Sel yang melapisi bronkus melepaskan

zat kimia yang menyebabkan inflamsi ketika sel ini terstimulus oleh

iritan dan allergen (Rosdahl,C.B& T.Kowalski,M, 2017).

Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh

penyempian jalan nafas. Penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan

pasien mengalami dispnea, batuk, mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari

beberapa menit sampai jam bergantian dengan periode bebas gejala

(Puspitasari, 2019).

2) Penyebab Asma Bronkhial

Global Initiative for Asthma tahun 2016, menyebutkan faktor

resiko penyebab asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Faktor genetik

1) Atopi/alergi Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya,

meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya.

2) Hipereaktivitas bronkus Saluran nafas sensitif terhadap

berbagai rangsangan alergen maupun iritan.

3) Jenis kelamin Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma

bronchial sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma pada anak

laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak perempuan

4) Ras/etnik
5) Obesitas Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI),

merupakan faktor resiko asma.

b. Faktor lingkungan

1) Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,

serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain

sebagainya).

2) Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).

c. Faktor lain

1) Alergen dari makanan.

2) Alergen obat-obatan tertentu

3) Exercise-induced asthma

3) Patofisiologi Asma Bronkhial

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos

bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum

adalah hipersesitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di

udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan

cara, seorng yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk

sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini

menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spefisikasinya

(Prasetya, 2014). Antibody ini terutama melekat pada sel yang terdapat

pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan

bronkhus keil. Seseorang yang menghirup alergen bereaksi dengan

antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan


antibody yang telah terlekat pada sel dan menyebabkan sel ini akan

mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin. Efek

gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal

pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental

dalam lumen bronkhiolus dan spasma otot polos bronkhiolus sehingga

menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat

(Prasetya, 2014)
4) Pathway Asma Bronkhial

Gambar. 2.1 Pathway Asma Bronkhial


Sumber: Prasetyo.(2014)
5) Manifestasi Asma Bronkhial

Manifestasi klinis menurut Brunner dan Suddarth (2016), yaitu:

a. Batuk, dengan atau tanpa disertai produksi mukus.

b. Dispnea dan mengi, pertama-tama pada ekspirasi, kemudian bisa

juga terjadi selama inspirasi.

c. Sesak napas.

d. Diperlukan usaha untuk melakukan ekspirasi memanjang.

e. Eksaserbasi asma sering kali didahului oeh peningkatan gejala

selama berhari-hari, namun dapat pula terjadi secara mendadak.

f. Takikardi.

6) Penatalaksanaan Asma Bronkhial

Penatalaksanaan medis asma menurut Brunner dan Suddarth,

(2016) yaitu:

a. Agonis adrenergik-beta2 kerja-pendek

b. Antikolinergik

c. Kortikostereoid: inhaler dosis-terukur

d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien/ antileukotrien

e. Metilxantin

Penatalaksanaan keperawatan menurut Claudia, (2014) yaitu:

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien

tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar akan

menghindari faktor-faktor pencetus asma, menggunakan obat

secara benar, dan


berkonsultasi pada tim kesehatan.

b. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu mengidentifikasi pencetus asma yang ada pada

lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor

pencetus asma termasuk intake cairan yang cukup.

c. Fisioterapi dan latihan pernapasan.

7) Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma

bronchial (Nurarif & Kusuma, 2015) yaitu :

a. Spirometer Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup

(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP / KVP > 20%. 12

b. Sputum Eosinofil meningkat.

c. RO dada Yaitu patologis paru/komplikasi asma.

d. AGD Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia

dan hipokapnia (PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut

normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).

e. Uji alergi kulit, IgE

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian Pada Asma Bronkhial

Pengkajian yang dilakukan pada pasien Asma menurut Nurarif

dan Kusuma, (2015) meliputi:

a. Pengkajian mengenai identitas klien dan keluarga mengenai nama,

umur, dan jenis kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin
diperlukan pada klien dengan asma.

b. Keluhan utama

Klien asma akan mengluhkan sesak napas, bernapas terasa berat

pada dada, dan adanya kesulitan untuk bernapas.

c. Riwayat penyakit saat ini

Klien dengan riwayat serangan asma datang mencari pertolongan

dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, dan

berusaha untuk bernapas panjang kemudian diikuti dengan suara

tambahan mengi (wheezing), kelelahan, gangguan kesadaran,

sianosis, dan perubahan tekanan darah.

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa- masa dahulu

meliputi penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan

seperti infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, sinusitis,

amandel, dan polip hidung.

e. Riwayat penyakit keluarga

Pada klien dengan asma juga dikaji adanya riwayat penyakit yang

sama pada anggota keluarga klien.

f. Pengkajian perubahan pola fungsi

1) Psiko-sosio-kultural

Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang

berdampak pada asuhan kesehatan dan perubahan mekanisme

peran dalam keluarga serta faktor gangguan emosional yang

bisa
menjadi pencetus terjadinya serangan asma.

2) Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asma dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup

normal sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya

hidupnya agar serangan asma tidak muncul.

3) Pola hubungan dan peran

Gejala asma dapat membatasi klien untuk menjalani

kehidupannya secara normal sehingga klien harus

menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien

4) Pola Penanggulangan dan Stress

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik

pencetus serangan asma sehingga diperlukan pengkajian

penyebab dari asma.

5) Pola sensorik dan kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi

konsep diri klien yang akan mempengaruhi jumlah stressor

sehingga kemungkinan serangan asma berulang pun akan

semakin tinggi.

6) Pola tata nilai dan kepercayaan

Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini

dipercaya dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga

dapat menjadi penanggulangan stress yang konstruktif


g. Pemeriksaan fisik head to toe

1) Keadaan umum: tampak lemah

2) Tanda- tanda vital : (tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi

lemah dan cepat, suhu meningkat, distress pernafasan sianosis)

3) TB/ BB : Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

4) Kulit (Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)

5) Kepala (Sakit kepala)

6) Mata (tidak ada yang begitu spesifik)

7) Hidung (Nafas cuping hidung, sianosis)

8) Mulut (Pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir kering,

bibir kuning, dan pucat)

9) Telinga (Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik

pada kasus ini)

10) Leher (Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid)

11) Jantung (Pada kasus komplikasi ke endokardititis, terjadi bunyi

tumbuhan)

12) Paru- paru (Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup),

wheezing (+), sesak istirahat dan bertambah saat beraktivitas)

13) Punggung (Tidak ada spesifik)

14) Abdomen (Bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya

tidak ada)

15) Genetalia (Tidak ada gangguan)

16) Ektremitas (Kelemahan, penurunan aktivitas, sianosis ujungjari


dan kaki)

17) Neurologis (Terdapat kelemahan otot, tanda reflex spesifik

tidak ada)

2) Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinik tentang

respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang kesehatan aktual

atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,

perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,

mencegah, dan merubah status kesehatan klien (SDKI, 2018) :

Diagnosis keperawatan pada Asma Bronkhial meliputi Prasetyo

(2014) yaitu :

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengam hambatan upaya

napas.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

yang tertahan

c. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


3) Perencanaan Keperawatan

Tabel. 2.1 Perencanaa Keperawatan Pada Asma Bronkhial

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Asma (I.01010)
1. b.d sekresi yang tertahan. (DO001) keperawatan selama .. x 24 jam Observasi
diharapkan bersihan jalan nafas - Monitor frekuensi dan
meningkat dengan kriteria hasil : kedalaman napas
- Batuk efektif meningkat - Monitor tanda dan gejala
- Produksi sputum menurun hipoksia ( mis. Gelisah,
- Mengi menurun agitasi, penurunan
- Wheezing menurun kesadaran)
- Frekuensi nafas membaik - Monitor bunyi napas
- Pola nafas membaik tambahan (mis. Wheezing,
mengi)
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Berikan posisi semi fowler
30-45o
- Pasang oksimetri nadi
- Lakukan penghisapan
lendir, jika perlu
- Berikan oksigen 6-15 L via
sungkup untuk
mempertahankan SpO2
>90%
- Pasang jalur intravena untuk
pemberian obat dan hidrasi
- Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan hitung darah
lengkap dan AGD
Edukasi
- Anjurkan meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan
oksigen
- Anjurkan bernapas lambat
dan dalam
- Ajarkan Teknik pursued-lip
breathing
- Ajarkan mengidentifikasi
dan menghindari pemicu
(mis. debu, bulu hewan,
serbuk bunga, asap rokok,
polutan udara, suhu
lingkungan ekstrim, alergi
makanan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator sesuai
indikasi (mis. albuterol,
metaproterenol)
- Kolaborasi pemberian
obat tambahan jika
tidak responsive dengan
bronkodilator (mis.
prednisolone,
methylprednisole,
aminophylline)

2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan Setelah dilakukan Intervensi Manajemen Jalan Napas
upaya napas ( D.0005) keperawatan selama ….x 24 jam (1.01011)
diharapkan pola nafas membaik
dengan kriteria Observasi

hasil : - Monitor pola napas


(frekuensi, kedalaman, usaha
- Kapasitas vital meningkat nafas)
- Tekanan ekpirasi - Monitor bunyi napas
meningkat tambahan (mis.gurgling.
- Tekanan inspirasi mengi, wheezing, ronki
meningkat kering)
- Dyspnea menurun - Monitor sputum
- Penggunaan otot bantu (jumlah,warna,aroma)
nafas menurun
- Frekuensi nafas membaik Teraupetik
- Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-
till dan chin-left (jaw trust)
jika curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi fowler atau
fowler
- Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
- Lakukan pengisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep
McGill
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
3. Gangguan Pola Tidur b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (l.09265)
kontrol tidur. keperawatan … x 24 jam di Observasi
(D.0055) harapkan gangguan pola tidur - Identifikasi pola aktivitas
membaik. Dengan kriteria hasil : tidur
(l.05045) - Identifikasi factor penganggu
- Keluhan sulit tidur menurun tidur (fisik/psikologi)
- Keluhan sering terjaga Terapeutik
menurun - Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan,
suhu dan tempat tidur)
Edukasi
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu tidur
- Ajarkan factor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
(mis.psikologis, gaya hidup)

4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi (1.05178)
(D.0056) keperawatan selama …..x 24 jam
diharapkan toleransi aktivitas Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi gangguan
- Kemudahan dalam fungsi tubuhyang
melakukan aktivitas mengakibatkkan
sehari-hari meningkat kelemahan
- Kekuatan tubuh bagian dan - Monitor kelemahan
atas bawah meningkat fisik danemosional
- Monitor pola dan
- keluhan lelah menurun
- dispneu saat aktivitas jam tidur
menurun - Monitor lokasi
dan
ketidaknyamanan
selama
melakukan
aktivitas

Terapeutik
 Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan latihan rentang
gerak pasif/aktif
 Berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
- - Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitassecara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawatjika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupanmakanan.
5. Defisit Pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan ( l.12383)
terpapar informasi (D.0111) keperawatan, selama …..x 24 jam
Maka Tingkat Pengetahuan Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
- Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat - Identifikasi faktor-faktor
- Kemampuan menjelaskan yang dapat meningkatkan dan
pengetahuan tentang suatu menurunkan motivasi
topik meningkat perilaku hidup bersih dan
- Perilaku sesuai dengan sehat
pengetahuan meningkat Terpeutik
- Pertanyaan tentang - Sediakan materi dan median
masalah yang dihadapi pendidikan kesehatan
menurun - Jadwalkan pendidikan
- Menjalani pemeriksaan kesehatan sesuai kesepakatan
yang tidak tepat menurun - Berikan kesempatan untuk
- Perilaku membaik bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Sumber : SDKI,SIKI,SLKI (2018)
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic – Noc (jilid 1).
Mediaction.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan. Jogjakarta: MediAction.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

Prasetyo. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan : Asma Bronkhiale Di Bangsal Melati Rsud Banyudono,
Surakarta : Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas. Surakarta: Salemba Medika.
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Respirasi. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Rosdahl, C. B., & T.Kowalski, M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi
10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai