Anda di halaman 1dari 27

Visi :

Pada 2028 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan lanjut usia dengan
menerpakan ilmu dan teknologi keperawatan.

KETERAMPILAN KHUSUS DALAM MENGATASI MASALAH


PADA LANSIA : TEKNIK RELAKSASI

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi


Pendidikan Ners Program Profesi
Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik Komunitas
Penempatan : Semester VII T.A. 2022/2023
Kelas/Kelompok : 4A / Kelompok 2

Dosen Penanggung Jawab :


Dr. Raden Siti Maryam, M.Kep., Ns. Sp.Kep.Kom
Dosen Pengampu:
Tien Hartini, SKM., M.Kep.

Disusun oleh:

1. Asma Rida Istisyhad P3.73.20.2.19.006


2. Brenda Nastiar P3.73.20.2.19.009
3. Dara Ayu Sukma Wardini P3.73.20.2.19.011
4. Hariko Tiansa Putra A. P3.73.20.2.19.020
5. Indri Tri Octaviani P3.73.20.2.19.021
6. Jesika Meilany Sinaga P3.73.20.2.19.022
7. Syifa Rara Ratnaduhita P3.73.20.2.19.036
8. Triana Nurul Rahma P3.73.20.2.19.039

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulisan makalah dengan judul “Keterampilan Khusus dalam
Mengatasi Masalah pada Lansia : Teknik Relaksasi” dalam selesai tepat waktu.
Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Raden Siti Maryam, M.Kep., Ns. Sp.Kep.Kom.
selaku PJ Mata Kuliah Keperawatan Gerontik Komunitas dan Ibu Tien Hartini, SKM.,
M.Kep. selaku dosen pembimbing kelompok kami yang telah berkenan memberikan
waktunya untuk membimbing dan membagikan ilmunya kepada penyusun.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan
Gerontik Komunitas. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak yaitu bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik
dan saran sebagai perbaikan dalam penyusunan selanjutnya.

Jakarta, 14 Agustus 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO), Lansia (lanjut usia) adalah
seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun atau lebih. Dikatakan lansia yaitu yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia akan menjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses menua adalah proses yang disertai adanya penurunan kondisi fisik dengan
terlihat adanya penurunan fungsi organ tubuh dan dengan diikuti perubahan emosi
secara psikologis, sosial, kognitif dan biologis yang saling berinteraksi satu sama lain.
Bertambahnya usia, besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan
fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Masalah yang sangat mendasar terhadap
lansia adalah masalah kesehatan yang merupakan akibat proses degeneratif. Lansia
bisa saja mengalami kecemasan, sulit tidur, rasa sakit akibat masalah kesehatannya,
dll.
Lansia mengalami berbagai masalah kesehatan akibat proses degeneratif atau
penurunan fungsi tubuh, karena itu lansia mengalami berbagai masalah kesehatan
yang dapat mengganggu kenyamanannya maupun kegiatan sehari-harinya. Salah satu
keterampilan khusus pada kelompok lansia dalam mengatasi masalah kesehatannya
adalah teknik relaksasi. Teknik relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat
pikiran dan tubuh menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan
melepaskan ketegangan otot di setiap tubuh. (Potter & Perry, 2010). Contoh teknik
relaksasi yang akan kami bahas yaitu teknik relaksasi napas dalam, relaksasi otogenik,
relaksasi otot progresif, dan relaksasi benson.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya umur, lansia
dapat mengalami berbagai masalah kesehatan yang dapat mengganggu kesehariannya.
Di Indonesia sendiri menyatakan kepedulian terhadap kesejahteraan lansia untuk
melangsungkan kehidupannya mendatang. Maka dari itu, kesehatan lansia menjadi
suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Dengan makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan atau pengetahuan mengenai teknik relaksasi dalam mengatasi
masalah kesehatan pada kelompok lansia.
1. 2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah memberikan gambaran mengenai
berbagai teknik relaksasi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah
kesehatan pada lansia.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami arti dari teknik relaksasi
b. Mengetahui dan memahami tujuan teknik relaksasi
c. Mengetahui dan memahami manfaat teknik relaksasi
d. Mengetahui dan memahami berbagai macam teknik relaksasi
e. Menggambarkan teknik relaksasi yang lebih efektif untuk lansia

1. 3 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan teori berisi tentang pengertian, tujuan, manfaat, dan macam-macam
teknik relaksasi pada kelompok lansia. Bab III Penutup berisi tentang simpulan dan
saran berkaitan dengan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2. 1 Pengertian Teknik Relaksasi


Relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh menjadi
rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan ketegangan otot
di setiap tubuh (Potter & Perry, 2010). Teknik relaksasi berguna dalam berbagai
situasi, misalnya nyeri, cemas, kurangnya kebutuhan tidur, stres, serta emosi yang
ditunjukkan. Relaksasi memelihara reaksi tubuh terhadap respon fight or flight,
penurunan respirasi, nadi, dan jumlah metabolik, tekanan darah dan energi yang
digunakan (Potter & Perry, 2010).

2. 2 Tujuan Teknik Relaksasi


Tujuan dari teknik relaksasi ialah dimana tujuan pokok dari relaksasi adalah
membantu pasien menjadi rileks dan memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.
Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri dan yang meningkatkan nyeri (Smeltzer &
Bare, 2010).

2. 3 Manfaat Teknik Relaksasi


Menurunkan tekanan darah,, meningkatkan aliran darah ke otot-otot besar,
mengurangi ketegangan otot dan rasa nyeri kronis, meningkatkan konsentrasi,
mengurangi amarah dan frustrasi dan meningkatkan kepercayaan diri untuk
menangani masalah.

2. 4 Macam-macam Teknik Relaksasi


2.4.1. Teknik Relaksasi Napas Dalam
A. Definisi Teknik Relaksasi Napas Dalam
Definisi terapi relaksasi nafas dalam Terapi relaksasi nafas dalam
merupakan pernafasan pada abdomen dengan frekuensi lambat serta
perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara memejamkan mata saat
menarik nafas. Efek dari terapi ini ialah distraksi atau pengalihan
perhatian. (Hartanti, dkk, 2016). Mekanisme relaksasi nafas dalam pada
sistem pernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan
dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi
peningkatan regangan kardiopulmonari.
Terapi relaksasi nafas dalam dapat dilakukan secara mandiri, relatif
mudah dilakukan dari pada terapi nonfarmakologis lainnya, tidak
membutuhkan waktu lama untuk terapi, dan dapat mengurangi dampak
buruk dari terapi farmakologis bagi penderita hipertensi (Masnina &
Setyawan, 2018).

B. Tujuan Teknik Relaksasi Napas Dalam


Relaksasi napas dalam bertujuan untuk mengontrol pertukaran gas agar
menjadi efisien, mengurangi kinerja bernapas, meningkatkan inflasi
alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas,
menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna,
melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap
serta mengurangi kerja bernapas. (Bruner & Suddart, 2013)

C. Manfaat Teknik Relaksasi Napas Dalam


Relaksasi nafas dalam bertujuan untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara prtukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik ataupun
stress emosional sehingga dapat menurunkan intensitas atau skala nyeri
dan menurunkan kecemasan yang dirasakan seseorang. Manfaat yang di
timbulkan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah mampu menurunkan
atau menghilangkan rasa nyeri, meningkatkan ketentraman hati dan
berkurangnya rasa cemas (Smeltzer & Bare,2013)
Teknik relaksasi nafas dalam juga memiliki berbagai manfaat seperti
dapat menyebabkan penurunan nadi, penurunan ketegangan otot,
penurunan kecepatan metabolimse, peningkatan kesadaran global, prasaan
damai dan sejahtera, dan periode kewaspadaan yang santai (Potter &
Perry,2010)

D. Indikasi dan Kontraindikasi

E. Durasi
F. Kelebihan dan Kekurangan

G. Langkah-langkah Teknik Relaksasi Napas Dalam


Langkah-Langkah teknik terapi relaksasi nafas dalam menurut
(Wardani,2015) sebagai berikut:
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahaan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan.
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstremitas atas dan bawah rileks.
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan.
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.
8) Usahakan agar tetap konsentrasi.
9) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar rileks.
10) Ulangi selama 15 menit, dan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
pernafasan.

2.4.2. Teknik Relaksasi Otogenik


A. Definisi Teknik Relaksasi Otogenik
Keadaan relaks adalah keadaan saat seorang atlet berada dalam
kondisi emosi yang tenang, yaitu tidak bergelora atau tegang. Keadaan
tidak bergelora tidak berarti merendahnya gairah untuk bermain,
melainkan dapat diatur atau dikendalikan. Untuk mencapai keadaan
tersebut, diperlukan teknik-teknik tertentu melalui berbagai prosedur, baik
aktif maupun pasif. Prosedur aktif artinya kegiatan dilakukan sendiri
secara aktif. Prosedur pasif maksudnya adalah pengendalian diri seseorang
terhadap perasaan emosi yang bergelora, pengendalian tersebut dikenal
sebagai latihan otogenik.
Otogenik memiliki makna pengaturan sendiri. Otogenik merupakan
salah satu contoh dari teknik relaksasi berdasarkan konsentrasi pasif
dengan menggunakan persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan
berat) yang difasilitasi oleh sugesti diri sendiri. (Widyastuti, 2004).
Dengan latihan relaksasi, otot-otot dapat dirubah menjadi rileks.
Bersamaan dengan itu, latihan ini dapat mengurangi reaksi emosi, baik
pada sistem saraf pusat maupun pada sistem saraf otonom. Latihan ini
dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat. Pada waktu yang
bersamaan, seorang dokter dari Jerman bernama Johannes Schultz,
menemukan teknik pasif yang membantu seseorang dalam menguasai
munculnya emosi yang bergelora. Schultz menyebut latihan tersebut
sebagai latihan otogenik (Autogenic Training). Teknik ini diciptakan
supaya seseorang dimungkinkan dapat mensugesti diri, supaya dengan
sendiri merubah kondisi kefaalan pada tubuhnya untuk mengendalikan
perasaan emosi yang terlalu bergelora. Setelah diajarkan cara-cara untuk
melaksanakannya, seseorang tidak lagi tergantung pada ahli terapinya,
melainkan dapat melakukannya sendiri melalui teknik sugesti diri (auto-
sugestion technique). Jadi, kondisi kefaalan seorang atlet dapat dirubah
sediri oleh orang tersebut dengan cara malakukan latihan autogenic
relaxation. Ia juga dapat mengatur dan mengendalikan pemunculan
emosinya pada tingkatan yang dikehendaki (Gatot Jariono, 2010).

B. Tujuan Teknik Relaksasi Otogenik


Relaksasi Otogenik merupakan metode relaksasi yang bersumber
dari diri sendiri dan kesadaran untuk mengurangi stress dan ketegangan
otot yang memungkinkan dapat menurunkan tekanan darah dan
mengurangi nyeri kepala.

C. Indikasi dan Kontraindikasi Teknik Relaksasi Otogenik


Relaksasi autogenik tidak diperuntukkan bagi anak dibawah 5 tahun,
individu yang kurang motivasi atau individu yang mempunyai masalah
mental dan emosional yang berat. Individu yang memiliki masalah serius
seperti masalah jantung yang harus dibawah pengawasan dokter atau
perawat ketika melakukannya (Barnabas, 2008).

D. Durasi Teknik Relaksasi Otogenik


Terapi relaksasi otogenik yang di lakukan dua kali/minggu selama 3
minggu dengan durasi 15 menit

E. Kelebihan dan Kekurangan


Bagi penderita hipertensi, teknikk ini untuk membantu menimbulkan
rasa nyaman atau relaks. Dalam keadaan relaks tubuh akan mengaktifkan
sistem saraf parasimpatis yang berfungsi untuk menurunkan detak jantung,
laju pernafasan dan tekanan darah (Heryati dkk., 2019). Relaksasi
autogenik membantu tubuh untuk membawa perintah melalui auto sugesti
untuk rileks sehingga dapat mengendalikan tekanan darah. Sensasi tenang,
hangat yang menyebar ke seluruh tubuh merupakan efek yang bisa
dirasakan dari relaksasi autogenik, perubahan perubahan yang terjadi
selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi saraf otonom.
Sedangkan kekurangan dari relaksasi otogenik yaitu tidak dapat
dilakukan pada kelompok usia dibawah 5 tahun, tidak dapat dilakukan
pada individu yang memiliki riwayat DM & jantung, beberapa peserta
latihan mengalami kenaikan tekanan darah dan sebagainya mengalami
penurunan tekanan darah yang tajam. Jika cemas atau gelisah selama atau
sesudah latihan, atau mengalami efek samping tidak bisa diam, maka
latihan harus dihentikan (Saunders, 2007).

F. Langkah-langkah Teknik Relaksasi Otogenik


1. Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam.
2. Atur napas hingga napas menjadi lebih pelan danteratur
3. Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil
katakan dalam hati ‘saya damai dan tenang’.
4. Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa
berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan
terasa kendur, ringan hingga terasa sangat ringan sekali sambil katakan
‘saya merasa damai dan tenang sepenuhnya’.
5. Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher, dan kaki.
6. Fokus pada aliran darah di tubuh bayangkan darah mengalir ke seluruh
tubuh dan rasakan hawa hangatnya aliran darah, seperti merasakan
minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri ‘saya merasa
senang dan hangat’. ‘saya merasa damai,dan tenang’ ( ulangi enam
kali)
7. Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut.
8. Fokus pada denyut jantung, bayangkan dan rasakan jantung berdenyut
dengan teratur dan tenang. Sambil katakan ‘jantung saya berdenyut
dengan teratur dan tenang, saya merasa damai dan tenang (Ulangi
enam kali)
9. Fokus pada pernafasan,katakan dalam diri ‘nafasku longgar dan
tenang,saya merasa damai dan tenang’.(Ulangi enam kali)
10. Fokus pada perut,rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir
dengan teratur dan terasa hangat.Katakan dalam diri “darah yang
mengalir dalam perutku terasa hangat, saya merasa damai dan tenang’.
(Ulangi enam kali)
11. Kedua tangan kembali pada posisi awal.
12. Fokus pada kepala, katakan dalam hati “Kepala saya terasa benar-
benar dingin, saya merasa damai dan tenang”. (Ulangi enam kali).
13. Mengakhiri latihan relaksasi otogenik dengan melekatkan
(mengepalkan) lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu buang
napas pelan-pelan sambil membuka mata dan kepalan tangan.

2.4.3. Teknik Relaksasi Otot Progresif


A. Definisi Teknik Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah
teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan,
atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespons pada
kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot.
Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas
otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks (Herodes,2010). Teknik relaksasi otot progresif merupakan
suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan
otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi.

B. Tujuan Teknik Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), tujuan dari teknik ini
adalah untuk :
1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic
2) Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokuskan perhatian serta relaksasi
4) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan dan
7) Membangun emosi positif dari emosi negative
Teknik relaksasi progresif dapat digunakan untuk mengurangi
kecemasan, karena dapat menekan saraf simpatis sehingga mengurangi
rasa tegang yang dialami oleh individu secara timbal balik, sehingga
timbul counter conditioning (penghilangan). Relaksasi diciptakan setelah
mempelajari sistem kerja saraf manusia, yang terdiri dari sistem saraf
pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom ini terdiri dari dua
subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang
kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis lebih banyak aktif ketika
tubuh membutuhkan energi misalnya pada saat terkejut, takut, cemas atau
berada dalam keadaan tegang.
Pada kondisi seperti ini, sistem saraf akan memacu aliran darah ke otot-
otot skeletal, meningkatkan detak jantung, kadar gula dan ketegangan
menyebabkan serabut-serabut otot kontraksi, mengecil dan menciut.
Sebaliknya, relaksasi otot berjalan bersamaan dengan respon otonom dari
saraf parasimpatis. Sistem saraf parasimpatis mengontrol aktivitas yang
berlangsung selama penenangan tubuh, misalnya penurunan denyut
jantung setelah fase ketegangan dan menaikkan aliran darah ke sistem
gastrointestinal sehingga kecemasan akan berkurang dengan dilakukannya
relaksasi progresif (Handayani & Rahmayanti, 2018).

C. Manfaat Teknik Relaksasi Otot Progresif


Berbagai studi telah membuktikan teknik relaksasi otot progresif banyak
memiliki manfaat meliputi:
1. Mengurangi kecemasan dan ketegangan
Manfaat relaksasi otot progresif yang utama adalah mengurangi dan
menghilangkan kecemasan, termasuk gangguan kecemasan umum
ataupun kecemasan akibat stress. Pada saat yang sama, teknik ini juga
dapat meningkatkan perasaan sejahtera dan kualitas hidup.
2. Meningkatkan kualitas tidur
Karena teknik ini menginduksi relaksasi, sehingga dapat membantu
mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik. 
3. Mengurangi Nyeri Punggung dan Leher
Relaksasi otot progresif sangat cocok dilakukan saat mengalami
ketegangan atau sakit di bagian leher, punggung, maupun bahu. Ini
adalah kondisi umum yang sering dikaitkan dengan stress mental dan
emosional.

D. Indikasi Teknik dan Kontraindikasi Teknik Relaksasi Otot Progresif


Menurut Styoadi 2011, mengatakan indikasi dari terapi relaksasi otot
progresif yaitu:
1. Klien yang mengalami gangguan tidur (insomnia)
2. Klien sering stress
3. Klien yang mengalami kecemasan
4. Klien yang mengalami depresi

Menurut Setyoadi dan Khusariyadi (2011:108), kontraindikasi dari


relaksasi otot progresif ialah :
1. Lansia yang mengalami keterbatasan gerak misalnya tidak bisa
menggerakkan badannya.
2. Lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).

E. Kelebihan dan Kekurangan


Menurut (Davis, 2008) kelebihan dari relaksasi progresif memberikan
hasil yang memuaskan dalam program terapi terhadap ketegangan otot,
menurunkan ansietas, memfalisitasi tidur, depresi, mengurangi kelelahan,
kram otot, nyeri pada leher dan punggung, menurunkan tekanan darah
tinggi, fobia ringan serta meningkatkan konsentrasi.
Sedangkan untuk kekurangannya yaitu tidak bisa dilakukan pada
pasien yang menjalani perawatan tirah baring dan yang mengalami
keterbatasan mobilisasi seperti pasien stroke.
F. Langkah-langkah Teknik Relaksasi Otot Progresif
1) Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenangdan sunyi
Persiapan klien :
a) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar
persetujuan terapi pada klien
b) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk
dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri
c) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan
sepatu
d) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
2) Prosedur

Gambar 1
Gerakan 1 : ditujukan untuk melatih otot tangan.
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan
relaks selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami.
e) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2 : ditujukan untuk melatih otot tangan bagian
belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga
otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit. Gerakan melatih otot tangan bagian
depan dan belakang
Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada
bagian atas pangkal lengan).

Gambar 2
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot
biseps akan menjadi tegang.
Gerakan 4 : ditujukan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur.

Gambar 3
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyantuh kedua telinga.
b) Fokuskan atas, dan leher.
Gerakan 5 dan 6 : ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah
(seperti otot dahi, mata, rahang, dan mulut).

Gambar 4
a) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis
sampai otot terasa dan kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata
dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7 : ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8 : ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.
Gerakan 9 : ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian
depan maupun belakang.

Gambar 5
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher
dan punggung atas.
Gerakan 10 : ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan.
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan
otot menjadi lemas.
Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara
kondisi tegang dan relaks.
Gerakan 13 : ditujukan untuk melatih otot perut.
a) Tarik dengan kuat perut kedalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
Gerakan 14-15 : ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti
paha dan betis).

Gambar 6
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

2.4.4. Teknik Genggam Jari


A. Definisi
Teknik mengenggam jari merupakan bagian dari teknik Jin Shin
Jyutsu. Jin Shin Jyutsu adalah akupresur Jepang. Bentuk seni yang
menggunakan sentuhan sederhana tangan dan pernafasan untuk
menyeimbangkan energi didalam tubuh. Tangan (jari dan telapak tangan)
adalah alat bantuan sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan dan
membawa tubuh menjadi 2 seimbang. Setiap jari tangan berhubungan
dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan khawatir,
jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan
dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan, dan jari
kelingking berhubungan dengan rendah diri dan kecil hati (Hill, 2011).
Titik-titik refleksi pada tangan memberikan rangsangan secara refleks
(spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan
semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang tersebut
diterima otak dan diproses dengan cepat diteruskan menuju saraf pada
organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi
menjadi lancer (Puhawang, 2011).

B. Tujuan
Teknik relaksasi genggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk
mencapai relaksasi (Cane,2013). Dalam keadaan relaksasi secara alamiah
akan memicu pengeluaran hormon endorfin, hormon ini merupakan
analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang (Aprianto,
2012). Beberapa manfaat lain dari relaksasi genggam jari bagi lansia yaitu
1) Mengurangi nyeri, takut dan cemas
2) Mengurangi perasaan panik, khawatir dan terancam
3) Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh
4) Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi
5) Melancarkan aliran dalam darah
6) Membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk mencapai relaksasi (Liana,
2008).

C. Manfaat
Terapi ini bermanfaat dalam menangani pasien yang akan menjalani
operasi karena dengan sentuhan lima jari yang menguatkan dan dengan
arahan terbimbing dapat mengurangi kecemasan pasien (Smeltzer & Bare,
2002). Menurut Susanti (2013) manfaat tehnik relaksasi genggam jari
adalah membuat otot tidak tegang atau rileks, mengurangi stress,
meningkatkan aliran vena dan limfatik, kecepatan pembuangan limbah dan
pasokan nutrisi, dan mengurangi nyeri.

D. Indikasi dan Kontraindikasi


Teknik relaksasi genggam jadi dapat diberikan pada lansia dengan
hipertensi, nyeri sendi, pasien post-op, dan lansia dalam kecemasan.
Kontraindikasi dari teknik relaksasi ini adalah klien dengan fraktur pada
jari.

E. Durasi
Menurut Pinandita (2014) prosedur penatalaksanaan tehnik relaksasi
genggam jari dilakukan selama 15 menit dalam sekali pelaksanaan.

F. Kelebihan dan Kekurangan


1) Teknik relaksasi genggam jari mudah dilakukan, tidak beresiko, tidak
membutuhkan biaya, dapat dilakukan secara mandiri, bisa dilakukan
kapan saja, dimana saja dan siapa saja (Dewi, 2008)
2) Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembangkan
emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam
keadaan rileks, maka ketegangan otot yang terjadi akan berkurang dan
kemudian akan mengurangi kecemasan pada pasien tersebut
(Yuliastuti, 2015).
3) Jenis relaksasi genggam jari sangat mudah dilakukan oleh siapapun,
yang berhubungan dengan jari jari tangan dan aliran energi di dalam
tubuh kita, apabila individu mempersepsikan tentang sentuhan sebagai
stimulus untuk rileks, maka muncul respon relaksasi (Potter & Perry,
2005; dalam Rima, 2018).

G. Langkah-langkah
Tahapan relaksasi genggam jari antara lain :
1) Duduk atau baring dengan tenang.
2) Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya apabila
merasa khawatir yang berlebihan, genggam jari telunjuk dengan
telapak tangan sebelahnya apabila merasa takut yang berlebihan, dan
genggam jari kelingking dengan telapak tangan sebelahnya.
3) Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung, hembuskan
perlahan dengan mulut. Lakukan berkali-kali.
4) Katakan, “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks, semakin
rileks”, dan seterusnya sampai benar-benar rileks.
5) Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang
diinginkan seperti, “saya ingin sakit saya segera hilang”. Gunakan
perintah sebaliknya untuk menormalkan pikiran bawah sadar.
Contohnya, “saya akan terbangun dalam keadaan lebih baik “, “mata
saya perintah untuk normal kembali dan dapat dengan mudah untuk
dibuka “.
6) Lepas genggaman jari dan usahakan rileks

2.4.5. Teknik Biofeedback


A. Definisi
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Indikasi dan Kontraindikasi
E. Durasi
F. Kelebihan dan Kekurangan
G. Langkah-langkah

2.4.6. Teknik Yoga


A. Definisi
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Indikasi dan Kontraindikasi
E. Durasi
F. Kelebihan dan Kekurangan
G. Langkah-langkah

2.4.7. Teknik Relaksasi Benson


A. Definisi Teknik Relaksasi Benson
Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon
relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang
dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu
pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi.
(Benson & Proctor 2000, dalam Purwanto, 2006).
Relaksasi benson atau relaksasi religius merupakan pengembangan
dari respon relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi
ini merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan agama yang
dianut. Dalam metode meditasi terdapat juga meditasi yang melibatkan
faktor keyakinan yaitu meditasi transendental (trancendental meditation).
Meditasi ini dikembangkan oleh Mahes Yogi dengan mengambil objek
meditasi frase atau mantra yang diulang-ulang secara ritmis dimana frase
tersebut berkaitan erat dengan keyakinan agama yang dianut. Respon
relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat
terjadinya keadaan rileks dengan kata lain, kombinasi respon relaksasi
dengan melibatkan keyakinan akan melibatkan keyakinan akan melipat
gandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi (Purwanto, 2007).
Pengguanaan frase yang bermakna dapat digunakan sebagai fokus
keyakinan, sehingga dipilih kata yang memiliki kedalaman keyakinan.
Dengan menggunakan kata atau frase dengan makna khusus akan
mendorong efek yang menyehatkan. Semakin kuat keyakinan seseorang
bercampur dengan respon relaksasi, maka semakin besar pula efek
relaksasi yang didapat. Pilihan frase yang dipilih sebaiknya singkat untuk
diucapkan dalam hati saat mengambil dan menghembuskan nafas secara
normal. Kedua kata tersebut mudah diucapkan dan mudah diingat.
B. Tujuan Teknik Relaksasi Benson
Teknik relaksasi Benson yaitu suatu prosedur untuk membantu
individu berhadapan pada situasi yang penuh stres dan usaha untuk
menghilangkan stress (Dalimartha 2008).

C. Manfaat Teknik Relaksasi Benson


a) Manfaat dari relaksasi benson terbukti memodulasi stres terkait kondisi
seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi,
hipertensi dan insomnia serta menimbulkan perasaan menjadi lebih
tenang. (Benson, H. and Proctor, 2000).
b) Relaksasi ini dapat menyebabkan penurunan aktifitas system saraf
simpatis yang akhirnya dapat sedikit melebarkan arteri dan
melancarkan peredaran darah yang kemudian dapat meningkatkan
transport oksigen ke seluruh jaringan terutama ke perifer (Purwanto,
2007).
c) Timbul perasaan rileks (Sholeh, 2006).
d) Mempengaruhi suasana hati menjadi rileks dan senang (Sholeh, 2006).
e) Menurunkan Kadar ACTHA (Adrenocorticotropic hormone) sehingga
stres dan ketegangan menurun yang akhirnya dapat menurunkan
tingkat depresi. (Sholeh, 2006).

D. Indikasi dan Kontraindikasi Teknik Relaksasi Benson


Lansia dengan:
a. Stress
b. Nyeri
c. Insomnia
d. Tekanan darah tinggi
e. Ansietas

Pada klien yang tidak sadarkan diri, klien yang tidak mampu melakukan
napas dalam karena serangan asma akut yang dapat menyebabkan sesak
nafas dan pada klien hemoptysis, deformitas didnding dada dan tulang
belakang (Benson dan Proktor, 2000). Selain itu, kontraindikasi lainnya
antara lain:
a. Gangguan pada fungsi pernapasan
b. Post op dada dan abdomen
c. Sesak nafas
d. Fraktur costa

E. Durasi
Pelaksanaan relaksasi benson dapat dilakukan satu kali atau dua kali sehari
selama 10-20 menit, sebaiknya pada saat perut kosong yaitu sebelum
makan atau 2 jam setelah makan karena proses pencernaan makanan akan
mempengaruhi respon relaksasi yang dihasilkan (Benson & Proctor, 2000).

F. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Relaksasi Benson


Kelebihan latihan tehnik relaksasi dari pada latihan yang lain adalah
latihan relaksasi lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi apapun
serta tidak memiliki efek samping apapun (Deleon, 1999). Disamping itu
kelebihan dari tehnik relaksasi lebih mudah dilaksanakan oleh pasien,
dapat menekan biaya pengobatan, dan dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya stres. Sedangkan kita tahu pemberian obat-obatan kimia dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat
membahayakan pemakainya seperti gangguan pada ginjal (Yosep, 2007).
Keuntungan dari relaksasi religius ini selain mendapatkan manfaat
dari relaksasi juga mendapatkan manfaat dari penggunaan keyakinan
seperti menambah keimanan dan mendapatkan pengalaman-pengalaman
transendensi. Hubungan antara religius atau keimanan dengan
penyembuhan telah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
David B. Larson dan Mr. Constance P. B. menemukan bukti bahwa faktor
keimanan memiliki pengaruh yang luas dan kuat terhadap Kesehatan.
Kekurangan dalam Teknik relaksasi Benson ini adalah sulitnya
mengajak pasien untuk fokus, konsentrasi, rileks, dan bersabar saat
menjalani Teknik relaksasi ini.

G. Langkah-langkah Teknik Relaksasi Benson


Langkah-langkah relaksasi Benson menurut Datak (2008) adalah sebagai
berikut:
a. usahakan situasi dan lingkungan tenang dan nyaman;
b. anjurkan klien memilih tempat yang disenangi;
c. anjurkan klien mengambil posisi tidur terlentang atau duduk yang
dirasakan paling nyaman;
d. anjurkan klien untuk memejamkan mata dengan pelan tidak perlu
untuk dipaksakan sehingga tidak ada ketegangan otot sekitar mata;
e. anjurkan klien untuk mengendurkan otot serileks mungkin, mulai dari
kaki, betis, paha, perut, dan lanjutkan ke semua otot tubuh. Lemaskan
kepala, leher, dan pundak dengan memutar kepala dan mengangkat
pundak perlahan-lahan. Tangan dan lengan diulurkan kemudian
kendurkan dan biarkan terkulai di samping tubuh dan usakan agar tetap
rileks;
f. mulai bernafas dengan lambat dan wajar, dan ucapkan dalam hati frase
atau kata sesuai dengan keyakinan anda. Sebagai contoh anda dapat
menggunakan frase yaa Allah. Pada saat mengambil nafas disertai
dengan mengucapkan kata yaa dalam hati, setelah selesai keluarkan
nafas dengan mengucapkan Allah dalam hati, sambil terus melakukan
langkah pada nomer 6 ini, lemaskan seluruh tubuh disertai dengan
sikap pasrah kepada Allah. Sikap ini menggambarkan sikap pasif yang
diperlukan dalam relaksasi, dari sikap pasif akan muncul efek relaksasi
yaitu ketenangan. Kata atau kalimat yang akan diucapkan dapat diubah
atau disesuaikan dengan keyakinan klien;
g. teruskan selama 15 menit, klien diperbolehkan membuka mata untuk
melihat waktu tetapi jangan menggunakan alarm. Bila sudah selesai
tetap berbaring dengan tenang beberapa menit, mula-mula mata
terpejam dan sesudah itu mata dibuka.
Contoh kata atau frase yang menjadi fokus sesuai dengan keyakinan:
a. Islam: Allah, atau nama-namaNya dalam Asmaul Husna, kalimat-
kalimat untuk berzikir seperti Alhamdulillah; Subhanallah; dan Allahu
Akbar.
b. Katolik: Tuhan Yesus Kristus, kasihinilah aku; Bapa kami yang ada di
surga; Salam Maria, yang penuh rahmat; dan Aku Percaya akan Roh
Kudus.
c. Protestan: Tuhan Datanglah ya, Roh Kudus; Tuhan adalah gembalaku;
dan Damai sejahtera Allah, yang melampui aku.
d. Hindu: Kebahagian ada dalam di dalam hati; Engkau ada dimana-
mana; dan Engkau adalah tanpa bentuk.
e. Budha: Aku pasrahkan diri sepenuhnya; dan Hidup adalah sebuah
perjalanan

2. 5 Teknik Relaksasi yang Lebih Efektif Untuk Lansia


Teknik yang paling efektif untuk dilakukan secara mandiri oleh lansia adalah
teknik Teknik relaksasi nafas dalam, yang dimana teknik tersebut merupakan suatu
bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana menghem-buskan nafas secara perlahan, selain itu rekhnik
relaksasi juga meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Teknik tersebut juga merupakan teknik yang sangat sederhana bila dilakukan, dan
manfaatnya pun bermacam-macam seperti Ketentraman hati, berkurangnya rasa
cemas, khawatir dan gelisah, tekanan darah dan ketegangan jiwa menjadi rendah,
detak jantung lebih rendah, mengurangi tekanan darah, meningkatkan keyakinan,
kesehatan mental menjadi lebih baik
BAB III
PENUTUP

3. 1 Simpulan
Relaksasi merupakan suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh
menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan
ketegangan otot di setiap tubuh (Potter & Perry, 2010). Teknik relaksasi berguna
dalam berbagai situasi, seperti nyeri, cemas, kurangnya kebutuhan tidur, stres, serta
emosi yang ditunjukkan.
Dari berbagai teknik yang kami bahas, teknik yang lebih efektif pada lansia
yaitu teknik relaksasi napas dalam. Teknik ini yang sangat sederhana bila dilakukan
dan dapat diterapkan secara mandiri oleh lansia.

3. 2 Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, disarankan kepada institusi
pendidikan kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan yaitu diharapkan dapat
memahami tentang apa saja teknik relaksasi napas dalam pada kelompok lansia.
Karena pengetahuan yang baik tentang keterampilan khusus teknik relaksasi dapat
membantu lansia.
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,. Proses, Dan
Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC

Aryana, Kadek O., Novitasari, Dwi. 2013. Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Lansia Di Unit Rehabilitas Sosial Wening Wardoyo Ungaran.
Jurnal Keperawatan Jiwa. 1(2); 186-195.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Hartanti, Rita Dwi, dkk. 2016. Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi, Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. IX No. 01, Maret 2016. Diakses tanggal
22 Oktober 2018 dari http://media.neliti.com
Idris, D. N. T., & Astarani, K. (2017). Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia. Jurnal Penelitian Keperawatan, 3(1).
Inayati, Nur. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Tingkat Depresi Lanjut
Usia Awal (Early Old Age) Umur 60-70 Tahun Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jember. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Noorrakhman, Y., & Pratikto, H. (2022). Relaksasi nafas dalam (deep breathing) untuk
menurunkan kecemasan pada lansia. INNER: Journal of Psychological
Research, 1(4), 215-222.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing. Jakarta: Salemba Medika.

Samsugito, Iwan. 2021. Modul Teknik Relaksasi Benson. Kalimantan Timur: Prodi D3
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.

Smeltzer, S.C, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Smeltzer, S.C,


& Bare Brenda, B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah vol 3

Wardani, R. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Hipertensi terhadap Pengetahuan


Lansia. Journal of Community Engagement in Health, Vol.1, no.2.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3561/4/04%20Chapter%202.pdf diakses tanggal 14
Agustus 2022 pukul 09.41
https://www.sfidn.com/article/post/relaksasi-otot-progresif-pengertian-manfaat-dan-teknik-
melakukannya diakses pada tanggal 14 Agustus 2022 pukul 10.00
http://repository.unusa.ac.id/7761/1/KT-NS-200112_abstract.pdf diakses pada tanggal 23
Agustus 2022 pukul 16.00
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1301460042/7._BAB_2_.pdf
diakses pada tanggal 23 Agustus 2022 pukul 16.47

Anda mungkin juga menyukai