Anda di halaman 1dari 10

PAPER NUTRITION and FOOD TECHNOLOGY

Pengemasan Gelas

Disusun oleh:
Alfrilin Padjao
NIM 472018043

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah Perkembangan Kemasan Gelas


Gelas merupakan benda yang tidak asing dan mudah ditemukan dikehidupam sehari-
hari. Gelas adalah benda padat yang terbuat dari kaca dan cukup kuat digunakan sebagai
kemasan maupun wadah untuk menyimpan benda padat maupun cair. Karena sifatnya yang
keras sehingga cocok dan ideal digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun keras dan
kuat, gelas juga dapat pecah menjadi kepingan kaca yang tajam dan dapat melukai manusia.
Dengan titik panas tertentu, kaca sebagai bahan dasar gelas dapat dibentuk dan dimodifikasi.
Kemasan gelas berbahan dasar kaca ternyata sudah ditemukan sejak lama sebagai
bahan kemas dan popular sekitar 3000-7000 SM dan digunakan pada zaman perunggu.
Kemasan gelas sudah lama digunakan oleh bangsa Mesir kuno sebagai perhiasan, botol-botol
kecil, jendela dan wadah cairan keras. Zaman dulu selain digunakan sebagai bahan kemasan,
gelas juga digunakan pada ujung anak panah agar ujung anak panah tersebut tajam.
Dilaporkan bahwa pada abad permulaan pelaut Venesia yang sedang berlabuh di suatu pulau
dan membuat tungku perapian untuk menghangatkan tubuh dan mengatasi rasa dingin.
Tungku perapian tersebut terbuat dari bongkahan soda abu dari kapal. Ketika keesokan
harinya sisa pembakaran soda abu diatas pasir tersebut berubah warna menjadi bening dan
mengkristal. Sehingga pada saat itu diketahui bahwa pasir dan soda dapat melebur pada suhu
tinggi dan membentuk kristal atau butiran kaca (Julianti & Nurminah, 2007)
Sejak berkembangnya penelitian tentang gumpalan bening atau butiran kaca. Peneliti
berhasil mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam butiran tersebut merupakan silika
oksida (SiO2), natrium oksida (Na2O) dan kalsium oksida (CaO). Dengan adanya kulit kerang
pada pasir dan soda abu, diyakini bahwa unsur dari ketiga bahan-bahan tersebut yang
menyebabkan kristal bening dapat terbentuk. bahan gelas dapat dibuat dengan cara
mereaksikan atau meleburkan bahan campuran pasir pantai sebagai sumber silika (SiO2),
kulit kerang sebagai sumber kapur (CaO), dan abu kayu atau soda abu sebagai sumber
natrium (Na2O) (Julianti & Nurminah, 2007).
Dari penelitian tersebut bangsa Mesir Kuno mulai membuat gelas dari bahan pasir
kuarsa, arang dan kulit kerang. Namun gelas pada zaman tersebut belum dapat dibentuk
dengan baik, sehingga lebih sering digunakan untuk membuat perhiasan dan botol-botol
kecil. Kemudian diketahui bahwa arang kayu yang digunakan tenyata mengandung unsur
kalium oksida (K2O) dan bukan natrium oksida (Na2O). Setelah itu, bangsa Venesia mulai

2
mengembangkan arang rumput laut sebagai sumber natrium oksida (Na2O) sehingga,
menjadikan gelas yang dipanaskan menjadi encer dan mudah untuk ditiup dan dibentuk lalu
dapat menghasilkan gelas untuk sehari-hari, wadah menyimpan dan gelas indah sebagai karya
seni. Pada saat itu gelas masih berwarna hijau dan coklat yang disebabkan karena tingginya
kadar besi dan adanya pewarna lain dalam bahan baku (Julianti & Nurminah, 2007).
Mulai dari saat itu gelas sangat terkenal di dunia dan beberapa tempat seperti Sidon,
Alexandria dan Tyre merupakan pusat gelas terkenal. Pada zaman pemerintahan Julius
Caesar di Romawi, barang-barang gelas biasa digunakan di rumah tangga dan digunakan
sebagai alat makan dan wadah menyimpan. Kemudian alat untuk membuat gelas secara
tradisional tanpa menggunakan banyak tenaga manusia yang disebut glass blower banyak
dijual dan hasil gelas dari alat membuat gelas disebut flint glass (gelas silika). adah gelas
dalam bentuk botol dikenalkan oleh seorang dokter untuk sistem distribusi susu segar yang
bersih dan aman pada tahun 1884. Mekanisasi pembuatan botol gelas besar-besaran pertama
kali tahun 1892. Wadah-wadah gelas terus berkembang hingga saat ini dan sudah banyak
jenis-jenis gelas yang lebih indah (Julianti & Nurminah, 2007).

3
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Gelas

Gelas merupakan benda yang tidak asing dan mudah ditemukan. Gelas adalah benda
padat yang terbuat dari kaca dan cukup kuat digunakan sebagai kemasan maupun wadah
untuk menyimpan. Karena sifatnya yang keras sehingga cocok dan ideal digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Walaupun keras dan kuat, gelas juga dapat pecah menjadi kepingan
kaca yang tajam dan dapat melukai manusia. Dengan titik panas tertentu, kaca sebagai bahan
dasar gelas dapat dibentuk dan dimodifikasi. Sebagai bahan kemasan, gelas sangat berguna
dalam menopang berjalannya kehidupan manusia. Kemasan gelas biasanya digunakan untuk
wadah makanan yang mengandung kadar asam yang tinggi dan tidak memerlukan pemanasan
yang bersuhu tinggi (Agustina, 2011).

Komposisi dan Karakteristik Gelas

Seperti yang telah dijelaskan bahwa awal ditemukan butiran gelas, unsur yang
terkandung dalam bahan untuk membuat gelas merupakan soda abu sebagai natrium oksida
(Na2O), pasir pantai sebagai sumber silika (SiO2) dan kulit kerang sebagai sumber kapur
(CaO). Selain bahan tersebut, ditemukan juga bahan lain seperti, potassium oksida (K 2O),
batu kapur (kalium oksida), magnesium oksida (MgO), alumuniium oksida (Al 2O3), besi
oksida (Fe2O3) belerang tri oksida (SO3). Unsur-unsur digunakan untuk membuat gelas yang
semakin baik untuk dibentuk, kuat dan indah hasil gelasnya. Gelas terdiri dari oksida-oksida
logam dan non logam. Bahan baku pembuatan gelas adalah pasir silika (SiO 2), Soda abu
(Na2CO3) yang dengan pembakaran pada suhu tinggi akan terbentuk Na 2O sehingga gelas
tampak jernih. Batu kapur (CaO) yang berfungsi untuk memperkuat gelas. Pecahan gelas
(kaca) disebut cullet (calcin), untuk memudahkan proses peleburan. Cullet kadang-kadang
ditambahkan dengan persentase 15-20%. Al2O3 dan boraksida (B2O3), titanium dan zirconium
untuk meningkatkan ketahanan dan kekerasan gelas. Borax oksida pada gelas boroksilikat
seperti pyrex berfungsi agar gelas lebih tahan pada suhu tinggi. Na2SO4 atau AS2O3 untuk
menghaluskan dan menjernihkan hasil akhir gelas (Kaihatu, 2014).

Senyawa-senyawa kimia ini dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu, bahan
pembentuk gelas (glass former) yang mempunyai sifat membentuk gelas, bahan antara
(intermediate) yang mempunyai sifat pembentuk gelas, tetapi tidak mutlak dan bahan

4
pelengkap (modifier) yang tidak mempunyai sifat membentuk gelas. Kemudian Berdasarkan
jumlahnya, maka bahan dasar pembentuk gelas dapat dibedakan menjadi major material yang
berjumlah besar yaitu, pasir silika, soda abu, batu kapur, feldspar dan pecahan gelas (cullet).
Minor material yang berjumlah kecil yaitu, natrium sulfat, natrium bikroma, selenium dan
arang. Pasir silika tanpa bahan lain dapat dibuat menjadi wadah gelas tapi tidak praktis
karena untuk peleburannya diperlukan suhu 1760-1870 oC. Kemudian penambahan soda abu
akan menurunkan suhu peleburan pada keadaan yang mudah dipraktekkan yaitu 1426- 1538
o
C, sehingga soda abu disebut juga FLUXING AGENT atau bahan yang menyebabkan
penurunan suhu. Untuk membuat agar kemasan gelas bersifat inert dan netral maka gelas
dicelupkan dalam larutan asam. Untuk melindungi permukaan kemasan gelas maka diberi
laminasi silikon polietilen glikol atau polietilen stearate (Kaihatu, 2014).

Karakteristik dari gelas yaitu secara kimia gelas didefenisikan sebagai hasil peleburan
berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap yang berasal dari peruraian senyawa-
senyawa kimia dimana struktur atomnya tidak menentu. Secara fisika gelas dapat
digolongkan sebagai cairan yang lewat dingin (supercolled liquid), tidak memiliki titik lebur
yang tentu dan mempunyai viskositas yang tinggi (> 103 Poise) untuk mencegah kristalisasi.
Sifat gelas yang stabil menyebabkan gelas dapat disimpan dalam jangka waktu panjang tanpa
kerusakan, namun jika temapat penyimpanan kurang baik maka dapat merusak label. Wadah
gelas inert dalam penggunaan bahan yang mengandung asam kuat atau alkali, tetapi dengan
air dapat terjadi pengikisan komponen tertentu. Warna gelas dapat diatur dengan
menambahkan sejumlah kecil oksida-oksida logam seperti Cr, Co dan Fe. Sifat semi opaq
diberikan dengan penambahan florin. Penambahan senyawa-senyawa tersebut dilakukan pada
proses pembuatan wadah gelas berlangsung atau pasa saat gelas masih dalam keadaan
melebur (Kaihatu, 2014).

Jenis-Jenis dan Bentuk Gelas

Gelas pada dasarnya tersusun oleh oksida-oksida logam maupun nonlogam.


Berdasarkan komponen penyusunnya, gelas dapat dibedakan dalam beberapa jenis yaitu
Fused silika, alkali silika, gelas berbahan dasar soda kapur silikat, gelas borosilikat, gelas
barium, gelas aluminosilikat, gelas special dan gelas kristal (Catalá & Gavara, 2010). Lebih
jelasnya tentang jenis-jenis gelas dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Fused Silica yaitu berbahan dasar leburan pasir dan memiliki ciri-ciri memberikan
transmisi terhadap cahaya ultra violet yang baik, titik leburnya yang cukup tinggi dan

5
koefisien ekspansinya rendah sehingga gelas yang dihasilkan akan tahan terhadap
panas.
2. Alkali silika yaitu ciri-cirinya mudah larut dalam air dan biasa digunakan sebagai
lapisan kulit telur. Bahan dasar dari gelas ini yaitu pasir dan soda abu.
3. Gelas Barium yaitu bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan gelas optik
karena mempunyai indeks reflaksi yang tinggi, sehingga banyak digunakan untuk
pembuatan lensa kacamata bifokus dan panel layar monitor televisi atau komputer.
4. Gelas aluminosilikat mempunyai titik lunak yang tinggi dan koefisien ekspansi yang
rendah sehingga sering digunakan untuk pembuatan termometer suhu tinggi dan pipa-
pipa pembakaran.
5. Gelas soda kapur silikat merupakan gelas yang paling banyak diproduksi.
Komposisinya membuat gelas ini mempunyai titik lebur yang tidak terlalu tinggi dan
cukup kental sehingga tidak mengkristal dan mempunyai daerah kekentalan yang baik
untuk proses pembuatannya. Bahan utama gelas soda kapur silikat adalah SiO2, CaO,
Na2O, Al2O3, MgO dan K2O.
6. Gelas kristal disebut juga lead glass, memiliki tingkat kecemerlangan yang tinggi
sehingga banyak digunakan sebagai gelas seni (art glass). Gelas kristal mengandung
timbal (PbO) antara 20-74%, sehingga tidak bisa digunakan untuk makanan dan
minuman, melainkan hanya untuk barang hiasan dan barang teknis. Tingkat
kecemerlangan gelas kristal sesuai dengan tingginya kadar timbal. Contoh produk
gelas kristal adalah gelas seni dan berbagai jenis lensa, gelas elekronika, dan gelas
solder yaitu bahan penyambung dua jenis gelas.
7. Gelas borosilikat banyak digunakan untuk keperluan industri dan laboratorium.
Contohnya gelas email yang merupakan gelas pelapis, mempunyai titik lebur yang
rendah, sehingga aplikasi pelapisan dapat dilakukan pada suhu yang rendah dan tidak
melebihi titik lunak gelas.
8. Gelas spesial adalah gelas spesial adalah gelas yang berwarna, gelas oval, gelas foto
sensitif, gelas pengaman (safety glass), gelas optik, fiber glass dan gelas keramik.

Terdapat beberapa bentuk dari kemasan kaca yaitu:

1. Botol (leher tinggi, mulut sempit)


2. Jar (leher pendek, mulut lebar)
3. Tumbler (tanpa leher dan finish)
4. Jugs (leher pendek, ada pegangan)
5. Carboys (seperti botol, leher pendek, pegangan kayu)

6
6. Vial dan ampul (ukuran kecil, untuk obat/bumbu/zat kimia)

Sifat gelas

Sifat gelas yaitu stabil dan kuat sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama. Selain itu, gelas juga mempunyai sifat kedap gas, gelas ini biasa digunakan dalam
mengemas minuman berkarbonasi. Sifat-sifat ketahanan gelas dapat diawetkan dengan cara
memberi lapisan yang tidak bereaksi dengan gelas, misalnya minyak silikon, oksida logam,
lilin. Resin, belerang, polietilen. Sifat tahan panas dari gelas juga merupakan sifat utama
gelas. Tapi ada beberapa gelas yang tidak tahan panas karena memiliki titik lebur yang
rendah. Bahan gelas sesuai digunakan untuk produk pangan yang mengalami pemanasan
seperti pasteurisasi atau sterilisasi. Gelas jenis pyrex tahan terhadap suhu tinggi. Umumnya
perbedaan antara suhu bagian luar dan bagian dalam gelas tidakboleh lebih dari 27 oC,
sehingga pemanasan botol harus dilakukan perlahan-lahan. Konduktivitas panas gelas 30 kali
lebih kecil dari pada konduktivitas panas besi. Walaupun mudah pecah tetapi gelas
mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi. Wadah gelas lebih tahan terhadap kompresi dari
dalam dibandingkan tekanan dari luar. Sifat seperti ini penting untuk pembotolan minuman
berkarbonasi. Daya tahan gelas dapat mencapai 1,5 x 10 5 kg/cm2. Daya tahan ini
dipengaruhi oleh komposisi, ketebalan dan bentuk dari wadah gelas (Julianti & Nurminah,
2007).

Kelebihan dan Kelemahan Gelas

Kelebihan dari kemasan gelas ada beberapa yaitu, kecepatan pengisian hampir sama
dengan kemasan kaleng, inert dan tidak dapat bereaksi atau bermigrasi ke dalam bahan
pangan, dapat di daur ulang, dapat ditutup kembali setelah dibuka, dapat menjadi berbagai
warna dan bentuk, transparan sehingga isinya dapat dilihat dengan jelas, kaku sehingga dapat
ditimpuk, sesuai untuk produk yang mengalami pemanasan dan penutupan secara hermetic
dan kedap terhadap air, gas, bau-bauan dan mikroorganisme. Sedangkan kelemahan dari
kemasan gelas yaitu biaya transportasi mahal karena berat, dimensinya yang bervariasi,
resistensi terhadap pecah dan mempunyai thermal shock yang rendah dan berpotensi
menimbulkan bahaya karena pecahan dari gelas tajam (Kaihatu, 2014).

Proses Pembuatan Gelas

Tahapan dalam proses pembuatan kemasan gelas (Julianti & Nurminah, 2007) adalah
sebagai berikut:

7
1. Bahan baku dicampur merata secara otomatis. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur
untuk dilelehkan dengan suhu 1500-1600oC ada yang 1300oC.

2. Tungku pembakaran membara terus menerus dan dikendalikan oleh sistem (panel)
pengendali. Sebelum dicetak suhu diturunkan hingga 1000-1200oC dan lelehan gelas
didiamkan beberapa saat.

3. Cairan gelas dialirkan ke dalam mesin pembuat botol. Lalu lelehan dipotong-potong
dengan ukuran yang ditetapkan dalam bentuk gumpalan kasar.

4. Gumpalan akan menuju ke pencetakan pertama (Parison).

5. Pembentukan dan pencetakan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu, Hembus Ganda (Blow
and Blow) untuk gelas berleher sempit (botol) kemudian cara kedua yaitu dengan menekan
dan Hembus (Press and Blow) untuk gelas berleher lebar.

6. Dipindahkan ke cetakan akhir atau cetakan wadah yaitu cetakan yang sebenarnya dengan
ukuran tertentu dan dibawa ke ruang “lehr” pendingin yang bersuhu 450oC.

7. Wadah dipanaskan kembali (annealing). Kemudian perlahan-lahan didinginkan dari suhu


menjadi 450oC dengan aliran udara. Proses ini bertujuan untuk membuat wadah gelas
menjadi tidak rapuh atau mudah pecah. Setelah itu, dilakukan pengawetan gelas dengan cara
pre-cooling yang berfungsi untuk menjaga kompresor agar udara yang terhisap hanya udara
yang dalam keadaan bersih dan tidak mengandung air. Dilakukan pengawasan mutu ketika
botol keluar dari cetakan, yang terdiri dari uji coba mekanis, elektris dan visual di pabrik atau
di laboratorium. Di Indonesia teknologi pre-cooling pertama kali ditemukan oleh PT. Iglas
(Persero).

Sebelum melakukan tahapan pembuatan gelas, terdapat pemilihan bahan dasar yang
digunakan dalam pembuatan gelas. Bahan-bahan dasar dalam pembuatan gelas yaitu
dibutuhkan oksida pembentuk gelas yang mengandung silika, dibutuhkan juga bahan pelebur
untuk mengurangi kekentalan dari silika, bahan stabilisasi seperti CaCO 3, MgCO3 dan Al2O3.
Bahan penyempurna dalam pembuatan gelas yaitu bahan pelembut seperti sulfat dan bahan
pewarna agar gelas menjadi menarik. Bahan pewarna seperti iksida cobalt, oksida besi dan
chrom. Setelah gelas sudah dibuat, kemudian dilakukan pengujian mutu dari hasil kekmasan
gelas dengan cara pengecekan mutu gelas hot end checker, untuk mengetahui secara dini
cacat-cacat botol yang terjadi dan langsung diinformasikan ke unit forming untuk dilakukan
perbaikan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

8
Cacat tersebut melipui cacat visual dan cacat dimensional. Selain itu, melakukan pengujian
botol yang keluar dari Annealing lehr baik yan polos maupun yang ber-ACL secara visual
dengan pengamatan dan secara dimensional dengan menggunakan peralatan (Safriani, 2014).

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pengemasan gelas yaitu diketahui bahwa pengemasan gelas telah
ditemukan pada zaman perunggu sekitar 3000-7000 SM dan penemuan gelas pertama kali
pada saat membuat tungku perapian diatas pasir dengan campuran soda abu pembakaran dan
kulit kerang. Dari bahan-bahan tersebut terkandung unsur yang mendasari terbentuknya butir
bening atau butir kaca. Senyawa utama pada penemuan gelas yaitu (SiO 2), natrium oksida
(Na2O) dan kalsium oksida (CaO). Senyawa-senyawa tersebut terdiri 3 bagian besar yaitu,
bahan pembentuk gelas (glass former) yang mempunyai sifat membentuk gelas, bahan antara
(intermediate) yang mempunyai sifat pembentuk gelas, bahan pelengkap (modifier) yang
tidak mempunyai sifat membentuk gelas. Titik lebur gelas sesuai dengan bahan atau senyawa
yang digunakan.
Sifat gelas yang kuat dan keras yang baik dugunakan sebagai bahan pengemasan
terutana pada pengemasan bahan cair agar cairan aman dan juga kemasan gelas bersifat
kedap gas sehingga biasa digunakan untuk mengemas minuman berkarbonasi. Namun
kemasan gelas ini mudah pecah dan dapat membahayakan karena pecahan gelas berupa kaca
tajam. Adapun kelebihan dari kemasan gelas ada beberapa yaitu, kecepatan pengisian hampir
sama dengan kemasan kaleng, inert dan tidak dapat bereaksi atau bermigrasi ke dalam bahan
pangan, dapat di daur ulang, dapat ditutup kembali setelah dibuka, dapat menjadi berbagai
warna dan bentuk, transparan sehingga isinya dapat dilihat dengan jelas, kaku sehingga dapat
ditimpuk, sesuai untuk produk yang mengalami pemanasan dan penutupan secara hermetic
dan kedap terhadap air, gas, bau-bauan dan mikroorganisme. Sedangkan kelemahan dari
kemasan gelas yaitu biaya transportasi mahal karena berat, dimensinya yang bervariasi,
resistensi terhadap pecah dan mempunyai thermal shock yang rendah dan berpotensi
menimbulkan bahaya karena pecahan dari gelas tajam.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, W., Indonesia, L. I. P., & No, J. K. T. (2011). Teknologi Pengemasan, Desain, dan
Pelabelan Kemasan Produk Makanan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Subang.
Catalá, R., & Gavara, R. (2010). Food packaging. Encyclopedi of life support systems.
Julianti, E & Nurminah, M. (2007). Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Medan. 163 hal.
Kaihatu, T. S. (2014). Manajemen Pengemasan. Penerbit Andi.
Safriani, N., Novita, M., Sulaiman, I., & Ratino, W. (2014). Pengemasan Manisan Kolang-
Kaling Basah (Arenga pinnata L.) dengan Bahan Kemas Plastik dan Botol Kaca
pada Penyimpanan Suhu Ruang. Rona Teknik Pertanian, 7(1), 31-44.

10

Anda mungkin juga menyukai