2 APRIL 2013
PEMBAHASAN
I.
PENGERTIAN
Kaca atau gelas adalah salah satu alat rumah tangga yang bahan utama penyusunnya adalah SiO2 dengan suhu
pelelehan 2000 C. Kaca atau gelas merupakan bahan pejal sekata, biasanya terbentuk apabila bahan cair tidak berkristal
disejukkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup masa untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk. Kaca atau
gelas termasuk kelompok vitroida atau termogel, yang merupakan senyawa kimia dengan susunan yang kompleks. Senyawa
tersebut diperoleh dengan membekukan lelehan yang lewat dingin. Kaca atau gelas ialah produk yang amorf dan bening
dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa
kaca atau gelas apabila dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur
partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi
akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara
teratur. Dari segi kimia, kaca atau adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap , yang
dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Kaca atau gelas merupakan bahan lutsinar, kuat, tahan hakis, lengai, dan secara biologi merupakan bahan yang tidak
aktif, yang dapat dibentuk menjadi permukaan yang datar dan licin. Ciri-ciri ini menjadikan kaca atau gelas sebagai bahan
yang sangat berguna. Kaca atau gelas biasanya dicampur dengan bahan lain untuk mengubah cirinya. Misalnya seperti kaca
atau gelas bertimah hitam yang menyebabkan kaca atau gelas menjadi lebih berkilauan, hal ini karena adanya peningkatan
index pantulannya, sementara boron ditambahkan untuk mengubah ciri termal dan elektriknya, seperti Pyrex. Penambahan
barium juga dapat meningkatkan indeks pantulannya, dan serium ditambahkan untuk kaca atau gelas yang menyerap tenaga
infra. Logam oksida juga ditambahkan untuk memberikan warna pada kaca atau gelas. Peningkatan soda atau potash dapat
menurunkan titik lebur, sementara mangan ditambahkan untuk menghilangkan warna yang tidak dikehendaki. Kaca atau
gelas berwarna diperoleh dengan menambahkan sedikit oksida logam peralihan. Misalnya, oksida mangan akan
menghasilkan warna ungu, oksida kuprum dan kromium memberikan warna hijau, dan oksida kolbalt memberikan warna
biru.
II.
Kaca atau gelas memiliki sifat-sifat yang sangat khas bila disbanding dengan keramik. Kehasan sifat kaca ini
disebabkan oleh keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.
Beberapa sifat kaca atau gelas yang sangat umum adalah sebagai berikut :
Gelas merupakan bahan yang dapat ditembus oleh cahaya tampak dan sinar infra merah, tetapi tidak oleh
sinar ultraviolet.
Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida. Karena itulah kaca banyak dipakai
Secara umum dan ringkas reaksi pembentukan kaca adalah sebagai berikut :
Na2CO3 + aSiO2 Na2O.aSiO2 +CO2
CaCO3
Na2SO4 + cSiO2 +
C > Na2O.cSiO2
+ SO + SO + CO
bias 2,2). Kandungan timbal inilah yang memberikan kecemerlangan pada kaca potong (cut glass). Kaca
ini juga digunakan dalam jumlah besar untuk membuat bola lampu, lampu reklame neon, radiotron,
terutama karena kaca ini mempunyai tahanan (resistance) listrik tinggi. Kaca ini juga cocok dipakai
sebagai perisai radiasi nuklir.
5. Kaca borosilikat. Kaca borosilikat biasanya mengandung 10 sampai 20% B2O3, 80% sampai 87% silika,
dan kurang dari 10% Na2O. Kaca jenis ini mempunyai koefisien ekspansi termal rendah, lebih tahan
terhadap kejutan dan mempunyai stabilitas kimia tinggi, serta tahanan listrik tinggi. Perabot laboratorium
yang dibuat dari kaca ini dikenal dengan nama dagang pyrex. Kaca borosilikat juga digunakan sebagai
isolator tegangan tinggi, pipa lensa teleskop seperti misalnya lensa 500 cm di Mt. Palomer (AS).
6. Kaca khusus. Kaca berwarna , bersalut, opal, translusen, kaca keselamatan,fitokrom, kaca optik dan kaca
keramik semuanya termasuk kaca khusus. Komposisinya berbeda-beda tergantung pada produk akhir yang
diinginkan.
7. Serat kaca (fiber glass). Serat kaca dibuat dari komposisi kaca khusus, yang tahan terhadap kondisi cuaca.
Kaca ini biasanya mempunyai kandungan silika sekitar 55%, dan alkali lebih rendah.
III.
a.
Pada dasarnya, bahan baku pembuatan kaca atau gelas terdiri atas 3 jenis bahan yang masing-masing memiliki peranan
pada kualitas dan hasil akhir dari produk gelas secara keseluruhan. Ketiga jenis tersebut adalah :
1.
feldspar, dengan rumus molekul R2O.Al2O3.6SiO2 di mana R2O mewakili Na2O atau K2O atau gabungan keduanya.
Feldspar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas potasium, sodium dan kalsium alumino silikat. Pada
umumnya kelompok ini terbentuk oleh proses pneumatolitis dan hidrotermal yang membentuk urat pegmatit. Felspar
ditemukan pada batuan beku, batuan erupsi dan metamorfosa, baik bersifat asam maupun basa. Felspar mempunyai nilai
kekesaran 6 6,5 skala Mosh, berat jenis 2,4 2,8, warna dari putih keabu-abuan, merah jambu, coklat, kuning dan hijau.
Felspar adalah mineral alumina anhidrat silikat yang berasosiasi dengan unsur Kalium (K), Natrium (Na) dan Calsium (Ca)
dalam perbandingan yang beragam. Mutu felspar ditentukan oleh kandungan oksida kimia K 2O dan Na2O yang relatif tinggi
diatas 6%, oksida Fe2O3 dan TiO2 .
cullet, merupakan pecahan-pecahan kaca atau kaca yang berasal dari produk tak lolos quality control. Cullet
berfungsi untuk menurunkan temperatur leleh dari bahan baku. Cullet yang diumpankan sebanyak 25% dari total bahan
baku.
2.
Bahan stabilizer
Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu menurunkan kelarutan di dalam air, tahan terhadap serangan bahan
kimia lain termasuk materi-materi lain yang terdapat di atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di industri
gelas adalah :
Kalsium Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak larut di dalam air.
Barium Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
Timbal Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan memiliki indeks bias yang tinggi.
Seng Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak, memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik, dan
meningkatkan indeks bias.
Aluminium oksida
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus kimia Al2O3 dan nama
mineralnya adalah alumina. Disini alumunium oksida berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas, kekuatan fisik dan
ketahanan terhadp bahan kimia.
3.
Komponen sekunder
Refining agent, menghilangkan gelembung-gelembung gas pada saat pelelehan bahan baku. Bahan yang biasa
digunakan sebagai refining agent pada industri gelas adalah sodium nitrat dan sodium sulfat atau arsen oksida (As 2O3).
Penghilang warna (decolorant), menghilangkan warna yang biasanya diakibatkan oleh kehadiran senyawa besi
oksida yang masuk bersama bahan baku. Bahan penghilang warna yang digunakan adalah mangan dioksida (MnO 2), logam
selenium (Se), atau nikel oksida (NiO).
Pewarna (colorant), digunakan untuk membuat gelas khusus sesuai dengan warna yang dikehendaki.
Opacifiers. Bahan yang digunakan sebagai opacifier adalah fluorite (CaF2), kriolit (Na3AlF6), sodium fluorosilika
(Na2SiF6), timah phospat, seng phospat (Zn 3(PO4)2), dan kalsium phospat (Ca 3(PO4)2). Opacifiers adalah zat yang
ditambahkan untuk membuat kaca atau gelas bersifat buram atau tidak dapat ditembus gelombang elektromagnetik,
walaupun kacaatau gelas tersebut transparan.
b.
Proses Pembuatan
Secara skematis proses pembuatan kaca atau gelas dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Pada tahap ini dilakukan penggilingan, pengayakan bahan baku serta pemisahan dari pengotor-pengotornya. Serbuk
bahan baku ditimbang sesuai komposisi, termasuk bahan-bahan aditif lain yang diperlukan seperti zat pewarna atau zat-zat
yang sesuai dengan produk kaca yang dikendaki. Pengadukan campuran bahan baku dalam suatu mixer hal ini dilakukan
agar campuran menjadi homogen sebelum dicairkan.
Komposisi dari bahan-bahan penyusunnya adalah sebagai berikut :
Bahan
Komposisi (%)
Pasir Silika
72,6
Natrium Karbonat
13,0
Kalsium Karbonat
8,4
Dolomit
4,0
Alumina
1,0
Lain-Lain
1,0
2.
Pencairan (melting/fusing)
Bahan baku yang sudah homogen, diayak dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tungku (furnace) bersuhu sekitar
1500oC sehingga campuran akan mencair. Selama proses pencairan, masing-masing bahan baku akan saling berinteraksi
membentuk reaksi-reaksi kimia berikut :
1.
Reaksi-reaksi penguraian
2. Na2SO3
Na2O
3. CaCO3
CaO
4. Na2SO4
Na2O
SO2
CO2
+
SO2
aSiO2
Na2O.aSiO2 + CO2
bSiO2
CaO.bSiO2
+ CO2
a2CO3
Na2Ca(CO3)2
nSiO2
NaO.nSiO2
+ SO2 +
0.5O2
aSiO2.bNa2O.cCaO.dMgO
LEBURAN KACA
Tungku sebagai tempat mencairkan campuran bahan baku kaca atau gelas, terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Pot furnace
Biasanya dipakai untuk menghasilkan kaca-kaca khusus (special glass) seperti kaca seni, kaca optik dengan skala
produksi yang kecil sekitar 2 ton atau lebih rendah. Pot terbuat dari bata silica-alumina (lempung) khusus atau platina.
Tank furnace
Digunakan pada industri gelas skala besar dan terbuat dari bata refraktori (bata tahan panas). Furnace ini mampu
menampung sekitar 1350 ton cairan gelas yang membentuk kolam di jantung furnace.
Regenerative furnace
3.
Pembentukan (forming/shaping)
Bahan kaca atau gelas yang berbentuk cair lalu dialirkan ke dalam alat-alat yang berfungsi untuk membentuk kaca padat
sesuai yang diinginkan. Ada beberapa jenis proses pembentukkan kaca, di antaranya adalah :
Proses mekanik :
a.
Proses Fourcault
Bahan cair dialirkan secara vertikal ke atas melalui sebuah bagian yang dinamakan debiteuse. Bagian ini terapung di
permukaan kaca cair dengan celah sesuai dengan ketebalan kaca yang diinginkan. Di atas debiteuse terdapat bagian
sirkulasi air pendingin yang akan mendinginkan kaca hingga 650 670 oC. Pada suhu tersebut kaca berubah menjadi
pelat padat dan akan bergerak dengan didukung oleh roda pemutar (roller) yang menarik kaca tersebut ke atas. Gambar
di bawah ini melukiskan skema proses Fourcault.
b.
Jika proses Fourcault , gerakan kaca berlangsung secara vertikal, maka pada proses Colburn kaca akan bergerak secara
vertical kemudian diikuti gerakan horizontal setelah melewati roda-roda penjepit yang membentuk leburan gelas
menjadi lembaran-lembaran.
c.
Bahan cair dialirkan ke dalam sebuah kolam berisi cairan timah (Sn) panas. Kecepatan aliran bahan cair ini merupakan
pengatur tebal tipisnya kaca lembaran yang akan diproses. Kaca akan mengapung di atas cairan timah karena perbedaan
densitas di antara keduanya. Kaca ini tetap berupa cairan dengan pasokan panas yang berasal dari pembakar di bagian
atas kolam. Pengendalian temperatur di dalam kolam dilakukan agar kaca tetap rata di kedua sisinya serta pararel.
Bahan yang biaanya digunakan untuk keperluan ini adalah gas nitrogen murni. Selanjutnya, aliran kaca melewati daerah
pendinginan (masih di dalam kolam) dan keluar dalam bentuk kaca lembaran bersuhu 600 oC.
sumber : http://www.agc.com/english/csr/environment/products/sp01.htmls
Proses tiup (blow)
Proses ini digunakan untuk membuat botol kaca, gelas kemasan, atau aneka bentuk kaca seni lainnya.
4.
Annealing
Fungsi tahapan ini adalah untuk mencegah timbulnya tegangan-tegangan antar molekul pada kaca yang tidak merata
sehingga dapat menimbulkan kepecahan. Proses annealing kaca terdiri dari 2 aktivitas, yaitu :
menahan kaca dengan waktu yang cukup di atas temperatur kritik tertentu untuk menurunkan regangan internal
mendinginkan kaca sampai temperatur ruang secara perlahan-lahan untuk menahan regangan sampai titik
maksimumnya.
Proses ini berlangsung di dalam annealing lehr. Untuk jenis kaca lembaran, annealing lehr ini dilewati oleh kaca-kaca
yang bergerak di atas roda berjalan.
5.
Beberapa proses penyelesaian akhir pada industri gelas adalah cleaning and polishing, cutting, enameling, dan grading.
PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Kaca atau gelas adalah salah satu alat rumah tangga yang bahan utama penyusunnya adalah SiO2 dengan suhu
Na2CO3
CaCO3
Na2SO4 + cSiO2
+C
aSiO2
bSiO2
Na2O.aSiO2
CaO.bSiO2
CO2
+
CO2
3.
Pada prinsipnya tahapan proses pembuatan kaca atau gelas ada lima, yaitu:
a.
b.
Pencairan (melting/fusing)
c.
Pembentukan (forming/shaping)
d.
Annealing
e.
Makalah Kaca
Diposkan oleh Nadia Ratih |
undefined
undefined
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul Proses Manufaktur Industri Kaca.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Proses Manufaktur I. Makalah ini membahas tentang definisi,
sifat-sifat, jenis-jenis, standar manajemen dan produksi, dan proses pembuatan kaca.
Akhirnya, penulis ingin menyampaikan terima kasih atas perhatian pembaca terhadap makalah ini, penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi diri penyusun sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kaca merupakan benda yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Kaca banyak sekali di gunakan dalam sifat-fatnya
yang khas, yaitu transparan, tahan terhadap serangan kimia, efektif sebagai isolator listrik, dan mampu menahan vacum. Tetapi kaca
adalah bahan yang rapuh dan secara khas mempunyai kekuatan kompresi lebih tinggi dari kekuatan tariknya. Salah satu rujukan yang
paling tua mengenai bahan ini di buat oleh pliny, yang menceritakan bagaimana pedagang-pedagang Phonesia purba menemukan kaca
tatkala memasak makanan. Periuk yang digunakan secara tidak sengaja diletakan di atas massa trona di suatu pantai, penyatuan yang
terjadi antara pasir dan alkali menarik perhatian dan orang kemudian berusaha menirunya.
Sejak tahun 6000 atau 5000 sebelum Masehi, orang Mesir telah membuat permata tiruan dari kaca dengan ketrampilan yang
halus dan keindahan yang mengesankan. Kaca jendela sudah mulai disebut-sebut sejak tahun 290. Ibnu Firnas dikenal sebagai ilmuwan
pertama yang memproduksi kaca dari pasir dan batu-batuan. Pada abad ke-8 M, ahli kimia itu secara mengejutkan telah menjelaskan tak
kurang dari 58 resep orisinil untuk memproduksi gelas atau kaca berwarna. Rumus pembuatan kaca berwarna itu dituliskannya dalam
dua kitab yang dituliskannya selama hidup. Dalam Kitab al-Durra al-Maknuna atau The Book of the Hidden Pearl dan 12 resep atau
rumus pembuatan kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu Hayyan dalam Kitab Al-Marrakishi.
Silinder kaca jendela tiup ditemukan oleh para pendeta pada abad ke-12. Dalam abad tengah, Venesia memegang monopoli
sebagai pusat industi kaca. Di Jerman dan inggris, kaca baru mulai dibuat pada abad ke-16. Secara keseluruhan sebelum tahun 1900,
industri ini merupakan seni yang dilengkapi oleh rumus-rumus rahasia yang dijaga ketat.
Pada tahun 1914, di Belgia di kembangkan proses fourcault yang menarik kaca plat secara kontinyu. Selama 50 tahun
berikutnya, para insinyur dan ilmuwan telah berhasil berbagai modifikasi terhadap proses penarikan kaca dengan tujuan untuk
memperkecil distorsi optik kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan biaya pembuatan kaca lembaran gosok dan poles.
Dari segi fisika kaca adalah zat cair yang sangat dingin dan tidak mempunyai titik cair tertentu serta mempunyai viskositas
cukup tinggi sehingga tidak megalami kristalisasi. Hal ini terjadi karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan
dan pendinginan (cooling) terjadi sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara teratur.
Sedangkan dari segi kimia, kaca adalah gabungan berbagai oksida anorganik yang tak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya sehingga menghasilkan produk yang
mengahasilkan struktur atom yang acak. Kaca adalah pruduk yang mengalami vitrifikasi sempurna, atau setidak-tidaknya produk yang
mengandung amat sedikit bahan nonvitreo dalam keadaan suspensi.
Kaca atau gelas merupakan materi bening dan transparan (tembus pandang) yang biasanya di hasilkan dari
campuran silikonatau bahan silikon dioksida (SiO2), yang secara kimia sama dengan kuarsa. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas
dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO 2) dan proses
pembentukannya.
B.
1.
2.
3.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi
Menurut Adams dan Williamson, kaca adalah material amorf yang pada suhu biasa mempunyai bentuk yang keras, tetapi
apabila dipanaskan, lama kelamaan akan menjadi lunak, sesuai dengan suhu yang meningkat dan akhirnya menjadi kental hingga
1.
2.
3.
4.
5.
mencapai keadaan cair. Selama proses pendinginan terjadi proses yang berkebalikan dengan proses peleburan kaca. Kaca atau gelas
merupakan bahan pecah belah, biasanya terbentuk apabila bahan cair tidak berkristal didinginkan dengan cepat, dengan itu tidak
memberikan cukup waktu untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk. Kaca atau gelas termasuk kelompok vitroida atau termogel, yang
merupakan senyawa kimia dengan susunan yang kompleks.
Senyawa tersebut diperoleh dengan membekukan lelehan yang lewat dingin. Kaca atau gelas ialah produk yang amorf dan
bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca
atau gelas apabila dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel
penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan
(cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca atau
adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa
alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Walupun terdapat ribuan macam formulasi kaca yang di kembangkan dalam 30 tahun terakhir namum perlu di catat bahwa pasir
kaca, gamping, silika, dan soda masih merupakan bahan baku dari 90 persen dari seluruh kaca yang di produksi di dunia. Kaca dibuat
dari campuran 75% silikon dioksida (SiO2), Na2O, CaO, dan beberapa zat tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat Celsius. Bahanbahan pembuat kaca di antaranya adalah:
Pasir (SiO2)
Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa yang hampir murni (99.1 99.7 %). Silikon (IV) oksida ialah molekul kovalen raksasa. Oleh
karena itu, silicon (IV) oksida memerlukan banyak tenaga haba untuk mengatasi setiap ikatan kovalen antara atom dalam struktur
raksasa. Maka, silicon (IV) oksida mempunyai titik lebur yang sangat tinggi, yaitu 1710 oC. Dalam silicon (IV) oksida, setiap atom
silikon diikat secara kovalen kepada 4 atom oksigen dalam bentuk tetrahedron dengan sudut antara ikatan 109.5 . Unit itu diulangi secara
tidak terhingga dengan setiap atom oksigen terikat kepada 2 atom silikon untuk membentuk molekul kovalen raksasa seperti struktur
berlian.
Sifat pasir ini adalah dapat tembus cahaya, sehingga lebih banyak digunakan untuk pembuatan alat-alat optik. Oleh karena itu
lokasi pabrik kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir kaca, kandungan besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang
gelas pecah belah atau 0,015 % untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merusak warna kaca pada umumnya. Ukuran
partikel silika sand sangat berpengaruh pada temperatur di furnace. Jika ukuran partikel besar makamembutuhkan banyak waktu untuk
melebur silika sand maka sebelumdiolah silika sand harus diayak sehingga didapat butiran partikel yang lebih halus.
Pasir ini berguna untuk membentuk cairan gelas yang sangat kental yang memiliki ketahanan terhadap perubahan temperatur yang
mendadak. Pasir kuarsa ini terdapat di beberapa tempat di Indonesia, di antaranya: Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, pulau Bangka dan
Belitung, pulau Jawa, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Dolomite ( CaO.MgO.H2O)
Dolomite merupakan variasi batu gamping yang mengandung <50% karbonat. Dolomite mempunyai struktur kristal rhombohedral
yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau manganodolomit dan berkomposisi MgFe(CaCO3)2atau ferrodolomit.
Dolomite ini biasanya berupa mineral tambang berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan. kekerasan 3,5 4, berifat pejal,
berat jenis 2,8 2,9, berbutir halus-kasar, mudah menyerap air, mudah dihancurkan. Penggunaan dolomite sangat penting karena dapat
mempermudah peleburan (menurunkan temperatur peleburan) serta mempercepat proses pendinginan kaca. Pemanasan dolomite
menghasilkan CaO dan MgO. Fungsi dari MgO adalah untuk menurunkan viskositas kaca padatemperatur tinggi
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
Soda Abu (Na2CO3) dan Soda (Na2O)
Soda ash (Na2CO3) digunakan karena kita memerlukan kaca yang bebas dari ion chlor dan sejenis (golongan halogen) sedangkan
sumber natriumnya mayoritas berasal dari garam NaCl. Soda ash dipakai dalam kaca akanmembentuk oksidaNa2O dan K2O dimana
total Na2O dan K2O disebut R2O. Soda ash merupakan material yang memiliki sifat garam. Soda mengandung sodium atau natrium, yang
merupakan golongan alkali, yang memiliki 1 ion +. Soda merupakan pereaksi kuat, sangat kuat bereaksi dengan ion lain. Sifat soda akan
melembekkan material atau softening. Secara umum, penggunaan soda ash adalah mempercepat pembakaran, menurunkan titik lebur,
mempermudah pembersihan gelembung dan mengoksidasi besi.
Cullet
Cullet merupakan sisa-sisa dari pecahan kaca yang dapat digunakan sebagai bahan baku utama dari produksi kaca. Tujuan dari
penggunaan cullet ini adalah mengurangi bahan utama lainnya sehingga biaya produksi dapat semakin kecil, selain itu cullet ini dapat
memperkecil melting point dari pembuatan kaca, sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar. Cullet yang diumpankan
sebanyak 25% dari total bahan baku.
Feldspar
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Feldspar mempunyai rumus umum R2O. Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau campuran keduanya. Feldspar
ditemukan pada batuan beku, batuan erupsi dan metamorfosa, baik bersifat asam maupun basa. Feldspar mempunyai nilai kekesaran 6
6,5 skala Mosh, berat jenis 2,4 2,8, warna dari putih keabu-abuan, merah jambu, coklat, kuning dan hijau.
Sebagai sumber Al2O3, feldspar mempunyai banyak keunggulan dibanding produk lain, karena murah, murni, dan dapat dilebur. Dan
seluruhnya terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al 2O3 sendiri digunakan hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga
merupakan sumber Na2O atau K2O dan SiO2. Kandungan aluminanya dapat menurunkan melting point kaca dan memperlambat
terjadinya devitrifikasi. Mutu feldspar ditentukan oleh kandungan oksida kimia K 2O dan Na2O yang relatif tinggi diatas 6%, oksida
Fe2O3 dan TiO2 . Feldspar mengandung 72 % SiO2, 12 %Al2O3, 8 % K 2O dan 2 % Fe2O3
Borax
Borax adalah bahan campuran yang menambahkan Na 2O dan boron oksida kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca
jendela atau kaca lembaran, boraks sekarang banyak digunakan didalam berbagai jenis kaca pengemas. Ada pula kaca borat berindeks
tinggi yang mempunyai nilai dispersi lebih rendah dan indeks refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang telah dikenal. Kaca ini banyak
digunakan sebagai kaca optik. Disamping daya fluksnya yang kuat, boraks tidak saja bersifat menurunkan koefisien ekspansi tetapi juga
menungkatkan ketahanannya terhadap aksi kimia. Asam borat digunakan dalam tumpak yang memerlukan hanya sedikit alkali.
Selain bahan utama, terdapat pula bahan penunjang lainnya, yaitu bahan stabilizer, refining agent (penghilang gelembung),
penghilang warna, pewarna, dan opacifiers. Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu menurunkan kelarutan di dalam air, tahan
terhadap serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi lain yang terdapat di atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di
industri gelas adalah:
Kalsium Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak larut di dalam air.
Barium Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
Timbal Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan memiliki indeks bias yang tinggi.
Seng Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak, memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik, dan meningkatkan
indeks bias
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus kimia Al2O3 dan nama mineralnya adalah
alumina. Disini alumunium oksida berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas, kekuatan fisik dan ketahanan terhadp bahan kimia.
Salt cake yang mengandung 99% Na2SO4 berfungsi sebagai fining agent, bahan pemurni kaca dari bubble. Salt cake berbentuk serbuk
halus danmerupakan sumber Na2O dan SO2. Sulfat ini harus dipakai bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfite.
Arsen trioksida dapat pula ditambahkan untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam kaca.
Nitrat, baik dari natrium maupun kalium digunakan untuk mengoksidasi besi sehingga tidak terlalu kelihatan pada kaca produk.
Kalium nitrat atau karbonat digunakan pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, dan kaca optik. Sodium Nitrate adalah sumber
Na2 dan mencegah terbentuknya NiS padakaca. Adanya NiS pada kaca akan menyebabkan kaca pecah secara tiba-tiba
Blok refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus berhubung dengan kondisi yang hebat yang harus dialami dalam
penggunaannya. Zirkon, alumina, mulit (mullite), mulit aluminasinter dan zirkonia alumina-silika, alumina, krom-alumina elektrokast
banyak digunakan sebagai refraktor pada tangki kaca.
Mangan dioksida (MnO2), logam Selenium (Se), atau nikel oksida (NiO) merupakan bahan penghilang warna (decolorant) yang
dapat menghilangkan warna karena kehadiran senyawa besi oksida yang masuk bersama bahan baku.
Bahan pewarna dalam kaca / gelas adalah oksida dari unsur transisi, terutama golongan pertama Tc, V, Ca, Mn, Fe, Co, Ni, dan Cu.
Warnanya dihasilkan dari absorbsi cahaya frekuensi tertentu. Contoh NiO akan memberikan warna coklat pada larutan natrium-timb,al,
dan menghasilkan heliotrope dalam kaca potas. Krom oksida akan memberikan warna yang berkisar dari hijau sampai jingga.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
Sifat-sifat Kaca
Jenis-jenis Kaca
Kaca Forming. Jenis kaca yang dilebur atau dipanaskan kemudian dicetak sesuai model yang diinginkan.
2.
3.
4.
5.
6.
Kaca Es. Jenis kaca ini agak buram dan tidak terlalu tembus pandang,dengan warna umumnya netral atau putih, tetapi ada juga yang
warna-warni.
Kaca Melton. Permukaan kaca jenis ini menghadirkan aneka ragam tekstur, hingga berbentuk dan agak timbul, atau tampak seperti
diukir.
Kaca Sandblasting. Jenis kaca ini agak buram dengan tekstur permukaan halus dan warna agak ke abu-abuan.
Kaca Patri. Kaca ini dirakit dengan timah atau kuningan yang membentuk sebuah desain dengan sistem patrian. Kaca Patri atau
Stained Glass banyak menghiasi rumah ibadah seperti masjid dan gereja, juga rumah pribadi. Permukaan kaca ini tampak seperti dilukis
warna-warni, hingga membiaskan warna ke dalam ruangan bila diterpa sinar mentari keindahannya juga akan tampak pada malam hari
dengan pantulan sinar lampu dari dalam bangunan atau rumah.
Kaca Raindown. Populer untuk menghiasi interior properti komersial, jenis kaca ini seperti dialiri air pada permukaannya, seolah
menghadirkanekosistem air di dalam ruangan, Bersifat tidak tembus pandang, kaca inibisa menjadi partisi atau penghias di ruangan
D.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Proses Pembuatan
1.
Proses pencampuran bahan baku
Proses pencampuran bahan baku dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
a. Pencampuran antara materal menjadi mixed batch
Material antara lain silika sand, dolomite, soda ash, lime stone, feld spar,salt cake, colorant dan lain-lain sesuai dengan kaca yang
akan diproduksi dicampur dengan menggunakan mixer berbentuk turbin. Secara garis besar maka skema prosesnya adalah
Proses mixing berlangsung selama 4 menit yang dibagi menjadi 2 tahap, mixing basah dan mixing kering. Proses mixing kering
terjadi pada 1 menit pertama kemudian dilanjutkan mixing basah dengan penambahan air untuk memperoleh moisture sesuai dengan
yang diharapkan yaitu 4,5-5,5%. Sebagian besar alat transportassi material adalah belt conveyer dan bucket elevator
b. Pencampuran antara mixed batch dengan cullet
Setelah campuran batch keluar dari mixer, batch tersebut diangkut dengan belt conveyer dan dibawa oleh bucket elevator masuk
ke mixed batch tank. Bersamaan dengan itu cullet yang berasal dari circulating cullet dan foreign cullet juga ditimbang dalam hopper
scale. Setelah itu batch dan cullet diangkut dengan belt conveyer dan bucket elevator masuk ke dalam batch dan cullet tank. Selanjutnya
dibawa ke blanket feeder sebelum masuk kedalam melter. Namun apabila terjadi kesalahan proses batch yang dapat disebabkan oleh
kesalahan scale atau kesalahan operasi maka mixed batch tank harus dikuras dan hasilnya disebut miss batch. Miss batch ini disimpan
kemudian diidentifikasi komposisinya melalui laboratorium. Pemakaian miss batch dilakukan secara bertahap dengan berdasarkan
kesamaan jenis produk dan kualitasnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam operasi batch house antara lain:
a.
Berat material
Berat target harus sesuai dengan berat material di lapangan, dari batch calculation dapat diketahui berat target material dalam keadaan
dry, sedangkan untuk bahan-bahan yang berasal dari tambang pasti memiliki kadar moisture tertentu. Untuk memperoleh berat material
aktual dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
b.
1)
2)
3)
4)
5)
1)
2)
c.
2.
a.
b.
Dalam proses melting, molten glass mengalir dan mengalami sirkulas ikarena adanya perbedaan temperatur dan juga karena
aksesoris-aksesoris yang ada pada proses melting, yaitu bubler, neck skimbar dan stirrer. Ada empat stage pada proses melting, akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Primary Melting Stage
Pada tahap ini, material mulai dipanasi dan melebur. Sumber panas pada tahap ini adalah burner port 1-2-3 dan molten glass itu
sendiri. Pada tahap ini konsumsi energi di melting furnace sangat tinggi, karena untuk erubah bentuk raw material menjadi molten butuh
energi yang besar. Di fase inireaksi inti dan penguraian komposisi material menjadi oksida terjadi. Dari semua oksida melebur menjadi
satu dan komponen gas yang terjadi akan terlepas dan ada yang larut.
Batch-cullet yang masuk ke dalam furnace melalui dog house, membetuk batch pile yang kemudian akan melebur. Primary
melting dibatasi oleh bubler yang membentuk gelombang permukaan (tsunami) ke segala arah.Karena susunan bubler melintang
sepanjang melter, maka arah gelombang secara global ke arah upstream dan downstream. Sehingga ada arus balik ke upstream pada
primary melting.
b.
Fining Stage
Tahap yang kedua ini adalah tahap dimana gas-gas hasil reaksi melting utama (primary melting) yang terkadung di dalam
molten glass dilepaskan. Pada tahap ini temperatur molten glass dinaikkan agar kaca menjadi makin encer dan mudah untuk melepaskan
gas-gas tersebut. Gas-gas hasil reaksi primer membentuk benih-benih buble atau seed bubble, dimana diameter dari bubble ini sangat
kecil, namun banyak sekali. Gas-gas ini banyak mengandung CO 2. CO2 ini dapat dilepaskan dengan membuat bubble yang lebih besar
dari ukuran CO2, yaitu dengan menambahkan gas SO2 dan O2
Mekanisme fining yang terjadi adalah, bubble yang berdiameter kecil akan menyatu dengan bubble yang berdiameter besar,
sehingga bubble ini akan semakin volatile atau kemampuan ambangnya bertambah. Gas yang berdiameter besar diperoleh dari yang
berasal dari salt cake. Untuk menambah efektifitas proses fining ini, maka temperatur molten pada stage ini dinaikkan sampai mencapai
>1450C. Proses terjadinya fining ini ada di area port 4-5-6 dan stagnan. Pada areaini akan terlihat banyak foam pada permukaan molten.
Foam ini merupakan foam bubble yang naik ke atas permukaan. Agar foam ini dapat tersapu bersih, maka pada pembakaran port 4 dan 5
ditambahkan material Titanium yang dibakar bersama dengan api pembakaran, yangtujuannya untuk menyapu foam ini dengan flame
yang berat. Titanium memberi efek flame akan jatuh ke bawah dan menyapu foam yang ada di permukaan sehingga gasnya benar-benar
terlepas. Fasilitas penyapu foam ini dinamakan Thinering Foam Layer (TFL). Materialnya merupakan campuran larutan Tetra Butil
Titanate dengan Light Oil, dengan ratio 1:7.3.
c.
1) Stirring (Pengadukkan)
Tujuan pengadukkan molten glass ini adalah untuk mencampur molten glass yang berat dan ringan, sehingga berat jenisnya homogen.
Molten glass yang ringan banyak dikontribusi dari fresh molten glass dan melter, karena temperaturnya tinggi, sedangkan molten glass
yang ringan dikontribusi dari molten glass return dari refiner, yang temperaturnya lebih dingin dan berada pada posisi bottom neck.
Stirrer terletak pada posisi atas, blade dan rotasinya didesign untuk menarik molten glass yang dari bawah naik ke atas dan
dimixing bersama-sama. Bentuk blade stirrer adalah paddle simetris dengan membentuk sudut 45. Efek aliran dari stirrer disebut efek
pumping up dimana molten glass dari bawah tertarik ke atas permukaan dan dimixing bersama-sama dengan molten baru. Blade stirrer
ini dibuat dari pipa yang dibentuk seperti dayung dan dialiri air pendingin. Body stirrer juga diberi proteksi mortal refractory jenis
cocation.
2) Skimming (Pemisahan/Penyaringan)
Skimming adalah pemisahan sebuah substansi yang sejenis dan sefase, berdasarkan perbedaan berat jenis / densitasnya. Pada proses ini,
kaca dibendung dengan rangkaian pipa berair pendingin, yang tujuannya memblokir kaca yang temperatur dan berat jenisnya berat dapat
memasuki area refiner. Pipa ini disebut Neck Skim Bar. Neck skim bar memiliki dimensi yang bermacam-macam tergantung
kebutuhan pendinginan dan area bendungan (blocking area) yang diinginkan. Ketika berhadapan dengan skim bar hanya kaca yang
memiliki berat jenis ringan saja yang dapat melewati bagian atas dan sekitar skim bar, artinya hanya kaca yang sangat panas yang dapat
melewatinya. Kaca yang dingin akan semakin dingin dan menjadi berat, akhirnya tidak dapat melewati skim bar. Kemudian kaca ini
akan turun ke bawah dan kembali bersama return current dari refiner atau dimix kembali diarea stirrer.
d.
Refining
Pada tahap ini adalah tahap akhir dari proses di furnace. Pada tahap ini kaca dijaga agar temperaturnya tidak terlalu drop dan
cukup untuk masuk ke dalam metal bath. Secara prinsip, jika temperatur kaca terlalu dingin,maka pada refiner akan rawan terbentuk
lapisan kaca yang dingin dan berat yang akan diam di bottom refiner. Ini disebut sebagai Dead Glass. Jika terlalu banyak dead glass
yang terbentuk, maka lapisan kaca ini akan ikut keluar melalui canal bersama-sama dengan kaca yang ringan dan akan menyebabkan
gangguan optik dan distorsi pandang pada kaca. Gangguan ini disebut sebagai Ream dan efek optiknya disebut Zebra.
Jika kaca terlalu panas, maka proses foaming di metal bath akan kesulitan, karena ribbon cenderung melebar dip roses forming
awal dan cenderung mengecil dip roses forming tengah. Temperatur yang ideal untuk kacamasuk ke dalam metal bath adalah sekitar
1010 s/d 1050C padatemperatur bottom canal, atau pada kisaran 1150-1200 pada temperatur permukaan molten di canal.
Diharapkan dalam sirkulasi ini, molten glass yang keluar dari melting menujumetal bath akan homogeny, dengan cara selelu
memperhatikan temperatur pada dog house bottom temperatur, crown stagnan, crown front dan canal bottom. Temperatur berhubungan
dengan massa jenis dimana jika masa jenis berubah maka tidak homogen. Di dalam furnace terjadi reaksi antar material, berdasarkan
temperatur terjadinya dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut:
a.
b.
c.
Dissociation Reaction
Karbonat yang mengandung Ca dan Mg berdisosiasi (dekomposisi) sebelum oksidanya bergabung menjadi glass melt. Selama disosiasi
dihasilkan CO2.
CaCO3 CaO + CO2 (910C, 1 atm)
Na2Ca(CO3)2 CaO + Na2O + 2CO2 (6C, 1 atm)
CaCO3 CaO + CO2 (540C, 1 atm)
CaCO3 CaO + CO2(650C, 1 atm)
CaCO3 selanjutnya akan bereaksi dengan SiO2 atau Na2CO3 membentuk kalsium silikat atau Na2Ca(CO3)2. Lalu oksida-oksida hasil
reaksi akan menjadi bagian dari fase melt silikat yang ada.
d.
3.
dan ditebalkan sesuai keinginan kita, sehingga mendapatkan ketebalan dan lebar kaca yang diiginkan. Di proses drawing ini kaca
dituang ke dalam kolam timah sepanjang +/- 48 meter dan selebar 3 sampai dengan 7 meter, lalu ditarik oleh deretan roll, yang disebut
lehr roll, sepanjang +/- 100 meter.
Selama ditarik lehr roll ini, kacadidinginkan sampai siap dipotong. Kaca ini terus menyambung, sehingga disebut sebagai ribbon.
Operasi dalam bath ini secara manual. Pengendalian ribbon hanyadilakukan dengan periscope atau kamera intip di dalam bath.
Pengendalian ribbon bisa dimonitor secara lengkap hanya dari meter room bath dan meter room bath satu sisi bath saja. Untuk itu
koordinasi antara meter room dari bath sebelah kiridan kanan harus bagus. Ada beberapa macam ascesoris yang dipakai di dalam operasi
drawing dimetal bath. Secara umum, ascesoris ini dibagi berdasarkan peruntukannya, antara lain:
a.
Pembentukkan kaca
1)
A-roll adalah alat utama di dalam pembentukan kaca pada proses float ini,dimaan fungsinya adalah melebarkan atau mengecilkan lebar
ribbon.A-roll bekerja dengan 3 cara:
a)
Sudut
Yaitu mengarahkan arah dayungan kaca keluar (arah bath side) atau ke dalam (arah ke cantre). Jika diarahkan keluar, maka kacaakan
melebar, jika diarahkan ke dalam, maka kaca akan menyempit
b)
Speed barel
Pengaruhnya adalah kecepatan dayungan dan ini juga bergantung pada posisi A-roll, yang erat kaitannya dengan profil ribbon dan posisi
sudut yang erat kaitannya dengan arah dayungan. PutaranA-roll searah dengan arah ribbon di posisi area nip on, sehinggaA-roll L & R
putarannya berkebalikan.
c)
Nip down A-roll
Nip down adalah kadar menancapnya A-roll di atas ribbon. Nipdown ini dapat diukur dari kedalaman gigi barell yang terlihat.
2)
Penscope & camera monitor adalah alat untuk melihat ribbon secara visual, tepat di atas ribbon, sehingga pergerakkan ribbon di
dalam bath bisa dimonitor secara detail, termasuk terlihat visual A-roll pattern. Prinsip kerja periscope sama seperti periscope kapal
selam, hanya saja periscope ini bekerja pada kondisi panas, sehingga harus dilindungi oleh cooler house dan diberi purging N2 untuk
menahan bath atmosfer panas masuk merusak periscope.
3)
Carbon extention tile (CET) adalah blok carbon yang ditambahkan untuk memajukan restrictor tile. Sehingga ribbon baru akan
melebar lebih ke downstream. Tujuan pemasangan CET ini adalah untuk membantu kerja A-roll di dalam mendayung ribbon ke tengah,
khususnya saat produksi thicker glass, dimana diperlukan pengumpulan massa kaca di HOT agar lebih tebal dari tebal kesetimbangan.
4) Carbon fender adalah carbon ini dipasang untuk membuat kaca tebal atau thicker glass.Gross keep dan tebal diatur hanya
menggunakan lehr speed dan pull.
5) Carbon fence berfungsi untuk centering ribbon di exit dan menjaga ribbon agar tidak menabrak shoulder, jika terjadi ribbon swing
(pembesaran grossyang over).
b.
Pengaturan temperatur kaca
1) Conal cooler adalah coller yang dipasang di canal (upstream back tweel), dimana fungsinya untuk menurunkan temperatur canal.
2) Hot cooler adalah cooler yang dipasang di area hot, fungsinya untuk menurunkan temperatur ribbon agar A-roll tidak bermasalah
dengan ribbon karena ribbon terlalu panas
3) Exit cooler digunakan untuk mengatur temperatur exit.
4) Pipe cooler adalah cooler pipa yang dicelupkan ke dalam timah. Posisinya ada di tepi. Umumnya dipakai di exit area,
untuk mendinginkan temperatur exit dengan cara mendinginkan temperatur timahnya. Namun ada beberapa kasus diseting di tapper
area.
5) Bath heater mutlak dipakai untuk pemanasan ribbon dan pengendalian operasi di bath. Terdapat beberapa region heater, yaitu: hot end,
pre-heat, re-heat, shoulder, auxiliary dan exit
c.
1)
Carbon barrier dengan adanya setting carbon barrier ini, timah dingin akan masuk kembali ke tengah dan timah panas dari upstream
sebagian akan keluar di upstream barrier dan kembali ke depan.
2)
Linear motor adalah penggerak timah yang menggunakan gaya elektromagnetik dan bisa berfungsi mendorong timah atau
menarik timah.
d.
1)
2)
3)
Ascessoris pendukung.
De-drossing pocket (DDP) adalah bagian dari bath yang disetting secara permanen dan memiliki design khusus dengan bath yang
fungsinya untuk menarik dross dari area exit dan dapat dipisahkan dengan mudah.
Jaringan SO2. SO2 berfungsi untuk meningkatkan ketahanan kaca saat melalui lehr.SO 2 bereaksi dengan kaca dan akan menghasilkan
film Na2SO4 tipis di bawah kaca dari film ini menambah kekuatan kaca. Kaca akan lebih tahan gores dan tidak mudah pecah.
Bath sealing
e.
Proses Float
Proses ini adalah proses pengambangan kaca di atas timah cair, untuk memperoleh kerataan kaca yang datar, sehingga kaca
memiliki kemampuan tranmisi optic yang baik (tanpa distorsi). Timah dipilih sebagai media pengambang karena sifat timah
1)
Tidak menempel di kaca
2)
Lebih berat daripada kaca, sehingga kaca akan mengambang di atas timah
Ribbon secara alamiah akan mengalami pelebaran saat turun ke tin bath, kemudian akan mengecil seiring dengan pengaruh tarikan lehr
speed. A-rool akan membantu melebarkan ribbon, sehingga kaca akan dapatdisesuaikan ketebalan dan lebarnya. Hot cooler dan exit
cooler digunakan untuk membantu pendinginan temperatur kaca. Bath heater digunakan untuk memanaskan temperatur kaca agar mudah
dibentuk. Dari kondisi ribbon, ada 5region di dalam metal bath, antara lain:
Region I
Pada region ini, kaca secara alamiah akan membesar, setelah turun dariatas spout lip. Kaca akan mengarah ke tebal kesetimbangan
(+/- 6,7 mm). Gaya yang bekerja pada ribbon ke arah luar dan tengah mengalami perlambatan.Temperatur kaca masih tinggi (+/1050C) dan kaca masih dalam bentuk cair,sehingga kaca masih memiliki kemampuan untuk menstabilkan penyebaran massa kaca ke
semua arah.
Region II
Bagian ini dinamakan initial forming area atau fire polishing area. Padaregion II kaca sudah melewati tebal kesetimbangannya,
namun kaca seakan ditahan oleh A-roll no. 1 sehingga kaca akan membesar. Pada region ini, gaya akibat efek lehr speed mulai terasa
dan mulai menarik ribbon ke downstream,dalam hal ini masih ada pelebaran dari ribbon. Gaya pelebaran kaca semakin mengecil dan
sampai pada titik dimana gaya pelebaran tersebut nol, titik inidinamakan titik kritis, karena ribbon mulai akan mengecil.
Titik kritis ini merupakan batas akhir dari Region II, temperatur kacamasih relative panas dan pada area ini kaca memiliki
kemampuan menstabilkandistribusi massanya. Semakin lama kaca tinggal di region ini, semakin baik kualitas distorsinya.
Region III
Pada region ini, ribbon mulai mengalami pengecilan yang besar, akibat tarikanlehr speed, sehingga pada area ini A-roll
ditempatkan. A-roll akan menahan ribbon dan membuat ribbon menjadi lebar dan tipis. Pada region ini ribbon jugaakan dingin akibat
kehadiran A-roll yang nip on, sehingga banyak konsumsiheater di daerah ini, untuk menjaga ribbon dalam kondisi yang cukup elastic
saatdibentuk dan A-roll tidak mengalami ribbon slip. Pada region ini, ribbon juga akan dingin akibat kehadiran A-roll yang nipon,
sehingga banyak konsumsi heater di daerah ini untuk menjaga ribbon dalam kondisi yang cukup elastic saat dibentuk dan A-roll tidak
mengalami ribbon slip.
Region IV
Pada daerah ini, A-roll sudah tidak ada lagi dan ribbon mengalami pengecilan alamiah. Pada area ini kaca sudah mencapi hardening
point atau titik temperatir kaku, dimana kaca sudah tidak elastis lagi, sehingga gross dan tebal sudah tidak dapat dibetuk lagi. Pada area
ini rawan terbentuk lipatan-lipatan pada ribbon, karena temperatur kaca yang masih memungkinkan untuk elastis namun hampir kaku.
Di daerah ini, kaca masuk ke area shoulder.
Region V
Diregion ini, kaca sudah kaku dan mulai didinginkanagar temperatur tidak terlalu panas saat memasuki lehr annealing dan cooling,
Diarea ini metal bath berakhir
f.
Setelah kaca keluar dari Metal Bath, pasti kaca membutuhkan pendinginan. Pendinginan ini tidak semata-mata sekedar
didinginkan saja, karena proses ini mempengaruhi fisik kaca secara luas. Target dari operasi pendinginankaca di Lehr adalah:
1)
Kaca tidak pecah
2)
Kaca mudah dipotong
3)
Kaca tidak berkelok-kelok atau bowing / ngulet atau harus flat. Untuk itu, ketika memerlukan instalasi pendinginan yang panjang,
karena kitaharus menunjukkan temperatur kaca +/- 600C ke temperatur kamar. Suatu perjalanan temperatur yang sangat panjang.
Seperti yang kita ketahui, bahwa dalam system fluida, perubahan temperatur berdanding terbalik dengan perubahan dnsity dan
perubahan viskositas (kekentalan).
Artinya, jika temperatur naik, maka massa jenis akan turun, fluida semakin ringan karena massa / volumenya semakin
kecil.Demikian halnya dengan material yang sudah padat. Kita ketahui bahwa batang besi bila dipanaskan akan bertambah panjangnya,
jika didinginkan akan memendek. Hal ini disebabkan karena fenomena yang sama. Ketika dipanasi,maka molekul akan meregang dan
ketika didinginkan molekul akan merapat. Dalam bahasa teknis, kondisi molekul rapat disebut kompresi, kondisi molekul meregang
disebut tensi. Fase ini dinamakan fase annealing. Seperti halnya materi padat yang lain, ketika didinginkan, material tersebut akan
memasuki temperaturkritis, dimana kondisinya akan berbalik, yang seharusnya dipanaskan molekulnyamengalami peregangan (tensi),
malah mengalami perapatan (kompresi). Fase ini dinamakan fase cooling.
4.
a.
1)
a)
b)
2)
Pemotongan tidak langsung bertujuan untuk memotong kaca-kaca ukuran kecil yang tidak dapat dipotong pada proses
pemotongan langsung, untuk memotong kaca-kaca afkir (tidak standar) untuk dipotong menjadi ukuran yang lebihh kecil. Selain itu
untuk memenuhi pesanan dalam jumlah sedikit tetapi berbagai macam ukuran engan menggunakan proses pemotongan OMM (One Man
Machine).
Setelah itu kaca dilewatkan pada main floating table. Untuk memindahkan jalannya kaca dibuatkan suatu lubang pada table
yang berisi roll atau roda yang bagian atasnya dilapisi beludru, permukaan table juga dilapisi beludru agar permukaan bawah kaca tidak
tergores yang bisa mengakibatkan menurunnya kualitas kaca.
b.
1)
2)
3)
4)
1)
2)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
1)
2)
3)
Saran
Dengan adanya perusahaan pembuatan kaca dan semakin majunya alat yang di cipatakan para insinyur maka sudah pasti akan
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para penganggur yang ada di sekeliling perusahaan tersebut, dan juga dapat bermanfaat bagi
orang-orang sipil atau para arsitek dalam mengembangkan suatu ide dalam perancangan bangunan. Dan dapat pula berguna bagi
perusahaan otomotif karena kaca sekarang tidak hanya sebagi kaca hiasan tetapi juga sebagai kaca pelindung.
Namun, dengan makin besarnya perusahaan kaca ini maka akan sangat menganggu lingkungan karena proses pembuatan kaca
ini pasti mempunyai limbah yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dan juga hewan yang ada di sekitarnya. Sudah
tentu semua ekosistem kana berubah baik dari struktur tanah ataupun air, tetapi ini tidak langsung terjadi sangat cepat tetapi secara
berlahan-lahan. Oleh karena itu, industri kaca ini juga harus memperhatikan lingkungan sekitar dengan meminimalisir dampak negatif
dari limbah yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013, May). All about glass. Dipetik October 21, 2013, dari http://aalfiyahya13.blog.uns.ac.id/allabout-glass/
Anonim.
(2011). Bab
III
Proses
Produksi. Dipetik
October
21,
2013,
dari
http://id.scribd.com/doc/47027633/BAB-III
Anonim. (2012, September 04). Bahan-bahan Dasar Pembuat Kaca. Dipetik October 21, 2013, dari
http://bisakimia.com/2012/09/04/bahan-bahan-dasar-pembuat-kaca/
Anonim. (2013, May). Langkah cara membuat. Dipetik October 20, 2013, dari http://langkah-caramembuat.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-cara-pembuatan-gelas-dan.html
Anonim.
(2011,
September
26). Pembuatan
Kaca.
Dipetik
October
20,
2013,
dari
http://aadhew.wordpress.com/2011/09/26/pembuatan-kaca/
Anonim. (2005). SNI 15-0047-2005. Kaca Lembaran .
Anonim.
(2008,
January). Thesis
Binus. Dipetik
October
20,
2013,
dari
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00455-TISI-Bab%202.pdf
Anonim.
(t.thn.). Makalah
Kaca. Dipetik
October
20,
2013,
dari
http://id.scribd.com/doc/98539379/makalah-kaca
Hernorjen, I. (t.thn.). hernorjen. Dipetik October 20, 2013, dari http://hernorjen.blogspot.com/p/makalahproses-pembuatan-kaca.html
Keenan, & W, C. (1984). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Komandoko, G. (2010). Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Schey, J. A. (2009). Pengenalan Kepada Pproses Pembuatan. ITBM.
Virdian.
(t.thn.). How
Glass
Is
Made.
Dipetik
October
22,
2013,
dari
http://www.viridianglass.com/Residential/AboutGlass/Pages/HowGlassisMade.aspx
Vogel, & Suehela, G. (1990). Buku Tesks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. (L. Setiono, &
A. Pudjaatmaka, Penerj.) Jakarta: Kalman Media Pustaka.