Anda di halaman 1dari 12

VISI

Pada tahun 2028 menghasilkan Ners yang unggul dalam Asuhan Keperawatan lanjut usia dengan
menerapkan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


PASIEN DENGAN MASALAH ASMA

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi


Pendidikan Profesi Ners Program Profesi

Mata Kuliah : Kep erawatan Gawat Darurat II

Penempatan : Semester V II T.A. 202 2/ 2023

Kelas / Kelompok : 4A Ners / III A

Penanggung Jawab :
Ace Sudrajat,S.Kp.,M.Kes.

Dosen Pengampu :
Ace Sudrajat,S.Kp.,M.Kes.

Disusun oleh:
Syifa Rara Ratnaduhita P3.73.20.2.19.036

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 202 2
A. Pengertian
Asma adalah kondisi berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran
pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga membuat kesulitan bernafas.
Beberapa orang ilmuan memberikan definisi tentang asma , antara lain : Asma adalah suatu
gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme
(kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan
pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce
M. Black : 1996). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas

B. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
b. Pembengkakan membran bronkus.
c. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
C. Faktor Resiko Terjadinya Asma
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma, antara lain :
a. Faktor predisposisi (genetik)
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana  cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
b. Faktor Presipitasi (Pencetus )
1) Alergen
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu
binatang,   serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan,
logam dan jam tan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu
3) Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress atau
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti
5) Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
D. Pathway

E. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspnea, dari wheezing. Dan pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita
bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma
yaitu :
a. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila
ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di
laboratorium.
b. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya
tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh
serangan.
c. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
d. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan fisik
dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
e. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada
dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang
berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan
kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
F. Penatalaksanaan medis
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan
Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi
nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian
agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan
perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic
persistent bronchitis, emphysema.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemerikasaan laboratorium
1) Pemeriksaan sputum
Adanya badan kreola adalah karakterestik untuk serangan asama yang berat,
karena hanya reaksi nebat yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa.
Sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Perwarnaan
gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur
dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
2) Pemeriksaan darah (analisa gas darah/AGD/Astrub)
a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
b) Peningkatan dari SGOT dan LDH
c) Hiponatremia dan kadar leukosit diatas 15.000/mmᵌ dimana menandakan
terdapat suatu infeksi
3) Sel eosinofil
Dapat mencapai 1000-1500/mmᵌ, sedangkan hitungan sel eosinofil normal antara
100-200/mmᵌ
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
2) Pemeriksaan tes kulit
3) Scanning paru
4) Spirometer
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA PASIEN DENGAN MASALAH ASMA
1. Pengkajian Primer
a.     Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b.     Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c.      Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d.     Dissability
- Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder
a.     Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan
asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada
yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : napas berbunyi, sesak, batuk yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b.     Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)    Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan
otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
2)    Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3)     Thorak
a)     Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b)     Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c)      Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d)     Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c.     Sistem pernafasan
1)    Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
2)    Frekuensi pernapasan meningkat
3)    Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4)    Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.
5)    Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6)    Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7)    Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d.     Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
c. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
d. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
e. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
4. Intervensi Keperawatan

TUJUAN DAN KRITERIA


NO Dx KEPERAWATAN INTERVENSI  (NIC)
HASIL 
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
tidak efektif keperawatan selama 1 x 24 memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan jam, bersihan jalan napas 2. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
tachipnea, peningkatan pasien membaik dengan
buatan
produksi mukus, kriteria hasil : 3. Lakukan fisioterapi dada jika
kekentalan sekresi dan 1. Mendemonstrasikan perlu
batuk efektif dan suara 4. Keluarkan sekret dengan batuk
bronchospasme.
nafas yang bersih, tidak atau suction
ada sianosis dan 5. Auskultasi suara nafas, catat
dyspnea adanya suara tambahan
2. Menunjukkan jalan 6. Atur intake untuk cairan
nafas yang paten mengoptimalkan
3. Mampu keseimbangan.
mengidentifikasikan 7. Monitor respirasi dan status O2
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas

2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk


berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi pasien perlunya
perubahan membran jam gangguan pertukaran gas
pemasangan alat jalan nafas
kapiler – alveolar membaik dengan kriteria buatan
hasil : 3. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
1. Mendemonstrasikan
4. Auskultasi suara nafas, catat
peningkatan ventilasi dan
adanya suara tambahan
oksigenasi yang adekuat
5. Monitor respirasi dan status O2
2. Memelihara kebersihan
6. Monitor rata – rata, kedalaman,
paru paru dan bebas dari
irama dan usaha respirasi
tanda tanda distress
7. Catat pergerakan dada,amati
pernafasan
kesimetrisan, penggunaan otot
3. Mendemonstrasikan batuk
tambahan, retraksi otot
efektif dan suara nafas
supraclavicular dan intercostal
yang bersih, tidak ada
8. Monitor suara nafas, seperti
sianosis dan dyspnea
dengkur
4. Tanda tanda vital dalam
9. Monitor pola nafas
rentang normal
10. Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
3 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 memaksimalkan ventilasi
penyempitan bronkus jam, pola nafas membaik 2. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
dengan Kriteria Hasil :
buatan
1. Mendemonstrasikan batuk 3. Auskultasi suara nafas, catat
efektif dan suara nafas adanya suara tambahan
yang bersih, tidak ada 4. Monitor respirasi dan status
sianosis dan dyspneu O2
2. Menunjukkan jalan nafas 5. Monitor aliran oksigen
yang paten Tanda Tanda 6. Pertahankan posisi pasien
vital dalam rentang 7. Observasi adanya tanda tanda
normal (tekanan darah, hipoventilasi
nadi, pernafasan) 8. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
9. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
10. Monitor sianosis perifer
11. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri


dengan proses penyakit. keperawatan selama 1 x 24 secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik,
jam nyeri pasien berkurang
durasi, frekuensi, kualitas dan
dengan kriteria hasil : faktor presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal
2. Melaporkan bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang dengan 3. Gunakan teknik komunikasi
menggunakan manajemen terapeutik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri pasien
3. Mampu mengenali nyeri 4. Kaji kultur yang
4. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi respon nyeri
setelah nyeri berkurang 5. Kurangi faktor presipitasi
5. Tanda vital dalam rentang nyeri
normal 6. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
7. Berikan analgetsk untuk
mengurangi nyeri

6. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarakan analisis dan kesimpulan perawatan dan bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
berdasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
Implementasi juga dimaksudkan untuk pengelolaan dan perwujudan dari renvcana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan prilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu.

Anda mungkin juga menyukai