Dewasa ini, gaya hidup masyarakat semakin jauh dari kondisi sehat.
Berbagai faktor seperti pekerjaan, makanan, tingkat stres, kebiasaan dan
sebagainya menjadikan banyak orang dari berbagai dunia tidak mengindahkan
prinsip hidup sehat. Akibatnya, banyak penyakit yang mengincar orang-orang
bahkan di usia yang sangat muda. Penyakit-penyakit dengan intensitas ringan pun
dapat dengan mudahnya bermunculan, seperti daya ingat melemah, menurunnya
konsentrasi, hingga respon otak yang lambat. Padahal, mendapatkan tubuh dan
pikiran yang sehat sangatlah mudah, tergantung bagaimana seseorang
menyikapinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan,
khususnya otak adalah melakukan senam otak atau gym brain. Jenis senam ini
tidak melibatkan banyak anggota atau organ tubuh karena hanya berfokus pada
melatih otak kita. Senam otak dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun,
sehingga tidak menyita banyak waktu terutama bagi orang-orang yang sangat
sibuk dengan pekerjaannya. Penulis yakin bahwa senam otak memiliki manfaat
terhadap memori jangka pendek, yaitu meningkatkan konsentrasi, mengurangi
stres, berpikir lebih cepat dan meningkatkan daya ingat.
Senam otak adalah kumpulan dari beberapa gerakan sederhana yang
bertujuan untuk menyatukan pikiran dan tubuh. Senam otak adalah bagian dari
proses edukasi kinesiologi, yaitu cabang ilmu yang mempelajari gerakan gerakan
tubuh dan hubungan antara otot dan postur terhadap fungsi otak (Carrigan dalam
Titi, 2002). Gerakan tertentu dianggap berpengaruh baik terhadap perkembangan
otak manusia. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa otak memegang kontrol
utama dari tubuh manusia, maka dari itu penting untuk menjaga agar otak dan
tubuh pada kondisi yang sinkron. Melalui gerakan-gerakan untuk mengakses otak
ternyata kita dapat mengintegrasikan semua area yang berhubungan dalam proses
belajar sehingga kita dapat meningkatkan kemampuan untuk memaksimalkan
kedua belah hemisfer dan memperbaiki penampilan (Carrigan dalam Titi, 2002).
Senam otak diperuntukkan bagi semua kalangan dan semua umur, tidak hanya
orang dewasa tetapi juga anak-anak. Bagi anak-anak terutama pada kasus sulit
belajar, senam otak akan membantu meningkatkan integrasi otak sehingga bagian-
bagian otak akan berfungsi lebih optimal. Selain itu, senam otak mampu
meningkatkan refleks karena stress yang diakibatkan dari informasi yang diterima
di otak bagian belakang sulit di ekspresikan melalui bagian depan otak, sehingga
anak merasa kurang mampu. Senam otak diperlukan bagi anak yang perasaan
kurang mampu dan kurang brehasil mengakibatkan semangat belajar atau bekerja
kurang, sehingga prestasi menurun. Dengan dilakukannya latihan senam otak
secara rutin, semua gangguan otak yang dialami anak ketika belajar akan teratasi.
Oleh karena itu sebaiknya sebelum memulai pembelajaran siswa dianjurkan untuk
melakukan senam otak, karena senam otak mempunyai tiga dimensi yang bisa
membuat anak menjadi cerdas. Secara umum, senam otak akan membantu
mengintegrasikan hal berikut (Carrigan dalam Titi, 2002):
1. Batang otak/ brain stem ( fungsi pernapasan, homeostasis dan tendon
guard reflex)
2. Otak tengah/mid brain (sistem limbik, kontrol suhu, memori, emosi,
kelenjar dan kimia tubuh serta fight/flight response)
3. Neo cortex (kemampuan berpikir yang tertinggi, komunikasi, hemisfer kiri
dan kanan)
Senam otak dapat memperbaiki kemampuan semua area otak dengan cara
mengaktivasi semua fungsi yang ada. Bagi orang dewasa dan anak-anak, senam
otak dapat memperbaiki hal berikut (Carrigan dalam Titi, 2002):
1. Kemampuan membaca, mengeja, komprehensi, menulis tangan dan
membuat tulisan.
2. Kepercayaan diri, koordinasi dan komunikasi.
3. Konsentrasi dan memori.
4. Hiperaktifitas.
5. Mengatasi stres dan mencapai suatu tujuan.
6. Motivasi dan mengembangkan kepribadian.
7. Keterampilan organisasai.
8. Penampilan.
Metode pembelajaran senam otak mulanya dikembangkan oleh Paul E.
Dennison, Dr. Phill bersama istrinya Gail E. Dennison, yang merupakan pelopor
pendidik di Amerika Serikat dalam penerapan penelitian otak. Mulanya, senam
otak sudah dikenal sejak tahun 80-an. Namun, saat itu, masih terbatas untuk orang
dewasa saja. Kemudian, memasuki tahun 2000-an, senam otak dikembangkan
untuk membantu meningkatkan kecerdasan anak-anak sekolah atau bisa juga
untuk bayi (As’adi, 2011). Kegiatan senam otak dibuat guna menstimulasi
Dimensi Lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, meringankan Dimensi
Pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian
depan otak (frontal lobes) atau merelaksasi Dimensi Pemusatan untuk sistem
limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex), sehingga dapat mengatasi
beberapa hambatan dalam proses belajar bagi anak. Setiap gerakan dalam senam
otak memiliki sistem kerja sendiri-sendiri dan memiliki dimensi-dimensi yang
berbeda. Seperti yang ada dalam penelitian Paul dan Gail E. Dennison yang telah
membagi otak ke dalam 3 dimensi, yakni dimensi lateralis (otak kiri dan kanan),
dimensi pemfokusan (otak depan belakang), dimensi pemusatan (otak atas-
bawah). Masing-masing dimensi mempunyai tugas tertentu sehingga gerakan
senam yang dilakukan dapat bervariasi (Nuryana dan Setiyo, 2010). Adapun
dimensi yang dimaksud adalah dimensi lateralitas, pemfokusan dan pemusatan.
Dimensi Lateralitas adalah adalah gerakan kanan ke kiri dan gerakan kiri
ke kanan kita dan kemampuan untuk menyeberangi garis tengah vertikal tubuh
dengan tenang dan nyaman (Dennison, 2008). Gerakan untuk menyeberang garis
tengah menyangkut sikap positif, seperti mendengar, melihat dan bergerak. Otak
bagian kiri aktif apabila sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif
apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Dalam hal ini, kemampuan belajar akan
maksimal apabila kedua belah otak bekerja sama dengan baik (As’adi, 2011).
Apabila kerja sama antara otak kiri dan kanan berada pada kondisi yang kurang
baik maka dapat menyebabkan anak akan mengalami kesulitan untuk
membedakan antara kiri dan kanan, gerakannya kaku, tulisan tangannya jelek,
atau cenderung menulis huruf terbalik. Selain itu, ia juga sulit membaca dan
menulis, atau mengikuti sesuatu dengan mata, serta sulit menggerakkan mata
tanpa mengikutinya dengan kepala, tangan miring ke dalam ketika menulis,
cenderung melihat ke bawah sambil berpikir, keliru dengan huruf maupun
meyebut kata sambil menulis. Sedangkan Dimensi pemfokusan adalah
kemampuan menyeberangi garis tengah apartisipasi yang memisahkan bagian
belakang dan depan tubuh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak
(frontal lobe). Garis tengah partisipasi adalah garis bayangan vertikal di tengah
tubuh (Dennison, 2008). Kemudian, Dimensi Pemusatan adalah kemampuan
untuk menyeberangi garis pisah antara bagian atas dan bagian bawah tubuh, serta
mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah otak, yaitu bagian tengah sistem
limbik (midbrain) yang berhubungan dengan informasi emosional, maupun otak
besar (cerebrum) untuk berpikir yang abstrak (Purwanto dkk, 2010).
Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh ketakutan yang
tidak beralasan, cenderung bereaksi dengan berjuang atau melarikan diri, serta
ketidakmampuan merasakan atau menyatakan emosi. Jadi, dimensi dalam senam
otak itu dibagi menjadi 3, yaitu dimensi lateralitas, dimensi pemfokusan dan
pemusatan. Gerakan dimensi lateralitas adalah gerakan dari kiri ke kanan atau dari
kanan ke kiri sehingga menyeberangi garis vertikal tubuh. Sedangkan gerakan
dimensi pemfokusan adalah gerakan untuk menyeberangi garis partisipasi tubuh
yang memisahkan bagian tubuh depan dan kebelakang. Gerakan dimensi
pemusatan adalah gerakan yang menghubungkan bagian bawah tubuh dan atas
tubuh.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa senam otak dilakukan
tanpa waktu khusus dan gerakannya sangat sederhana dan dapat dilakukan sambil
melakukan kegiatan sehari-hari. Selain dapat meningkatkan kemampuan belajar,
senam otak dapat memberikan beberapa manfaat seperti mengurangi stress, dan
pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks
dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi
lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress
berkurang, serta prestasi belajar dan bekerja meningkat. senam otak bisa
membantu meningkatkan kecerdasan, meningkatkan kepercayaan diri, dan
menangani anak yang mengalami masalah dalam proses belajar mengajar. Senam
otak juga sering digunakan untuk terapi beberapa gangguan pada anak-anak,
seperti hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian dan emosional, serta sindrom
pada bayi, ataupun gangguan kemampuan belajar. Lebih dari itu, senam otak bisa
berpengaruh positif dalam menambah konsentrasi, meningkatkan fokus dan daya
ingat, serta mengendalikan emosinya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
senam otak memiliki manfaat yang besar bagi tubuh utamanya dalam proses
pembelajaran. Senam otak dapat dilakukan oleh segala jenis usia, mulai dari bayi
sampai dewasa, sehingga siapapun bisa menjadikan senam otak sebagai salah satu
stimulus yang paling diminati untuk mengembangkan kemampuan dan
melancarkan proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
As’adi, Muhammad. 2011. Dahsyatnya Senam Otak. Jogjakarta : DIVA Press,
2011
Nuryana, Aryati dan Setiyo Purwanto. 2010. Efektivitas Brain Gym dalam
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Pada Anak, (Jurnal Ilmiah Berskala
Psikologi), Vol. 12, No. 1, Mei
Dennison, Paul E. 2008. Brain Gym dan Aku : Merasakan Kembali Kenikmatan
Belajar. Jakarta : Grasindo
Titi dan Setio Handryastuti. 2002. Senam Otak. Jurnal Sari Pedaitri, Vol. 4, No. 1,
Juni 2002:36-44