Anda di halaman 1dari 17

PETUNJUK TEKNIS

TERAPI SENAM OTAK UNTUK PRA LANSIA TERHADAP TINGKAT


DEMENSIA

Oleh:

Yustika Kusuma Devi

(NIM.17621073)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat dan izin Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,
penyusunan Buku Petunjuk Teknis Terapi Senam Otak Untuk Pra Lansia
Terhadap Tingkat Demensia ini akhirnya dapat diselesaikan.

Tujuan utama Buku Petunjuk Teknis Terapi Senam Otak Untuk Pra
Lansia Terhadap Tingkat Demensia ini adalah sebagai acuan upaya
preventif dalam menghambat kejadian Demensia guna mewujudkan hidup
lansia yang berkualitas.

Masukan, dukungan dan persamaan pemahaman tentang Buku


Petunjuk Teknis Terapi Senam Otak Untuk Pra Lansia Terhadap Tingkat
Demensia ini akan kami terima dengan tangan terbuka. Kami menyadari
dalam menyusun buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran membangun akan kami terima dengan senang hati.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam


penyusunan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat guna mewujudkan
kualitas hidup lansia yang lebih baik dalam menekan Demensia dan
semoga upaya kita mendapatkan Ridho Alloh SWT dan diberikan
mudahan dalam menjalankannya.

Kediri, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB 2 PEDOMAN PELAKSANAAN..................................................................................3
2.1 PENGERTIAN.......................................................................................................3
2.2 MANFAAT SENAM OTAK....................................................................................3
2.3 PELAKSANAAN GERAKAN TERAPI SENAM OTAK.................................................3
2.4 DIMENSI OTAK....................................................................................................4
BAB 3 PELAKSANAAN TERAPI SENAM OTAK.................................................................6
3.1 INDIKASI.............................................................................................................6
3.2 KONTRAINDIKASI................................................................................................6
3.3 PERSIAPA............................................................................................................6
3.4 ATURAN PELAKSANAAN.....................................................................................6
3.5 PERLAKSANAAN..................................................................................................6
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN........................................................................................................................13

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

Menurut WHO (2016) Demensia adalah gejala terjadinya penurunan memori,


berfikir, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Demensia adalah suatu sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik atau
progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (kortikal yang multiple) yaitu daya
ingat fikir, daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, kemampuan menilai, kesadaran tidak berkabut, biasanya disertai daya
fungsi kognitif dan ada kalanya diawali oleh kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi (Zur & Rokhmani, 2019).
Penyebab atau faktor resiko yang memperberat munculnya Demensia
diantaranya diabetes, obesitas, merokok, dan hipertensi. Faktor lain yang
berhubungan dengan Demensia adalah usia, etnism, jenis kelamin, genetik,
aktivitas fisik, obat-obatan, pendidikan, alkohol, komorbiditas, dan lingkungan.
Sedangkan faktor risiko Demensia dapat dimodifikasi dari hipertensi,
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, stroke, diet, olahraga, stress, penyakit
jantung, homosistein tinggi, dan defisiensi asam folikel (Fitriana et al., 2020).

Dampak Demensia mampu mempengaruhi kehidupan lansia dari semua


aspek. Demensia menjadi faktor utama yang mempengaruhi kemampuan
fungsional lansia (functional ability). Kemampuan fungsional adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kemampuan individu untuk melakukan
kegiatan secara normal sesuai kehendak. Ketika lansia mengalami ketergantungan
akan kemampuan fungsional maka mereka sangat membutuhkan bantuan dari
anggota keluarga untuk melakukan aktifitas sehari-hari (Muharyani, 2010).

Salah satu cara penanganan Demensia adalah aktivitas fisik dengan senam
otak . Senam otak merupakan salah satu strategi dalam menurunkan resiko
penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia dikarenakan merupakan kegiatan yang
dapat menstimulasi otak (Noor & Merijanti, 2020). Senam ini dapat
memperlancar aliran darah dan suplai oksigen ke otak, meningkatkan daya ingat
dan konsentrasi, meingkatkan energi tubuh, mengatur tekanan darah,
meningkatkan penglihatan, keseimbangan jasmani, dan juga koordinasi. Senam

1
otak dapat dilakukan segala umur, baik lansia, bayi, anak autis, remaja,maupun
orang dewasa (Widyastuti et al., 2020).

Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang dapat menyeimbangkan


setiap bagian otak, dapat menarik keluar tingkat konsentrasi otak dan juga sebagai
jalan keluar bagi bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal.
Senam otak merupakan latihan berbasis gerakan tubuh sederhana yang dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. penelitian yang dilakukan oleh
(Nurhidayati,2020) didapatkan hasil bahwa senam otak dapat meningkatkan daya
ingat (fungsi kognitif) pada lansia. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia yang mengalami
Demensia. Senam otak mudah dilakukan aman dan tidak membutuhkan biaya
khusus. Bagi lansia senam otak tidak hanya untuk eksersis otak tetapi juga bisa
mengolahragakan fisik. Lebih dari itu senam otak ini bisa mandiri dilakukan di
rumah dengan pengawasan minimal dilakukan oleh anggota keluarga yang lain.

1.1 Maksut dan Tujuan


Maksut dan tujuan petunjuk teknis terapi senam otak untuk pra lansia terhadap
tingkat Demensia adalah sebagai berikut:

1. Maksut petunjuk teknis terapi senam otak untuk pra lansia terhadap tingkat
Demensia adalah sebagai panduan dalam melaksanakan penelitian.
2. Tujuan petunjuk teknis terapi senam otak untuk pra lansia terhadap tingkat
Demensia adalah tersedianya acuan atau pedoman cara melakukan terapi
senam otak dengan efektif.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup petunjuk teknis ini mencakup cara melakukan senam otak
untuk pra lansia terhadap tingkat Demensia

2
BAB 2 PEDOMAN PELAKSANAAN
2.1 PENGERTIAN
Senam otak dikenal di Amerikan, dengan tokoh yang menemukannya yaitu
Paul E. Denisson seorang ahli pelopor dalam penerapan penelitian otak, bersama
istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Senam otak atau brain gym
adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat
untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan),
merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah
(limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Setiawan, 2014).

2.2 MANFAAT SENAM OTAK


Senam otak atau brain gym dapat memberikan manfaat yaitu stress
emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, hubungan antara manusia dan
suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang. Manfaat lain dari senam otak (brain
gym) yaitu kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih
bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress
berkurang dan prestasi belajar dan bekerja meningkat (Setiawan, 2014).

Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan
sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara
sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya otak bagian kiri bertanggung jawab
untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Akan tetapi, otak manusia
juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah dimensi
lateralis untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian
belakang otak (batang otak dan brain stem) dan bagian otak depan (midbrain) dan
otak besar (cerebral cortex) (Setiawan, 2014).
2.3 PELAKSANAAN GERAKAN TERAPI SENAM OTAK
Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana
saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 15-20
menit, sebanyak 2-3 kali dalam seminggu. Senam otak ini melatih otak bekerja
dengan melakukan gerakan pembaruan (repattening) dan aktivitas brain gym.
Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau

3
terhambat. Disamping itu senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan
oksigen keotak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat
kesimbangan aktifitas kedua belahan otak secara bersamaan (Setiawan, 2014).
2.4 DIMENSI OTAK
1. Lateralisasi (Sisi)
Otak kita terdiri dari dua bagian. Masing-masing belahan otak
mempunyai tugas tertentu. Secara garis besar, otak bagian kiri berpikir
logis dan rasional, menganalisa, berbicara, berorientasi pada waktu dan
hal-hal terinci: sedangkan otak bagian kanan intuitif, merasakan, music,
menari, kreatif, melihat keseluruhan, ekspresi badan, dst. Otak belahan kiri
mengatur badan bagian kanan, mata dan telinga kanan. Otak belahan
kanan mengontrol badan bagian kiri, mata dan telinga kiri, Dua belahan
otak disambungkan dengan “Corpus callosum” yaitu simpul saraf
kompleks dimana terjadi transmisi informasi antara kedua belahan otak.
Otak bagian kiri aktif bila sisi kanan tubuh digerakan dan otak
bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakan. Sifat ini
memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan
kanan atau kiri, dan juga untuk integrase kedua sisi tubuh (bilateral
integration), yaitu untuk menyeberangi garis tengah tubuh untuk bekerja
di “bidang tengah”. Kemampuan belajar paling tinggi apabila kedua
belahan otak bekerja sama dengan baik.
2. Fokus
Fokus adalah kemampuan menyeberangi “garis tengah partisipasi”
yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagian
belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobes). Perkembangan reflex
antara otak bagian belakang dan bagian depan yang mengalami fokus
kurang (underfocused) disebut “kurang perhatian”, “kurang mengerti”,
“terlambat bicara”, atau “hiperaktif”. Kadangkala perkembangan reflex
antara otak bagian depan dan belakang mengalami fokus lebih
(overfocused) dan berusaha terlalu keras. Gerakan-gerakan yang
membantu melepaskan hambatan fokus adalah aktivitas integrase
depan/belakang.

4
3. Pemusatan
Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah
antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian
atas dan bawah otak, bagian tengah sistem limbik (mid brain) yang
berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar (cerebrum)
untuk berpikir yang abstrak. Ketidakmampuan untuk mempertahankan
pemusatan ditandai dengan ketakutan yang tak beralasan,
ketidakmampuan untuk menyatakan emosi.

1.

5
BAB 3 PELAKSANAAN TERAPI SENAM OTAK
3.1 INDIKASI
Indikasi senam otak dapat dilakukan untuk semua golongan usia, mulai
dari bayi, hingga usia lanjut (kondisi depresi, ibu hamil, anak autism, dan
gangguan konsentrasi. (Prasetya, 2010).

3.2 KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi dari senam otak yaitu individu yang mempunyai keluhan
sakit sehingga tidak bisa mengikuti gerakan senam (nyeri sedang-berat / skala > 3,
pusing, sesak). Senam otak dihentikan bila pada saat melakukan gerakan senam
klien merasakan sakit (Prasetya, 2010).

3.3 PERSIAPA
Tempat boleh dilakukan dimana saja (seperti dihalaman rumah, ruang tamu
dan kamar) yang memungkinkan dilakukan terapi senam otak (Prasetya, 2010).

3.4 ATURAN PELAKSANAAN


1. Senam otak terdiri dari 3 sesi: sesi gerakan lateralis, sesi gerakan fokus
dan sesi gerakan pemusatan.
2. waktu pelaksanaan 15-20 menit, 3 kali per minggu.

3.5 PERLAKSANAAN
1. Gerakan Lateralisasi
a. Gerakan menyeberangi garis tengah (The Middle Movements)

Gambar 1 Gerakan Silang

6
Terdiri dari Gerakan silang (Cross Crawl). Gerakan silang dilakukan
dengan cara kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Gerakan ini
bermanfaat merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan
bagian yang menggunakan informasi (expressive) sehingga memudahkan
proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
b. Gerakan 8 Tidur (lazy 8s)

Gambar 2 Gerakan 8 Tidur

Gerakan ini dilakukan dengan cara meluruskan tubuh menghadap suatu


titik yang terletak setinggi posisi mata sebagai titik tengah dari angka 8.
Kemudian gerakan tangan mulai dari titik tengah kearah kiri atas, melingkar
ke kiri bawah, naik ke titik tengah lagi dan terus ke kanan atas berputar ke
kanan bawah, kembali ke titik tengah, demikian seterusnya. Mata mengikuti 8
tidur, kepala bergerak sedikit dan leher tetap rileks. Gerakan ini bermanfaat
mengaktifkan dan mengintegrasikan mata kanan dana kiri, mengaktifkan
kedua belahan otak untuk bekerja sana dengan baik.
c. Gerakan Putaran Leher (Neck Rolls)
Gerakan putar leher dilakukan dengan cara menundukkan kepala ke depan,
bahu dinaikkan dan secara perlahan leher diputar dari satu sisi ke sisi lainnya
sambal bernafas dalam. Putaran leher dapat dilakukan dengan mata terbuka
atau tertutup. Gerakan ini bermanfaat melepaskan ketegangan, memacu
kemampuan penglihatan dengan kedua mata (binokuler), mengaktifkan otak
untuk: pemusatan, sistem saraf pusat lebih rileks.
2. Gerakan Fokus
a. Gerakan Meregangkan Otot (Lengthening Activities)

7
Gambar 3 Gerakan Burung Hantu

Terdiri dari gerakan burung hantu (The Owl), gerakan ini dilakukan
dengan cara memijat satu bahu untuk merilekskan otot leher yang tegang
dengan tangan yang berlawanan, gerakan kepala ke kiri dan ke kanan,
keluarkan nafas pada setiap putaran kepala. Pada setiap hembusan diharapkan
kepala lebih jauh digerakkan ke posisi pendengaran kiri dan kanan. Gerakan
ini bermanfaat melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu, meningkatkan
kemampuan focus perhatian dan ingatan. Mengaktifkan otak untuk ingatan
jangka pendek dan panjang, bicara dalam hati dan kemampuan berpikir,
integrase penglihatan dan pendengaran.
b. Gerakan Mengaktifkan Tangan (Arm Activation)

Gambar 4 Gerakan Mengaktifkan Tangan

Gerakan ini dilakukan dengan cara meluruskan satu tangan ke atas ke


samping telinga, kepala tetap rileks. Gerakan dilakukan pada empat posisi:
menjauhi kepala, ke depan, ke belakang, dan kea rah telinga. Tangan yang

8
lain menahan dorongan tersebut sambil menghembuskan nafas saat
menggerakkan tangan.
c. Gerakan Lambaian Kaki (The Footflex)

Gambar 5 Gerakan Lambaian Kaki

Gerakan lambaian kaki dilakukan dengan cara duduk dengan pergelangan


kaki diletakkan pada lutut yang lain, kemudian tempelkan ujung jari pada
awal dan akhir daerah otot betis, cengkram tempat-tempat yang terasa sakit di
pergelangan kaki, betis, dan belakang lutut satu per satu, sambil pelan-pelan
kaki dilambaikan ke atas dan ke bawah.
3. Gerakan Pemusatan
a. Gerakan Menguap Berenergi (The energetic yawn)

Gambar 6 Gerakan Menguap Berenergi

Menguap merupakan reflek pernafasan alami yang meningkatkan


peredaran darah ke otak dan merangsang seluruh tubuh. Menguap baik jika
dibarengi dengan menyentuh tempat-tempat tegang di rahang yang dapat
menolong menyeimbangkan tulang tengkorak dan menghilangkan ketegangan

9
di kepala dan rahang. Menguap dimaksudkan untuk mengaktifkan otak dalam
peningkatan persepsi sensoris dan fungsi motoric dari mata dan otot untuk
bersuara dan mengunyah.
b. Gerakan Kait Relaks (Hook-ups)

Gambar 7 Gerakan Kait Relaks

Kait relaks menghubungkan lingkungan elektrik di tubuh, dalam kaitnya


dengan pemusatan perhatian dan kekacauan energy. Pikiran dan tubuh relaks
bila energy mengalir lagi dengan baik di daerah yang semula mengalami
keteganggan. Caranya, pertama letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan
tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol kebawah, jari-jari
kedua tangan saling menggenggam, kemudian Tarik kedua tangan ke atas
pusat dan terus kedepan dada. tutuplah mata dan pada saat menarik napas
lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat
menghembuskan napas. Tahap kedua, buka silangan kaki, dan ujung-ujung
jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus, di dada atau dipangkuan,
sambal bernapas dalam 1 menit lagi.

10
Evaluasi (Observasi):

No Aspek yang dinilai Responden


Ya Tidak
1 Mampu melakukan 3 gerakan Lateralisasi:
a. Gerakan silang (gerakan tangan kanan dan
kaki kiri bersamaan atau sebaliknya)
b. 8 tidur (membentuk angka 8 tidur kiri dan
kanan disertai gerakan mata)
c. Putaran leher (gerakan leher kiri dan kanan
tidak melebihi bahu)
2 Mampu melakukan 3 gerakan Pemfokusan:
a. Burung hantu (memijit bahu dan tengkuk, dan
gerakan leher kiri dan kanan, Tarik dan
hembuskan nafas)
b. Mengaktifkan tangan (mengangkat tangan
disamping telinga, tangan sebaliknya
menahan gerakan depan, belakang, kanan dan
kiri)
c. Lambaian kaki (kaki diletakkan diatas lutut,
dicengkeram dan dilambaikan)
3 Mampu melakukan 3 gerakan Pemusatan:
a. Menguap energy (menguap sambal memijat
persendian rahang)
b. Pasang telingga (pijat daun telinga dari atas
kebawah 3-5 kali)
c. Kait relaks (tangan dikaitkan dengan ibu jari
kebawah, ditarik kedada dengan menarik dan
mengeluarkan nafas, menyatukan jari kiri dan
kanan dengan mata tertutup)

11
BAB 4 PENUTUP
Kondisi Demensia pada lansia akan memberikan dampak negative pada
lansia yang lebih parah lansia butuh bantuan dalam melalukan aktifitas sehari-hari
Dengan terapi senam otak pada pra lansia yang dapat dilakukan kapan saja dan
dimana sjaa diharapkan dapat menghambat progresif Demensia sehingga kualitas
hidup lansia meningkat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, L. A., Ufamy, N., Anggadiredja, K., Amalia, L., Setiawan, S., &
Adnyana, I. K. (2020). Demographic Factors and Disease History Associated
with Dementia among Elderly in Nursing Homes. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 8(2). https://doi.org/10.24198/jkp.v8i2.1361

Hartati, S., & Widayanti, C. G. (2010). Clock Drawing: Asesmen Untuk


Demensia (Studi Deskriptif pada Orang Lanjut Usia Di Kota Semarang).
7(1), 1–10. https://doi.org/10.14710/jpu.7.1.1-10

Muharyani, P. (2010). Demensia Dan Ganguan Aktifitas Kehidupan Sehari –


Hari (AKS) Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Wargatama Inderalaya.
1(01), 3–11.

Noor, C. A., & Merijanti, L. T. (2020). Hubungan antara aktivitas fisik dengan
fungsi kognitif pada lansia. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(1), 8–14.
https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2020.v3.8-14

Prasetya, A. S. (2010). Pengaruh Terapi Kognitif Dan Senam Latih Otak


Terhadap Tingkat Depresi Dengan Harga Diri Rendah Pada Klien Lansia
Di Panti Tresna Wreda Bakti Yuswa Natar Lampung.

Sari, C. W. M., Ningsih, E. F., & Pratiwi, S. H. (2018). Description of Dementia


in the Elderly Status in the Work Area Health Center Ibrahim Adjie
Bandung. Indonesian Contemporary Nursing Journal (ICON Journal), 3(1),
1. https://doi.org/10.20956/icon.v3i1.3736

Setiawan, R. A. (2014). Pengaruh Senam Otak Dengan Fungsi Kognitif Lansia


Demensia Di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta Skripsi.

Widyastuti, S., Widiyanto, B., & Arwani, A. (2020). Brain Gymnastic Decreases
Dementia Levels in the Elderly. Jendela Nursing Journal, 4(1), 45–53.
https://doi.org/10.31983/jnj.v4i1.4659

Zur, M., & Rokhmani, C. F. (2019). Demensia Vaskular pada Perempuan Usia
76 Tahun : Laporan Kasus Case Report of Vascular Dementia on 76 Years

13
Old Female. 8, 14–18.

LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai