Oleh :
NIM. 21.230.19
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1
RI, 2013). Adapun sebaran penduduk lansia menurut data pusat dan
informasi Kementrian Kesehatan Indonesia berdasarkan provinsi
yang salah satunya di provinsi Jawa Timur dengan
persentase(11,5%) di Tahun 2010 – 2035 (RI, 2016). Masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah penyakit tidak
menular seperti hipertensi, peradangan sendi, dan nyeri pada bagian
tertentu. Namun setelah dikaji kembali, keluhan fisik tidak terdapat
masalah karena lansia sering melakukan kegiatan positif untuk
meningkatkan kesehatan fisik, akan tetapi lebih kepada masalah
psikologisnya yaitu stress (Dewi, 2019). Pada lansia, dampak stress
dengan kondisi emosional dapat menimbulkan perasaan gelisah,
khawatir, suasana hati yang sering berubah, mudah marah, dan
mudah tersinggung. Sehingga stress akan berkepanjangan dan
menyebabkan depresi (Rahayuni, dkk, 2015). Selain meningkatkan
kesehatan fisik, akan lebih tepat jika lansia dapat mengimbangi
kesehatan psikologis atau mentalnya, tubuh yang kuat juga perlu
jiwa yang sehat, sehingga peneliti dapat melakukan upaya
mengurangi resiko stress dengan melakukan manajemen stress yang
tepat melalui metode terapi meditasi relaksasipada lansia (Dewi,
2019).
Stress merupakan gangguanstressor yang disebabkan oleh
menurunya permasalahan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan
sosial.Penurunan stress pada lansia sering dipengaruhi oleh
menurunya fungsi tubuh yang dapat mengurangi aktifitas sehingga
Meditasi di nilai sangat baik untuk membantu mengatasi emosi dan
perilaku saat seseorang mengalami stress, kecemasan, dan depresi
berkepanjangan (Prayitno, 2014, dalam Candra, et.all, 2017). waktu
luang semakin banyak dan menimbulkan ketergantungan terhadap
orang lain. Pada usia lanjut stress sering terjadi, untuk meminimalisir
masalah psikologinya lansia perlu melakukan ketenangan mental
dengan cara terapi relaksasi dan meditasi. Selain itu relaksasi
meditasi juga dapat dilakukan selama kurang lebih 20 menit dalam
2
sehari untuk meringankan beban pikiran dan dapat meningkatkan
konsentrasi agar keseimbangan dalam tubuh tetap
terjaga(Sutioningsih, dkk, 2019).teknik terapi relaksasi meditasi
sebagai respon yang dapat membendung aliran hormon stres .Teknik
terapi relaksasi meditasi yang di lakukan secara teratur akan segera
diikuti oeh penurunan kecepatan detak jantung yang signifikan,
penurunan tekanan darah, sistem syaraf menjadi tenang dan
perbaikan dari segala penyimpanan fungsi yang berhubungan dengan
stres .Tekhnik terapi relaksasi meditasi ini di nilai sangat efektif
bagi lansia di bandingkan terapi relaksasi yang lainya karena terapi
ini lebih mudah dilakukan untuk lansia yang memiliki keterbatasan
aktifitas. Untuk hasil lebih maksimal peneliti juga menggunakan
sistem pengendalian pernafasan dalam untuk dapat meningkatkan
sirkulasi oksigen,sehingga otot – otot tubuh saat mengalami
ketegangan akibat cemas cenderung mengendur dan tekanan darah
akan lancar.Dengan demikian setelah melakukan relaksasi meditasi,
tubuh akan mendpatkan respos rileks dan ketenangan. Sehingga
organ tubuh dapat berfungsi normal serta memperbaiki aspek fisik
dan psikologis pada lansia. (Jumrotin, dkk, 2018)
Bahwa untuk menurunkan stres dan afek negatif diperlukan
kegiatan dzikir yaitu mendekatkan diri kepada Alloh SWT.Dzikir
bila dintinjau dari segi bahasa (lughowi) adalah mengingat, sedakan
secara istilah membasahi lidah dengan ucapan pujian kepada Alloh
SWT.Dzikir dapat di dipersamakan dengan menghafal, akan tetapi
terapi dzikir ditekankan pada upaya memperoleh pengetahuan dan
menyimpannya dalam benak. Kemudian, menghadirkan kembali apa
yg telah ada didalam benak.Dzikir memiliki macam faedah, salah
satunya adalah membersihkan diri dan menghadirkan ketenangan.
(Subandi,dkk,2017)
Dengan menggunakan acuan Teori Betty Neuman,
manajemen strees melalui pendekatan psikologis pada lansia di
harapkan dapat mengatasi stress dengan melalui tahapan pencegahan
3
primer, sekunder dan tersier. Namun pencegahan sekunder lebih
spesifik, karena mencakup beberapa aspek penting, salah satunya
yaitu aspek psikologis mengenai kognisi, emosi serta perilaku yang
menghasilkan reaksi dari stres (Candra, dkk, 2017). Sebagai upaya
untuk meminimalisir stress, terapi relaksasi dan meditasi sangat
diperlukan untuk menjaga aspek psikologis pada lansia. Hal ini
bertujuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
terapi relaksasi meditasi terhadap manajemen stress pada lansia dan
dapat mengangkat judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi
Terhadap Penurunan Stres Pada Lansia Di Desa Sumberjo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang”. Dengan adanya penelitian ini
di harapkan dapat bermanfaat untuk lansia mengenai penurunan stres
dengan baik melalui terapi meditasi yang baik agar dapat
mengurangi atau mengatasi tingkat stress guna meningkatkan
kesehatan psikologis pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh terapi relaksasi meditasi terhadap penurunan
stress pada lansia dengan pendekatan psikologis dalam teori Betty
Neuman?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh terapi relaksasi meditasi
terhadap penurunan stress pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengaruh terapi relaksasi meditasi
terhadap penurunan stress pada lansia
2. Mengidentifikasi pre dan post terapi relaksasi
meditasiterhadap penurunan stress pada lansia
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
dalam mengembangkan ilmu keperawatan serta
4
memperkaya penelitian yang membahas tentang penurunan
stress melalui pendekatan psikologis terhadap lansia.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
Memberi wawasan tentang penurunan stress melalui
pendekatan psikologi pada lansia.
2. Bagi Desa Sumberjo
penurunan tingkat stress dengan pendekatan psikologi
menggunakan teori Betty Neuman.
3. Bagi Institusi (Pendidikan Ilmu Keperawatan)
Dapat menambah wawasan dan memperkaya literatur
ilmu keperawatan mengenai penurunan stress dan
psikologi pada lansia. Serta dapat menambah
kepustakaan Pendidikan Keperawatan khususnya mata
ajar Keperawatan Gerontik.
4. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian menggunakan penurunan stress
pada psikologi melalui pendekatan Teori Betty Neuman
dan dapat diterapkan pada lansia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
keluarga, kelompok, masyarakat atau isu sosial (Neuman,
2011c dalam Yani dkk, 2017).
Klien dipandang sebagai suatu kesatuan yang
berinteraksi satu sama lainnya secara dinamis. Model ini
mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhi
sistem klien : fisiologis, psikologis, sosiokultural, tumbuh
kembang (developmental) dan spiritual. Neuman
memasukkan variabel spiritual kedalam buku edisi keduanya.
Dia telah mengubah penulisan kata holistik menjadi kata
wholistik) pada buku terbitanya yang kedua dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman terhadap istilah yang
merujuk pada manusia yang seutuhnya (Neuman, 1988
dalam Yani dkk, 2017).
2.1.3. Sistem Terbuka
Suatu sistem disebut sistem terbuka ketika di
dalamnya terdapat satu aliran input yang kontinyu, proses,
keluaran, dan umpan balik. Stres dan reaksinya terhadap stres
merupakan komponen utama dari suatu sistem yang terbuka
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk,2017). Sistem terbuka
tersebut meliputi :
1. Fungsi atau Proses
Klien sebagai suatu sistem melakukan pertukaran
energi, informasi, dan lainya dengan lingkungan
sekitarnya beserta seluruh bagian dan sub bagian dari
suatu sistem tersebut sebagaimana mereka
menggunakan sumber energinya untuk bergerak
menuju keadaan yang lebih stabil dan menyeluruh
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2. Input dan Output
Klien dianggap sebagai suatu sistem yang memiliki
input dan output berupa suatu materi, energi, dan
informasi, di mana hal tersebut memungkinkan untuk
7
mengalami proses pertukaran antara klien dan
lingkungannya (Neuman, 2011c dalam Yani dkk,
2017).
3. Umpan Balik
Suatu output dari sistem dapat berupa materi, energi
dan informasi yang berlaku sebagai umpan balik untuk
input selanjutnya dimana hal tersebut dianggap sebagai
suatu tindakan perbaikan untuk merubah,
meningkatkan, atau menstabilkan suatu sistem
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
4. Negentropy
Suatu proses konservasi energi yang membantu suatu
sitem pada saat melakukan aktifitas untuk mencapai
stabilitas atau kesejahteraan yang disebut sebagai
negentropy (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
5. Stabilitas
Stabilitas merupakan suatu keadaan dalam keadaan
keseimbangan (state of balance) yang bersifat dinamis
di mana pertukaran energi dapat terjadi tanpa
mengubah karakteristik dari suatu sistem yang bergerak
menuju kondisi kesehatan yang optimal dan terintegrasi
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.4. Lingkungan
Sebagaimana didefinisikan oleh Neuman, kekuatan
internal dan eksternal seorang klien, dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh klien pada suatu waktu tertentu, sama
halnya dengan lingkungan bentukan (Created Environment).
Lingkungan ini dibentuk secara tidak langsung disadari oleh
seorang klien untuk mengekspresikan sistem yang
menyeluruh (wholeness) secara simbolis. Hal ini bertujuan
untuk memberikan perlindungan bagi fungsi sistem klien
8
tersebut dan mencegah klien terpapar terhadap stresor
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.5. Sistem Klien
Sistem klien adalah suatu gabungan dari lima variabel
(fisiologis, psikologis, sosial budaya, tumbuh kembang, dan
spiritualitas) yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Variabel fisiologis mengacu kepada struktur dan fungsi tubuh
manusia. Psikologis mengacu kepada proses mental pada saat
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Variabel sosial
budaya mengacu kepada akibat dan pengaruh kondisi sosial
dan budaya. Variabel tumbuh kembang mengacu pada proses
dan aktivitas berdasarkan usia. Variabel spriritualitas
mengacu kepada kepercayaan spiritual beserta pengaruhnya
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
1. Struktur Dasar
Klien sebagai suatu sistem terdiri dari bagian utama
yang menunjukkan faktor pertahanan dasar atau sumber
energi yang dimiliki oleh klien tersebut (Neuman,
2011c dalam Yani dkk, 2017).
2. Garis Resistensi
Lingkaran dengan garis putus – putus yang
mengelilingi struktur inti dasar disebut sebagai garis
resistensi yang menjukkan sumber faktor yang
membentuk klien untuk mempertahankan dirinya
melawan suatu stresor yang muncul. Garis pertahanan
bertindak sebagai faktor pelindung yang diaktivasi oleh
stresor yang memasuki garis pertahanan normal
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
3. Garis Pertahanan Normal
Garis pertahanan normal adalah lingkaran dengan garis
tegas yang berada paling luar dari struktur inti.
Lingkaran ini menunjukkan tingkatan dari adaptasi
9
kesehatan individu yang bisa berubah sepanjang waktu
dan bertindak sebagai standar pengukuran dari
penyimpangan kesejahteraan (wellness deviation).
Perluasan garis pertahanan normal merefleksikan
adanya peningkatan keadaan sejahtera sedangkan
penyempitan garis pertahanan tersebut menunjukkan
adanya penurunan kondisi sejahtera (Neuman, 2011c
dalam Yani dkk, 2017).
4. Garis Pertahanan Fleksibel
Lingkaran terluar dari model tersebut yang
digambarkan dalam garis putus – putus merupakan
garis pertahanan yang fleksibel. Hal ini dipersepsikan
sebagai suatu bagian pelindung untuk mencegah
masuknya stresor yang dapat merusak keadaan
sejahtera secara umum yang direfleksikan oleh garis
pertahanan normal. Faktor situasi baik yang bersifat
positif atau negatif dapat mempengaruhi tingkat
perlindungan yang diberikan oleh garis pertahanan
fleksibel. Neuman menjelaskan garis pertahanan
fleksibel sebagai suatu mekanisme perlindungan tingkat
pertama dalam diri klien. “Ketika garis pertahanan
fleksibel meluas, keadaan ini menunjukkan adanya
perlindungan jangka pendek yang besar untuk melawan
masuknya stresor, ketika garis tersebuh menyempit,
keadaan tersebut menunjukkan perlindungan yang
berkurang” (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.6. Kesehatan
Kesehatan adalah suatu rentang dari sejahtera menuju
sakit yang bersifat dinamis. Keadaan sejahtera yang optimal
terjadi pada saat kebutuhan dari suatu sistem dapat terpenuhi
secara menyeluruh (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
10
a. Sejahtera
Keadaan sejahtera terjadi ketika semua sub bagian dari
sistem dapat berinteraksi secara harmonis dengan
keseluruhan sistem dan semua kebutuhan sistem
tersebut dapat dipenuhi (Neuman, 2011c dalam Yani
dkk, 2017).
b. Sakit
Kondisi sakit menempati posisi pada kutub yang
berlawanan dari kondisi sejahtera ketika adanya kondisi
yang tidak stabil dan terdapat penurunan energi
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.7. Stresor
Stresor merupakan stimulus yang dapat menimbulkan
tekanan yang berpotensi untuk merusak stabilitas sistem yang
dapat menghasilkan luaran positif atau negatif. Mereka dapat
muncul karena hal sebagi berikut :
a. Kekuatan yang datang dari dalam diri seseorang
(intrapersonal forces) misalnya respons terhadap suatu
kondisi tertentu.
b. Kekuatan yang berasal dari relasi antar individu
misalnya peran yang diharpkan dalam diri seseorang.
c. Kekuatan yang berasal dari luar diri dari seorang
individu misalnya kondisi keuangan (Neuman, 2011c
dalam Yani dkk, 2017).
2.1.8. Derajat Reaksi
Tingkatan reaksi menunjukkan ketidakstabilan suatu
sistem yang terjadi ketika stresor memasuki garis pertahanan
normal (Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
2.1.9. Pencegahan Sebagai Suatu Intervensi
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan membantu
klien untuk mengatasi, memperoleh atau memelihara
stabilitas sistem. Hal tersebut dapat terjadi baik sebelum atau
11
sesudah garis pertahanan perlindungan dan garis resistensi
berhasil ditembus oleh stresor. Neuman berpendapat bahwa
intervensi awal terjadi ketika adanya stresor yang
mencurigakan atau stresor tersebut dapat diidentifikasi
dengan jelas dari sejak awal. Intervensi didasarkan pada
tingkat kemungkinan atau aktual dari suatu reaksi, sumber,
tujuan, dan antisipasi keluaran. Neuman mengidentifikasi
tiga tingkatan dari intervensi yaitu primer, sekunder, dan
tersier (Neuman, 2011 dalam Yani dkk, 2017).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer digunakan ketika suatu stresor
diduga atau diidentifikasi. Suatu reaksi belum terjadi
namun tingkat resiko sudah bisa diketahui. Tujuan dari
hal ini adalah untuk mengurangi kemungkinan
mengatasi stresor atau untuk mengurangi kemungkinan
reaksi yang akan terjadi (Neuman, 2011c dalam Yani
dkk, 2017).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder mencakup intervensi atau
tindakan yang diberikan setelah munculnya gejala
akibat stres yang dialami. Sumberdaya internal dan
eksternal dari seorang klien dapat digunakan untuk
memperkuat garis pertahanan resistensi internal,
mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi
(Neuman, 2011c dalam Yani dkk, 2017).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terjadi setelah tindakan aktif atau
tahap pencegahan. Tujuanya adalah untuk
mempertahankan keadaan optimal dengan mencegah
reaksi atau regresi yang berulang. Tindakan tersier
mengarahkan klien untuk kembali pada suatu siklus
12
dari pencegahan primer (Neuman, 2011c dalam Yani
dkk, 2017).
2.1.10. Rekonstitusi
Rekonstitusi terjadi setelah tindakan yang diberikan
untuk mengatasi reaksi terhadap stresor. Hal ini
menunjukkan adanya pengambilan stabilitas dari suatu
sistem, dan tingkat kesejahteraan bisa berada pada posisi
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari pada sebelum
stresor masuk ke dalam sistem tersebut (Neuman, 2011c
dalam Yani dkk, 2017).
2.2 Konsep Relaksasi
2.2.1 Definisi Relaksasi
Menurut Henny Regina Salve dan Hendro Prabowo,
relaksasi merupakan salah satu treatment untuk menurunkan
stress (Maghfiroh, Hikmatul, 2015). Tujuan relaksasi adalah
untuk mencegah terbentuknya respon stres terutama dalam
sistem saraf dan hormon. Pada akhirnya, tekhnik relaksasi
dapat meminimalkan gejala fisik akibat stress ketika tubuh
bekerja terlalu berlebihan (National Safety Council, 2004).
2.2.2 Metode Relaksasi
Karena hubungan tubuh dan pikiran sangat kuat,
maka tekhnik relaksasi saja tidak sepenuhnya dapat
menenangkan fisik dan pikiran. Maka diperlukan jga
beberapa cara untuk rileks seperti berikut ini :
1. Pernapasan Diafragma
Pernapasan diafragma adalah salah satu metode
relaksasi yang termudah karena metode ini dilakukan
oleh pernapasan itu sendiri secara normal tanpa perlu
berpikir atau merasa ragu. Dalam metode yang paling
sederhana, pernapasan diafragma merupakan
pernapasan yang pelan, sadar dan dalam. Hal ini sering
dilakukan dengan tekhnik menarik napas dalam lalu
13
mulai mengelompokkan kembali semua pikiran, untuk
mendapatkan ketenangan. Perbedaan di antara
pernapasan diafragma dan pernapasan normal adalah
bahwa metode ini khusus melibatkan gerakan sadar
abdomen bagian bawah atau daerah perut (National
Safety Council, 2004).
2. Pelatihan Otogenik
Kata otogenik berarti pengaturan diri atau
pembentukan diri sendiri. Ide dasar dari penelitian
otogenik ini adalah untuk mempelajari cara
mengalihkan pikiran sehingga dapat menyingkirkan
respons stres yang mengganggu pikiran. Adapun
langkah – langkah untuk relaksasi otogenik yaitu :
a. Posisi Tubuh
Posisi terbaik dalam tekhnik ini adalah
bersandar atau berbaring. Buatlah posisi
senyaman mungkin untuk tubuh dengan
berbaring di tempat tidur dengan kedua tangan
di samping tubuh dan telapak tangan
menghadap ke atas, kemudian tungkai lurus.
b. Konsentrasi dan Kewaspadaan
Dalam tekhnik ini gunakan cara berpikir yang
pasif, bukan defensif. Konsentrasi dalam
pelatihan otogenik ini adalah menemukan
pikiran lain yang berusaha mengalihkan
perhatian, perlahan fokuskan kembali pikiran
tersebut. Dengan latihan yang teratur, semakin
lama perlahan akan menguasai keterampila
berkonsentrasi sehingga stress dapat di atasi
(National Safety Council, 2004).
14
2.3 Konsep zikir
zikir bila di tinjau dari segi bahasa (lughow) adalah
mengingat, sedangkan secara istilah adalah membasahi lidah
dengan ucapan-ucapan pujian kepada alloh swt. asal mulanya
di artikannya bersih(ashshafa), wadahnya adalah
menyempurnakan(al-wafa), dan syaratnya adalah amal
sholeh dan khasiatnya adalah terbukanya tirai rahasia atas
kedekatannya kepada alloh swt. zikir merupakan do'a dimana
akan mengingat dan mengungkapkan perasaan, kemauan dan
keinginan sehingga zikir orang akan memperoleh ketenangan
, jiwa dan kelegaan batin. penyebab diantaranya
adalahkarena faktor perubahanperubahan secara biologis
yang terjadi karena proses penuaan (Aging Proses),
kesehatan yang menurun,kebosanan, tidak dikunjungi sanak
saudara, dan masalahmasalah yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari.mengalami kecemasan dan kehilangan peran diri,
kependudukan sosial serta perpisahan dengan orangorang
yang dicintai, dan tidak jarang banyak yang mengalami sakit,
karena kesehatan yang menurun,serta banyak juga yang
mempunyai hubungan yang tidak baik antar sesama lansia.
Itu disebabkan karena faktor emosi. (saifulloh2021)
2.4 Konsep Meditasi
2.3.1 Definisi Meditasi
Meditasi adalah latihan mental, yang merupakan
metode untuk melatih perhatian agar dapat meningkatkan
taraf kesadaran, sehingga dapat membawa proses – proses
mental lebih terkontrol secara sadar (Maghfiroh, Hikmatul,
2015). Meditasi dari bahasa sanskerta berarti bhavana adalah
tekhnik psikologis yang mengubah stresor negatif dan
memulai cara berpikir yang positif agar dapat mengarah pada
kedamaian, kesejahteraan, hormon dan ketenangan
(Rinpoche, 2009).
15
2.3.2 Jenis – Jenis Meditasi
Menurut falsafah Timur terbagi menjadi dua yaitu
eksklusif (terbatas) dan inklusif (terbuka) dengan gaya dan
format yang berbeda. Tetapi tujuanya tetap sama untuk
menjernihkan pikiran yang dapat menimbulkan ketenangan
batin.
1. Meditasi Eksklusif
Meditasi eksklusif disebut juga sebagai meditasi
konsentrasi. Dimana mengharuskan untuk mengusir
semua pikiran negatif dan fokus terhadap suatu hal
yang dapat menimbulkan rasa ketenangan dan
kesejahteraan. Adapun metode yang dapat
memusatkan perhatian untuk tetap berkonsentrasi
yaitu :
a. Pengulangan mental, merupakan pikiran yang
diulang berkali – kali yang pada umumnya
dilakukan dengan mengucapkan mantra, sebagai
contoh (semangat, pasti bisa, aku yakin, aku
mampu).
b. Konsentrasi penglihatan, tekhnik yang melibatkan
pandangan terhadap suatu benda atau bayangan
seperti cahaya lilin, setangkai bunga, gambar yang
indah untuk membatu berkonsentrasi.
c. Bunyi berulang, yaitu bunyi yang berulang antara
lain bunyi pukulan drum, lonceng, suara aliran air
terjun, suara lembut ombak, dan beberapa jenis
musik instrumental.
d. Gerakan fisik yang berulang seperti bernapas
dalam dan berolahraga aerobik ritmik seperti
berlari, berenang, jogging. Karena di anggap dapat
menciptakan keadaan meditasi.
16
e. Gerakan taktil (sentuhan) yang berulang,
memegang atau memanipulasi objek kecil seperti
batu berguling, kerang, atau kuncup mawar juga
dapat memusatkan pikiran ke satu pikiran.
2. Meditasi Inklusi
Tekhnik ini juga disebut sebagai “meditasi akses”.
“meditasi batin”, dan “kesadaran”. Meditasi inklusif
sangat mirip dengan asosiasi bebas, yaitu pikiran
menerawang tanpa tujuan. Bebas menerima semua
pikiran baik yang disadari atau tidak. Tetapi semua
pikiran tersebut harus di pilih secara objektif dan
tanpa ada penilaian atau keterikatan emosional. Proses
ini disebut sebagai observasi lepas.
2.5 Konsep Lanjut Usia
2.5.1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi menua adalah suatu proses perubahan
kumulatif yang terus menerus akibat menurunya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh. Menjadi tua merupakan hal yang semestinya
terjadi dalam kehidupan manusia, karena perubahan
tersebut suatu hal yang alamiah dan telah melalui tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016).
Masa tua akan datang dengan sendirinya tanpa diminta
dan tidak bisa di tolak, dimana tidak semua orang bisa
menerima kenyataan ini dengan baik. Masa lansia adalah
proses yang berkelanjutan dalam dimensi waktu dan
merupakan fase trakhir dari perkembangan seseorang
(Rahman, 2016).
2.5.2. Batasan Lansia
17
Menurut(Kholifah, 2016), batasan – batasan lansia
mencakup batasan umur sebagai berikut :
1. Menurut WHO (1999), menjelaskan batasan
lansia sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60 – 74
tahun
b. Usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) yaitu usia > 90
tahun
2. Menurut Depkes RI (2005) bahwa batasan lansia
dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45 –
59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke
atas atau 60 tahun ke atas dengan masalah
kesehatan
2.5.3. Ciri - Ciri Lansia
Menurut (Kholifah, 2016), ciri – ciri pada lansia
adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia biasanya berasal dari
faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi adalah
peran penting dalam kemunduran lansia.
Misalnya, lansia yang memiliki semangat rendah
dalam melakukan aktifitas, maka proses
kemunduran fisik semakin cepat, tetapi ada juga
lansia yang memiliki semangat tinggi dalam
melakukan aktifitas maka lansia kemunduran fisik
pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
18
Sikap sosial yang tidak menyenangkan atau
merugikan terhadap lansia menjadi akibat yang
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik.
Misalnya, lansia yang keras kepala tetap
menganggap pendapatnya yang paling benar dan
pendapat orang lain tidak benar, maka sikap sosial
di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga
lansia yang memiliki tentang rasa kepada orang di
sekitarnya, maka siakp sosial di masyarakatnya
menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia akibat lansia
mengalami kemunduran dalam segala hal.
Perubahan peran pada lansia seharusnya
dilakukan atas dasar keinginannya sendiri, bukan
karena paksaan atau tekanan dari lingkungan.
Misalnya lansia menduduki jabatan sebagai ketua
anggota di masyarakat desanya, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan jabatanya
selama lansia tersebut masih dalam keadaan baik
dan mampu melaksanakan tugas tersebut.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk pada lansia cenderung
membuat lansia mengalami perilaku yang buruk
dalam penyesuaian pada dirinya. Misalnya, lansia
yang tinggal satu atap dengan keluarga sering
tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan
karena dianggap pola pikirnya terlalu kuno dan
tidak sesuai dengan yang di harapkan oleh
keluarga lainya. Kondisi tersebut yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan
dan cepat tersinggung.
19
2.5.4. Perubahan Pada Usia Lanjut
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia sebagian
besar kearah yang buruk, proses dan waktu yang
dialami pun berbeda untuk masing – masing
individu. Perubahan tersebut mencakup perubahan
penampilan, perubahan fungsi fisiologis, panca
indra, dan seksual (Rahman, 2016).
2. Perubahan Kemampuan Motorik
Pada umumnya perubahan kemampuan motorik
pada lansia lebih lambat dan aktifitas pergerakanya
kurang begitu baik di bandingkan pada masa
mudanya. Perubahan tersebut disebabkan oleh faktor
fisik dan psikologis seperti berikut :
a. Menurunya kekuatan dan tenaga yang
terjadi karena bertambahnya usia,
menurunya tenaga otot, masalah persendian
serta gemetas pada tangan dan kaki.
b. Penyebab psikologisnya berasal dari
kesadaran akan merosotnya perasaan
mengenai harga diri di bandingkan orang
yang lebih muda.
c. Perubahan kemampuan mental yang
menurun sehingga kemunduran
kemampuan mental mengalami
kemunduran.
d. Perubahan minat pada usia lanjut.
(Rahman, 2016).
2.5.5. Perkembangan Lansia
Usia 60 tahun adalah usia mendekati akhir dari siklus
kehidupan manusia di dunia dengan mengalami proses
menjadi tua. Dimana pada masa ini manusia mengalami
20
kelemahan fisik, mental dan sosial secara berangsur –
angsur dan mulai lambat dalam melakukan aktifitas sehari
hari. Perubahan kumulatif pada manusia termasuk tubuh,
jaringan dan sel yang mengalami kemunduran secara
fungsional. Sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai
penyakit (Rahman, 2016).
21
2.6 Kerangka Konsep
Stressor
Stressor
Stressor Struktur
dasar
Pencegahan Mengenali
primer Mengklasifikasi
22
2.7 Hipotesis
H1menyatakan bahwa ada pengaruh pre dan post terapi
meditasi relaksasi terhadap penurunan stress pada lansia.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan
Januari,Februari2023
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian direncanakan Di Desa Sumberjo Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang
3.3 Kerangka Kerja (Frame Work)
Populasi
Lansia yang mengalami stress Di Desa Sumberjo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang yang berjumlah 35
orang.
Sampel
Sesuai dengan kriteria peneliti dengan jumlah 32 orang
Teknik Sampling
Purposive Sampling
Desain Penelitian
One group pretest-posttest
Pretest
Pada responden menggunakan observasi
Perlakuan
Peneliti dan tenaga kesehatan posyandu setempat akan
mengukur tentang terapi meditasi relaksasi pada lansia
Posttest
Pada responden dengan menggunakan observasi
25
Pengolahan dan Analisa Data
Editing, Coding, dan Tabulating,
Kesimpulan
a) Jika P > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh
b) Jika P < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh
26
n= 35
1 + 35(0,052)
n= 35
1 + 35(0,0025)
n= 55
1 + 0,0875
n = 32, 1~ 32
Jadi jumlah sampel yang diambil sebanyak 32 orang
dengan menggunakan 1 kelompok saja.
3.4.3 Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling dengan menggunakan jenis purposive
sampling. Merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang d
kehendaki oleh peneliti (Nursalam, 2014).
3.5 Indentifikasi Variabel
3.5.1 Definisi Variabel
Variabel adalah suatu karakteristik yang diobservasi dari
satu satuan pengamatan dengan keadaan yang berbeda atau
berubah – ubah dari satu satuan pengamatan yang sama.
Sehingga karakteristiknya berubah menurut waktu dan tempat
(Suyanto, 2015).
3.5.2 Jenis Variabel
Menurut (Suyanto, 2015), jenis variabel dalam penelitian
dibedakan menjadi :
27
1. Variabel bebas (Independent)
Variabel bebas atau variabel independent merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
2. Variabel terikat (Dependent)
Variabel terikat atau variabel dependent merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.
28
3.6 Definisi Operasional
29
sekitar.
4. Stress Berat,
merupakan keadaan
stress yang dialami
oleh lansia seperti
sulit menerima
keadaan yang ada.
5. Stress Sangat Berat,
merupakan keadaan
yang sudah kronis
terjadi antara
beberapa bulan
sampai waktu yang
tidak bisa
ditentukan.
30
3.7 Pengumpulan Data dan Alat Penelitian
3.7.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2014), dengan memalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Mengurus surat izin studi pendahuluan dari STIKes Kepanjen untuk
memperoleh izin melakukan studi pendahuluan Di Desa Sumberjo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.
2. Peneliti mengajukan uji etik ke komite etik.
3. Penelitian dilakukan Di Desa Sumberjo Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang pada bulan Januari 2023 – februari2023 yang telah ditetapkan
sesuai dengan kriteria peneliti.
4. Peneliti berkolaborasi dengan keluarga dan di bantu oleh tenaga kesehatan
setempat.
5. Peneliti menawarkan kepada lansia untuk bersedia menjadi responden,
kemudian peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan
dan manfaat dalam penelitian ini.
6. Peneliti melakukan informed consent kepada responden.
7. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden.
8. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan mengisi data
berdasarkan kuisioner yang telah disediakan.
9. Peneliti akan melakukan penelitian dengan mengukur tingkat stres pada
lansia, kemudian mengukur hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi
relaksasi meditasi.
10. Pemberian terapi relaksasi meditasi dilakukan selama 3x dalam 2 minggu
Di Desa Sumberjo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.
11. Peneliti melakukan pendokumentasian.
12. Peneliti memberikan ucapan terimakasih kepada responden dan pihak yang
terlibat dalam penelitian.
13. Peneliti melakukan pengecekan kembali kelengkapan data, kemudian
melakukan pengolahan data dan analisa data.
3.7.2. Alat Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan
menggunakan kuisioner dalam bentuk pertanyaan dalam lembar observasi.
31
1. Observasi
Mengobservasi latihan terapi relaksasi meditasi pada lansia.
2. Kuisioner
Pada kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari nama responden
(menggunakan inisial), jenis kelamin, umur, pekerjaan, alamat. Kuisioner
manajemen stres terdiri dari 3 skor untuk mengetahui tingkat stres pada
lansia.
Kategori Skor
Setress Ringan 1
Setress Sedang 2
Setress Berat 2
32
Coding adalah kegiatan pemberian kode berupa angka atau huruf yang terdiri
dari beberapa kategori yang disesuaikan (Hidayat, 2017). Pemberian kode
dengan cara menandai masing – masing jawaban sebagai berikut :
a. Kode Penilaian penurunan Stress
Kode 0 : Tidak pernah
Kode 1 : Kadang – kadang
Kode 2 : Sering
Kode 3 : Selalu
b. Kode jenis kelamin
Kode 1 : Laki – laki
Kode 2 : Perempuan
c. Kode umur
Kode 1 : usia 45 – 55 Tahun
Kode 2 : usia 56 – 65 Tahun
d. Kode Pendidikan
Kode 1 : SMP
Kode 2 : SMA
e. Kode Pekerjaan
Kode 1 : Tidak bekerja
Kode 2 : Petani
Kode 3 : Swasta
Kode 4 : Wiraswasta
Kode 5 : PNS
Kode 6 : Purna Tugas
3. Memasukkan Data (Data Entry)
Data entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi
(Hidayat, 2017).
4. Tabulasi
Tabulasi data (tabulating) adalah menyusun dan mengorganisir data
sedemikian rupa, sehingga hipotesis dapat dengan mudah dilakukan
penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik
(Suyanto, 2015).
33
3.9.2. Analisis Data
Analisa data adalah suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil kuisioner atau angket, wawancara, catatan
lapangan, serta dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit – unit, menyusun ke dalam pola dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang
lain (Siswanto, 2015).
1. Analisis Univariate (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat atau deskriptif adalah analisis yang menggambarkan
suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan
analisis deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik responden atau
variabel secara aktual dan akurat mengenai faktor – faktor serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki atau diteliti (Suyanto, 2015).
2. Analisis Bivariate/ Multivariat
Analisis bivariate digunakan untuk menguji hipotesis hubungan atau
pengaruh antara dua variabel, sedangkan analisis multivariat digunakan
untuk menguji hipotesis hubungan/ pengaruh lebih dari dua variabel
(Suyanto, 2015).
3.9.3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan sebuah kesimpulan merupakan suatu hasil penelitian berdasarkan
semua data yang sudah diperoleh dari kegiatan penelitian yang dilakukan.
Kesimpulan dari uji statistik yang diperoleh terdiri dari 2 kemungkinan yaitu :
1. Signifikan atau bermakna maksudnya ada pengaruh antara variabel yang
diteliti pada taraf signifikan tertentu yaitu jika p-value ≤ 0,05, maka
hipotesis diterima.
2. Tidak ada signifikan atau tidak bermakna maksudnya tidak ada pengaruh
variabel yang diteliti yaitu jika p-value ≥ 0.05.
3.10 Etika Penelitian
Menurut Flick et al (2004) dalam Siswanto (2015) etika penelitian merupakan
seperangkat aturan dan prinsip – prinsip etik yang disepakati bersama menyangkut
hubungan antara peneliti di satu sisi dan semua yang terlibat dalam penelitian atau
partisipan penelitian di sisi yang lain.
3.10.1 Inform Consent
34
Informed consent merupakan suatu bentuk kesepakatan atau persetujuan
yang konsisten antara peneliti dengan responden dengan dibuktikan lembar
persetujuan kepada responden.
3.10.2 Anonimity (tanpa nama)
Anonimityatau tanpa nama digunakan untuk memberikan kepastian dalam
anonimity penggunaan objek penelitian dengan hanya menyajikan dalam
bentuk kode atau hasil penelitian dari lembar pengumpulan data tanpa
mengisi atau mengumpulkan nama responden pada lembar instrumen
penelitian.
3.10.3 Confidentially (kerahasiaan)
Confidentially yaitu kerahasiaan dari hasil penelitian, baik informasi
maupun data – data yang lainnya. Semua informasi dikumpulkan dan
ditangani secara rahasia oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.
35
Daftar pustaka
Santosa, dkk, 2016. (2016). Pengaruh Teknik Manajemen STress Terhadap Penurunan
Tingkat Stress Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakrma Mataram. Journal
Prima, 2(2), 31–44
Kemenkes RI. (2013). Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat Hingga Tahun 2020.
36
Lampiran 1 Data Demografi
Data Demografi
37
Lampiran 2 SOP
38
5. Bernafaslah secara alami dan mulai
mengucapkan kalimat Takbir (Allahhuakbar)/
membaca sholawat yang dibaca secara
berulang-ulang
6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah
dan fokuskan pikiran anda
7. Lakukan selama 4 menit sesudah sholat
8. Jika sudah selesai, buka pikiran kembali.
C. 1. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual
menggunakan catatan aktivitas terapi yang telah
dilakukan.
2. Menganalisissesi yang telah dilakukan untuk
melihat keefektifan terapi.
3. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga
perawat dapat mengetahui proses tehnik yang
dilakukan klien dalam mengembangkan.
39
Lampiran 3 Kuesionar
Kuisioner PSS-10
40
dalam kehidupan Anda?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
6. sering Anda tiba – tiba menjadi bingung
karena suatu kejadian?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
7.
sering Anda merasakan bahagia?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda mampu mengendalikan
8.
sesuatu yang menjadi beban dalam hidup
Anda?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasakan marah karena hal
9.
yang tidak sesuai dengan yang Anda
inginkan?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasakan bahwa kesulitan-
10.
kesulitan menumpuk sebegitu banyaknya,
sehingga Anda tidak bisa mengatasinya?
41
Lampiran 3 jadwal dzikir
42