Anda di halaman 1dari 43

SENAM OTAK UNTUK KECERDASAN ANAK ANDA

Beberapa

riset

menunjukkan

bahwa keberuntungan dan peluang bermula dari cara berpikir seseorang yang menentukan pola tindakannya, Banyak orang sukses di Indonesia dan negara Timur lainnya, menggunakan intuisi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Di pihak lain, orang yang juga sukses di Barat justru lebih banyak menggunakan rasionya. Berarti kesuksesan akan lebih mudah diperoleh bila kita mampu menggunakan intuisi (otak kanan) dan rasio (otak kiri). Sayangnya, menurut riset yang pernah dilaporkan, hanya 3% penduduk dunia yang menggunakan otaknya secara seimbang (Olivia F, 2008) Berikut adalah cara melatih agar otak kiri dan otak kanan anak berkembang sama baiknya dan menjadi seimbang. Seimbang antara kecerdasan emosional (EQ) dan Intelektual (IQ) sehingga munculah kecedasan spritual (SQ) yang baik juga. Latihan yang bisa dilakukan adalah :

1. Tangan kanan menepuk-nepuk kepala, tangan kiri melakukan gerakan memutar di atas perut. Lakukan dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang sebaliknya. 2. Kepalkan tangan kanan dan lakukan gerakan seperti menumbuk pada paha kanan, sementara tangan kiri melakukan mengelus paha kiri. Lakukan dalam 8 hitungan, lalu lakukan yang sebaliknya. Latihan senam otak lainnya : 1. Gerakan Silang

Cara: Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke depan, samping atau belakang. Agar lebih ceria anda bisa menyelaraskan dengan irama musik.

Manfaat: Merangsang bagian otak yang menerima informasi dan bagian yang mengungkapkan informasi, sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.

2.

Olengan

Pinggul

Cara: Duduk dilantai. Posisi tangan dibelakang, menumpi ke lantai dengan siku di tekuk. Angkat kaki sedikit lalu olengkan pinggul ke kiri dan ke kanan

dengan

rileks.

Manfaat: Mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar, melihat dari kiri ke kanan, kemampuan memperhatikan dan memahami. 3. Pengisi Energi

Cara: Duduk nyaman di kursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan di atas meja. Tangan ditempatkan di depan bahu dengan jari-jari menghadap sedikit ke dalam. Ketika menarik napas rasakan napas mengalir ke garis tengah seperti pancuran energi, mengangkat dahi, kemudian tengkuk dan terakhir punggung atas. Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks. Manfaat: Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktivitas yang melelahkan, mengusir stres, meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir rasional. 4. Menguap Berenergi

Cara: Bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah otot-otot di sekitar persendian rahang. Lalu melemaskan otot-otot tersebut.

Manfaat: Mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen agar otak berfungsi secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan daya penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta

meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi. 5. Luncuran Gravitasi

Cara: Duduk di kurasi dan silangkan kali. Tundukkan badan dengan lengan ke dapan bawah. Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik. Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti.

Manfaat: Mengaktifkan otak untuk rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan energi.

6.

Tombol

Imbang

Cara: Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang telinga sementara tangan satunya menyentuh pusar selama kurang lebih 30 detik. Lalukan secara bergantian. Selama melakukan gerakan itu dagu rileks dan kepala dalam posisi normal menghadap ke depan.

Manfaat: Mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan memusatkan perhatian, mengambil keputusan, berkonsentrasi dan pemikiran asosiatif (Buku: Brain Gym, Paul E. Dennison PhD, Gail E. Dennison, Penerbit PT. Grasindo) Diposkan 2nd November 2012 oleh sima siti m Label: g 0 Add a comment 1. Nov 2

Senam Otak Senam OTAK untuk Merangsang Kecerdasan Bayi SELAIN faktor genetik, kecerdasan seorang bayi atau anak juga tergantung pada faktor lingkungan. Di antaranya, nutrisi yang baik, imunisasi, dan stimulasi atau rangsangan.

Bayi yang mendapat rangsangan secara tepat dan berkesinambungan tentu akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu diharapkan perkembangan fisik, mental, dan intelektualnya akan melampaui kemampuan dasar atau potensi genetiknya. PENELITIAN membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan dan fungsi otaknya di kemudian hari. Kartini Sapardjiman, Ketua Senam Otak Indonesia, mengatakan, kecerdasan bayi juga bisa dioptimalkan dengan senam otak. Senam otak adalah latihan yang terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis dan menyilang. Senam ini mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan. Diharapkan, potensi kedua belahan otak akan seimbang sehingga kecerdasan anak pun menjadi maksimal. Selama ini banyak orang hanya menggunakan otak kirinya saja sehingga potensi otak kanannya tidak dimanfaatkan secara maksimal, kata Kartini, dalam seminar Senam Otak Ibu Hamil dan Bayi Merangsang Potensi Otak Sejak Dini yang diselenggarakan atas kerja sama Klub Brain Gym Omni Medical Center (OMC) Kelapa Gading dan RS OMC Pulomas, Jakarta. Pada kesempatan yang sama, ahli anak RS Omni Medical Center, dr Caroline Mulawi, mengatakan, stimulasi pada bayi bisa dilakukan sejak bayi dalam kandungan, yaitu sejak usia kehamilan tiga bulan. Stimulasi bisa berupa suara dan taktil (rabaan). Dari beberapa penelitian menunjukkan, bayi yang mendapat stimulasi ketika dalam kandungan memiliki tingkat inteligensia lebih tinggi 14 poin daripada yang tidak mendapatkan stimulasi, kata Caroline.

Stimulasi harus dilakukan tiap hari pada setiap kesempatan berinteraksi dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, bahkan menjelang tidur. Stimulasi harus dilakukan dalam suasana aman, nyaman, menyenangkan, penuh kasih sayang, dan gembira. Pada prinsipnya, semua ucapan, sikap, dan perbuatan ibu atau pengasuh yang berulang-ulang akan terekam dalam otak bayi sehingga akan berisiko ditiru oleh bayi. Apa yang bayi lihat, dengar, atau rasakan akan menjadi pengalaman baru bagi bayi sehingga dia akan mencoba melakukannya sendiri. SEJAK tahun 2001 sudah ditemukan senam otak yang bisa mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak. Otak terbagi menjadi dua, otak belahan kanan dan otak belahan kiri. Otak kanan berfungsi untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, melihat keseluruhan, dan ekspresi badan. Sedangkan otak belahan kiri bertugas untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu, dan hal-hal rinci. Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Senam otak ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bayi. Senam otak pada bayi sebenarnya sangat sederhana. Contohnya, menggerakkan anggota badan secara menyilang dengan perantara mainan. Bisa berbentuk robot, boneka, bola, balon, atau apa saja yang sesuai dengan usia anak. Hal

yang penting, gerakan yang dilakukan anak melewati garis tengah antara tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri. Kemampuan belajar paling tinggi tercapai jika dua belah otak, dua mata, dan dua telinga aktif serta bisa bekerja sama dengan baik. Selain itu, gerak badan juga terkoordinasi dan seimbang. Pertemuan gerakan yang menyilang ini merupakan pusat dari senam otak. Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralitas komunikasi, pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan. Lateralitas komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan komunikasi yang lebih cepat.

Misalnya, bola digerakkan ke kiri ke kanan di depan bayi, atau bayi memegang mainan lalu digerakkan ke kiri ke kanan. Bisa juga mainan yang berbunyi digerakkan ke kiri ke kanan secara menyilang. Bertepuk-tepuk tangan juga melatih pendengaran bayi. Bayi memegang jari kita lalu digerakkan ke kiri ke kanan, atau membentuk angka delapan tidur. Apa pun gerakannya asal berdimensi ke kiri ke kanan.
Pemfokusan pemahaman (dimensi muka-belakang) bermanfaat membantu kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal-hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan berupa latihan meregangkan otot menyangkut konsentrasi, pengertian, dan pemahaman. Misalnya dengan melipat lutut dan sikut bayi berulang kali atau mengangkat tangan ke atas lalu digerakkan ke muka ke belakang.

Pemusatan pengaturan (dimensi atas-bawah) membantu meningkatkan energi yang menyangkut berjalan, mengorganisasi, tes atau ujian. Hal ini bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan kepala ke atas ke bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya, kemudian digerakkan ke atas ke bawah. (ARN) Diposkan 2nd November 2012 oleh sima siti m<a href="http://adsmanager.cosmopolitan.co.id/www/delivery/ck.php?n=a0e558f2&amp;cb=IN SERT_RANDOM_NUMBER_HERE" target='_blank'><img src="http://adsmanager.cosmopolitan.co.id/www/delivery/avw.php?zoneid=24&amp;cb=INS ERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a0e558f2" border='0' alt='' /></a>

FOLLOW US ON:

ADVERTISER / SUBSCRIBERS

HOT NEWS

MAGAZINE REVIEWS

GALLERY ARCHIVE DOWNLOAD HOT NEWS

MAGAZINE REVIEWS

GALLERY ARCHIVE DOWNLOAD

HOT NEWS > FEATURE


18 SEPTEMBER 2013

Memperbaiki Proses Pembentukan Suara Dalam Menyanyi

Proses Penghasilan Bunyi Suara

Fonasi merupakan proses penghasilan bunyi suara melalui getaran pita suara. Aksi ini terjadi didalam larynxsaat pita suara merapat dan tekanan nafas diaplikasikan pada kedua pita suara tersebut sedemikian rupa sehingga menimbulkan getaran. Pita suara dirapatkan oleh aksi ototinterarytenoid yang menarik tulang rawan arytenoid sehingga kedua pita suara dapat saling merapat. Terdapat dua teori utama mengenai terjadinya vibrasi pada suara: 1. Teori myoelastik: Merupakan teori yang menyatakan bahwa pada saat pita suara dalam keadaan rapat dan tekanan nafas diaplikasikan kepadanya, pita suara akan tetap merapat, hingga tekanan dibawahnya (tekanan subglottis) mencukupi untuk mendorongnya merenggang. Aliran udara yang mengalir keluar dan mengakibatkan berkurangnya tekanan nafas & menyebabkan pita suara merapat kembali. Tekanan kembali dihimpun hingga pita suara dapat direnggangkan kembali, dan siklus ini terus berulang. Besarnya tekanan yang menyebabkan tertutup atau terbukanya pita suara (jumlah getaran perdetik) menentukan tingkat nada dari suara yang dihasilkan.

2. Teori aerodynamik: Teori ini berdasarkan pada Efek Bernouilli yang menyatakan bahwa nafas mengalir melalui glottis pada saat tulang rawanarytenoid dipisahkan oleh aksi otot-otot interarytenoid. Menurut Efek Bernouilli, nafas yang mengalir melalui pita suara menyebabkan pita suara tersebut bergetar sebelum arytenoidmerapat dengan sempurna. Sewaktu arytenoid tertarik secara bersama hingga merapat, aliran udara ini membuat glottistertutup dan menghentikan aliran udara hingga tekanan nafas medorong pita suara sampai merenggang dan menyebabkan aliran udara mengalir kembali. Aksi ini menghasilkan suatu siklus yang berulang. Perbedaan kedua teori diatas hanyalah terletak pada faktor yang menyebabkan pita suara merapat kembali dalam setiap siklusnya. Teori myoelastis memberikan penekanan pada tekanan otot (elastisitas), sedangkan teori aerodinamis memberikan penekanan pada Efek Bernouilli. Sangatlah mungkin kedua teori tersebut benar dan dapat beroperasi secara simultan dalam menghasilkan dan mempertahankan vibrasi.

3. Teori Neurochronaxic dari Raoul Husson. Teori ini sangat terkenal pada era 1950-an, namun belakangan teori ini telah didiskriditkan. Teori ini menyatakan bahwa: Frekwensi pada pita suara ditentukan oleh cronaxy syaraf yang berulang, dan bukan karena tekanan nafas atau tekanan otot. Penganut teori ini menganggap

bahwa setiap vibrasi pada pita suara merupakan impuls dari syaraf-syaraf larynx yang bergetar dan bahwa pusat akustik pada otak diatur oleh kecepatan vibrasi pita suara yang dihasilkan. Jika benar, maka teori ini memiliki keuntungan psikologis bagi para penyanyi, sayangnya teori ini tidak pernah disyahkan.

Karakter Bunyi Suara Yang Baik Sebuah prasyarat dalam menentukan kebiasaan fonatori yang baik bagi seorang penyanyi atau pembicara agar dapat memiliki konsep yang valid bagi bunyi suara yang baik. Berikut ini merupakan gambaran ekspresi yang dapat mewakili beberapa karakteristik penting bagi bunyi suara yang baik: 1. Dihasilkan dengan bebas; 2. Menyenangkan untuk didengar; 3. Cukup keras untuk dengar dengan baik; 4. Kaya, berdering dan memiliki beresonansi; 5. Memiliki energi yang mengalir lembut dari satu nada ke nada yang lain; 6. Dihasilkan secara konsisten; 7. Memiliki vibrasi, dinamik dan hidup; 8. Ekspresif. Berikut ini merupakan daftar karakteristik bunyi suara yang buruk: 1. Tercekik, dipaksakan atau tegang; 2. Melengking, parau; 3. Terlalu keras, menyerupai teriakan atau bentakan; 4. Serak; 5. Mengandung nafas; 6. Lemah, tidak memiliki warna, atau tidak hidup; 7. Dihasilkan secara tidak konsisten; 8. Bergetar atau goyang. Suara yang indah bermula dari pikiran anda. Jika anda tidak dapat memikirkan sebuah nada yang indah, maka anda tidak akan dapat menghasilkannya. Anda harus belajar untuk membayangkan suatu suara di dalam mata batin anda, serta belajar mendengarkan-nya di dalam telinga batin, sebelum anda dapat mewujudkannya. Cara terbaik untuk mencapai gambaran mental dari suara yang indah adalah dengan mendengarkan beberapa penyanyi terkenal secara tekun. Anda harus terus mendengarkan pertunjukan panggung dan rekaman penyanyi-penyanyi tersebut hingga anda mampu menampilkan gambaran dari penyanyi yang anda dengarkan. Dengan cara ini diharapkan anda dapat meniru karakteristik suara yang baik, seperti yang telah dijelaskan diatas. Hal terpenting dalam membentuk karakteristik suara yang baik adalah menentukan sebuah model suara yang dapat dijadikan sebagai sebuah panutan dalam

pencarian anda terhadap kualitas suara yang prima. Jangan mempolakan diri anda untuk mengimitasi seorang penyanyi tertentu, betapapun baikknya ia menyanyi. Terdapat beberapa alasan mengenai hal ini: Pertama, atribut fisik anda (seperti ketebalan dan panjang pita suara, ukuran dan bentuk resonator dll.) pasti sangat berbeda dengan penyanyi yang anda tiru, sehingga anda tidak akan dapat mencapai kualitas suara yang serupa tanpa melakukan pemaksaan ataupun peniruan. Kedua, seorang penyanyi yang matang dengan pengalaman dapat melakukan banyak hal dengan suaranya tanpa harus merusaknya, dan hal ini tidak berlaku untuk penyanyi pemula. Ketiga, jika anda mempolakan diri anda terlalu serupa dengan seorang penyanyi, anda akan cendrung manjadi imitasi dari penyanyi yang bersangkutan, tanpa memiliki individualitas. Akan lebih bijaksana jika anda mampu memilih sepuluh orang penyanyi yang memiliki katagori suara yang sama dengan anda dan memiliki dan memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat anda adopsi sebagai suatu model dalam pembentukan suara anda. Tiga Fase Dalam Sebuah Nada Musikal Setiap nada musikal dapat dibagi menjadi tiga fase: 1. Fase Attack (fase memulai nada); 2. Fase Sustention (fase penahanan nada); dan 3. Fase Release (fase pengakhiran nada). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ketiga fase ini terdiri dari memulai nada, menahan nada dan mengakhiri nada. Setiap fase fungsi yang penting dan memiliki masalahmasalahnya tersendiri.

Fase attack: merupakan fase yang sangat penting dalam menyanyi karena memiliki kecendrungan untuk mempengaruhi dua fase lainnya dalam proses menghasilkan suara. Nada yang dimulai dengan baik akan membuka jalan bagi fase penahanan dan fase pengakhiran nada. Nada yang dimulai dengan cara buruk akan menimbulkan dampak serupa pada fase-fase selanjutnya. Awal yang baik berasal dari dalam pikiran penyanyi yang bersangkutan sebelum ia melakukan aktifitas fisik, termasuk didalamnya adalah persiapan untuk pitch dengan tepat, kualitas nada yang tepat dan tingkat dinamik yang tepat.

Pitch harus dimulai dengan tepat, tanpa menyendok keatas ataupun tergelincir kebawah. Untuk dapat melakukannya, seorang penyanyi harus dapat membentuk suatu kebiasaan mendengarkan pitch secara mental sebelum mulai menyanyikan pitch tersebut, dan bukan sewaktu menyanyikannya. Sebuah attack yang baik harus terlebih dahulu dipersiapkan, baik secara fisik maupun mental. Sebuah attack yang sempurna baru akan terjadi jika mekanisme penunjang nafas dan pita

suara terlibat dalam suatu aksi bersama secara simultan dan efisien, tanpa andanya ketegangan yang tidak diperlukan, ataupun pembuangan nafas secara sia-sia. Jenis koordinasi yang effortless ini hanya dapat dicapai jika langkah-langkah persiapan telah dilakukan secara matang. Latihlah faseattack anda dengan menggunakan latihan berikut ini: 1. Tariklah nafas seperti saat anda mulai menguap; 2. Rasakan adanya pengembangan pada bagian tengah tubuh anda; 3. Tahan nafas anda begitu paru-paru anda terasa penuh dan nyaman; 4. Mulailah nada dengan terlebih dahulu memikirkan cara menghasilkannya, tanpa usaha fisik yang berlebihan. Untuk menghasilkan suara yang baik, tidak diperlukan usaha yang bersifat lokal, seperti menarik perut atas kedalam atau mendorongnya kearah depan. Jika anda telah menarik nafas dengan benar dengan postur yang baik, berarti anda telah menciptakan tunjangan nafas yang cukup untuk menyanyikan setiap nada dalam jangkauan nada (vocal range) anda tanpa perlu melakukan pengaturan kembali secara sengaja. Yang diperlukan pada tahap ini adalah gambaran mental yang tepat, pitch yang tepat, kualitas nada yang tepat, serta tingkatan dinamik yang diinginkan. Setelah semua itu terpenuhi, maka aksi refleks akan mengambil alih semua kegiatan tersebut. Jika hasilnya tidak seperti yang anda inginkan, berarti terdapat kesalahan dalam persiapan baik mental maupun fisik. Jangan memaksan penggunaan kekuatan otot yang berlebihan sebagai ukuran yang baku dalam menghasilkan suara yang baik. Pikirkanlah terlebih dahulu nada tersebut sebelum anda menyanyikannya. Dalam sebuah attack yang berimbang dan terkoordinasi, rahang haruslah dapat diturun secara bebas sebelum anda menghasilkan suara. Gerakan rahang yang benar adalah turun kearah bawah baru kemudian digerakkan sedikit kearah belakang. Jangan menekan rahang kearah bawah, mendorongnya kearah depan, atau menguncinya dalam suatu posisi, biarkanlah rahang bergerak dengan bebas. Jangan memikirkan pita suara anda pada saat anda menyanyi, karena pada dasarnya anda tidak memiliki kendali atas pita suara anda. Akan lebih baik jika anda memikirkan jenis suara yang akan anda hasilkan, dan sensasi apa yang akan anda rasakan pada saat suara seperti itu dihasilkan. Walaupun fonasi terjadi didalam larynx, ia akan terasa seperti dihasilkan disuatu tempat didalam kepala anda. Beberapa orang penyanyi menyatakan bahwa suara terasa dihasilkan di langit-langit mulut. Hal seperti ini merupakan sensasi yang baik untuk anda coba, karena sensasi seperti itu akan mengalihkan perhatian anda dari pita suara. Dalam pelajaran menyanyi terdapat sebuah pepatah kuno yang berbunyi: Penyanyi yang baik adalah penyanyi yang tidak memiliki leher. Pepatah ini cocok untuk menggambarkan apa yang seharusnya dirasakan oleh seorang penyanyi.

Fase Sustention dari suatu nada berlangsung dari saat sesudah nada tersebut dimulai dan saat sebelum nada tersebut berakhir. Durasinya tergantung pada nada yang akan dinyanyikan. Menunjang suatu nada berarti menahan nada tersebut selama yang

diperlukan. Berarti menopangnya secara fisik dari arah bawah, membuatnya tetap berbunyi, mempertahankannya atau memperpanjangnya, mempertahankan vitalitas yang terdapat didalamnya. Hal inilah yang seharusnya terjadi selama fase penahanan, dimana energi yang digunakan untuk memulai suara tersebut harus tetap mengalir.

Mekanisme pernafasan harus melakukan tunjangan terhadap suara dari arah bawah tubuh. Vitalitas suara yang mendapat tunjangan tersebut haruslah tetap terjaga dan terfokus pada suatu tempat di kepala anda. Sebuah suara yang mendapat tunjangan harus tetap berada dalam keadaan stabil dan konsisten, tidak bergoyang, tidak mengalami perubahan dalam kualitas maupun tingkat dinamik, kecuali dalam merespon tuntutan ekspesif dalam musik. Hal penting yang harus diingat oleh seorang penyanyi adalah: jangalah sekali-kali menyanyikan nada dengan melakukan sentakan pada nafas. Ada dua faktor yang dapat membantu anda dalam memastikan bahwa energi yang anda hasilkan stabil: 1. Pertahankan pengembangan didaerah tengah tubuh selama anda menyanyikan suatu nada; 2. Pertahankan postur yang baik dengan cara berdiri tegap dengan punggung yang meregang. Sebuah ketegangan berimbang yang terjadi antara otot-otot yang digunakan untuk menghirup nafas dan otot-otot yang digunakan untuk menghembuskan nafas hanya akan terjadi jika anda telah dapat menerapkan postur dan pernafasan yang baik. Hubungan dinamis ini (disebut sebagai tunjangan nafas) merupakan faktor yang penting dalam melakukan tunjangan pada suara. Saat melakukan penunjangan pada sebuah nada, bayangkanlah bahwa suara yang anda hasilkan mengalir bebas keluar dari tubuh anda, namun nafas anda seakan tetap tertinggal didalam tubuh anda. Pada kenyataannya, nafas pasti akan mengalir keluar dari tubuh anda, namun harus selambat mungkin. Bayangkan anda tengah berada dalam posisi menghirup nafas sewaktu anda menyanyikan suatu nada, ini akan membantu memperlambat keluarnya nafas dan mempertahankan pengembangan pada bagian tengah tubuh anda. Tenggorokan anda harus terasa rileks dan terbuka dari bagian atas hingga bagian bawahnya. Untuk mendapatkan perasaan seperti itu, pertahankanlah posisi awal menguap. Langit-langit mulut anda harus terasa bergetar seperti jika anda tengah bersenandung. Sensasi ini akan mempengaruhi kualitas suara dan efisiensi dari aksi pita suara anda. Tidak perlu melakukan gerakan pada lidah, bibir atau rahang sewaktu melakukan penahanan pada sebuah nada tunggal. Artikulator hanya aktif pada fase pemulaian dan pengakhiran nada, bukan pada fase penahanan nada. Jika suara sudah mulai dihasilkan, lidah, bibir dan rahang telah selesai melakukan tugas utamanya, dalam fase penahanan mereka akan beristirahat hingga tiba fase pengakhiran nada. Salah satu ciri dari penyanyi yang belum berpengalaman adalah melakukan perubahan postur dari alat-alat pengucapannya pada saat menahan sebuah nada. Aksi ini dapat menimbulkan ketegangan yang tidak perlu serta menimbulkan efek yang buruk bagi huruf hidup yang tengah dinyanyikan.

Fase Release. Fase pengakhiran sebuah nada memiliki durasi yang sangat singkat dan harus dilakukan secara tegas dan tepat. Fase ini tidak boleh diabaikan, diperlambat atau dipercepat karena fase ini harus dilakukan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Pada kenyataannya, sebuah nada harus diakhiri, namun bukan dengan cara menghilang atau berhenti karena kehabisan energi. Tunjangan nafas yang digunakan untuk memperpanjang nada harus tetap dilanjutkan hingga fase pelepasan nada ini selesai. Jangan biarkan tunjangan anda mengendur sebelum suara selesai dinyanyikan, jika terjadi, hal ini akan mempengaruhi pitch dan kualitas nada yang anda hasilkan.

Jangan mendahului sebuah release. Berpikir untuk mengakhiri nada terlalu cepat akan menyebabkan tunjangan nafas menjadi terlalu cepat rileks, atau menyebabkan tenggorokan anda menyempit dalam persiapannya untuk menghasilkan sebuah huruf konsonan. Sebuah release yang baik seharusnya dilakukan pada saat akhir secara cepat, bersih dan tepat. Lemahnya musikalitas seorang penyanyi merupakan penyebab utama dari release yang buruk. Salah satu keahlian yang harus dimiliki seorang penyanyi adalah kemampuan untuk menghitung nada dengan tepat, karena hanya dengan cara ini ia dapat mengetahui kapan saatnya ia harus memulai, memperpanjang dan mengakhiri sebuah nada. Sebagian besar kata dalam bahasa Inggris berakhir dengan huruf konsonan, karenanya konsonan dalam kata berbahasa inggis memiliki fungsi yang sangat vital dalam melakukanrelease. Sebuah release akan terdengar baik jika sebuah huruf konsonan akhir dapat diucapkan dengan cepat, tegas dan tepat pada waktunya. Sayangnya, banyak penyanyi yang tidak mengindahkan konsonan akhir, sehingga jarang sekali mereka menggunakan energi atau kelincahan yang cukup dalam melakukan release. Sebuah huruf konsonan harus dinyanyikan hingga batas akhir hitungan, kemudian diakhiri dengan cara yang cepat, dan tegas. Bayangkanlah bahwa sebuah konsonan akhir merupakan batas akhir dari suatu nada. Jangan mengantisipasi release saat anda baru saja mulai menyanyikan sebuah huruf hidup, tunggulah dan biarkan nada tersebut berbunyi hingga pada saatnya diakhiri dengan konsonan. Jangan mencoba untuk menghentikan sebuah nada dengan cara menjepit tenggorokan atau dengan memutuskan nafas anda. Sebuah release yang dilakukan dengan cara seperti itu akan menimbulkan ketegangan dan seringkali berakhir dengan suara yang serak. Biarkanlah organorgan pembentuk suara (bibir, lidah dan rahang) melepaskannya secara alami. Jika sebuah nada berakhir dengan huruf hidup, anda harus tetap mengakhirinya dengan cara yang sama dengan nada yang memiliki huruf akhir konsonan. Teknik menyanyi tidak memiliki cara yang berbeda dalam melakukan dua aksi diatas. Pada prakteknya, pita suara dan mekanisme penunjang juga melakukan pelepasan suara tepat bersamaan dengan aksi pelepasan yang dilakukan oleh bibir, lidah dan rahang dalam suatu gerakan yang tersingkronisasi. Karenanya, sangatlah baik bagi bagi seorang penyanyi untuk dapat merasakan bahwa alat-alat pengucapannya memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam fase pengakhiran nada ini.

KESIMPULAN: Fonasi merupakan proses yang sangat terkait dengan pernafasan. Sangatlah mungkin melakukan pernafasan tanpa melakukan fonasi, namun sangatlah mustahil untuk melakukan fonasi tanpa mendapat bantuan dari nafas. Dalam fonasi yang ideal dan berimbang, kedua proses tersebut terkoordinasi sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan pitch dan tingkat dinamik yang diinginkan dengan hanya menggunakan usaha minimal dari mekanisme penunjang nafas. Dengan kata lain, hanya dengan tekanan udara dan ketegangan pita suara yang sangat berimbang yang dapat menghasilkan vibrasi yang baik tanpa menimbulkan ketegangan yang tidak diperlukan ataupun inefisiensi nafas. Tubuh penyanyi harus dilatih agar dapat berfungsi sebagai sebuah kesatuan, dibawah kendali pikiran, bukan sebagai kelompok yang terpisah-pisah yang dikendalikan secara lokal. Aksi yang terkoordinasi merupakan dasar bagi fonasi yang baik. Kesalahan Yang Berhubungan Dengan Fonasi Kesalahan dalam fonasi diperkirakan berasal dari tidak berfungsinya mekanisme larynx pada saat penyanyi yang bersangkutan menggunakan suara asli-nya. Kesalahan pada fonasi dibagi menjadi dua jenis: hipofungsional dan hiperfungsional. ? Fonasi hipofungsional, merupakan proses fonasi yang gagal dalam memenuhi tuntutan aktivitas yang dibutuhkan oleh mekanisme larynx. Kesalahan ini sering terjadi pada penyanyi pemula, namun juga dapat disebabkan oleh sebab faktor penuaan usia pada penyanyi yang bersangkutan. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang paling banyak terjadi pada penyanyi. Penyebab utama dari kesalahan hipofungsional ini adalah tidak cukup tertutupnya glottis pada pita suara secara baik. Dampak dari kesalahan ini adalah timbulnya suara yang bercampur dengan nafas, dimana aliran udara dapat dengan bebas mengalir keluar dari celah dari glottis yang tidak tertutup secara baik tersebut. Pada saat pita suara tidak menutup dengan baik, tunjangan nafas akan mendorong udara yang tidak terpakai ini melalui celah pada glottis. Nafas yang terbung percumai sama dengan nada yang terbuang percuma, dan hal ini harus dihindari. Udara yang terbuang percuma juga menyebabkan lemahnya pengendalian nafas. Sebuah ban dengan pentil yang rusak akan cepat sekali kempes, seorang penyanyi yang tidak mampu menutup celah glottisnya dengan baik akan cepat sekali kehabisan nafas. Seorang pakar vokal terkenal, Van A. Christy menyatakan, Efficient tone is basic for efficient breath control (nada yang efisien merupakan dasar bagi pengendalian nafas yang

efisien). Dalam konteks ini, nada yang efisien dan aksi pita suara yang efisien merupakan hal yang sinonim). Prosedur terbaik bagi perbaikan suara yang bercampur nafas adalah melatih pita suara agar dapat menutup dengan baik. Cara ini tidaklah mudah karena kita tidak memiliki kendali langsung terhadap pita suara. Tidak mungkin kita dapat memerintah interarytenoid dan otototot lateral cricoaritenoid untuk menutup glottis secara langsung. Aksi ini harus dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan pola-pola pemikiran tertentu serta aksi refleks yang terkondisi dengan baik. Sebagai contoh, berpikir untuk melakukan fase awal menguap akan menyebabkan merenggangnya jarak kedua pita suara. Sebaliknya, berfikir untuk melakukan fase awal bersenandung akan membuat pita suara merapat dan menutup celah glottis. Lakukanlah percobaan berikut ini: Hiruplah nafas dalam dengan nyaman dan berfikirlah untuk bersenandung. Anda akan merasakan bahwa mulut dan pita suara anda menutup untuk mempersiapkan aksi bersenandung tersebut (Jika anda menarik otot perut dengan kuat, anda akan merasakan bahwa pita suara anda menahan nafas yang akan keluar). Pada saat anda mulai bersenandung, rapatkan gigi anda kuat-kuat dan cobalah untuk merasakan adanya getaran berdengung pada langit-langit mulut anda. Aksi bersenandung seperti ini terkadang menghasilkan kualitas bunyi suara yang kurang baik, yaitu suara yang terdengar bercampur nafas. Kini cobalah bersenandung dengan mulut yang tetap tertutup sambil memisahkan gigi anda dengan cara menurunkan rahang bawah anda perlahan-lahan. Cobalah untuk mempertahankan getaran pada langit-langit selama mungkin. Aksi bersenandung jenis ini akan menimbulkan perasaan rileks dan akan menghasilkan kualitas bunyi suara yang lebih baik dibandingkan cara yang pertama. Dengan cara ini suara anda tidak akan bercampur dengan nafas jika dihasilkan dengan cara yang benar. Cara lain untuk menutup pita suara dengan benar adalah dengan meminta siswa untuk menambah energi pada saat tengah bernyanyi. Pada kebanyakan penyanyi yang kurang berpengalaman, pita suara tidak menutup dengan sempurna karena tubuh tidak cukup bekerja keras dalam menghasilkan suara yang baik. Berikut ini merupakan beberapa penyebab dari kurangnya kerja tubuh dalam menghasilkan suara yang baik: 1. Postur yang buruk; 2. Pernafasan yang dangkal; 3. Kurang baiknya fase penahanan nafas; 4. Bernyanyi terlalu lembut (kesalahan konsep tentang kekuatan suara); 5. Meniru model suara dari penyanyi yang buruk; 6. Kegagalan dalam mengenali kualitas suara yang baik; 7. Jarang terlibat dalam kegiatan bermusik. Masalah yang berhubungan dengan suara mendesah bukan berasal dari kurangnya penggunaan energi dalam menyanyi. Hal ini dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Salah satunya dengan cara meminta siswa untuk menyanyi lebih keras dari biasanya.

Bersamaan dengan itu, mintalah siswa untuk melakukan gerak mengangkat secara lembut, seperti berpura-pura akan mengangkat sesuatu benda yang agak berat seperti buku tebal, yang diangkat oleh salah satu lengan dari batas pinggang ke atas. Dalam aksi ini, pita suara akan cendrung menutup untuk menunjang gerakan lengan. Jangan mengangkat benda yang terlalu berat karena epiglottis dan kerah larynx (larygeal collar) akan cendrung untuk menutup sehingga menyulitkan proses fonasi. Pendekatan lain adalah dengan mengimitasi cara menyanyi seorang penyanyi opera, atau menyanyi dengan cara dilebih-lebihkan. Dengan cara ini diharapkan siswa yang bersangkutan dapat memproduksi suara yang lebih hidup dan bulat. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk postur dan kebiasaan bernafas yang baik bagi siswa yang bersangkutan, atau dengan membuat siswa yang menyadari fungsi dari mekanisme penunjang nafas. Caranya adalah dengan menirukan cara tertawa Santa Claus (Ho, ho, ho), atau meneriakkan kata panggilan seperti, Hai, atau dapat juga dengan meminta siswa menyanyi dengan keras seperti jika ia mencoba untuk menyanyi untuk penonton yang berada dibarisan belakang. Masalah yang berhubungan dengan kurangnya keterlibatan siswa yang bersangkutan dalam musik dapat ditanggulangi dengan memilihkan lagu-lagu yang dapat direspon secara cepat. Mintalah siswa untuk menghafal syair dalam lagu dan kemudian mengucapkannya secara ekspresif. Cara memberikan sebuah interpretasi terhadap lagu yang bersangkutan dapat dengan cepat memberikan respon yang ekspresif. Cara lainnya adalah dengan memperdengarkan rekaman suara penyanyi dengan lagu yang sama atau serupa. Semua siswa diharuskan memiliki model suara yang ideal, hal ini akan lebih cepat dicapai dengan cara banyak mendengarkan rekaman penyanyi-penyanyi yang ahli. Huruf hidup dan konsonan dapat pula digunakan untuk menghilangkan suara mendesah. Huruf hidup yang bersifat frontal (seperti [i], dan [e]) memiliki sifat tegas dalam produksinya dibanding dengan huruf hidup lainnya. Karenanya, huruf-huruf hidup diatas sangat kondusif untuk menghilangkan suara yang mendesah. Untuk langkah pertama, berikan siswa latihan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup frontal, jika suara mendesah masih terdengar, mintalah ia untuk merapatkan giginya saat melakukan vokalisi tersebut. Posisi rahang yang tertutup rapat ini sebenarnya tidak dianjurkan dalam dalam menyanyi, namun sebagai jalan jalan pintas aksi ini dapat memperkuat aksilarynx untuk menghasilkan suara yang terbebas dari desahan nafas. Aksi ini harus dihentikan segera setelah siswa yang bersangkutan telah dapat menghasilkan suara tanpa desah dengan posisi rahang yang rileks. Cara lain untuk menghilangkan suara mendesah adalah dengan menggunakan huruf-huruf konsonan nasal seperti: [m], [n], dan [?] yang dikombinasi dengan konsonan yang memerlukan aksi bibir dan/atau lidah yang kuat. Cobalah vokalisi lima buah nada (do, re, mi, fa, sol) secara naik dan turun dengan menggunakan kata seperti: ding, ding, ding, ding, ding; bum, bum, bum, bum, bum; no, no, no, no, no; wing, wing, wing, wing, wing, ting, ting, ting,

ting, ting, dan kata-kata sejenisnya. Salah satu atau beberapa dari kata tersebut dapat digunakan sebagai pengganti salah satu kata yang terdapat di dalam lagu. Tingkat efektifitas penggunaan berbagai konsonan diatas akan sangat bervariasi bagi setiap siswa, sangatlah disarankan untuk mencoba beberapa dari kata diatas. Menurut pengalaman, kata, ding lebih sering memberikan hasil yang memuaskan. Salah satu masalah dalam memperbaiki suara yang mendesah adalah bahwa kebanyakan siswa tidak menyadari akan hal tersebut. Suara seperti ini sudah dianggap sebagai bagian dari suara alaminya, dan bukan dianggap sebagai bunyi nafas. Anda dapat memberitahukannya dengan cara merekam suaranya dengan menggunakan tape recorder dan terus memantau kemajuan yang dicapainya, jika hal ini tidak dilakukan, siswa yang bersangkutan akan tetap kembali pada kebiasaan buruknya. Permasalahan lain yang harus diwaspadai adalah bahwa penyebab suara mendesah adalah adanya faktor akil balig pada siswa yang bersangkutan. Ini adalah periode dimana ototototinterarytenoid tidak dapat atau tidak menutup glottis dengan rapat. Akibatnya terdapat sebuah celah diantara vocal process pada tulang rawan arytenoid. Celah ini sangat umum terjadi pada suara remaja yang mengalami akil balig dan dikenal dengan sebutan mutational chink (celah mutasional). Meskipun siswa yang bersangkutan memiliki celah seperti ini, ia masih dapat mengurangi jumlah nafas yang keluar melalui celah tersebut. Anda dapat melakukan perbaikan pada jenis suara seperti ini dengan menggunakan seluruh metode yang telah dijelaskan sebelumnya, namun tetap dengan mengedepankan kehati-hatian. Dalam masalah ini William Vennard menyatakan, Young singers should not be driven to eliminate this breathiness impatiently(Untuk para penyanyi muda, proses penghilangan suara mendesah ini jangan dilakukan dengan tergesa-gesa). Suara seperti ini akan hilang dengan sendirinya jika proses perubahan suara dalam dirinya telah berakhir. Jika semua metode yang telah dilakukan tidak membawa hasil, masih terdapat satu cara lagi yang dapat ditempuh. Cara yang satu ini tergolong ekstrim, yaitu dengan meminta siswa yang bersangkutan untuk membuat suara yang tercekik atau tegang. Karena banyak metode yang digunakan tidak membuahkan hasil, maka anda harus melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan yang cukup untuk dapat menutup pita suaranya dengan baik. Pada kenyataannya, cara ini mengandung resiko cidera yang besar karena adanya ketegangan yang berlebihan pada saat bersuara, dan cara ini juga bukan dimaksudkan untuk menggantikan suatu kebiasaan buruk dalam menyanyi dengan kebiasaan buruk lainnya. Namun demikian, seseorang yang memiliki suara mendesah secara terus-menerus akan jarang sekali mengalami cidera saat pertama kali mencoba untuk menggunakan suara yang tercekik; biasanya mereka akan cendrung mendekati situasi suara yang berimbang ketimbang suara yang tercekik. Saran berikutnya yang mungkin akan berhasil adalah meminta siswa yang bersangkutan untuk menirukan gaya penyanyi country dengan youdel-nya. Pendekatan-pendekatan yang memacu ketegangan seperti diatas tidak dimaksudkan untuk dipergunakan dalam jangka waktu yang lama dan harus segera diakhiri begitu siswa yang bersangkutan telah mengalami kemajuan dalam suaranya.

Rangkuman Prosedur Perbaikan Untuk Jenis Suara Mendesah (Hipofungsional) 1. Bersenandung (dengan vibrasi pada langit-langit mulut); 2. Menggunakan energi yang lebih besar dengan cara menyanyi lebih keras; 3. Menggunakan energi yang lebih besar dengan latihan mengangkat beban; 4. Menirukan gaya penyanyi opera; 5. Menanamkan kebiasaan berpostur dan bernafas yang baik; 6. Mengaktifkan mekanisme penunjang nafas dengan melakukan latihan-latihan; 7. Menyanyi untuk barisan penonton paling belakang dari auditorium; 8. Memiliki keterlibatan yang kuat dalam musik; 9. Membentuk suara yang ideal dengan cara mendengarkan penyanyi-penyanyi yang baik; 10. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup frontal; 11. Melakukan vokalisi dengan menggunakan konsonan nasal; 12. Menirukan suara tercekik. ? Suara Desah yang Dipaksakan. Dalam permasalahan suara yang mengandung nafas (breathy voice) terdapat sebuah jenis masalah yang memerlukan penjelasan khusus karena adanya faktor-faktor yang komplikatif didalamnya, jenis ini dikenal dengan suara desah yang dipaksakan. Komplikasi yang terdapat didalam masalah jenis ini berasal dari rendahnya fungsi mekanisme pada larynx yang diikuti dengan rendahnya fungsi mekanisme penunjang nafas. Perbaikan yang ditujukan pada salah satu faktor dapat memperburuk faktor lainnya. Menarik otot-otot perut dapat menghasilkan tekanan udara yang besar pada larynx karena pita suara tidak menutup dengan baik sehingga udara akan menekan pita suara dengan derasnya. Pendekatan terbaik dalam memperbaiki jenis kesalahan seperti ini adalah melakukan pendekatan pada mekanisme penunjang nafas terlebih dahulu melalui metode-metode yang telah dijelaskan sebelumnya, barulah kemudian melakukan perbaikan pada proses fonasi yang mendesah dengan menggunakan metode yang terdapat pada daftar diatas. Hindari metode-metode yang mungkin akan mengakibatkan timbulnya tunjangan nafas yang berlebihan seperti pada nomer 2, 3, 4, 6, 7, dan 8. ? Fonasi Hiperfungsional, Fonasi hiperfungsional dapat didefinisikan sebagai: terdapatnya aksi fonasi yang berlebihan pada mekanisme larynx sehingga menyebabkan suara yang terdengar tegang, keras dan serak. Penyebab utama dari masalah ini adalah adanya ketegangan yang berlebihan didalam pita suara yang terkadang berasal dari ketegangan pada otot-otot larynx dan daerah sekitarnya. Jika suatu proses fonasi disertai dengan tunjangan nafas yang bersifat hiperfungsional, suara yang dihasilkan akan terdengar parau, melengking, serak, kasar, tertarik bahkan tercekik. Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan secara ekstrim, fonasi hiperfungsional dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang kemungkinan

memerlukan perawatan secara medis. Banyak penyanyi yang tidak menyadari bahwa pada dasarnya kesalahan yang dideritanya termasuk dalam apa yang dalam bidang vokal disebut sebagai vocal cripples atau kecacatan vokal, sehingga penyanyi yang bersangkutan bantuan seorang dokter spesialis THT untuk memperbaiki masalah dalam organ menyanyinya. Sangat disarankan bagi setiap guru vokal untuk dapat mengenali gejala-gejala dari apa yang sering disebut sebagai, vocal abuse (penyalahgunaan suara) atau vocal misuse (kesalahan dalam menggunakan suara), sehingga dapat dengan segera memberikan saran pada siswa yang bersangkutan untuk berkonsultasi pada dokter ahli THT. Dalam masalah ini mungkin saja siswa tidak mengalami kesalahan yang bersifat organik atau kesalahan yang mengakibatkan konsekuensi serius, karena instrumen vokal manusia pada dasarnya sangat tahan menghadapi berbagai macam penyalahgunaan suara yang dibebankan kepadanya. Namun begitu, tetap saja diperlukan saran dari seorang dokter ahli. Semakin dini pencegahan dapat dilakukan, semakin besar kemungkinan untuk memperbaikinya. Dalam situasi seperti ini, pertolongan seorang guru sangat dibutuhkan dalam mengajarkan siswa yang bersangkutan mengenai pembentukan kebiasaan bernyanyi yang baik sehingga problem yang terjadi dapat diperbaiki sesegera mungkin. Gejala yang sering terjadi pada kesalahan dalam penggunaan suara adalah terdengarnya keserakan pada suara. Morton Cooper menyatakan bahwa keserakan merupakan kualitas yang paling sering ditemui dalam vokal klinis. Keserakan merupakan fenomena yang umum ditemui, namun tidak memiliki gejala yang spesifik. Penyebabnya dapat berhubungan dengan alergi, infeksi karena virus, laryngitis, pertumbuhan pita suara, pengobatan, perubahan temperatur,sinusitis, polusi udara, kesalahan dalam penggunaan suara dan banyak lagi lainnya. Penyebab dari keserakan hanya dapat ditentukan oleh seorang dokter yang ahli, namun seorang guru vokal harus dapat mengenali bahwa keserakan yang terjadi pada suara siswanya merupakan sebuah tanda bahaya dan dapat memperingati siswa yang bersangkutan. Jika keserakan terjadi dalam jangka waktu yang lama, terjadi hampir disetiap kali siswa yang bersangkutan menyanyi dalam jangka waktu yang agak lama, atau terdapat keserakan dalam suara berbicaranya, nasihat terbaik bagi siswa tersebut adalah segera mendatangi seorang laryngologis. Gejala umum lainnya dari kesalahan dalam penggunaan suara adalah menyempitnya wilayah nada setelah penyanyi yang bersangkutan menyanyi untuk beberapa menit. Hal ini sering terjadi pada penyanyi yang memiliki wilayah nada yang cukup luas (biasanya penyanyi yang bersangkutan kehilangan nada-nada tertingginya, nada-nada terendahnya atau kedua-duanya). Tapi hal ini dapat juga terjadi pada nada-nada tengah, terutama pada wanita. Ini merupakan suatu indikasi dari terlalu banyaknya ketegangan sehingga suara mulai kehilangan fungsi normalnya jika digunakan dalam jangka waktu tertentu. Suara yang dihasilkan dengan baik akan mempunyai daya tahan yang baik. Tidak pernah ada kondisi yang disebut sebagai overuse (penggunaan suara secara berlebihan) dalam berbicara, jika suara berbicara digunakan secara benar. Kutipan dari West, Ansberry dan Carr

menyatakan, No amount of vigorous vocalization can damage the edges of the vocal folds if the voice is properly used(Vokalisi yang dilakukan dengan sering tidak dapat merusak tepi pita suara jika suara digunakan dengan benar). Ia mengidentifikasikan kesalahan dalam penggunaan suara sebagai kurangnya pengetahuan mengenai menyanyi dengan baik, kurangnya pelatihan vokal yang baik, buruknya model vokal yang dimiliki, kesulitan emosi, dan/atau masalah-masalah psikologis. Jika seorang penyanyi sering kehilangan wilayah nadanya, atau bahkan kehilangan suaranya setelah menyanyi, itu merupakan sebuah indikasi kuat bahwa penyanyi tersebut kurang mendalami pengetahuan dan/atau teknik vokal. Penyanyi seperti ini sangat membutuhkan seorang guru yang kompeten dibidangnya. Gejala yang sering ditemukan dalam proses fonasi yang tertekan adalah terbatasnya atau tidak terdapatnya vibrasi sering disebut sebagai nada lurus. Tidak adanya vibrato pada suara disebabkan oleh larynx yang mengalami ketegangan. Beberapa faktor yang menjadi kontributor pada fonasi hiperfungsional dan yang berhubungan dengan masalah-masalah vokal adalah: 1. Menyanyi dalam klasifikasi suara yang salah, terutama pada tesitura yang terlalu tinggi; 2. Berbicara dibawah atau diatas tingkat nada yang optimal; 3. Menyanyi atau berbicara pada lingkungan yang ramai; 4. Kebiasaan menyanyi atau berbicara terlalu keras atau dengan menggunakan kekuatan yang terlalu besar; 5. Menjerit, berteriak atau memekik; 6. Memiliki konsep tunjangan nafas yang salah; 7. Teknik pernafasan yang salah; 8. Ketegangan dan kekakuan pada postur; 9. Memiliki model suara yang salah; 10. Ketegangan yang berasal dari masalah psikologis rasa ketakutan, inferioritas, tidak aman, malu dan lain sebagainya.

Prosedur Perbaikan Untuk Fonasi Hiperfungsional. Tujuan utama dari prosedur perbaikan ini adalah menghilangkan ketegangan yang berlebihan pada larynx. Karenanya, prosedur perbaikan ini harus dilaksanakan dengan teknik-teknik rileksasi. Disarankan juga agar guru vokal dapat menciptakan suatu suasana kelas yang dapat membuat siswa merasa rileks, sebuah suasana yang didasari oleh pemahaman yang simpatik dan perhatian yang tulus dalam memenuhi kebutuhan siswa. Prosedur perbaikan dapat dimulai dengan menerapkan rileksasi pada tubuh siswa. Pada tahap ini anda dapat menerapkan teknik-teknik yang telah dijelaskan sebelumnya. Langkah pertama ialah: melakukan latihan-latihan pelenturan dan peregangan seperti: memutarkan kepala, menganggukkan kepala, memutar bahu, menggunggangkan lengan dan tangan, latihan-latihan untuk melemaskan rahang, bibir, lidah dan lain sebagainya. Langkah

kedua adalah: mengamati postur siswa, memeriksa dengan seksama kelurusan serta kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya ketegangan pada postur. Penyebab terjadinya ketegangan pada larynx biasanya disebabkan oleh pernafasan yang salah dan tunjangan nafas yang terlalu besar. Meskipun tampaknya pernafasan dan tunjangan nafas benar, guru harus tetap memeriksanya pada saat siswa yang bersangkutan menyanyi. Periksalah pengembangan yang terjadi pada bagian tengah tubuh siswa, pengaturan tunjangan nafas, dan cara mulai menyanyikan nada tanpa menarik bagian perut. Beberapa orang siswa mungkin dapat melakukan hal-hal tersebut pada saat ia tidak menyanyi, namun ia tetap akan memiliki kecendrungan untuk menghasilkan ketegangan pada saat ia menyanyikan nada-nada tinggi atau kalimat-kalimat panjang. Selalu terdapat godaan untuk menghirup nafas terlalu banyak dan menyimpannya didalam dada yang kesemuanya ini hanyalah merupakan suatu usaha yang sia-sia dalam menciptakan sistem penunjang nafas yang baik. Membuat sebuah attack yang proporsional akan sulit dilakukan oleh orang yang memiliki ketegangan pada pita suara. Kecendrungan untuk memulai fonasi yang diiringi dengan letupan udara merupakan hasil dari glottis yang tertutup rapat dengan tekanan nafas yang meningkat sehingga pita suara terpisah secara kasar. Jenis attack seperti ini dikenal sebagai hard attack(attack yang kuat) atau tight attack (attack yang sempit), dan letupan udara yang menyertainya disebut sebagai glottal plosive (ledakan glottal) atau glottal attack (attack glottal). Attack yang keras merupakan sebuah gejala dari terdapatnya ketegangan pada larynx. Jika ketegangan ini terjadi telalu kuat, ia dapat merusak membran sensitif yang melindungi pita suara, serta menimbulkan ketegangan pada otot-otot larynx. Gesekan yang terjadi di vocal process pada saat tulang rawan-tulang rawan tengah berdekatan, serta ledakan glottal yang berulang-ulang dapat menghasilkan luka pada tulangrawan tersebut. Vocal misuse dan vocal abuse merupakan faktor terbesar yang dapat menimbulkan terjadinya vocal nodules, polyps dan polypoid. Berdasarkan kenyataan inilah, maka seorang siswa haruslah terampil dalam menghasilkan suatu attack yang lembut dan berimbang. Rahasia dari attack yang berimbang terletak pada adanya sinkronisasi antara tekanan nafas dengan penutupan glottis. Dalam attack yang sempit, pita suara berada dalam keadaan menutup terlebih dahulu baru kemudian tekanan nafas diaplikasikan. Dalam attack yang berimbang, nafas mengalir melalui pita suara sebelum pita suara mulai menutup. Dalam hal ini nafas dan pita suara beraksi secara simultan dalam menghasilkan suara yang bersih tanpa adanya ketegangan atau nafas yang terbuang percuma. Siswa harus selalu didorong agar terus berlatih menghasilkanattack yang lembut hingga pada akhirnya hal tersebut dapat menjadi suatu bagian yang aman dari teknik bernyanyinya. Berikut ini adalah latihan rutin yang dirancang untuk tujuan tersebut: Pertama, lakukan latihan rileksasi (seperti: memutar kepala, bahu dll.) untuk melemaskan otot-otot anda. Kemudian berdirilah di depan cermin dan perhatikan diri anda secara seksama apakah terlihat adanya tanda-tanda ketegangan pada tubuh anda. Sebelum anda mulai menghasilkan suara, ingatlah untuk selalu menghadirkan bayangan pitch, tingkat dinamik dan kualitas suara yang akan anda hasilkan terlebih dahulu. Kemudian hiruplah nafas dengan santai seperti yang anda lakukan pada saat awal menguap, kembangkan bagian tengah tubuh

anda dan tahanlah nafas begitu paru-paru anda telah terasa penuh. Disaat anda akan memulai fonasi, biarkalah sistim penunjang nafas anda yang melakukannya dengan cara memulai nada hanya dengan memikirkan cara melakukannya. Berhati-hatilah untuk tidak menarik daerah perut anda secara sengaja. Sebutkan kata wan beberapa kali dengan memperpanjang konsonan n dan menyambungkannya dengan kata berikutnya secara tidak terputus. Pusatkan perhatian anda pada sensasi getar dari bunyi n dan sensasi suara yang dihasilkan setelah mengucapkan konsonan tersebut. Kemudian lakukan latihan tersebut kembali, namun kini tingkat nada menyanyi anda digantikan dengan tingkat nada berbicara. Jangan menarik bagian perut atau melakukan penekanan (aksen) pada setiap suku kata, biarkanlah setiap kata yang dihasilkan mengalir dan bersambung dan biarkan setiap n membawa nada suara anda ke kata berikutnya. Ulangi kembali latihan diatas dengan menggunakan kata no, no, no kemudian ni, ni, ni dan terakhir dengan menggunakan nu, nu, nu. Guru harus selalu memonitor latihan ini hingga siswa dapat menghilangkan ketegangan padalarynxnya dan tidak mensuplai nafas terlalu banyak ke larynx. Mintalah siswa untuk membayangkan bahwa nada yang dihasilkannya dimulai di dalam kepalanya, bukan padalarynxnya. Cara ini akan membantunya untuk mengalihkan perhatian pada aktifitas larynx. Tekankan padanya tentang perlunya mempertahankan posisi awal menguap saat menyanyi, karena cara ini akan membantunya untuk menyanyi dengan rileks. Ini disebabkan karena larynxberada pada posisi terbaiknya pada saat menyanyi. Huruf hidup (vokal) dan konsonan dapat digunakan untuk memperbaiki suara yang tercekik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa huruf hidup frontal dapat digunakan untuk menghilangkan desahan nafas pada suara, sedangkan huruf-huruf belakang yang dihasilkan dengan memajukan bibir (seperti [o], dan [u]) merupakan huruf hidup yang memiliki ketegangan yang lebih kecil dibandingkan dengan huruf hidup frontal. Karenanya, huruf hidup jenis ini dapat digunakan untuk menghilangkan ketegangan pada daerah larynx. Kombinasi huruf hidup ini dengan aksi awal menguap merupakan aksi yang paling efektif untuk menghilangkan tensi padalarynx. Untuk mengurangi ketegangan pada rahang, serta untuk dapat menghasilkan suara yang bebas, mulailah menyanyikan huruf hidup ini dengan menggunakan bantuan konsonan y atau m, seperti: yu, yu, yu; mu, mu, mu dan lain sebagainya. Indikator utama dari adanya ketegangan pada larynx adalah hilangnya vibrasi pada suara. Ketegangan ini hanya dapat dihilangkan jika anda telah dapat mengaplikasikan sistem penunjang nafas dengan baik. Dengan terbentuknya suatu sistem penunjang nafas yang baik, vibrasi pada suara akan muncul dengan sendirinya sebagai dampak yang positif. Jika anda vibrasi tidak juga muncul, maka anda harus menerapkan teknik-teknik khusus yang dapat digunakan untuk merangsang timbulnya vibrasi. Pendekatan lain yang dapat anda gunakan untuk menghilangkan fonasi yang tercekik ini adalah dengan menggunakan penggunaan efek nafas untuk menghasilkan suara. Teknik ini diperkenalkan oleh William Vennard dengan cara meminta siswanya untuk memulai sebuah suara dengan konsonan [h] yang berlebihan dan diikuti dengan pengucapan huruf hidup secara tegas dan bersih. Cara memulai fonasi seperti ini harus kurangi secara bertahap,

seiring dengan membaiknya cara attack siswa yang bersangkutan. Selanjutnya konsonan [h] hanya dilakukan secara imajinatif saja. Seorang ahli vokal, WilliamVennard sering menggunakan latihan yang ia dinamakan tanda-menguap untuk menunjang teknik ini. Caranya mudah, mintalah siswa mengeluh seperti pada saat mereka kelelahan. Dengan cara ini siswa akan mengalami tiga fase perubahan suara: dari suara yang tercekik, menjadi suara yang mengandung nafas dan pada akhirnya menjadi suara yang benar.

KESIMPULAN DARI PROSEDUR PERBAIKAN: Bagi Fonasi Yang Tercekik (Hiperfungsional) 1. Melakukan latihan rileksasi pada seluruh tubuh;Menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk menciptakan rasa nyaman dan percaya diri pada siswa; 2. Membentuk postur yang baik dan kebiasaan bernafas yang baik, jika diperlukan; 3. Mengurangi ketegangan yang berlebihan pada mekanisme penunjang nafas; 4. Mempertahankan posisi awal menguap; 5. Melakukan latihan-latihan untuk menghasilkan attack yang berimbang dan halus; 6. Membuat siswa mengerti akan jenis suara yang akan dicapai; 7. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup dengan bibir menonjol kedepan (huruf hidup belakang); 8. Melakukan vokalisi dengan menggunakan konsonan yang dapat memantu membebaskan rahang; 9. Dengan menggunakan efek desah nafas pada saat memulai fonasi.

(Disadur dari buku: "THE DIAGNOSIS & CORRECTION OF VOCAL FAULTS" James C. McKinney) oleh Charles Nasution

inShare2

OTHER ARTICLE

Musisi dan Media Sosial METALLICA, Kebon Kosong, Kemayoran 2013 The Beatles Ternyata Penjiplak Yang Sangat Luar Biasa [Nasib] Anak Band Memahami Profesi Road Manager

COMMENTS

VIDEO
CLICK TO SUBSCRIBE CLICK TO MORE VIDEO

GALLERY

CLICK TO MORE GALLERY

TWITSTREAM
VIEW ON TWITTER

SUBSCRIBE THE MAGZ! & GET EXCLUSIVE BONUS


CLICK TO TONTINUE >

(iTunes Store & Google Play) 2013 TRAX Magazine Indonesia, MRA Media Group | Advertising | Terms & Conditions | About Us | MRA Member Card | Site Map Loading...

Senam Otak Otak kita terdiri dari dua belahan, kiri dan kanan. Anehnya, 85 persen orang di dunia ini ternyata hidup dengan mengandalkan otak kiri saja. Sebagian dari sisanya menggunakan kombinasi keduanya, dan sebagian lagi memakai otak kanan. Itulah kesimpulan beberapa penelitian tentang otak. Dari segi fungsi, otak yang terdiri dari dua belahan kiri dan kanan itu seolah memiliki tiga dimensi yang saling berhubungan. Dengan mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian ini, fungsi otak dapat dioptimalkan. Sayang, tak semua orang mampu melakukannya. Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah senam otak. Tak Perlu Waktu Khusus Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas); meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang terkait

dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbis) serta otak besar (dimensi pemusatan). Sebagai pemula, Anda bisa melakukannya lewat gerakan sederhana sambil melakukan kegiatan sehari-hari. Senam ini bisa dilakukan tanpa waktu khusus. Sambil nonton televisi juga bisa, ujar Dra. Hj. Kartika Sapardjiman, pempimpin Kelas Brain Gym di Rumah Sakit Kartika, Pulo Mas, Jakarta Timur. Tapi, imbuh Kartika yang saat ini membimbin tujuh peserta, termasuk seorang ibu hamil, sebelum mempraktikkan sendiri Anda perlu bimbingan instruktur khusus.

Populer di Amerika dan Eropa Menurut Paul E. Denisson Ph.D., ahli senam otak dari lembaga Educational Kinesiology, Amerika Serikat, meski sederhana, brain gym mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Pakar penelitian otak inilah yang pertama kali memperkenalkan metode terapi ini di Amerika, 19 tahun silam. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa brain gym sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dsb. Berminat? Selamat mencoba Macam Gerakan Brain Games

2. Gerakan Sakelar Otak:

Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada) dipijat selama 20-30 detik dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang atau memijat sebelah kanan dan kiri pusar. Mengoptimalkan pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan atau sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen, dan menstimulasi aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak. Guna: mengoptimalkan keterampilan motorik halus, memperbaiki sikap tubuh, meningkatkan energi, mengurangi stres visual dan relaksasi tengkuk serta bahu.

3. Gerakan Silang

Gerakan ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyeberangan garis tengah bagian lateral tubuh.

* Mengaktifkan gerakan mata dari kiri ke kanan, meningkatkan harmonisasi penglihatan (binokular) * Guna: mengoptimalkan pekerjaan menulis, mendengar, membaca dan memahami, meningkatkan stamina, memperbaiki pernapasan, pendengaran dan penglihatan.

4. Tombol Bumi

Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya di pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar). Di sentuh selama 30 detik atau 4-6 kali tarikan napas penuh. * Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom dalam tabel). * Guna: mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan jenis pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni, pembukuan.

5. Tombol Imbang

Gerakan ini akan mengembalikan tiga dimensi keseimbangan tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, depan-belakang). Tekan tombol imbang - 4-5 cm ke kiri dan ke kanan dari garis tengah/lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkung di atas tulang belakang - sementara tangan satunya menyentuh pusar, selama 30 detik. * Meningkatkan konsentrasi, pengambilan keputusan, pemikiran asosiatif, kepekaan indrawi untuk keseimbangan, menjernihkan pikiran dan menjaga badan tetap relaks * Guna: mengerti konsep yang tersirat (saat membaca), mengkritisi, mengurangi mabuk perjalanan dan tekanan di kuping karena perubahan ketingian, mengoptimalkan pekerjaan menulis laporan, memakai telepon atau komputer.

6. Kait Relaks

Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan saling menggenggam, kemudian tarik tangan ke arah pusar dan terus ke depan dada. Pejamkan mata dan saat menarik napas, lidah ditempelkan ke langit-langit mulut dan lepaskan saat mengembuskan napas. Berikutnya, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari tangan

saling bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan, sambil mengambil napas dalam 1 menit lagi * Meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, dan pemusatan emosional. * Guna: mendengar aktif, berbicara lugas, menghadapi tes dan bekerja dengan papan ketik, pengendalian diri dan keseimbangan. Catatan: Untuk mencegah ketegangan otot, sebelum memulai latihan Anda sebaiknya minum beberapa gelas air putih. Jumlah air yang harus dikonsumsi sekitar sepertiga kali berat tubuh.

Senam Otak Agar Tak Cepat Pikun Tak hanya bagi para manula, kebiasaan lupa kini kerap menjadi keluhan kaum muda. Lupa merupakan salah satu tanda adanya penurunan fungsi otak. Kondisi ini bisa menjadi indikasi Anda sedang stres atau gangguan kesehatan lain. Dr. Richard Restak, ahli syaraf menyatakan, dalam perjalanan lebih dari 25 tahun penelitian klinis yang dilakukan, ia telah menemukan cara efektif untuk meningkatkan kekuatan otak. Berikut 10 aktivitas yang bisa meningkatkan memori Anda. 1. Mempelajari satu kata baru sehari Biasakan belajar mengingat kata, bahkan satu kata baru setiap hari. Jika cara ini terus dilakukan, dalam setahun Anda bisa mengingat 350 kata pertahun, atau 3000 kata per dekade. Ini sangat baik untuk melatih daya ingat. Karena pada umumnya, kosakata fungsional orang dewasa rata-rata hanya sekitar 10.000 kata. Menurut para ilmuawan, dengan belajar kata-kata, Anda telah melibatkan otak pusat bahasa, lobus frontal dan sirkuit memori. Dan, cara ini seperti

aerobik untuk otak Anda. 2. Bermain video game Ketika digunakan secara bijak, video game dapat meningkatkan kepekaan indera, membuat Anda Anda lebih cepat tanggap, dan merespon lebih cepat. 3. Menghargai seni Musik meningkatkan kemampuan bahasa dan verbal dan pelatihan musik instrumental meningkatkan kekuatan otak. Memainkan alat musik juga meningkatkan kecekatan jari dan mampu meningkatkan umur panjang. 4. Menjaga berat badan ideal Sangat penting untuk menjaga berat badan ideal Anda. Pasalnya, obesitas bisa menurunkan kemampuan fungsional seseorang, seperti kecerdasan, ketajaman mental, kognitif fleksibilitas dan konsentrasi. 5. Berjalan Berjalan satu mil setiap hari akan mengurangi risiko mengalami demensia sebesar 50 persen. Tapi, jika Anda tidak punya waktu, jalan cepat 45 menit secara rutin tiga kali seminggu akan mencegah banyak perubahan otak yang terkait dengan penuaan. 6. Menantang diri Penelitian baru menunjukkan bahwa selalu menyajikan otak Anda dengan tantangan mental yang baru seperti teka-teki silang, atau mengingat daftar belanjaan ke dalam memori. Cara ini diyakini mampu meningkatkan kecerdasan Anda. 7. Konsumsi kenari dan blueberry dalam diet harian Anda Kenari mengandung omega-3 asam lemak bersama dengan sejumlah bahan kimia lainnya yang berfungsi sebagai antioksidan kuat untuk memblokir tindakan-tindakan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel otak. Blueberry juga bermanfaat meningkatkan sirkuit otak.

8. Terus belajar Cari topik yang menarik dan selalu belajar dengan tujuan meningkatkan pengetahuan. Ini akan meningkatkan memori jangka panjang dan meningkatkan penyimpanan cadangan kognitif. Cara ini bisa jadi investasi Anda agar memiliki ingatan kuat meski usia telah lanjut. 9. Beristirahat. Meluangkan waktu untuk beristirahat selama 20 menit tidur siang akan meningkatkan memori Anda. Tidur siang juga memperbaiki suasana hati, memulihkan konsentrasi dan fokus, dan meningkatkan kreativitas. 10. Bermain Permainan menyusun balok bisa meningkatkan keterampilan jari tangan. Permainan ini telah terbukti dapat meningkatkan kelincahan baik mental dan fisik. Selain itu, bermain sulap juga bisa merangsang sebagian besar jaringan otak yang kompleks dan melatih proses gerakan visual.

Senam OTAK untuk Merangsang Kecerdasan Bayi SELAIN faktor genetik, kecerdasan seorang bayi atau anak juga tergantung pada faktor lingkungan. Di antaranya, nutrisi yang baik, imunisasi, dan stimulasi atau rangsangan. Bayi yang mendapat rangsangan secara tepat dan berkesinambungan tentu akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu diharapkan perkembangan fisik, mental, dan intelektualnya akan melampaui kemampuan dasar atau potensi genetiknya. PENELITIAN membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan dan fungsi otaknya di kemudian hari. Kartini Sapardjiman, Ketua Senam Otak Indonesia, mengatakan,

kecerdasan bayi juga bisa dioptimalkan dengan senam otak. Senam otak adalah latihan yang terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis dan menyilang. Senam ini mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan. Diharapkan, potensi kedua belahan otak akan seimbang sehingga kecerdasan anak pun menjadi maksimal. Selama ini banyak orang hanya menggunakan otak kirinya saja sehingga potensi otak kanannya tidak dimanfaatkan secara maksimal, kata Kartini, dalam seminar Senam Otak Ibu Hamil dan Bayi Merangsang Potensi Otak Sejak Dini yang diselenggarakan atas kerja sama Klub Brain Gym Omni Medical Center (OMC) Kelapa Gading dan RS OMC Pulomas, Jakarta. Pada kesempatan yang sama, ahli anak RS Omni Medical Center, dr Caroline Mulawi, mengatakan, stimulasi pada bayi bisa dilakukan sejak bayi dalam kandungan, yaitu sejak usia kehamilan tiga bulan. Stimulasi bisa berupa suara dan taktil (rabaan). Dari beberapa penelitian menunjukkan, bayi yang mendapat stimulasi ketika dalam kandungan memiliki tingkat inteligensia lebih tinggi 14 poin daripada yang tidak mendapatkan stimulasi, kata Caroline. Stimulasi harus dilakukan tiap hari pada setiap kesempatan berinteraksi dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, bahkan menjelang tidur. Stimulasi harus dilakukan dalam suasana aman, nyaman, menyenangkan, penuh kasih sayang, dan gembira. Pada prinsipnya, semua ucapan, sikap, dan perbuatan ibu atau pengasuh yang berulang-ulang akan terekam dalam otak bayi sehingga akan berisiko ditiru oleh bayi. Apa yang bayi lihat, dengar, atau rasakan akan menjadi pengalaman baru bagi bayi sehingga dia akan mencoba melakukannya sendiri. SEJAK tahun 2001 sudah ditemukan senam otak yang bisa

mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak. Otak terbagi menjadi dua, otak belahan kanan dan otak belahan kiri. Otak kanan berfungsi untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, melihat keseluruhan, dan ekspresi badan. Sedangkan otak belahan kiri bertugas untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu, dan halhal rinci. Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Senam otak ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bayi. Senam otak pada bayi sebenarnya sangat sederhana. Contohnya, menggerakkan anggota badan secara menyilang dengan perantara mainan. Bisa berbentuk robot, boneka, bola, balon, atau apa saja yang sesuai dengan usia anak. Hal yang penting, gerakan yang dilakukan anak melewati garis tengah antara tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri. Kemampuan belajar paling tinggi tercapai jika dua belah otak, dua mata, dan dua telinga aktif serta bisa bekerja sama dengan baik. Selain itu, gerak badan juga terkoordinasi dan seimbang. Pertemuan gerakan yang menyilang ini merupakan pusat dari senam otak. Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralitas komunikasi, pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan. Lateralitas komunikasi (dimensi kiri-kanan) bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan itu menyerap kemampuan komunikasi yang lebih cepat. Misalnya, bola digerakkan ke kiri ke kanan di depan bayi, atau bayi memegang mainan lalu digerakkan ke kiri ke kanan. Bisa juga mainan yang

berbunyi digerakkan ke kiri ke kanan secara menyilang. Bertepuk-tepuk tangan juga melatih pendengaran bayi. Bayi memegang jari kita lalu digerakkan ke kiri ke kanan, atau membentuk angka delapan tidur. Apa pun gerakannya asal berdimensi ke kiri ke kanan. Pemfokusan pemahaman (dimensi muka-belakang) bermanfaat membantu kesiapan dan konsentrasi untuk menerima hal-hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Gerakan berupa latihan meregangkan otot menyangkut konsentrasi, pengertian, dan pemahaman. Misalnya dengan melipat lutut dan sikut bayi berulang kali atau mengangkat tangan ke atas lalu digerakkan ke muka ke belakang. Pemusatan pengaturan (dimensi atas-bawah) membantu meningkatkan energi yang menyangkut berjalan, mengorganisasi, tes atau ujian. Hal ini bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan kepala ke atas ke bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya, kemudian digerakkan ke atas ke bawah. Salah satu yang menarik untuk saya share kali ini adalah tentang tes menguji kecenderungan otak kanan atau otak kiri. Sebelumnya akan dijelaskan sedikit mengenai kedua otak yang termasuk dalam otak besar ini. Otak besar atau serebum yang terletak di atas batang otak merupakan bagian terbesar dari otak manusia. Bagian ini bertanggung jawab atas semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan. Otak besar dibagi menjadi belahan (hemisfer) kiri dan belahan kanan. Masing-masing sisi mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Bagian otak ini merupakan pengendali

intelligence quotient (IQ). Daya ingat otak bagian ini juga bersifat jangka pendek. Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis. Belahan otak mana yang lebih baik, tidak mudah untuk dijawab sebab masingmasing sisi mempunyai fungsi yang berbeda. Akan tetapi, menurut para ahli, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya [kesehatan.kompas.com]. Oke langsung saja kita ikuti pengujiannya Tes A

Genggamlah tangan Anda bersama-sama, seperti jika Anda berdoa kemudian perhatikan ibu jari tangan Anda. Jika ibu jari tangan kiri berada di bawah ibu jari tangan kanan artinya otak kiri. Jika ibu jari tangan kanan di bawah ibu jari tangan kiri artinya otak kanan. Jika tangan Anda sama seprti di gambar, maka Anda otak kiri.

Tes B

Lipat (silangkan) tangan Anda di depan Anda. Jika tangan kanan Anda tepat di atas tangan kiri artinya otak kiri. Jika tangan kiri Anda tepat di atas tangan kanan artinya otak kanan. Jika posisi Anda sama dengan gambar, maka Anda otak kiri. Bagaimana Hasilnya? (Tes A) Kanan + (Tes B) Kiri = seimbang cenderung otak kanan Sangat perhatian, konvensional, berbelit-belit, cepat akrab dengan orang lain, waspada, pengalah, stabil. (Tes A) Kanan + (Tes B) Kanan = Dominan otak kanan Suka tantangan dan bersikap apa adanya, cepat bertindak, imajinasinya kuat, selalu ingin tahu, dan suka tantangan, ceroboh dan nekat, jarang mendengarkan pendapat. (Tes A) Kiri + (Tes B) Kiri = dominan otak kiri Berdedikasi, cuek, perfeksionis, logis, selalu merasa benar, bisa dipercaya, kaku, memiliki banyak hal yang membanggakan, lawan yang tangguh.

(Tes A) Kiri + (Tes B) Kanan = seimbang cenderung Kiri Suka mengurusi orang lain, berbakat jadi pemimpin, pandai berbicara dan menyiasati situasi, perhatian, tenang, bertanggung jawab, selalu berhati-hati dalam berpenampilan.

Anda mungkin juga menyukai