Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL SKRIPSI

“PENGARUH TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP


PENURUNAN STRESS PADA LANSIA DI DESA SUMBERJO
KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG”

Oleh :

SAROJA MAULIDIA MA’RUF

NIM. 21.230.19

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PROGRAM SARJANA ALIH JALUR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penurunan stres bisa di atasi dengan cara meditasi untuk
membantu membersikan pikiran kita dan meningkatkan
konsentrasi.Meditasi akan sangat membantu anda melupakan hal-hal
yang dapat menyebabkan stres.(Azizah, Lilik Ma’rifatul2020 ) .
Penyebab utama stress yang sering terjadi pada lansia yaitu
kesepian. Faktor resiko yang berkaitan dengan kesepian meliputi
berkurangnya aktifitas, kurangnya relasi dengan keluarga, di
tinggalkan oleh pasangan hidup, di tinggalkan oleh anak – anaknya
untuk melanjutkan pendidikan dan berumah tangga, sehingga lansia
merasakan kesepian dan kecemasan menjadi salah satu pencetus
lansia mengalami stress (Kemenkes RI, 2019, p. 86). Salah satu cara
dapat menurunkan stress dengan melakukan terapi relaksasi
meditasi. Relaksasi merupakan sebuah treatment yang di nilai sangat
efektif untuk menurunkan stress. Namun terapi relaksasi memiliki
berbagai macam bentuk diantaranya relaksasi otot, relaksasi indera,
yoga dan meditasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik
relaksai meditasi dengan metode dzikir. Meditasi adalah upaya
melatih konsentrasi pada satu hal yang lebih spesifik agar dapat
meningkatkan taraf kesadaran sehingga mental dapat terkontrol
secara sadar kemudian timbul kondisi tubuh yang rileks (Maghfiroh,
Hikmatul, 2015).
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia
sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan
populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun
2000 jumlah lansia 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan
pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,800,000
(11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.00.000 (Kemenkes

1
RI, 2013). Adapun sebaran penduduk lansia menurut data pusat dan
informasi Kementrian Kesehatan Indonesia berdasarkan provinsi
yang salah satunya di provinsi Jawa Timur dengan
persentase(11,5%) di Tahun 2010 – 2035 (RI, 2016). Masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah penyakit tidak
menular seperti hipertensi, peradangan sendi, dan nyeri pada bagian
tertentu. Namun setelah dikaji kembali, keluhan fisik tidak terdapat
masalah karena lansia sering melakukan kegiatan positif untuk
meningkatkan kesehatan fisik, akan tetapi lebih kepada masalah
psikologisnya yaitu stress (Dewi, 2019). Pada lansia, dampak stress
dengan kondisi emosional dapat menimbulkan perasaan gelisah,
khawatir, suasana hati yang sering berubah, mudah marah, dan
mudah tersinggung. Sehingga stress akan berkepanjangan dan
menyebabkan depresi (Rahayuni, dkk, 2015). Selain meningkatkan
kesehatan fisik, akan lebih tepat jika lansia dapat mengimbangi
kesehatan psikologis atau mentalnya, tubuh yang kuat juga perlu
jiwa yang sehat, sehingga peneliti dapat melakukan upaya
mengurangi resiko stress dengan melakukan manajemen stress yang
tepat melalui metode terapi meditasi relaksasipada lansia (Dewi,
2019).
Stress merupakan gangguanstressor yang disebabkan oleh
menurunya permasalahan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan
sosial.Penurunan stress pada lansia sering dipengaruhi oleh
menurunya fungsi tubuh yang dapat mengurangi aktifitas sehingga
Meditasi di nilai sangat baik untuk membantu mengatasi emosi dan
perilaku saat seseorang mengalami stress, kecemasan, dan depresi
berkepanjangan (Prayitno, 2014, dalam Candra, et.all, 2017). waktu
luang semakin banyak dan menimbulkan ketergantungan terhadap
orang lain. Pada usia lanjut stress sering terjadi, untuk meminimalisir
masalah psikologinya lansia perlu melakukan ketenangan mental
dengan cara terapi relaksasi dan meditasi. Selain itu relaksasi
meditasi juga dapat dilakukan selama kurang lebih 20 menit dalam

2
sehari untuk meringankan beban pikiran dan dapat meningkatkan
konsentrasi agar keseimbangan dalam tubuh tetap
terjaga(Sutioningsih, dkk, 2019).teknik terapi relaksasi meditasi
sebagai respon yang dapat membendung aliran hormon stres .Teknik
terapi relaksasi meditasi yang di lakukan secara teratur akan segera
diikuti oeh penurunan kecepatan detak jantung yang signifikan,
penurunan tekanan darah, sistem syaraf menjadi tenang dan
perbaikan dari segala penyimpanan fungsi yang berhubungan dengan
stres .Tekhnik terapi relaksasi meditasi ini di nilai sangat efektif
bagi lansia di bandingkan terapi relaksasi yang lainya karena terapi
ini lebih mudah dilakukan untuk lansia yang memiliki keterbatasan
aktifitas. Untuk hasil lebih maksimal peneliti juga menggunakan
sistem pengendalian pernafasan dalam untuk dapat meningkatkan
sirkulasi oksigen,sehingga otot – otot tubuh saat mengalami
ketegangan akibat cemas cenderung mengendur dan tekanan darah
akan lancar.Dengan demikian setelah melakukan relaksasi meditasi,
tubuh akan mendpatkan respos rileks dan ketenangan. Sehingga
organ tubuh dapat berfungsi normal serta memperbaiki aspek fisik
dan psikologis pada lansia. (Jumrotin, dkk, 2018)
Bahwa untuk menurunkan stres dan afek negatif diperlukan
kegiatan dzikir yaitu mendekatkan diri kepada Alloh SWT.Dzikir
bila dintinjau dari segi bahasa (lughowi) adalah mengingat, sedakan
secara istilah membasahi lidah dengan ucapan pujian kepada Alloh
SWT.Dzikir dapat di dipersamakan dengan menghafal, akan tetapi
terapi dzikir ditekankan pada upaya memperoleh pengetahuan dan
menyimpannya dalam benak. Kemudian, menghadirkan kembali apa
yg telah ada didalam benak.Dzikir memiliki macam faedah, salah
satunya adalah membersihkan diri dan menghadirkan ketenangan.
(Subandi,dkk,2017)
Dengan menggunakan acuan Teori Betty Neuman,
manajemen strees melalui pendekatan psikologis pada lansia di
harapkan dapat mengatasi stress dengan melalui tahapan pencegahan

3
primer, sekunder dan tersier. Namun pencegahan sekunder lebih
spesifik, karena mencakup beberapa aspek penting, salah satunya
yaitu aspek psikologis mengenai kognisi, emosi serta perilaku yang
menghasilkan reaksi dari stres (Candra, dkk, 2017). Sebagai upaya
untuk meminimalisir stress, terapi relaksasi dan meditasi sangat
diperlukan untuk menjaga aspek psikologis pada lansia. Hal ini
bertujuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
terapi relaksasi meditasi terhadap manajemen stress pada lansia dan
dapat mengangkat judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi
Terhadap Penurunan Stres Pada Lansia Di Desa Sumberjo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang”. Dengan adanya penelitian ini
di harapkan dapat bermanfaat untuk lansia mengenai penurunan stres
dengan baik melalui terapi meditasi yang baik agar dapat
mengurangi atau mengatasi tingkat stress guna meningkatkan
kesehatan psikologis pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh terapi relaksasi meditasi terhadap penurunan
stress pada lansia dengan pendekatan psikologis dalam teori Betty
Neuman?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh terapi relaksasi meditasi
terhadap penurunan stress pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengaruh terapi relaksasi meditasi
terhadap penurunan stress pada lansia
2. Mengidentifikasi pre dan post terapi relaksasi
meditasiterhadap penurunan stress pada lansia
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
dalam mengembangkan ilmu keperawatan serta

4
memperkaya penelitian yang membahas tentang penurunan
stress melalui pendekatan psikologis terhadap lansia.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
Memberi wawasan tentang penurunan stress melalui
pendekatan psikologi pada lansia.
2. Bagi Desa Sumberjo
penurunan tingkat stress dengan pendekatan psikologi
menggunakan teori Betty Neuman.
3. Bagi Institusi (Pendidikan Ilmu Keperawatan)
Dapat menambah wawasan dan memperkaya literatur
ilmu keperawatan mengenai penurunan stress dan
psikologi pada lansia. Serta dapat menambah
kepustakaan Pendidikan Keperawatan khususnya mata
ajar Keperawatan Gerontik.
4. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian menggunakan penurunan stress
pada psikologi melalui pendekatan Teori Betty Neuman
dan dapat diterapkan pada lansia.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Betty Neuman


2.1.1. Konsep Utama dan Definisi
Betty Neuman menggambarkan sistem model
Neuman sebagaimana dipaparkan sebagai berikut : “Sistem
model Neuman adalah pandangan terhadap suatu sistem
terbuka yang unik ketika sistem ini menggunakan suatu
kesatuan pendekatan terhadap berbagai hal. Suatu sistem
bekerja dengan ruang lingkup klien, kelompok, atau bahkan
sejumlah kelompok, yang merupakan isu sosial yang
berkembang pada saat itu. Suatu sistem klien yang
melibatkan proses interaksi dengan lingkunganya merupakan
ruang lingkup keperawatan”.(Yani dkk, 2017)
Konsep utama yang diidentifikasi pada model ini
merupakan pendekatan yang holistik, sistem yang terbuka
(meliputi fungsi, input dan output, umpan balik, negentropy
and stabilitas), lingkungan (termasuk lingkungan
bentukan/created environment), sistem klien (meliputi lima
variabel, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan
normal, dan garis pertahanan yang fleksibel), kesehatan
(rentang sehat – sakit), stresor, tingkatan reaksi, pencegahan
sebagai intervensi (tiga tingkatan), dan pemulihan
(rekontruksi)(Yani dkk, 2017).
2.1.2. Pendekatan Wholistik
Sistem model Neuman merupakan suatu pendekatan
sistem yang dinamis dan terbuka dalam merawat klien yang
pada awalnya dibuat untuk memberikan satu kesatuan dalam
mendefinisikan masalah keperawatan dan untuk memahami
interaksi klien dengan lingkungan. Klien sebagai suatu
sistem yang bisa didefinisikan sebagai seorang manusia,

6
keluarga, kelompok, masyarakat atau isu sosial (Neuman,
2011c dalam Yani dkk, 2017).
Klien dipandang sebagai suatu kesatuan yang
berinteraksi satu sama lainnya secara dinamis. Model ini
mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhi
sistem klien : fisiologis, psikologis, sosiokultural, tumbuh
kembang (developmental) dan spiritual. Neuman
memasukkan variabel spiritual kedalam buku edisi keduanya.
Dia telah mengubah penulisan kata holistik menjadi kata
wholistik) pada buku terbitanya yang kedua dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman terhadap istilah yang
merujuk pada manusia yang seutuhnya (Neuman, 1988
dalam Yani dkk, 2017).
2.1.3. Sistem Terbuka
Suatu sistem disebut sistem terbuka ketika di
dalamnya terdapat satu aliran input yang kontinyu, proses,
keluaran, dan umpan balik. Stres dan reaksinya terhadap stres
merupakan komponen utama dari suatu sistem yang terbuka
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk,2017). Sistem terbuka
tersebut meliputi :
1. Fungsi atau Proses
Klien sebagai suatu sistem melakukan pertukaran
energi, informasi, dan lainya dengan lingkungan
sekitarnya beserta seluruh bagian dan sub bagian dari
suatu sistem tersebut sebagaimana mereka
menggunakan sumber energinya untuk bergerak
menuju keadaan yang lebih stabil dan menyeluruh
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2. Input dan Output
Klien dianggap sebagai suatu sistem yang memiliki
input dan output berupa suatu materi, energi, dan
informasi, di mana hal tersebut memungkinkan untuk

7
mengalami proses pertukaran antara klien dan
lingkungannya (Neuman, 2011c dalam Yani dkk,
2017).
3. Umpan Balik
Suatu output dari sistem dapat berupa materi, energi
dan informasi yang berlaku sebagai umpan balik untuk
input selanjutnya dimana hal tersebut dianggap sebagai
suatu tindakan perbaikan untuk merubah,
meningkatkan, atau menstabilkan suatu sistem
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
4. Negentropy
Suatu proses konservasi energi yang membantu suatu
sitem pada saat melakukan aktifitas untuk mencapai
stabilitas atau kesejahteraan yang disebut sebagai
negentropy (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
5. Stabilitas
Stabilitas merupakan suatu keadaan dalam keadaan
keseimbangan (state of balance) yang bersifat dinamis
di mana pertukaran energi dapat terjadi tanpa
mengubah karakteristik dari suatu sistem yang bergerak
menuju kondisi kesehatan yang optimal dan terintegrasi
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.4. Lingkungan
Sebagaimana didefinisikan oleh Neuman, kekuatan
internal dan eksternal seorang klien, dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh klien pada suatu waktu tertentu, sama
halnya dengan lingkungan bentukan (Created Environment).
Lingkungan ini dibentuk secara tidak langsung disadari oleh
seorang klien untuk mengekspresikan sistem yang
menyeluruh (wholeness) secara simbolis. Hal ini bertujuan
untuk memberikan perlindungan bagi fungsi sistem klien

8
tersebut dan mencegah klien terpapar terhadap stresor
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.5. Sistem Klien
Sistem klien adalah suatu gabungan dari lima variabel
(fisiologis, psikologis, sosial budaya, tumbuh kembang, dan
spiritualitas) yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Variabel fisiologis mengacu kepada struktur dan fungsi tubuh
manusia. Psikologis mengacu kepada proses mental pada saat
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Variabel sosial
budaya mengacu kepada akibat dan pengaruh kondisi sosial
dan budaya. Variabel tumbuh kembang mengacu pada proses
dan aktivitas berdasarkan usia. Variabel spriritualitas
mengacu kepada kepercayaan spiritual beserta pengaruhnya
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
1. Struktur Dasar
Klien sebagai suatu sistem terdiri dari bagian utama
yang menunjukkan faktor pertahanan dasar atau sumber
energi yang dimiliki oleh klien tersebut (Neuman,
2011c dalam Yani dkk, 2017).
2. Garis Resistensi
Lingkaran dengan garis putus – putus yang
mengelilingi struktur inti dasar disebut sebagai garis
resistensi yang menjukkan sumber faktor yang
membentuk klien untuk mempertahankan dirinya
melawan suatu stresor yang muncul. Garis pertahanan
bertindak sebagai faktor pelindung yang diaktivasi oleh
stresor yang memasuki garis pertahanan normal
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
3. Garis Pertahanan Normal
Garis pertahanan normal adalah lingkaran dengan garis
tegas yang berada paling luar dari struktur inti.
Lingkaran ini menunjukkan tingkatan dari adaptasi

9
kesehatan individu yang bisa berubah sepanjang waktu
dan bertindak sebagai standar pengukuran dari
penyimpangan kesejahteraan (wellness deviation).
Perluasan garis pertahanan normal merefleksikan
adanya peningkatan keadaan sejahtera sedangkan
penyempitan garis pertahanan tersebut menunjukkan
adanya penurunan kondisi sejahtera (Neuman, 2011c
dalam Yani dkk, 2017).
4. Garis Pertahanan Fleksibel
Lingkaran terluar dari model tersebut yang
digambarkan dalam garis putus – putus merupakan
garis pertahanan yang fleksibel. Hal ini dipersepsikan
sebagai suatu bagian pelindung untuk mencegah
masuknya stresor yang dapat merusak keadaan
sejahtera secara umum yang direfleksikan oleh garis
pertahanan normal. Faktor situasi baik yang bersifat
positif atau negatif dapat mempengaruhi tingkat
perlindungan yang diberikan oleh garis pertahanan
fleksibel. Neuman menjelaskan garis pertahanan
fleksibel sebagai suatu mekanisme perlindungan tingkat
pertama dalam diri klien. “Ketika garis pertahanan
fleksibel meluas, keadaan ini menunjukkan adanya
perlindungan jangka pendek yang besar untuk melawan
masuknya stresor, ketika garis tersebuh menyempit,
keadaan tersebut menunjukkan perlindungan yang
berkurang” (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.6. Kesehatan
Kesehatan adalah suatu rentang dari sejahtera menuju
sakit yang bersifat dinamis. Keadaan sejahtera yang optimal
terjadi pada saat kebutuhan dari suatu sistem dapat terpenuhi
secara menyeluruh (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).

10
a. Sejahtera
Keadaan sejahtera terjadi ketika semua sub bagian dari
sistem dapat berinteraksi secara harmonis dengan
keseluruhan sistem dan semua kebutuhan sistem
tersebut dapat dipenuhi (Neuman, 2011c dalam Yani
dkk, 2017).
b. Sakit
Kondisi sakit menempati posisi pada kutub yang
berlawanan dari kondisi sejahtera ketika adanya kondisi
yang tidak stabil dan terdapat penurunan energi
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.7. Stresor
Stresor merupakan stimulus yang dapat menimbulkan
tekanan yang berpotensi untuk merusak stabilitas sistem yang
dapat menghasilkan luaran positif atau negatif. Mereka dapat
muncul karena hal sebagi berikut :
a. Kekuatan yang datang dari dalam diri seseorang
(intrapersonal forces) misalnya respons terhadap suatu
kondisi tertentu.
b. Kekuatan yang berasal dari relasi antar individu
misalnya peran yang diharpkan dalam diri seseorang.
c. Kekuatan yang berasal dari luar diri dari seorang
individu misalnya kondisi keuangan (Neuman, 2011c
dalam Yani dkk, 2017).
2.1.8. Derajat Reaksi
Tingkatan reaksi menunjukkan ketidakstabilan suatu
sistem yang terjadi ketika stresor memasuki garis pertahanan
normal (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.9. Pencegahan Sebagai Suatu Intervensi
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan membantu
klien untuk mengatasi, memperoleh atau memelihara
stabilitas sistem. Hal tersebut dapat terjadi baik sebelum atau

11
sesudah garis pertahanan perlindungan dan garis resistensi
berhasil ditembus oleh stresor. Neuman berpendapat bahwa
intervensi awal terjadi ketika adanya stresor yang
mencurigakan atau stresor tersebut dapat diidentifikasi
dengan jelas dari sejak awal. Intervensi didasarkan pada
tingkat kemungkinan atau aktual dari suatu reaksi, sumber,
tujuan, dan antisipasi keluaran. Neuman mengidentifikasi
tiga tingkatan dari intervensi yaitu primer, sekunder, dan
tersier (Neuman, 2011 dalam Yani dkk, 2017).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer digunakan ketika suatu stresor
diduga atau diidentifikasi. Suatu reaksi belum terjadi
namun tingkat resiko sudah bisa diketahui. Tujuan dari
hal ini adalah untuk mengurangi kemungkinan
mengatasi stresor atau untuk mengurangi kemungkinan
reaksi yang akan terjadi (Neuman, 2011c dalam Yani
dkk, 2017).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder mencakup intervensi atau
tindakan yang diberikan setelah munculnya gejala
akibat stres yang dialami. Sumberdaya internal dan
eksternal dari seorang klien dapat digunakan untuk
memperkuat garis pertahanan resistensi internal,
mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terjadi setelah tindakan aktif atau
tahap pencegahan. Tujuanya adalah untuk
mempertahankan keadaan optimal dengan mencegah
reaksi atau regresi yang berulang. Tindakan tersier
mengarahkan klien untuk kembali pada suatu siklus

12
dari pencegahan primer (Neuman, 2011c dalam Yani
dkk, 2017).
2.1.10. Rekonstitusi
Rekonstitusi terjadi setelah tindakan yang diberikan
untuk mengatasi reaksi terhadap stresor. Hal ini
menunjukkan adanya pengambilan stabilitas dari suatu
sistem, dan tingkat kesejahteraan bisa berada pada posisi
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari pada sebelum
stresor masuk ke dalam sistem tersebut (Neuman, 2011c
dalam Yani dkk, 2017).
2.2 Konsep Relaksasi
2.2.1 Definisi Relaksasi
Menurut Henny Regina Salve dan Hendro Prabowo,
relaksasi merupakan salah satu treatment untuk menurunkan
stress (Maghfiroh, Hikmatul, 2015). Tujuan relaksasi adalah
untuk mencegah terbentuknya respon stres terutama dalam
sistem saraf dan hormon. Pada akhirnya, tekhnik relaksasi
dapat meminimalkan gejala fisik akibat stress ketika tubuh
bekerja terlalu berlebihan (National Safety Council, 2004).
2.2.2 Metode Relaksasi
Karena hubungan tubuh dan pikiran sangat kuat,
maka tekhnik relaksasi saja tidak sepenuhnya dapat
menenangkan fisik dan pikiran. Maka diperlukan jga
beberapa cara untuk rileks seperti berikut ini :
1. Pernapasan Diafragma
Pernapasan diafragma adalah salah satu metode
relaksasi yang termudah karena metode ini dilakukan
oleh pernapasan itu sendiri secara normal tanpa perlu
berpikir atau merasa ragu. Dalam metode yang paling
sederhana, pernapasan diafragma merupakan
pernapasan yang pelan, sadar dan dalam. Hal ini sering
dilakukan dengan tekhnik menarik napas dalam lalu

13
mulai mengelompokkan kembali semua pikiran, untuk
mendapatkan ketenangan. Perbedaan di antara
pernapasan diafragma dan pernapasan normal adalah
bahwa metode ini khusus melibatkan gerakan sadar
abdomen bagian bawah atau daerah perut (National
Safety Council, 2004).
2. Pelatihan Otogenik
Kata otogenik berarti pengaturan diri atau
pembentukan diri sendiri. Ide dasar dari penelitian
otogenik ini adalah untuk mempelajari cara
mengalihkan pikiran sehingga dapat menyingkirkan
respons stres yang mengganggu pikiran. Adapun
langkah – langkah untuk relaksasi otogenik yaitu :
a. Posisi Tubuh
Posisi terbaik dalam tekhnik ini adalah
bersandar atau berbaring. Buatlah posisi
senyaman mungkin untuk tubuh dengan
berbaring di tempat tidur dengan kedua tangan
di samping tubuh dan telapak tangan
menghadap ke atas, kemudian tungkai lurus.
b. Konsentrasi dan Kewaspadaan
Dalam tekhnik ini gunakan cara berpikir yang
pasif, bukan defensif. Konsentrasi dalam
pelatihan otogenik ini adalah menemukan
pikiran lain yang berusaha mengalihkan
perhatian, perlahan fokuskan kembali pikiran
tersebut. Dengan latihan yang teratur, semakin
lama perlahan akan menguasai keterampila
berkonsentrasi sehingga stress dapat di atasi
(National Safety Council, 2004).

14
2.3 Konsep zikir
zikir bila di tinjau dari segi bahasa (lughow) adalah
mengingat, sedangkan secara istilah adalah membasahi lidah
dengan ucapan-ucapan pujian kepada alloh swt. asal mulanya
di artikannya bersih(ashshafa), wadahnya adalah
menyempurnakan(al-wafa), dan syaratnya adalah amal
sholeh dan khasiatnya adalah terbukanya tirai rahasia atas
kedekatannya kepada alloh swt. zikir merupakan do'a dimana
akan mengingat dan mengungkapkan perasaan, kemauan dan
keinginan sehingga zikir orang akan memperoleh ketenangan
, jiwa dan kelegaan batin. penyebab diantaranya
adalahkarena faktor perubahanperubahan secara biologis
yang terjadi karena proses penuaan (Aging Proses),
kesehatan yang menurun,kebosanan, tidak dikunjungi sanak
saudara, dan masalahmasalah yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari.mengalami kecemasan dan kehilangan peran diri,
kependudukan sosial serta perpisahan dengan orangorang
yang dicintai, dan tidak jarang banyak yang mengalami sakit,
karena kesehatan yang menurun,serta banyak juga yang
mempunyai hubungan yang tidak baik antar sesama lansia.
Itu disebabkan karena faktor emosi. (saifulloh2021)
2.4 Konsep Meditasi
2.3.1 Definisi Meditasi
Meditasi adalah latihan mental, yang merupakan
metode untuk melatih perhatian agar dapat meningkatkan
taraf kesadaran, sehingga dapat membawa proses – proses
mental lebih terkontrol secara sadar (Maghfiroh, Hikmatul,
2015). Meditasi dari bahasa sanskerta berarti bhavana adalah
tekhnik psikologis yang mengubah stresor negatif dan
memulai cara berpikir yang positif agar dapat mengarah pada
kedamaian, kesejahteraan, hormon dan ketenangan
(Rinpoche, 2009).

15
2.3.2 Jenis – Jenis Meditasi
Menurut falsafah Timur terbagi menjadi dua yaitu
eksklusif (terbatas) dan inklusif (terbuka) dengan gaya dan
format yang berbeda. Tetapi tujuanya tetap sama untuk
menjernihkan pikiran yang dapat menimbulkan ketenangan
batin.
1. Meditasi Eksklusif
Meditasi eksklusif disebut juga sebagai meditasi
konsentrasi. Dimana mengharuskan untuk mengusir
semua pikiran negatif dan fokus terhadap suatu hal
yang dapat menimbulkan rasa ketenangan dan
kesejahteraan. Adapun metode yang dapat
memusatkan perhatian untuk tetap berkonsentrasi
yaitu :
a. Pengulangan mental, merupakan pikiran yang
diulang berkali – kali yang pada umumnya
dilakukan dengan mengucapkan mantra, sebagai
contoh (semangat, pasti bisa, aku yakin, aku
mampu).
b. Konsentrasi penglihatan, tekhnik yang melibatkan
pandangan terhadap suatu benda atau bayangan
seperti cahaya lilin, setangkai bunga, gambar yang
indah untuk membatu berkonsentrasi.
c. Bunyi berulang, yaitu bunyi yang berulang antara
lain bunyi pukulan drum, lonceng, suara aliran air
terjun, suara lembut ombak, dan beberapa jenis
musik instrumental.
d. Gerakan fisik yang berulang seperti bernapas
dalam dan berolahraga aerobik ritmik seperti
berlari, berenang, jogging. Karena di anggap dapat
menciptakan keadaan meditasi.

16
e. Gerakan taktil (sentuhan) yang berulang,
memegang atau memanipulasi objek kecil seperti
batu berguling, kerang, atau kuncup mawar juga
dapat memusatkan pikiran ke satu pikiran.
2. Meditasi Inklusi
Tekhnik ini juga disebut sebagai “meditasi akses”.
“meditasi batin”, dan “kesadaran”. Meditasi inklusif
sangat mirip dengan asosiasi bebas, yaitu pikiran
menerawang tanpa tujuan. Bebas menerima semua
pikiran baik yang disadari atau tidak. Tetapi semua
pikiran tersebut harus di pilih secara objektif dan
tanpa ada penilaian atau keterikatan emosional. Proses
ini disebut sebagai observasi lepas.
2.5 Konsep Lanjut Usia
2.5.1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi menua adalah suatu proses perubahan
kumulatif yang terus menerus akibat menurunya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh. Menjadi tua merupakan hal yang semestinya
terjadi dalam kehidupan manusia, karena perubahan
tersebut suatu hal yang alamiah dan telah melalui tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016).
Masa tua akan datang dengan sendirinya tanpa diminta
dan tidak bisa di tolak, dimana tidak semua orang bisa
menerima kenyataan ini dengan baik. Masa lansia adalah
proses yang berkelanjutan dalam dimensi waktu dan
merupakan fase trakhir dari perkembangan seseorang
(Rahman, 2016).
2.5.2. Batasan Lansia

17
Menurut(Kholifah, 2016), batasan – batasan lansia
mencakup batasan umur sebagai berikut :
1. Menurut WHO (1999), menjelaskan batasan
lansia sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60 – 74
tahun
b. Usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) yaitu usia > 90
tahun
2. Menurut Depkes RI (2005) bahwa batasan lansia
dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45 –
59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke
atas atau 60 tahun ke atas dengan masalah
kesehatan
2.5.3. Ciri - Ciri Lansia
Menurut (Kholifah, 2016), ciri – ciri pada lansia
adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia biasanya berasal dari
faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi adalah
peran penting dalam kemunduran lansia.
Misalnya, lansia yang memiliki semangat rendah
dalam melakukan aktifitas, maka proses
kemunduran fisik semakin cepat, tetapi ada juga
lansia yang memiliki semangat tinggi dalam
melakukan aktifitas maka lansia kemunduran fisik
pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas

18
Sikap sosial yang tidak menyenangkan atau
merugikan terhadap lansia menjadi akibat yang
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik.
Misalnya, lansia yang keras kepala tetap
menganggap pendapatnya yang paling benar dan
pendapat orang lain tidak benar, maka sikap sosial
di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga
lansia yang memiliki tentang rasa kepada orang di
sekitarnya, maka siakp sosial di masyarakatnya
menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia akibat lansia
mengalami kemunduran dalam segala hal.
Perubahan peran pada lansia seharusnya
dilakukan atas dasar keinginannya sendiri, bukan
karena paksaan atau tekanan dari lingkungan.
Misalnya lansia menduduki jabatan sebagai ketua
anggota di masyarakat desanya, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan jabatanya
selama lansia tersebut masih dalam keadaan baik
dan mampu melaksanakan tugas tersebut.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk pada lansia cenderung
membuat lansia mengalami perilaku yang buruk
dalam penyesuaian pada dirinya. Misalnya, lansia
yang tinggal satu atap dengan keluarga sering
tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan
karena dianggap pola pikirnya terlalu kuno dan
tidak sesuai dengan yang di harapkan oleh
keluarga lainya. Kondisi tersebut yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan
dan cepat tersinggung.

19
2.5.4. Perubahan Pada Usia Lanjut
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia sebagian
besar kearah yang buruk, proses dan waktu yang
dialami pun berbeda untuk masing – masing
individu. Perubahan tersebut mencakup perubahan
penampilan, perubahan fungsi fisiologis, panca
indra, dan seksual (Rahman, 2016).
2. Perubahan Kemampuan Motorik
Pada umumnya perubahan kemampuan motorik
pada lansia lebih lambat dan aktifitas pergerakanya
kurang begitu baik di bandingkan pada masa
mudanya. Perubahan tersebut disebabkan oleh faktor
fisik dan psikologis seperti berikut :
a. Menurunya kekuatan dan tenaga yang
terjadi karena bertambahnya usia,
menurunya tenaga otot, masalah persendian
serta gemetas pada tangan dan kaki.
b. Penyebab psikologisnya berasal dari
kesadaran akan merosotnya perasaan
mengenai harga diri di bandingkan orang
yang lebih muda.
c. Perubahan kemampuan mental yang
menurun sehingga kemunduran
kemampuan mental mengalami
kemunduran.
d. Perubahan minat pada usia lanjut.
(Rahman, 2016).
2.5.5. Perkembangan Lansia
Usia 60 tahun adalah usia mendekati akhir dari siklus
kehidupan manusia di dunia dengan mengalami proses
menjadi tua. Dimana pada masa ini manusia mengalami

20
kelemahan fisik, mental dan sosial secara berangsur –
angsur dan mulai lambat dalam melakukan aktifitas sehari
hari. Perubahan kumulatif pada manusia termasuk tubuh,
jaringan dan sel yang mengalami kemunduran secara
fungsional. Sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai
penyakit (Rahman, 2016).

21
2.6 Kerangka Konsep
Stressor
Stressor

Stressor Struktur
dasar

Pencegahan  Mengenali
primer  Mengklasifikasi

Intra Sumber energi struktur


Faktor dasar
Pencegahan Sekunder Inter
Personal
berupa: Ekstra
1. Aspek fisiologi
2. Aspek psikologis Reaksi
3. Aspek sosiokultural
4. Aspek
perkembangan Reaksi Stres Stressor
5. Aspek spirutual 1. Sulit konsentrasi,
 Kognisi membuat
(pengetahuan keputusan, pelupa
tentang meditasi 2. Mudah marah,
relaksasi tehadap panik, depresi
dzikir pada 3. Cemas dan
penurunan stress) Rekonstitusi
khawatir
 Emosi
Penilaian Intra
kepuasan terapi Inter Faktor
meditasi relaksasi Ekstra personal Intra
dzikir terhadap Faktor
Inter Persona
penurunan tres)
Ekstra
 Perilaku
(Pencegahan Intervensi
stress jangka
panjang) Keterangan :
: Berhubungan
: Diteliti
Pencegahan : Tidak diteliti
Tersier

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Analisis Terapi Meditasi


Terhadap penurunan Stres Pada Lansia Dengan
Pendekatan spiritual Dalam Teori Betty Neuman
(sumber : Neuman, 1970 dalam Yani dkk, 2017)

22
2.7 Hipotesis
H1menyatakan bahwa ada pengaruh pre dan post terapi
meditasi relaksasi terhadap penurunan stress pada lansia.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian statistik inferensial. Berdasarkan
cara pengambilan data termasuk dalam penelitian observasi. Perlakuan
pre-experimentalmerupakan penelitian yang memberikan suatu
treatment dengan jenis penelitian one group pretest – posttest design
dengan melakukan eskperimen pada satu kelompok saja tanpa
kelompok pembanding. Jenis penelitian one group pretest – posttest
design ini dilakukan dengan cara sebelum diberikan treatment atau
perlakuan variabel diobservasi/ diukur terlebih dahulu (pretest) setelah
itu dilakukan treatment/ perlakuan dan setelah treatment dilakukan
pengukuran atau observasi (posttest) (Hidayat, 2017).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara sebelum
dilakukan terapi meditasi relaksasi pada lansia, variabel akan diukur
atau diobservasi terlebih dahulu, kemudian dilakukan pelatihan terapi
meditasi relaksasi pada lansia dan dilakukan pengukuran lagi. Pada
penelitian ini menganalisis adanya pengaruh terapi meditasi relaksasi
terhadap penurunan stres pada lansia di Di Desa Sumberjo Kecamatan
Pagak Kabupaten Malang.

Bagan rancangan penelitian dijelaskan sebagai berikut : R (Kel.


Eksperimen)
R (Kel. Eksperimen) Pre test Treatment Post test
Ket : A B 01 02 03

A : Pretest sebelum dilakukan terapi


B : Dilakukan terapi penurunan stres pada lansia
01 : posttest -1 setelah dilakukan terapi
02 : posttest -2 setelah dilakukan terapi
03 : posttest -3 setelah dilakukan terapi

24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan
Januari,Februari2023
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian direncanakan Di Desa Sumberjo Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang
3.3 Kerangka Kerja (Frame Work)

Populasi
Lansia yang mengalami stress Di Desa Sumberjo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang yang berjumlah 35
orang.

Sampel
Sesuai dengan kriteria peneliti dengan jumlah 32 orang

Teknik Sampling
Purposive Sampling

Desain Penelitian
One group pretest-posttest

Pretest
Pada responden menggunakan observasi

Perlakuan
Peneliti dan tenaga kesehatan posyandu setempat akan
mengukur tentang terapi meditasi relaksasi pada lansia

Posttest
Pada responden dengan menggunakan observasi

25
Pengolahan dan Analisa Data
Editing, Coding, dan Tabulating,

Kesimpulan
a) Jika P > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh
b) Jika P < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Pengaruh Terapi Relaksasi


Meditasi Terhadap Manajemen Setres Pada Lansia Di Desa
Sumberjo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang
3.4 Desain Sampling
3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono, 2009 dalam (Hidayat, 2017) populasi
merupakan kumpulan subjek yang akan diteliti sifat – sifat dan
karakteristiknya. Pada penelitian ini populasinya adalah lansia
mengalami setres berjumlah 35 orang.
3.4.2 Sample
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih
dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili
populasinya (Suyanto, 2015). Sampel dalam pnelitian ini
adalah lansia di Desa Sumberjo Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang sebanyak 35 orang yang telah sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang ditentukan. Menurut (Nursalam,
2014) menerangkan bahwa untuk menentukan besar sampel
dapat dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut :
n= N
1 + N (d2)
Keterangan (untuk prediksi)
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
D = Tingkat signifikan (p)

26
n= 35
1 + 35(0,052)

n= 35
1 + 35(0,0025)

n= 55
1 + 0,0875

n = 32, 1~ 32
Jadi jumlah sampel yang diambil sebanyak 32 orang
dengan menggunakan 1 kelompok saja.
3.4.3 Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling dengan menggunakan jenis purposive
sampling. Merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang d
kehendaki oleh peneliti (Nursalam, 2014).
3.5 Indentifikasi Variabel
3.5.1 Definisi Variabel
Variabel adalah suatu karakteristik yang diobservasi dari
satu satuan pengamatan dengan keadaan yang berbeda atau
berubah – ubah dari satu satuan pengamatan yang sama.
Sehingga karakteristiknya berubah menurut waktu dan tempat
(Suyanto, 2015).
3.5.2 Jenis Variabel
Menurut (Suyanto, 2015), jenis variabel dalam penelitian
dibedakan menjadi :

27
1. Variabel bebas (Independent)
Variabel bebas atau variabel independent merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
2. Variabel terikat (Dependent)
Variabel terikat atau variabel dependent merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.

28
3.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skoring


Variabel Suatu reaksi treatmen Kemampuan 1. Observasi - -
Independent untuk menurunkan stress melakukan dan 2. Panduan
Terapi pada lansia dengan menjawab latihan
Relaksasi latihan menenangkan pengetahuan : relaksasi
Meditasi fisik dan pikiran. 1. Cara melakukan
terapi
2. Manfaat terapi
Variabel Serangkaian upaya 1. Setress Normal, Kuisioner Interval Kategori :
Dependent mengelola stress pada merupakan stress TES PSS-10
0 = Tidak Pernah
Penurunan lansia yang disebabkan yang dialami oleh
Stress karena adanya lansia dari proses 1 = Kadang-
ketidakseimbangan kehidupan.
kadang
antara situasi yang 2. Stress Ringan,
diinginkan dengan merupakan stress 2 = Sering
kondisi di sekitarnya. yang terjadi pada
3 = Selalu
lansia dan terjadi
hanya beberapa
menit atau jam.
3. Stress Sedang,
merupakan stress
yang terjadi pada
lansia yang
kejadiannya lebih
dari stress ringan
seperti mudah marah
terhadap keadaan

29
sekitar.
4. Stress Berat,
merupakan keadaan
stress yang dialami
oleh lansia seperti
sulit menerima
keadaan yang ada.
5. Stress Sangat Berat,
merupakan keadaan
yang sudah kronis
terjadi antara
beberapa bulan
sampai waktu yang
tidak bisa
ditentukan.

30
3.7 Pengumpulan Data dan Alat Penelitian
3.7.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2014), dengan memalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Mengurus surat izin studi pendahuluan dari STIKes Kepanjen untuk
memperoleh izin melakukan studi pendahuluan Di Desa Sumberjo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.
2. Peneliti mengajukan uji etik ke komite etik.
3. Penelitian dilakukan Di Desa Sumberjo Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang pada bulan Januari 2023 – februari2023 yang telah ditetapkan
sesuai dengan kriteria peneliti.
4. Peneliti berkolaborasi dengan keluarga dan di bantu oleh tenaga kesehatan
setempat.
5. Peneliti menawarkan kepada lansia untuk bersedia menjadi responden,
kemudian peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan
dan manfaat dalam penelitian ini.
6. Peneliti melakukan informed consent kepada responden.
7. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden.
8. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan mengisi data
berdasarkan kuisioner yang telah disediakan.
9. Peneliti akan melakukan penelitian dengan mengukur tingkat stres pada
lansia, kemudian mengukur hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi
relaksasi meditasi.
10. Pemberian terapi relaksasi meditasi dilakukan selama 3x dalam 2 minggu
Di Desa Sumberjo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.
11. Peneliti melakukan pendokumentasian.
12. Peneliti memberikan ucapan terimakasih kepada responden dan pihak yang
terlibat dalam penelitian.
13. Peneliti melakukan pengecekan kembali kelengkapan data, kemudian
melakukan pengolahan data dan analisa data.
3.7.2. Alat Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan
menggunakan kuisioner dalam bentuk pertanyaan dalam lembar observasi.

31
1. Observasi
Mengobservasi latihan terapi relaksasi meditasi pada lansia.
2. Kuisioner
Pada kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari nama responden
(menggunakan inisial), jenis kelamin, umur, pekerjaan, alamat. Kuisioner
manajemen stres terdiri dari 3 skor untuk mengetahui tingkat stres pada
lansia.

Kategori Skor
Setress Ringan 1
Setress Sedang 2
Setress Berat 2

3.8 Uji Validitas dan Reabilitas


3.8.1. Uji Validitas
Menurut (Suyanto, 2015), istilah validitas disebut juga sebagai
kesahihan, menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan apa yang
harusnya diukur. Sedangkan menurut (Notoatmojdo, 2014), validitas
merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar – benar
mengukur apa yang yang diukur.
3.8.2. Uji Reabilitas
Reabilitas berasal dari kata dalam bahasa inggris rely, yang berarti
percaya, dan reliable yang artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Dengan
demikian reabilitas adalah suatu kepercayaan dengan ketetapan dan
konsistensi. Intrumen dikatakan dapat dipercaya atau reliabel apabila
memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten (Suyanto, 2015).

3.9 Teknik Analisa Data


3.9.1. Langkah-Langkah Analisi Data
1. Editing
Editing merupakan pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkam baik formulir atau kuisioner (Hidayat, 2017).
2. Coding

32
Coding adalah kegiatan pemberian kode berupa angka atau huruf yang terdiri
dari beberapa kategori yang disesuaikan (Hidayat, 2017). Pemberian kode
dengan cara menandai masing – masing jawaban sebagai berikut :
a. Kode Penilaian penurunan Stress
Kode 0 : Tidak pernah
Kode 1 : Kadang – kadang
Kode 2 : Sering
Kode 3 : Selalu
b. Kode jenis kelamin
Kode 1 : Laki – laki
Kode 2 : Perempuan
c. Kode umur
Kode 1 : usia 45 – 55 Tahun
Kode 2 : usia 56 – 65 Tahun
d. Kode Pendidikan
Kode 1 : SMP
Kode 2 : SMA
e. Kode Pekerjaan
Kode 1 : Tidak bekerja
Kode 2 : Petani
Kode 3 : Swasta
Kode 4 : Wiraswasta
Kode 5 : PNS
Kode 6 : Purna Tugas
3. Memasukkan Data (Data Entry)
Data entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi
(Hidayat, 2017).
4. Tabulasi
Tabulasi data (tabulating) adalah menyusun dan mengorganisir data
sedemikian rupa, sehingga hipotesis dapat dengan mudah dilakukan
penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik
(Suyanto, 2015).

33
3.9.2. Analisis Data
Analisa data adalah suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil kuisioner atau angket, wawancara, catatan
lapangan, serta dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit – unit, menyusun ke dalam pola dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang
lain (Siswanto, 2015).
1. Analisis Univariate (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat atau deskriptif adalah analisis yang menggambarkan
suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan
analisis deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik responden atau
variabel secara aktual dan akurat mengenai faktor – faktor serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki atau diteliti (Suyanto, 2015).
2. Analisis Bivariate/ Multivariat
Analisis bivariate digunakan untuk menguji hipotesis hubungan atau
pengaruh antara dua variabel, sedangkan analisis multivariat digunakan
untuk menguji hipotesis hubungan/ pengaruh lebih dari dua variabel
(Suyanto, 2015).
3.9.3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan sebuah kesimpulan merupakan suatu hasil penelitian berdasarkan
semua data yang sudah diperoleh dari kegiatan penelitian yang dilakukan.
Kesimpulan dari uji statistik yang diperoleh terdiri dari 2 kemungkinan yaitu :
1. Signifikan atau bermakna maksudnya ada pengaruh antara variabel yang
diteliti pada taraf signifikan tertentu yaitu jika p-value ≤ 0,05, maka
hipotesis diterima.
2. Tidak ada signifikan atau tidak bermakna maksudnya tidak ada pengaruh
variabel yang diteliti yaitu jika p-value ≥ 0.05.
3.10 Etika Penelitian
Menurut Flick et al (2004) dalam Siswanto (2015) etika penelitian merupakan
seperangkat aturan dan prinsip – prinsip etik yang disepakati bersama menyangkut
hubungan antara peneliti di satu sisi dan semua yang terlibat dalam penelitian atau
partisipan penelitian di sisi yang lain.
3.10.1 Inform Consent

34
Informed consent merupakan suatu bentuk kesepakatan atau persetujuan
yang konsisten antara peneliti dengan responden dengan dibuktikan lembar
persetujuan kepada responden.
3.10.2 Anonimity (tanpa nama)
Anonimityatau tanpa nama digunakan untuk memberikan kepastian dalam
anonimity penggunaan objek penelitian dengan hanya menyajikan dalam
bentuk kode atau hasil penelitian dari lembar pengumpulan data tanpa
mengisi atau mengumpulkan nama responden pada lembar instrumen
penelitian.
3.10.3 Confidentially (kerahasiaan)
Confidentially yaitu kerahasiaan dari hasil penelitian, baik informasi
maupun data – data yang lainnya. Semua informasi dikumpulkan dan
ditangani secara rahasia oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.

35
Daftar pustaka

Santosa, dkk, 2016. (2016). Pengaruh Teknik Manajemen STress Terhadap Penurunan
Tingkat Stress Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakrma Mataram. Journal
Prima, 2(2), 31–44

Kemenkes RI. (2019). PANDUAN PRAKTIS UNTUK CAREGIVER DALAM PERAWATAN


JANGKA PANJANG BAGI LANJUT USIA. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Maghfiroh, Hikmatul, N. (2015). EFEKTIFITAS TERAPI RELAKSASI MEDITASI


DALAM MENURUNKAN TINGKAT STRES. Psikologi, 11.

Kemenkes RI. (2013). Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat Hingga Tahun 2020.

Dewi, M. R. (2019). Psikoedukasi Manajemen Stress Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas


Rangkah, Surabaya. JPPP - Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Psikologi, 8(1), 27–31.
https://doi.org/10.21009/jppp.081.04

Rahayuni, dkk, 2015. (2015). PENGARUH TERAPI REMINISCENCE TERHADAP


STRES LANSIA DI BANJAR LUWUS BATURITI TABANAN BALI. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 2, 1–9.

36
Lampiran 1 Data Demografi

Data Demografi

Terapi Dzikir Terhadap penurunan stres pada lansia


No. Responden:

A. Data Umum (Data Demografi)


Beri tanda “centang” ( √ ) padapilihan jawaban yang anda anggap sesuai.
1. Nama (inisial) :...................
2. Umur :................... tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Agama :…………………….
5. Alamat :……………………………………………………
6. Tingkat pendidikan:
SD SMA Tidak Sekolah
SMP Diploma Sarjana
7. Pekerjaan:
Tidakbekerja Wiraswasta
PNS Ibu rumahtangga
Pegawaiswasta Lainya, sebutkan………………..
8. Penghasilan:
≤ Rp. 1.509.000 ≥ Rp. 1.509.000
9. Lama menderita Diabetes Mellitus:
<1 tahun ≥1 tahun
10. Mempunyairiwayatkeluarga Diabetes Mellitus:
Ya Tidak
11. Apakah anda sudah pernah mendapat informasi tentang stress:
Ya Tidak
Apabila sudah pernah, informasinya melalui apa:
Media Cetak Petugas Kesehatan
Penyuluhan Lainnya, sebutkan..........................

37
Lampiran 2 SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI DZIKIR


Topik Penerapan terapi modalitas berupa terapi spiritual dzikir
pada pasien
Pengertian Terapi yang menggunakan media dzikir mengingat Allah
yang bertujuan untuk memfokuskan pikiran. Dengan bacaan
do’a dan dzikir orang akan menyerahkan segala
permasalahan kepada Allah, sehingga beban stress yang
dihimpitnya
Mengalami penurunan (Fanada, 2012 dikutip Indri W,
2014)
Tujuan 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan
membakar setan, karena dzikir bagaikan benteng
yang sangat kokoh yang mampu melindungi seorang
hamba dari serangan musuh-musuhnya.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan,
dan depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan,
kebahagiaan dan kelapangan nhidup. Karena dzikir
mengandung psiko terapeutik yang mengandung
kekuatan spiritual atau kerohanian yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa
optimisme yang kuat dalam diri orang yang
berdzikir.
3. Dzikir dapat menghidupkan hati.
4. Dzikir dapat menghapus dosa dan
menyelamatkannya dari adzab Allah, karena dengan
berdzikir dosa akan menjadi suatu kebaikan yang
besar, sedang kebaikan dapat menghapus dan
menghilangkan dosa.
Waktu Selama 4 menit sesudah sholat
Pelaksanaan Pada Pasien stres
Prosedur A. Lingkungan
PenatalaksanaanTerapiDzikir Lingkungan diruang rawat inap Mawar
B. Langkah-langkah
Langkah-langkah respon rileksasi menurut Dr.
Samsuridjal Djauzi, SpPD., KAI (2008) antara lain :
1. MembacaTakbir (Allahhuakbar)/membaca
sholawat
2. Duduklah dengan santai atau bisa berbaring
3. Tutupmata
4. Kendurkan Otot-otot

38
5. Bernafaslah secara alami dan mulai
mengucapkan kalimat Takbir (Allahhuakbar)/
membaca sholawat yang dibaca secara
berulang-ulang
6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah
dan fokuskan pikiran anda
7. Lakukan selama 4 menit sesudah sholat
8. Jika sudah selesai, buka pikiran kembali.
C. 1. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual
menggunakan catatan aktivitas terapi yang telah
dilakukan.
2. Menganalisissesi yang telah dilakukan untuk
melihat keefektifan terapi.
3. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga
perawat dapat mengetahui proses tehnik yang
dilakukan klien dalam mengembangkan.

39
Lampiran 3 Kuesionar

Kuisioner PSS-10

Terapi Dzikir Terhadap penurunan stres pada lansia

KUISIONER Perceived Stress Scale (PSS-10)


Petunjuk pengisian: berilah tanda ( √ ) pada setiap pertanyaan yang tersedia, jika
pernyataan tersebut menjadi jawaban yang menurut anda sangat tepat, bila ada yang
tidak dimengerti langsung tanyakan pada peneliti yang bersangkutan.
Kami harap, anda dapat menunjukkan sejauh mana Anda sering atau tidak pernah dengan
penyataan berikut.
0 = Tidak Pernah
1 = Kadang – kadang
2 = Sering
3 = Sangat Sering
Tidak Kadang Sangat
No Aspek penelitian Sering
Pernah Kadang Sering

Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa


1. sering Anda merasa segala sesuatunya
berjalan lancar?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasa bahwa Anda tidak bisa
2.
atau kesulitan mengatasi semua hal yang
harus Anda lakukan?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda yakin dengan kemampuan
3.
Anda untuk menyelesaikan masalah
pribadi?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
4.
sering anda merasa gugup atau stress?
5. Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasa tidak mampu untuk
mengendalikan hal – hal yang penting

40
dalam kehidupan Anda?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
6. sering Anda tiba – tiba menjadi bingung
karena suatu kejadian?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
7.
sering Anda merasakan bahagia?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda mampu mengendalikan
8.
sesuatu yang menjadi beban dalam hidup
Anda?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasakan marah karena hal
9.
yang tidak sesuai dengan yang Anda
inginkan?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasakan bahwa kesulitan-
10.
kesulitan menumpuk sebegitu banyaknya,
sehingga Anda tidak bisa mengatasinya?

41
Lampiran 3 jadwal dzikir

Jadwal melakukan dzikir

No Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu


1.
2.
3.
4.
5
6.
7.
8.
9.
10.

42

Anda mungkin juga menyukai