Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................... i

Kata Pengantar............................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2

1.3 Tujuan....................................................................................... 2

BAB II Pembahasan

2. 1 Definisi Kaca............................................................................ 3

2.2 Sifat-sifat Kaca.......................................................................... 4

2.3 Jenis-jenis Kaca......................................................................... 4

2.4 Bahan Baku Pembuatan Kaca.................................................. 5

2.5 Proses Pembuatan Kaca............................................................ 10

BAB III Penutup

1.1 Kesimpulan.............................................................................. 13

Daftar Pustaka.............................................................................................. 14

Lampiran...................................................................................................... 16

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita curahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini membahas
tentang “Flat Glass (Kaca Datar)”. Makalah ini sengaja dibuat untuk memperdalam
pengetahuan tentang proses industri kimia yang sangat diperlukan saat ini.
Dalam proses pemahaman materi ini, tentunya kami mendapat banyak
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami ucapkan kepada Bapak Windi
Zamrudy B.Tech. M.Pd., selaku dosen mata kuliah “Proses Industri Kimia” sekaligus
kepada teman – teman yang telah banyak memberikan masukan demi terselesainya
makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Malang, 02 November 2016

Penyusun,

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kaca atau gelas adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab
dengan kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi masyarakat luas banyak yang
belum mengerti tentang senyawa unik ini. Kaca atau gelas apabila dipandang dari
segi fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena
struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat
cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan
(cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat
menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari
berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap , yang dihasilkan dari
dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai
penyusun lainnya. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan
golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi
oleh keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.
Sebagaimana bahan-bahan yang sangat banyak digunakan dalam peradaban
modern, riwayat penemuan kaca tidaklah jelas sama sekali. Salah satu rujukan
yang paling tua mengenai bahan ini dibuat oleh Pliny, yang menceritakan
bagaimana pedagang-pedangang phoenisia purba menemukan kaca tatkala
memasak makanan. Periuk yang digunakannya secara tidak sengaja diletakkan di
atas massa trona di suatu pantai. Penyatuan yang terjadi antara pasir dan alkali
menarik perhatian dan orang Mesir telah berusaha menirunya. Sejak tahun 6000
atau 5000 sebelum Masehi, orang Mesir telah membuat permata tiruan dari kaca
dengan ketrampilan yang halus dan keindahan yang mengesankan. Kaca jendela
sudah mulai disebut-sebut sejak tahun 290. Silinder kaca jendela tiup ditemukan
oleh para pendeta pada abad ke-12. Dalam abad tengah, Venesia memegang
monopoli sebagai pusat industi kaca. Di jerman dan inggris, kaca baru mulai

3
dibuat pada abad ke-16. Secara keseluruhan sebelum tahun 1900, industri ini
merupakan seni yang dilengkapi oleh rumus-rumus rahasia yang dijaga ketat.
Proses pembuatannyapun bersifat empiris dan hanya berdasarkan pada
pengalaman. Kaca atau gelas merupakan materi bening dan transparan (tembus
pandang) yang biasanya di hasilkan dari campuran silikon atau bahan silikon
dioksida (SiO2), yang secara kimia sama dengan kuarsa. dari segi fisika kaca
dipandang sebagai zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur
partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair
namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling)
yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri
secara teratur. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari berbagai oksida
anorganik yang tidak mudah menguap , yang dihasilkan dari dekomposisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya.
Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2)
dan proses pembentukannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja bahan baku pembuatan kaca?
2. Bagaimana proses pembuatan kaca?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui bahan baku pembuatan kaca
2. Mengetahui proses pembuatan kaca

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kaca


Kaca atau gelas adalah salah satu alat rumah tangga yang bahan utama
penyusunnya adalah SiO2 dengan suhu pelelehan 2000◦ C. Kaca atau gelas
merupakan bahan pejal sekata, biasanya terbentuk apabila bahan cair tidak
berkristal disejukkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup masa
untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk. Kaca atau gelas termasuk kelompok
vitroida atau termogel, yang merupakan senyawa kimia dengan susunan yang
kompleks. Senyawa tersebut diperoleh dengan membekukan lelehan yang lewat
dingin. Kaca atau gelas ialah produk yang “amorf dan bening dengan kekerasan
dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah dijelaskan di
bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila dipandang dari segi fisika
merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur
partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair
namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling)
yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri
secara teratur. Dari segi kimia, kaca atau adalah gabungan dari berbagai oksida
anorganik yang tidak mudah menguap , yang dihasilkan dari dekomposisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Kaca atau gelas merupakan bahan lutsinar, kuat, tahan hakis, lengai, dan
secara biologi merupakan bahan yang tidak aktif, yang dapat dibentuk menjadi
permukaan yang datar dan licin. Ciri-ciri ini menjadikan kaca atau gelas sebagai
bahan yang sangat berguna. Kaca atau gelas biasanya dicampur dengan bahan
lain untuk mengubah cirinya. Misalnya seperti kaca atau gelas bertimah hitam
yang menyebabkan kaca atau gelas menjadi lebih berkilauan, hal ini karena
adanya peningkatan index pantulannya, sementara boron ditambahkan untuk
mengubah ciri termal dan elektriknya, seperti Pyrex. Penambahan barium juga

5
dapat meningkatkan indeks pantulannya, dan seriumditambahkan untuk kaca
atau gelas yang menyerap tenaga infra. Logam oksida juga ditambahkan untuk
memberikan warna pada kaca atau gelas. Peningkatan soda atau potash dapat
menurunkan titik lebur, sementara manganditambahkan untuk menghilangkan
warna yang tidak dikehendaki. Kaca atau gelas berwarna diperoleh dengan
menambahkan sedikit oksida logam peralihan. Misalnya, oksida mangan akan
menghasilkan warna ungu, oksida kuprum dan kromium memberikan warna
hijau, dan oksida kolbalt memberikan warna biru.

2.2. Sifat - Sifat Kaca


Kaca atau gelas memiliki sifat-sifat yang sangat khas bila disbanding dengan
keramik. Kehasan sifat kaca ini disebabkan oleh keunikan silika (SiO2) dan
proses pembentukannya. Beberapa sifat kaca atau gelas yang sangat umum
adalah sebagai berikut :
a. Gelas merupakan bahan yang dapat ditembus oleh cahaya tampak dan sinar
infra merah, tetapi tidak oleh sinar ultraviolet.
b. Padatan amorf (short range order).
c. Berwujud padat tapi susunan atom-atomnya seperti pada zat cair.
d. Tidak memiliki titik lebur yang pasti (ada range tertentu)
e. Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih besar dari 1012 Pa.s)
f. Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida. Karena
itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium.
g. Efektif sebagai isolator.
h. Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan.

2.3. Jenis – Jenis Kaca


1. Kaca Forming. Jenis kaca yang dilebur atau dipanaskan kemudian dicetak
sesuai model yang diinginkan.
2. Kaca Es. Jenis kaca ini agak buram dan tidak terlalu tembus pandang,dengan
warna umumnya netral atau putih, tetapi ada juga yang warna-warni.

6
3. Kaca Melton. Permukaan kaca jenis ini menghadirkan aneka ragam tekstur,
hingga berbentuk dan agak timbul, atau tampak seperti diukir.
4. Kaca Sandblasting. Jenis kaca ini agak buram dengan tekstur permukaan halus
dan warna agak ke abu-abuan.
5. Kaca Patri. Kaca ini dirakit dengan timah atau kuningan yang membentuk
sebuah desain dengan sistem patrian. Kaca Patri atau Stained Glass banyak
menghiasi rumah ibadah seperti masjid dan gereja, juga rumah pribadi.
Permukaan kaca ini tampak seperti dilukis warna-warni, hingga membiaskan
warna ke dalam ruangan bila diterpa sinar mentari keindahannya juga akan
tampak pada malam hari dengan pantulan sinar lampu dari dalam bangunan
atau rumah.
6. Kaca Raindown. Populer untuk menghiasi interior properti komersial, jenis
kaca ini seperti dialiri air pada permukaannya, seolah menghadirkanekosistem
air di dalam ruangan, Bersifat tidak tembus pandang, kaca inibisa menjadi
partisi atau penghias di ruangan

2.4. Bahan Baku Pembuatan Kaca


1. Bahan pembentuk kaca
a. Pasir (SiO2)
Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa yang hampir murni (99.1 –
99.7 %). Silikon (IV) oksida ialah molekul kovalen raksasa. Oleh karena
itu, silicon (IV) oksida memerlukan banyak tenaga haba untuk mengatasi
setiap ikatan kovalen antara atom dalam struktur raksasa. Maka, silicon
(IV) oksida mempunyai titik lebur yang sangat tinggi, yaitu 1710°C. Dalam
silicon (IV) oksida, setiap atom silikon diikat secara kovalen kepada 4
atom oksigen dalam bentuk tetrahedron dengan sudut antara ikatan 109.5.
Unit itu diulangi secara tidak terhingga dengan setiap atom oksigen terikat
kepada 2 atom silikon untuk membentuk molekul kovalen raksasa seperti
struktur berlian.

7
Sifat pasir ini adalah dapat tembus cahaya, sehingga lebih banyak
digunakan untuk pembuatan alat-alat optik. Oleh karena itu lokasi pabrik
kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir kaca, kandungan
besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah belah atau
0,015 % untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merusak
warna kaca pada umumnya. Ukuran partikel silika sand sangat berpengaruh
pada temperatur di furnace. Jika ukuran partikel besar makamembutuhkan
banyak waktu untuk melebur silika sand maka sebelumdiolah silika sand
harus diayak sehingga didapat butiran partikel yang lebih halus.
Pasir ini berguna untuk membentuk cairan gelas yang sangat kental
yang memiliki ketahanan terhadap perubahan temperatur yang mendadak.
Pasir kuarsa ini terdapat di beberapa tempat di Indonesia, di antaranya:
Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, pulau Bangka dan Belitung, pulau Jawa,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Silikon (IV) oksida ialah molekul kovalen raksasa. Oleh karena itu,
silicon (IV) oksida memerlukan banyak tenaga haba untuk mengatasi setiap
ikatan kovalen antara atom dalam struktur raksasa. Maka, silicon (IV)
oksida mempunyai titik lebur yang sangat tinggi, yaitu 1710°C. Dalam
silicon (IV) oksida, setiap atom silikon diikat secara kovalen kepada 4
atom oksigen dalam bentuk tetrahedron dengan sudut antara ikatan 109.5 .
Unit itu diulangi secara tidak terhingga dengan setiap atom oksigen terikat
kepada 2 atom silikon untuk membentuk molekul kovalen raksasa seperti
struktur berlian.

b. Sodium karbonat (Na2CO3)


Soda ash (Na2CO3) digunakan karena kita memerlukan kaca yang
bebas dari ion chlor dan sejenis (golongan halogen) sedangkan sumber
natriumnya mayoritas berasal dari garam NaCl. Soda ash dipakai dalam
kaca akanmembentuk oksida Na2O dan K2O dimana total Na2O dan K2O
disebut R2O. Soda ash merupakan material yang memiliki sifat garam.

8
Soda mengandung sodium atau natrium, yang merupakan golongan alkali,
yang memiliki 1 ion +. Soda merupakan pereaksi kuat, sangat kuat bereaksi
dengan ion lain. Sifat soda akan melembekkan material atau softening.
Secara umum, penggunaan soda ash adalah mempercepat pembakaran,
menurunkan titik lebur, mempermudah pembersihan gelembung dan
mengoksidasi besi.

c. Asam boraks
Borax adalah bahan campuran yang menambahkan Na2O dan boron
oksida kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela atau kaca
lembaran, boraks sekarang banyak digunakan didalam berbagai jenis kaca
pengemas. Ada pula kaca borat berindeks tinggi yang mempunyai nilai
dispersi lebih rendah dan indeks refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang
telah dikenal. Kaca ini banyak digunakan sebagai kaca optik. Disamping
daya fluksnya yang kuat, boraks tidak saja bersifat menurunkan koefisien
ekspansi tetapi juga menungkatkan ketahanannya terhadap aksi kimia.
Asam borat digunakan dalam tumpak yang memerlukan hanya sedikit
alkali.

d. Dolomit (CaCO3.MgCO3)

Dolomit merupakan variasi batu gamping yang mengandung < 50%


karbonat. Secara geologi dolomit dapat terbentuk karena proses primer
maupun sekunder. Secara sekunder dolomit terjadi karena proses
dolomitisasi yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit, selain
itu dapat juga terbentuk karena diendapkan secara tersendiri sebagai
endapan evaporit. Dolomit primer berbentuk urat, yang terbentuk bersama-
sama dalam jebakan bijih. Dolomit mempunyai struktur kristal
rhombohedral yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau
manganodolomit dan berkomposisi MgFe(CaCO3)2 atau ferrodolomit.

9
Umumnya dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan,
kekerasan 3,5 – 4, berifat pejal, berat jenis 2,8 – 2,9, berbutir halus-kasar,
mudah menyerap air, mudah dihancurkan.

e. Feldspar
Feldspar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas potasium,
sodium dan kalsium alumino silikat. Pada umumnya kelompok ini
terbentuk oleh proses pneumatolitis dan hidrotermal yang membentuk urat
pegmatit. Felspar ditemukan pada batuan beku, batuan erupsi dan
metamorfosa, baik bersifat asam maupun basa. Felspar mempunyai nilai
kekesaran 6 – 6,5 skala Mosh, berat jenis 2,4 – 2,8, warna dari putih keabu-
abuan, merah jambu, coklat, kuning dan hijau. Felspar adalah mineral
alumina anhidrat silikat yang berasosiasi dengan unsur Kalium (K),
Natrium (Na) dan Calsium (Ca) dalam perbandingan yang beragam. Mutu
felspar ditentukan oleh kandungan oksida kimia K2O dan Na2O yang relatif
tinggi diatas 6%, oksida Fe2O3 dan TiO2 .

f. Cullet

Cullet merupakan sisa-sisa dari pecahan kaca yang dapat digunakan


sebagai bahan baku utama dari produksi kaca. Tujuan dari penggunaan
cullet ini adalah mengurangi bahan utama lainnya sehingga biaya produksi
dapat semakin kecil, selain itu cullet ini dapat memperkecil melting point
dari pembuatan kaca, sehingga dapat menghemat penggunaan bahan
bakar. Cullet yang diumpankan sebanyak 25% dari total bahan baku.

2. Bahan stabilizer
Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu menurunkan kelarutan di
dalam air, tahan terhadap serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi

10
lain yang terdapat di atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di
industri gelas adalah :
a. Kalsium Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak
larut di dalam air.
b. Barium Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
c. Timbal Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan
memiliki indeks bias yang tinggi.
d. Seng Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak,
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik, dan meningkatkan indeks bias.
e. Aluminium oksida

Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan


oksigen, dengan rumus kimia Al2O3 dan nama mineralnya adalah alumina.
Disini alumunium oksida berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas,
kekuatan fisik dan ketahanan terhadp bahan kimia.

3. Komponen Sekunder
a. Refining agent, menghilangkan gelembung-gelembung gas pada saat
pelelehan bahan baku. Bahan yang biasa digunakan sebagai refining agent
pada industri gelas adalah sodium nitrat dan sodium sulfat atau arsen
oksida (As2O3).
b. Penghilang warna (decolorant), menghilangkan warna yang biasanya
diakibatkan oleh kehadiran senyawa besi oksida yang masuk bersama
bahan baku. Bahan penghilang warna yang digunakan adalah mangan
dioksida (MnO2), logam selenium (Se), atau nikel oksida (NiO).
c. Pewarna (colorant), digunakan untuk membuat gelas khusus sesuai dengan
warna yang dikehendaki.
d. Opacifiers. Bahan yang digunakan sebagai opacifier adalah fluorite (CaF2),
kriolit (Na3AlF6), sodium fluorosilika (Na2SiF6), timah phospat, seng
phospat (Zn3(PO4)2), dan kalsium phospat (Ca3(PO4)2). Opacifiers adalah

11
zat yang ditambahkan untuk membuat kaca atau gelas bersifat buram atau
tidak dapat ditembus gelombang elektromagnetik, walaupun kacaatau gelas
tersebut transparan.

2.5. Proses Pembuatan Kaca


1. Persiapan bahan baku (batching)
Pada tahap ini dilakukan penggilingan, pengayakan bahan baku serta
pemisahan dari pengotor-pengotornya. Serbuk bahan baku ditimbang sesuai
komposisi, termasuk bahan-bahan aditif lain yang diperlukan seperti zat
pewarna atau zat-zat yang sesuai dengan produk kaca yang dikendaki.
Pengadukan campuran bahan baku dalam suatu mixer hal ini dilakukan agar
campuran menjadi homogen sebelum dicairkan. Komposisi dari bahan-bahan
penyusunnya adalah sebagai berikut:

Bahan Komposisi (%)


Pasir silika 72,6
Natrium karbonat 13,0
Kalsium karbonat 8,4
Dolomit 4,0
Alumina 1,0
Lain – lain 1,0

2. Pencairan (melting)
Bahan baku yang sudah homogen, diayak dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam tungku (furnace) bersuhu sekitar 1500°C sehingga campuran akan
mencair.

12
3. Pembentukan (forming/shaping)
Bahan kaca atau gelas yang berbentuk cair lalu dialirkan ke dalam alat-alat
yang berfungsi untuk membentuk kaca padat sesuai yang diinginkan. Ada
beberapa jenis proses pembentukkan kaca, di antaranya adalah:

a. Proses Fourcault
Bahan cair dialirkan secara vertikal ke atas melalui sebuah bagian
yang dinamakan “debiteuse”. Bagian ini terapung di permukaan kaca cair
dengan celah sesuai dengan ketebalan kaca yang diinginkan. Di atas
debiteuse terdapat bagian sirkulasi air pendingin yang akan mendinginkan
kaca hingga 650 – 670°C. Pada suhu tersebut kaca berubah menjadi pelat
padat dan akan bergerak dengan didukung oleh roda pemutar (roller) yang
menarik kaca tersebut ke atas. Gambar di bawah ini melukiskan skema
proses Fourcault.
b. Proses Colburn (Libbey-Owens)
Jika proses Fourcault , gerakan kaca berlangsung secara vertikal, maka
pada proses Colburn kaca akan bergerak secara vertical kemudian diikuti
gerakan horizontal setelah melewati roda-roda penjepit yang membentuk
leburan gelas menjadi lembaran-lembaran.
c. Proses Pilkington (Float Process)
Bahan cair dialirkan ke dalam sebuah kolam berisi cairan timah (Sn)
panas. Kecepatan aliran bahan cair ini merupakan pengatur tebal tipisnya
kaca lembaran yang akan diproses. Kaca akan mengapung di atas cairan
timah karena perbedaan densitas di antara keduanya. Kaca ini tetap berupa
cairan dengan pasokan panas yang berasal dari pembakar di bagian atas
kolam. Pengendalian temperatur di dalam kolam dilakukan agar kaca tetap
rata di kedua sisinya serta pararel. Bahan yang biaanya digunakan untuk
keperluan ini adalah gas nitrogen murni. Selanjutnya, aliran kaca melewati

13
daerah pendinginan (masih di dalam kolam) dan keluar dalam bentuk kaca
lembaran bersuhu ±600°C.
4. Annealing
Fungsi tahapan ini adalah untuk mencegah timbulnya tegangan-tegangan
antar molekul pada kaca yang tidak merata sehingga dapat menimbulkan
kepecahan. Proses annealing kaca terdiri dari 2 aktivitas, yaitu:
a. Menahan kaca dengan waktu yang cukup di atas temperatur kritik tertentu
untuk menurunkan regangan internal
b. Mendinginkan kaca sampai temperatur ruang secara perlahan-lahan untuk
menahan regangan sampai titik maksimumnya.
Proses ini berlangsung di dalam “annealing lehr”. Untuk jenis kaca
lembaran, annealing lehr ini dilewati oleh kaca-kaca yang bergerak di atas
roda berjalan.

5. Finishing dan pengendalian kualitas (Quality Control)


Beberapa proses penyelesaian akhir pada industri gelas adalah cleaning and
polishing, cutting, enameling, dan grading.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kaca atau gelas adalah salah satu alat rumah tangga yang bahan utama
penyusunnya adalah SiO2 dengan suhu pelelehan 2000◦ C yang bersifat
transparan dan dingin.
2. Pada prinsipnya tahapan proses pembuatan kaca atau gelas ada lima, yaitu:
a. Persiapan bahan baku (batching)
b. Pencairan (melting/fusing)
c. Pembentukan (forming/shaping)
d. Annealing
e. Finishing dan pengendalian kualitas (Quality Control)

15
DAFTAR P USTAKA

Anonim. (2013, May). All about glass. Dipetik October 21, 2013, dari
http://aalfiyahya13.blog.uns.ac.id/all-about-glass/
Anonim. (2011). Bab III Proses Produksi. Dipetik October 21, 2013, dari
http://id.scribd.com/doc/47027633/BAB-III
Anonim. (2012, September 04). Bahan-bahan Dasar Pembuat Kaca. Dipetik October
21, 2013, dari http://bisakimia.com/2012/09/04/bahan-bahan-dasar-pembuat-
kaca/
Anonim. (2013, May). Langkah cara membuat. Dipetik October 20, 2013, dari
http://langkah-cara-membuat.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-cara-
pembuatan-gelas-dan.html
Anonim. (2011, September 26). Pembuatan Kaca. Dipetik October 20, 2013, dari
http://aadhew.wordpress.com/2011/09/26/pembuatan-kaca/
Anonim. (2005). SNI 15-0047-2005. Kaca Lembaran .
Anonim. (2008, January). Thesis Binus. Dipetik October 20, 2013, dari
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00455-TISI-Bab%202.pdf
Anonim. (t.thn.). Makalah Kaca. Dipetik October 20, 2013, dari
http://id.scribd.com/doc/98539379/makalah-kaca
Hernorjen, I. (t.thn.). hernorjen. Dipetik October 20, 2013, dari
http://hernorjen.blogspot.com/p/makalah-proses-pembuatan-kaca.html
Keenan, & W, C. (1984). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Komandoko, G. (2010). Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Schey, J. A. (2009). Pengenalan Kepada Pproses Pembuatan. ITBM.
Virdian. (t.thn.). How Glass Is Made. Dipetik October 22, 2013, dari
http://www.viridianglass.com/Residential/AboutGlass/Pages/HowGlassisMade.a
spx

16
Vogel, & Suehela, G. (1990). Buku Tesks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Mikro. (L. Setiono, & A. Pudjaatmaka, Penerj.) Jakarta: Kalman Media
Pustaka.

17
LAMPIRAN

Kaca Forming Kaca ES

Kaca Melton Kaca Sandblast

Kaca Patri Kaca Raindown

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai