Oleh:
(NIM.17621073)
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat dan izin Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,
penyusunan Buku Petunjuk Teknis Terapi Senam Otak Untuk Pra Lansia
Terhadap Tingkat Demensia ini akhirnya dapat diselesaikan.
Tujuan utama Buku Petunjuk Teknis Terapi Senam Otak Untuk Pra
Lansia Terhadap Tingkat Demensia ini adalah sebagai acuan upaya
preventif dalam menghambat kejadian Demensia guna mewujudkan hidup
lansia yang berkualitas.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB 2 PEDOMAN PELAKSANAAN..................................................................................3
2.1 PENGERTIAN.......................................................................................................3
2.2 MANFAAT SENAM OTAK....................................................................................3
2.3 PELAKSANAAN GERAKAN TERAPI SENAM OTAK.................................................3
2.4 DIMENSI OTAK....................................................................................................4
BAB 3 PELAKSANAAN TERAPI SENAM OTAK.................................................................6
3.1 INDIKASI.............................................................................................................6
3.2 KONTRAINDIKASI................................................................................................6
3.3 PERSIAPA............................................................................................................6
3.4 ATURAN PELAKSANAAN.....................................................................................6
3.5 PERLAKSANAAN..................................................................................................6
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN........................................................................................................................13
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Salah satu cara penanganan Demensia adalah aktivitas fisik dengan senam
otak . Senam otak merupakan salah satu strategi dalam menurunkan resiko
penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia dikarenakan merupakan kegiatan yang
dapat menstimulasi otak (Noor & Merijanti, 2020). Senam ini dapat
memperlancar aliran darah dan suplai oksigen ke otak, meningkatkan daya ingat
dan konsentrasi, meingkatkan energi tubuh, mengatur tekanan darah,
meningkatkan penglihatan, keseimbangan jasmani, dan juga koordinasi. Senam
1
otak dapat dilakukan segala umur, baik lansia, bayi, anak autis, remaja,maupun
orang dewasa (Widyastuti et al., 2020).
1. Maksut petunjuk teknis terapi senam otak untuk pra lansia terhadap tingkat
Demensia adalah sebagai panduan dalam melaksanakan penelitian.
2. Tujuan petunjuk teknis terapi senam otak untuk pra lansia terhadap tingkat
Demensia adalah tersedianya acuan atau pedoman cara melakukan terapi
senam otak dengan efektif.
2
BAB 2 PEDOMAN PELAKSANAAN
2.1 PENGERTIAN
Senam otak dikenal di Amerikan, dengan tokoh yang menemukannya yaitu
Paul E. Denisson seorang ahli pelopor dalam penerapan penelitian otak, bersama
istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Senam otak atau brain gym
adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat
untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan),
merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah
(limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Setiawan, 2014).
Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan
sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara
sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya otak bagian kiri bertanggung jawab
untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Akan tetapi, otak manusia
juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah dimensi
lateralis untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian
belakang otak (batang otak dan brain stem) dan bagian otak depan (midbrain) dan
otak besar (cerebral cortex) (Setiawan, 2014).
2.3 PELAKSANAAN GERAKAN TERAPI SENAM OTAK
Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana
saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 15-20
menit, sebanyak 2-3 kali dalam seminggu. Senam otak ini melatih otak bekerja
dengan melakukan gerakan pembaruan (repattening) dan aktivitas brain gym.
Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau
3
terhambat. Disamping itu senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan
oksigen keotak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat
kesimbangan aktifitas kedua belahan otak secara bersamaan (Setiawan, 2014).
2.4 DIMENSI OTAK
1. Lateralisasi (Sisi)
Otak kita terdiri dari dua bagian. Masing-masing belahan otak
mempunyai tugas tertentu. Secara garis besar, otak bagian kiri berpikir
logis dan rasional, menganalisa, berbicara, berorientasi pada waktu dan
hal-hal terinci: sedangkan otak bagian kanan intuitif, merasakan, music,
menari, kreatif, melihat keseluruhan, ekspresi badan, dst. Otak belahan kiri
mengatur badan bagian kanan, mata dan telinga kanan. Otak belahan
kanan mengontrol badan bagian kiri, mata dan telinga kiri, Dua belahan
otak disambungkan dengan “Corpus callosum” yaitu simpul saraf
kompleks dimana terjadi transmisi informasi antara kedua belahan otak.
Otak bagian kiri aktif bila sisi kanan tubuh digerakan dan otak
bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakan. Sifat ini
memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan
kanan atau kiri, dan juga untuk integrase kedua sisi tubuh (bilateral
integration), yaitu untuk menyeberangi garis tengah tubuh untuk bekerja
di “bidang tengah”. Kemampuan belajar paling tinggi apabila kedua
belahan otak bekerja sama dengan baik.
2. Fokus
Fokus adalah kemampuan menyeberangi “garis tengah partisipasi”
yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagian
belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobes). Perkembangan reflex
antara otak bagian belakang dan bagian depan yang mengalami fokus
kurang (underfocused) disebut “kurang perhatian”, “kurang mengerti”,
“terlambat bicara”, atau “hiperaktif”. Kadangkala perkembangan reflex
antara otak bagian depan dan belakang mengalami fokus lebih
(overfocused) dan berusaha terlalu keras. Gerakan-gerakan yang
membantu melepaskan hambatan fokus adalah aktivitas integrase
depan/belakang.
4
3. Pemusatan
Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah
antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian
atas dan bawah otak, bagian tengah sistem limbik (mid brain) yang
berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar (cerebrum)
untuk berpikir yang abstrak. Ketidakmampuan untuk mempertahankan
pemusatan ditandai dengan ketakutan yang tak beralasan,
ketidakmampuan untuk menyatakan emosi.
1.
5
BAB 3 PELAKSANAAN TERAPI SENAM OTAK
3.1 INDIKASI
Indikasi senam otak dapat dilakukan untuk semua golongan usia, mulai
dari bayi, hingga usia lanjut (kondisi depresi, ibu hamil, anak autism, dan
gangguan konsentrasi. (Prasetya, 2010).
3.2 KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi dari senam otak yaitu individu yang mempunyai keluhan
sakit sehingga tidak bisa mengikuti gerakan senam (nyeri sedang-berat / skala > 3,
pusing, sesak). Senam otak dihentikan bila pada saat melakukan gerakan senam
klien merasakan sakit (Prasetya, 2010).
3.3 PERSIAPA
Tempat boleh dilakukan dimana saja (seperti dihalaman rumah, ruang tamu
dan kamar) yang memungkinkan dilakukan terapi senam otak (Prasetya, 2010).
3.5 PERLAKSANAAN
1. Gerakan Lateralisasi
a. Gerakan menyeberangi garis tengah (The Middle Movements)
6
Terdiri dari Gerakan silang (Cross Crawl). Gerakan silang dilakukan
dengan cara kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Gerakan ini
bermanfaat merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan
bagian yang menggunakan informasi (expressive) sehingga memudahkan
proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
b. Gerakan 8 Tidur (lazy 8s)
7
Gambar 3 Gerakan Burung Hantu
Terdiri dari gerakan burung hantu (The Owl), gerakan ini dilakukan
dengan cara memijat satu bahu untuk merilekskan otot leher yang tegang
dengan tangan yang berlawanan, gerakan kepala ke kiri dan ke kanan,
keluarkan nafas pada setiap putaran kepala. Pada setiap hembusan diharapkan
kepala lebih jauh digerakkan ke posisi pendengaran kiri dan kanan. Gerakan
ini bermanfaat melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu, meningkatkan
kemampuan focus perhatian dan ingatan. Mengaktifkan otak untuk ingatan
jangka pendek dan panjang, bicara dalam hati dan kemampuan berpikir,
integrase penglihatan dan pendengaran.
b. Gerakan Mengaktifkan Tangan (Arm Activation)
8
lain menahan dorongan tersebut sambil menghembuskan nafas saat
menggerakkan tangan.
c. Gerakan Lambaian Kaki (The Footflex)
9
di kepala dan rahang. Menguap dimaksudkan untuk mengaktifkan otak dalam
peningkatan persepsi sensoris dan fungsi motoric dari mata dan otot untuk
bersuara dan mengunyah.
b. Gerakan Kait Relaks (Hook-ups)
10
Evaluasi (Observasi):
11
BAB 4 PENUTUP
Kondisi Demensia pada lansia akan memberikan dampak negative pada
lansia yang lebih parah lansia butuh bantuan dalam melalukan aktifitas sehari-hari
Dengan terapi senam otak pada pra lansia yang dapat dilakukan kapan saja dan
dimana sjaa diharapkan dapat menghambat progresif Demensia sehingga kualitas
hidup lansia meningkat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fitriana, L. A., Ufamy, N., Anggadiredja, K., Amalia, L., Setiawan, S., &
Adnyana, I. K. (2020). Demographic Factors and Disease History Associated
with Dementia among Elderly in Nursing Homes. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 8(2). https://doi.org/10.24198/jkp.v8i2.1361
Noor, C. A., & Merijanti, L. T. (2020). Hubungan antara aktivitas fisik dengan
fungsi kognitif pada lansia. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(1), 8–14.
https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2020.v3.8-14
Widyastuti, S., Widiyanto, B., & Arwani, A. (2020). Brain Gymnastic Decreases
Dementia Levels in the Elderly. Jendela Nursing Journal, 4(1), 45–53.
https://doi.org/10.31983/jnj.v4i1.4659
Zur, M., & Rokhmani, C. F. (2019). Demensia Vaskular pada Perempuan Usia
76 Tahun : Laporan Kasus Case Report of Vascular Dementia on 76 Years
13
Old Female. 8, 14–18.
LAMPIRAN
14