Anda di halaman 1dari 11

I.

Pendahuluan Salah satu produk kimia yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah kaca. Dari segi fisika, kaca merupakan suatu zat cair yang sangat dingin (supercooled liquid). Hal ini dikarenakan partikel penyusunnya yang terletak saling berjauhan satu sama lain seperti halnya partikel penyusun cairan, namun dalam wujud padatan. Pembentukan partikel yang seperti ini, dikarenakan proses pendinginan yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel penyusun tidak dapat mengatur diri secara teratur. Jika ditinjau dari segi kimia, kaca merupakan gabungan material oksida anorganik yang tidak mudah menguap yang dihasilkan dari proses penguraian dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah serta pasri dan bahan penyusun lainnya. Jika dibandingkan dengan material keramik lainnya, kaca memiliki sifat khas. Sifat khas ini timbul akibat bahan penyusunnya yang berupa silika (SiO2) serta proses pembentukannya. Di dalam ilmu pengetahuan, kaca merupakan paduan dari berbagai bahan yang berbeda : paduan logam, ion-ion yang dicairkan, molekul cir dan polimer. Dalam aplikasinya, kaca digunakan sebagai botol, kaca mata, peralatan rumah tangga dan lain-lain. Dalam dunia industri, kaca banyak digunakan mengingat struktur kimia dan fisika, terlebih lagi dalam sifat optiknya sehingga cocok sebagai bahan optik, bahan optoelektronik, alat-alat laboratorium, isolator, bahan penguat dan barang-barang yang bernilai seni.

II.

Sifat-sifat kaca 1. Tidak memiliki titik lebur yang tetap 2. Merupakan padatan amorf (bukan kristal)

3. Penampakannya yang transparan serta tahan terhadap berbagai bahanbahan kimia kecuali hidrogen fluorida (HF), sehingga sering digunakan sebagai alat laboratorium. 4. Tahan terhadap tekanan tapi rapuh terhadap benturan III. Sejarah penemuan kaca Secara pasti, kaca tidak diketahui kapan pertama kali ditemukan. Sejak 6000 tahun sebelum masehi, orang mesir kuno telah membuat perhiasan dari kaca yang mirip dengan permata. Pada tahun 290, sudah mulai dibuat kaca jendela untuk rumah. Pada abad pertengahan, italia merupakan tempat penghasil kaca terbesar di dunia, sedangkan di jerman dan inggris, kaca baru dibuat pada abad ke-16 masehi. Sebelum memasuki abad 20, industri kaca merupakan industri seni yang diwarisi turun temurun, tanpa didasari prinsip ilmiah. Pada tahun 1914 di Belgia, ditemukan kaca plat yang diperoleh dari proses fourcault. Selama 50 tahun semenjak penemuan teknik fourcault, telah banyak dikembangkan jenis-jenis kaca yang bertuuan untuk memperkecil distorsi optik pada kaca dan menghemat biaya produksi. IV. Proses pembuatan kaca Dalam pembuatan kaca, terjadi beberapa reaksi kimia yang umumnya dijumpai. Berikut ini adalah reaksi kimia yang terjadi dalam pembuatan kaca Na2CO3 + SiO2 Na2O.SiO2 + CO2 CaCO3 + SiO2 CaO.SiO2 + CO2 Na2SO4 + SiO2 + C Na2O.SiO2 + SO2 + CO

Seiring dengan perkembangan nanoteknologi, maka telah ada ribuan macam formula penyusun kaca. Namun ketiga bahan diatas masih merupakan bahan penyusun kaca yang paling sering digunakan bahkan produksinya mencapai 90 % produksi kaca dunia.

Gambar : Strukutur silika (SiO2) Dalam industri, pembuatan kaca yang umum dilakukan terdiri dari 5 tahapan, yaitu : 1. Persiapan bahan baku Pada tahap ini, bahan yang akan digunakan akan digiling, diayak serta dipisahkan dari pengotor. Bahan baku yang telah berbentuk serbuk, ditimbang sesuai komposisi kaca yang ingin dibuat, termasuk diantaranya adalah penamabahan zat aditif dan zat stabilizer. Bahan-bahan yang

sudah dipersiapkan, kemudian dicampur hingga homogen sebelum dicairkan

2. Pencairan Bahan baku yang sudah homogen, diayak kembali sebelum dimasukkan ke dalam tanur raksasa (tungku raksasa). Setelah pengayakan selesai, bahan campuran akan dipanaskan dalam tungku dengan suhu sekitar 1500oC, sehingga campuran akan mencair. Selama proses pencairan, bahan-bahan baku akan saling berinteraksi membentuk reaksi kimia seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. 3. Peleburan kaca Kaca yang telah berbentuk cair, akan dialirkan alat yang berfungsi untuk membentuk kaca sesuai yang diinginkan. Dalam proses pembentukan kaca, secari garis besar ada 3 macam yaitu : a. Proses fourcault. Bahan yang telah mencair, akan dialirkan secara vertikal ke atas melalui alat yang disebut debituse. Di atas debituse, terdapat bagian sirkulasi air yang berfungsi sebagai pendingin yang akan mendinginkan kaca hingga bersuhu 650670oC. Pada suhu ini, kaca dalam bentuk cair akan berubah menjadi plat. b. Proses colburn. Pada proses colburn, kaca akan digerakkan secara vertikal yang diikuti dengan gerakan horizontal. Prosesnya kurang lebih sama dengan proses fourcault. Pada proses ini leburan kaca akan menjadi pelat kaca. c. Proses pilkington. Bahan yang sudah mencair, akan dimasukkan ke dalam kolam yang berisi timah panas. Ketebalan kaca ditentukan oleh kecepatan aliran campuran. Akibat perbedaan densitas antara bahan dan timah, maka bahan yang sudah mencair akan mengapung di atas timah. Kaca ini akan tetap berupa cairan yang diakibatkan tetap adany pasokan panas. Di dalam kolam, terjadi pengontrolan temperatur agar kaca tetap rata. Dalam pengendalian

temperatur, digunakan gas nitrogen. Selanjutnya kaca akan mengalami pendinginan pada suhu 600oC d. Proses tiup. Proses tiup hanya digunakan untuk membuat botol kaca, kaca kemasan atau kaca seni. 4. Annealing Tahapan annealing bertujuan untuk mencegah terbentuknya tegangan antar molekul yang tidak merata pada kaca sehingga dapat menimbulkan pecah pada kaca selama pemrosesan. Proses annealing terbagi 2 : a. Menahan kaca dengan waktu yang cukup diatas temperatur kritis untuk menurunkan regangan internal b. Mendinginkan kaca sampai suhu ruang secara perlahan (sebab jika terlalu cepat, kaca akan retak, kemudian pecah). Proses ini berlangsung dalam annealing lehr. Untuk kaca bentuk plat, annealing lehr dilewati kaca yang bergerak di atas roda berjalan. V. Pengelompokkan kaca Kaca dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, secara umum kelompok-kelompok tersebut adalah: 1. Kaca timbal. Kaca ini menggunakan oksida timbal dalam campuran kaca cair. Kaca timbal merupakan kaca yang sering digunakan dalam bidang optik. Indeks refraksi dan dispersi yang tinggi, membuat kaca ini sangat penting dalam bidang optik. Kca ini mengandung 82 % timbal (nilai densitas 8,0 dan indeks bias 2,2). Akibat kandungan timbal yang tinggi, embuat kaca ini terlihat sangat cemerlang. Karena sifatnya yang cemerlang, maka kaca ini sering digunakan dalam bola lampu, lampu reklame, radiotraon (diakibatkan nilai tahanan listrik yang tinggi). Yang lebih mutakhir lagi, kaca ini digunakan sebagai tameng untuk menangkal radiasi nuklir.

2. Kaca khusus. Ciri khas kaca ini adalah tidak terlalu transparan (memiliki warna), dilapisi oeh bahan penyalut. Dalam aplikasi, kaca ini digunakan sebagai fitokrom, kaca optik kaca opal serta kaca keramik. Komposisi kaca ini tidak bisa diperkirakan dengan pasti, semuanya tergantung produk yang diinginkan 3. Kaca soda-lime. 95 % kaca yang diproduksi di dunia adalah berupa kaca soda-lime. Kaca ini digunakan untuk membuat bejana, kaca plat, jendela mobil dan barang-barang pecah belah. 4. Kaca silika vitreo. Kaca ini dibuat melalui proses pirolisis silikon tetraklorida (SiCl4) pada suhu tinggi atau peleburan kuarsa atau pasir murni. Kaca ini memiliki titik lebur yang tinggi dan nilai ekspansi termal yang rendah. Kelebihan kaca ini adalah sifatnya yang mempunyai ketahanan termal yang tinggi, daripada kaca lain. Kaca ini juga sangat transparan terhadap radiasi ultraviolet. Karena sifatnya yang demikian, maka kaca ini sering digunakan sebagai bahan kuvet pada

spektrofotometer UV-Vis. Harga kuvet jenis ini mencapai 2 juta rupiah. 5. Kaca alkali silikat. Kaca ini merupakan kaca yang terdiri dari 2 komponen sekaligus. Dalam pembuatannya, material CaCO3 dan Na2CO3 beserta silikat, hasilnya disebut dengan natrium silikat. Kaca ini bersifat larut air yang digunakan sebagai bahan adhesif dalam pembuatan kotak karton yang bergelombang dan bersifat tahan api. 6. Kaca borosilikat. Kaca ini mengandung 10-20 % B2O3, 80-87 % silika (SiO2) dan 1-10 % Na2O. Nilai koefisien ekspansi termal kaca ini cukup rendah, sehingga tahan terhadap kejutan dan mempunyai stabilitas kimia yang tinggi. Kaca ini juga mempunyai nilai tahanan listrik yang tinggi (nilai hambatan listrik). Kaca ini sering digunakan dalam laboratorium yang dikenal dengan nama kaca pyrex. Di luar laboratorium, kaca ini digunakan sebagai isolator tegangan tinggi da lensa teleskop.

VI.

Komposisi kimia kaca Dalam hal pembuatan kaca, terdapat beberapa komponen utama penyusun kaca diantaranya : 1. Pasir : merupakan pasir silika yang dikenal dengan istilah quartz. 2. Soda : yaitu molekul Na2O dalam soda abu (Na2CO3) 3. Feldspar : rumus kimia umum yang dimiliki feldspar adalah R2O, Al2O3.6SiO2. Dimana R dapat berupa Na atau K. 4. Boraks : B2O3, yang berfungsi untuk menurunkan koefisien ekspansi termal dan menaikkan ketahanan terhadap bahan kimia 5. Cullet : Cullet merupakan kaca bekas pakai yang berfungsi untuk menurunkan temperatur leleh dari bahan yang dibentuk. Toleransi penggunaan cullet maksimal adalah 25 %. Lebih dari itu, maka produk yang dihasilkan mudah rusak dan hancur. Kaca yang diproduksi secara massal ataupun skala laboratorium, sebenarnya memiliki kestabilan yang rendah. Maka dari itu, diperlukan stabilizer yang berfungsi untuk menurunkan kelarutan dalam air, dan menaikkan tahanan terhadap bahan-bahan kimia yang lain, termasuk ketahanan terhadap udara dan lain-lain 1. Kalsium karbonat (CaCO3), membuat kaca menjadi tidak larut air. 2. Pewarna. Digunakan untuk membuat gelas khusus, yang biasanya digunakan sebagai barang-barang seni 3. Zink oksida (ZnO).Digunakanagar sifat kaca tahan terhadap panas secara mendadak, memperbaiki ketahanan fisik dan mekanik serta meningktakan indeks bias. 4. Aluminium oksida (Al2O3). Digunakan untuk meningkatkan

viskositas, kekuatan fisik dan ketahanan terhadap bahan kimia, disebabkan sifat aluminium oksida yang inert.

5. Barium karbonat (BaCO3). Digunakan untuk meningkatkan massa kaca dan nilai indeks bias. 6. Zat anti buih. Zat anti buih yang sering digunakan adalah natrium nitrat dan oksida arsenik (As2O3). Penambahan zat anti buih berguna untuk menghilangkan gelembung gas pada pelelehan bahan baku. 7. Opacifers. Bahan yang sering digunakan sebagai opacifers adalah fluorit (CaF2) dan timah fosfat 8. Zat penghilang warna. Zat ini ditambahkan bila terbentuk warna yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh adanya oksida besi yang masuk bersamaan dengan silika. Bahan penghilang warna biasanya berupa oksida mangan (MnO2). VII. Sifat fisis dan kimia kaca Kaca tersusun atas bahan utama berupa silika, strukturnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Kompisisi kimia dari kaca akan sangat mempengauhi sifat fisis dan kimia dari kaca. gambaran diagram fase dari silika, juga akan berpengaruh dengan sifat kaca itu sendiri. berikut ini gambar diagram fase dari silika:

Sifat dari kaca berbanding lurus dengan korelasi strukturnya. Sifa awal kaca dapat dilihat pada diagram fase silika pada tahap awal. Faktanya, kaca merupakan material yang lembut yang kemudian mengalami pemanasan sehingga mengalami kenaikan titik leleh yang tajam. Tingkat kekerasan dari kaca bergantung pada temperatur pengolahan dan suhu permukaan kaca. Pertimbangan yang lain dari kaca adalah segi kerapuhannya. Kerapuhan kaca menyebabkan kaca menjadi butiran-butiran dengan luas permukaan yang lebih besar dn bersifat sebagai padatan amorf. Butiran-butiran kecil kaca ditemukan dalam struktur kristalin dimana atom tidak dapat mengalami slip melewati atom yang lain yang bertujuan untuk mengurangi tekanan. Sejak padatan amorf tersebut tidak memiliki butiran kecil kaca, maka tekanan akan dilepaskan yang menyebabkan kaca mudah pecah (rapuh). Untuk meningkatkan kekerasan dari gelas, dalam pembuatan gelas ada tahapan yang penting yang disebut annealing dan tempering. Proses

annealing, sudah dijabarkan sebelumnya, sedangkan proses tempering merupakan alternatif lain yang dilakukan untuk memperkuat kaca oleh pemanasan higga mencapai titik lunak dari kaca, melewati temperatur pada

tahap annealing lalu kemudian didinginkan secara cepat. Kaca yang diperlakukan oleh tahap ini, mempunyai kekuatan sekitar 7 kali lipat lebih tahan terhadap tekanan. Hal ini dikarenakan pada tahap annelaing dan tempering, kaca dimampatkan sehingga tidak mengalami shock pada saat menerima tekanan atau perubahan suhu secara mendadak.

DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby, David W., Gillis, H.P. dan Nachtrieb, Norman H. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta Baxter, Roberta. 1998. Glass : An Amorphous Solid. ChemMatters. 26 (3) : 10-11 Heffner. 2010. Building a Low Cost Hands on Learning Curriculum for Glass Science and Engineering Using Candy Glass. Lehigh University. Pennsylvania

Anda mungkin juga menyukai