PRAKTIKUM OTK 2
Oleh :
21 / 2D
(1531410151)
2016/2017
ABSORPSI BATCH
I. Tujuan Praktikum
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).
Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga
dengan kecepatan yang lebih tinggi. Peralatan absorpsi gas terdiri dari sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang
distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas,
pengeluaran gas dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah
Gas yang mengandung zat terlarut, disebut gas kaya (rich gas), masuk ke ruang
pendistribusian melalui celah isian, berlawanan arah dengan zat cair. Isian itu memberikan
permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair dan gas sehingga membantu terjadinya
kontak yang maksimal antara kedua fase, dan terjadi penyerapan zat terlarut yang ada
di dalam rich gas oleh zat cair yang masuk ke dalam menara dan gas encer (lean gas)
keluar dari atas. Sambil mengalir kebawah, zat cair makin kaya zat terlarut, dan keluar
dari bawah menara sebagai cairan pekat (strong liquor). Operasi transfer massa umumnya
dilakukan dengan menggunakan manara yang dirancang sedemikian sehingga diperoleh
kontak yang baik antara kedua fase. Alat transfer massa yang berupa menara secara
umum dapat dibagi ke dalam 4 golongan, yaitu : menara sembur, menara gelembung,
menara pelat dan menara paking.
Pada absorbsi sendiri ada dua macam proses yaitu :
a. Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak
disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air,
metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi
gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari asborbsi fisik ini ada beberapa
teori untuk menyatakan model mekanismenya, yaitu :
1. Teori model film
2. Teori penetrasi
3. teori permukaan yang diperbaharui
b. Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya
larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai
pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada
fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari
campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan
massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan.
Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping
penangkapan dinamik.
Hal-hal yang mempengaruhi dalam prsoses adsorbsi :
Zat yang diadsorbsi
Luas permukaan yang diadsorbsi
Temperature
Tekanan
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
Selektif
Memiliki tekanan uap yang rendah
Tidak korosif. dan harganya murah
Mempunyai viskositas yang rendah
Stabil secara termis.
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen
lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen
tersebut.
Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke dalam
kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu
dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut
dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase
air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran
udara semakin miskin CO2. Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah
sebagai berikut :
Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.
Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan
CO2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik
sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya
4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk.
Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.
A. Kalibrasi Orificemeter
Isi tangki cairan dengan 30L air. Perlahan - lahan buka keran pengatur
hidupkan pompa cairan laju alir cairan hingga cairan mengalir
ke kolom.Atur laju cairan dengan
variasi 2L/min, 4L/min, dan 6L/min
Catat waktu yang dibutuhkan hingga Atur laju alir udara sebesar 45 L/min
manometer cairan air menunjukkan
pembacaan. Biarkan sistem beroperasi
hingga mencapai keadaan konstan.
Catat prbedaan tekanan pada Ulangi langkah diatas dengan
manometer. mengubah laju alir udara menjadi 90
L/min .
B. Pengujian daya serap gas terhadap cairan NaOH (Absorbsi) dengan variasi laju
alir NaOH dan variasi waktu
C.Lakukan
Titrasipengambilan sampel 100 ml Gunakan variasi waktu 5 menit sampai
masing – masing dari inlet maupun 20 menit untuk tiap – tiap laju alir
outlet untuk dianalisa dengan titrasi NaOH
C. Titrasi
Pada erlen meyer ke- 2 tambahkan Catat jumlah titran yang dibutuhkan
sekitra 10% lebih dari hasil sebagai T1. Lalu tambahkan indikator
perhitungan (T2-T1) larutan BaCl2 metil orange dan lanjutkan titrasi
dan kocok. dengan HCl hingga tercapai titik akhir
titrasi. Catata total penambahan asam
yang digunaka sebagai T2
V. Data Pengamatan
2 1,2 1 0,2 27
4 1,8 1,4 0,4 4,7
6 5,8 5 0,8 50,6
Laju alir udara 90 L/min
2 5 4,6 4 18
Waktu
Inlet (tangki umpan) outlet (dari kran)
(menit)
C C C C CO2 yang
T2
T1 T3 NaOH Na2CO3 T1 T2 T3 NaOH Na2CO3 terserap
5 14,4 22,1 15,7 0,0314 0,0064 17,8 27,5 15 0,03 0,0125 0,0122
10 13,6 17,1 15,8 0,0316 0,0013 14 22,8 14 0,028 0,0088 0,015
15 13 17 15 0,03 0,002 13,6 22,7 13 0,026 0,0097 0,0154
20 12,9 16 11,9 0,0238 0,0041 12 22 7 0,014 0,015 0,0218
a. Waktu 5 menit
CO2 terserap = laju alir cairan – [(CN)o-(CN)i]
= 2 – [(0,0125)-(0,0064)]
= 0,0122 gmol/menit
b. Waktu 10 menit
CO2 terserap = laju alir cairan – [(CN)o-(CN)i]
= 2 – [(0,0088)-(0,0013)]
= 0,015 gmol/menit
c. Waktu 15 menit
CO2 terserap = laju alir cairan – [(CN)o-(CN)i]
= 2 – [(0,0097)-(0,002)]
= 0,0154 gmol/menit
d. Waktu 20 menit
CO2 terserap = laju alir cairan – [(CN)o-(CN)i]
= 2 – [(0,015)-(0,0041)]
= 0,0218 gmol/menit
VII. Pembahasan
Absorbsi merupakan salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap yang sesuai, sehingga satu
atau lebih komponen dalam campuran gas larut dalam cairan penyerap. Dalam praktikum
ini, digunakan gas CO2 sebagai absorbat dan larutan NaOH 0,1 N sebagai absorben.
Adapun reaksi yang akan terjadi, yaitu :
Variabel yang berhubungan dengan proses absorbsi gas CO2 oleh NaOH yang
dilakukan, meliputi :
Tinggi, diameter kolom;
Tinggi, jenis isian (packing);
Laju alir udara, CO2, dan cairan (NaOH);
Konsentrasi cairan (NaOH);
Lamanya waktu kontak (proses absorbsi);
Temperatur.
Pada praktikum yang dilakukan, diuji pengaruh variabel waktu pada proses
absorbsi, dengan variabel lain konstan (tetap), namun disini kami tidak mengukur
temperatur. Variasi waktu yang digunakan adalah selang waktu 5 menit sampai 20 menit
berlangsungnya proses absorbsi. Setiap 5 menit dilakukan sampling terhadap larutan hasil
absorbsi. Disini kami mengambil sampel inlet dan outlet. Dimana setiap sampel inlet
maupun outlet diambil 50 ml yang masing-masing diletakkan didalam erlenmeyer 1 dan 2
.Disini pada sampel 1 dititrasi dua kali dengan HCl dimana pada titrasi pertama
menggunakan indikator phenolftalein yang semula berwarna merah muda akan berubah
menjadi putih bening yang didapatkan T1, sedangkan titrasi dengan HCl yang kedua
dengan memberikan indikator metil oranye yang mana awalnya berwarna oranye akan
berubah menjadi merah muda yang didapatkan T2. Sedangkan pada sampel kedua
ditambahkan BaCl2 dan indikator phenolftalein yang selanjutnya dititrasi dengan HCl yang
awalnya merah muda akan berubah menjadi putih bening dan akan didapatkan T3.
Dimana akan terjadi reaksi sebagai berikut :
Titrasi ke-1 (menggunakan indikator phenolphtalien) :
Na2CO3 (l) + HCl (l) → NaHCO3 (l) + NaCl (s)
0.02
(gmol/menit)
0.015
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25
waktu (menit)
Grafik Waktu Vs Cc
0.035
CN (Komsentrasi Na2CO3)
0.03
Cc ( konsentrasi NaoH)
0.025
0.02 Inlet
0.015 outlet
0.01 inlet
0.005 outlet
0
0 10 20 30
waktu (menit)
grafik kalibrasi
laju alir air vs DP
1
0.8 y = 0.15x - 0.1333
DP (cmH2O)
R² = 0.9643
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8
laju alir air (L/min)
Dari grafik antara waktu dan CO2 yang terserap dapat diketahui bahwa semakin
lama waktu yang diperlukan maka CO2 yang terserap akan semakin besar juga.
Dari grafik yang kedua antara waktu dan Cc NaOH serta waktu dan Cn Na2CO3
yang mana grafiknya dibandingkan dengan menjadikan satu, dimana keduanya mengalami
perbedaan ketika waktu semakin besar konsentrasi dari NaOH semakin turun, sedangkan
ketika waktu semakin besar konsentrasi dari Na2CO3 tidak mengalami penurunan atau pun
kenaikan yang konstan.
Dari grafik ketiga merupakan grafik kalibrasi pada laju alir udara 45 L/menit
didapatkan bahwa semakin besar laju alir air yang diberikan semakin tinggi pula tekanan
yang didapatkan. Didapatkan dari grafik nilai R sebesar 0,9643
VIII. Kesimpulan
- Pengaruh waktu terhadap CO2 yang terserap jika semakin lama waktu yang digunakan
semakin besar CO2 yang terserap.
- Pengaruh waktu terhadap nilai Cc NaOH jika semakin lama waktu yang digunakan
nilai Cc NaOH di inlet maupun outlet akan semakin turun.
- Pada proses terjadi reaksi sebagai berikut :
2NaOH (l) + CO2 (g) → Na2CO3 (l) + H2O (l)
Na2CO3 (l) + HCl (l) → NaHCO3 (l) + NaCl (s)
NaHCO3 (l) + HCl (l) → NaCl (l) + H2O (l) + CO2 (l)
- Jenis titrasi yang digunakan adalah titrasi asidimetri alkalimetri (asam-basa).
Dosen Pembimbing
Lampiran